HUBUNGAN INDUSTRIAL
KELOMPOK 14
Tugas ini
Dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Hubungan Industrial dan Hukum Perburuhan.
Dosen Pengampu Yuan Badrianto
Anggota Kelompok
05 Pemeriksaan
Hukum
dan Hukum sebagai asas-asas fundamental dalam kehidupan masyarakat Definisi
hukum dalam perspektif ini terlihat dalam pandangan Salom dalam Curzon (1979)
yang mengatakan "hukum merupakan kumpuian asas-asas yang diakul dan
Kekuasaan diterapkan oleh negara di dalam peradilan.
Max Weber dalam bukunya Wirtschaft und Gesellschaft (1992) mengemukakan bahwa "kekuasaan
adalah kemampuan untuk, dalam suatu hubungan sosial, melaksanakan kemauan sendiri sekalipun
mengaiami periawanan, dan apa pun dasar kemampuan ini". Perumusan kekuasaan yang
dikemukakan Weber dijadikan dasar perumusan pengertian kekuasaan oleh beberapa pemikir lain
misalnya, Strausz-Hupe^ mendefinlsikan kekuasaan sebagai "kemampuan untuk memaksakan
kemauan pada orang lain" Demikian puia pengertian yang dikemukakan oleh C. Wright Mills,
"kekuasaan itu adalah dominasi, yaitu kemampuan untuk melaksanakan kemauan kendatipun orang
lain menentang“
Kekuasaan dalam konteks hukum berkaltan dengan kekuasaan negara, yaitu kekuasaan untuk
mengatur dan menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang meliputi bidang
legisiatif, eksekutif dan yudikatif. Pengaturan dan penyeienggaraan kehidupan bermasyarakat dan
bernegara itu mencakup pengaturan dan penyeienggaraan ditingkat pusatdandi tingkat daerah.
Dengan demikian, kekuasaan merupakan sarana untuk menjaiankan fungsi-fungsi pckok kenegaraan
guna mencapai tujuan negara (Luthan, 2000).
Hubungan Hubungan industrial pada dasarnya adalah suatu hubungan hukum
yang dilakukan antara pengusaha dengan pekerja. Dalam hubungan
tersebut memang tidak selamanya akan berjalan lancar-lancar saja
dalam arti tidak ada permasalahan yang timbul dari hubungan
Perselisihan Kepentingan
Perselisihan yang berkaitan dengan
ketidaksesuaian paham tentang syarat-
syarat kerja yang tidak diatur dalam
perjanjian, perjanjian kerja, maupun
perjanjian kerja bersama.
Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
Perselisihan yang terjadi berkaitan dengan ketidaksesuaian paham dalam
pelaksanaan pemutusan hubungan kerja yang akan dilakukan oleh
perusahaan kepada pekerja/buruh, baik persetujuan tentang PHK nya
sendiri, proses PHK, maupun besarnya pesangon.
Penyelesaian Perselisihan dalam
Hubungan Industrial
Ada 5 (lima) cara penyelesaian perselisihan hubungan industrial sebagaimana di atur di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004.
1 Penyelesaian Perselisihan
Secara Bi-partit
2 Penyelesaian Perselisihan
Dengan Cara Mediasi
Merupakan penyelesaian perselisihan tingkat kedua
Merupakan cara penyelesaian yang mutlak harus apabila penyelesaian secara bi-partit tidak berhasil
dilakukan untuk setiap jenis perselisihan menyangkut mencapai persetujuan bersama, dilaksanakan melalui
perselisihan kepentingan, perselisihan hak, jasa mediator (penengah) sebagai pihak ketiga yang
perselisihan PHK maupun perselisihan antar SP/SB. merupakan pegawai pemerintah di bidang
Wajib dilaksanakan secara langsung oleh pihak–pihak ketenagakerjaan, setelah mendapat limpahan perkara
(pekerja dan pengusaha/manajemen) secara dari pihakpihak yang berselisih. Cara ini dapat
musyawarah menangani semua jenis perselisihan (kepentingan, hak,
Pemutusan Hubungan Kerja, perselisihan antar SP/SB).
Apabila tidak berhasil dicapai persetujuan bersama, Hasil penyelesaian diharapkan berupa persetujuan
maka pihak-pihak dapat bersepakat untuk melanjutkan bersama PB), sedangkan apabila tidak tercapai
penyelesaian ke tahap kedua, dimana ada 3 opsi kesepakatan, maka mediator mengeluarkan produk yang
penyelesaian, yaitu melalui cara Mediasi, cara bernama anjuran tertulis.
Konsiliasi, atau cara Arbitrasi.
Penyelesaian Perselisihan dalam
Hubungan Industrial
Ada 5 (lima) cara penyelesaian perselisihan hubungan industrial sebagaimana di atur di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004.
3 Penyelesaian Perselisihan
Dengan Menggunakan Cara 4 Penyelesaian Perselisihan Dengan
Menggunakan Cara Arbitrase
Konsiliasi
Merupakan penyelesaian perselisihan hubungan
Merupakan penyelesaian perselisihan hubungan industrial tingkat kedua yang menyangkut perselisihan
industrial tingkat kedua yang menyangkut perselisihan kepentingan dan perselisihan antar SP/SB, dengan
kepentingan, perselisihan PHK dan perselisihan menggunakan jasa arbiter (wasit atau juru runding), yang
SP/SB, dengan menggunakan jasa pihak ketiga yaitu berasal dari kalangan profesional dan yang ditunjuk
jasa konsiliator (juru damai). melalui kesepakatan masing-masing pihak. Produk hasil
penyelesaian berupa nota kesepakatan, apabila dari
Apabila tidak dicapai kesepakatan, maka konsiliator perundingan diperoleh kesepakatan. sedangkan apabila
mengeluarkan anjuran tertulis, yang dapat tidak dicapai kesepakatan, maka arbiter mengeluarkan
dipertimbangkan oleh masing-masing pihak untuk putusan yang bersifat final dan mengikat kedua belah
menerima atau menolak melalui jawaban anjuran. pihak, kecuali apabila dalam putusan tersebut dinilai ada
Dalam hal anjuran konsiliator ditolak, maka pihak- unsur–unsur yang bertentangan, maka pihak-pihak dapat
pihak dapat melanjutkan perkara ke peradilan mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung
hubungan industrial.
Penyelesaian Perselisihan dalam
Hubungan Industrial
Ada 5 (lima) cara penyelesaian perselisihan hubungan industrial sebagaimana di atur di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004.
Pengajuan gugatan perselisihan hubungan industrial diajukan kepada pengadilan hubungan industrial pada pengadilan negeri
yang daerah hukumnya meliputi tempat pekerja/buruh bekerja.
Gugatan dapat dicabut penggugat sebelum tergugat member jawaban. Dengan adanya gugatan tersebut maka Pengadilan Negeri
Dalam keadaan ini maka proses peradilan selanjutnya tidak dilakukan. Hal dalam 7 (tujuh) hari kerja menetapkan Majelis Hakim yang
ini dapat disebabkan adanya perdamaian antara tergugat dengan penggugat terdiri dari 1 (satu) orang hakim sebagai ketua majelis dan 2
meskipun penggugat telah memasukkan gugatannya ke pengadilan. (dua) orang hakim adhoc sebagai anggota majelis yang
Dengan adanya gugatan tersebut maka Pengadilan Negeri dalam 7 (tujuh) memeriksa dan memutus perselisihan.
hari kerja menetapkan Majelis Hakim yang terdiri dari 1 (satu) orang hakim
sebagai ketua majelis dan 2 (dua) orang hakim adhoc sebagai anggota
majelis yang memeriksa dan memutus perselisihan.
Pemeriksaan
Dalam proses pemeriksaan perkara pada Pengadilan Hubungan Industrial, pemeriksaan dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu;
Pada pemeriksaan dengan acara biasa Majelis Hakim dalam 7 (tujuh) hari kerja menetapkan sidang, pemanggilan
saksi atau saksi ahli. Saksi atau saksi ahli wajib memberikan kesaksian dibawah disumpah dan Hakim wajib
merahasiakan semua keterangan yang diminta.
Sidang pemeriksaan dengan acara biasa terbuka untuk umum, kecuali mejelis hakim menetapkan lain. Dalam hal
salah satu pihak tidak menghadiri sidang tanpa alasan yang dapat dipertanggung jawabkan, majelis hakim dapat
menetapkan hari sidang berikutnya.
Pemeriksaan dengan Acara Cepat, dilakukan apabila terdapat kepentingan para pihak dan atau salah satu pihak yang
cukup mendesak yang harus dapat disimpulkan dari alasan-alasan permohonan dari yang berkepentingan, para pihak
atau salah satu pihak dapat memohon kepada pengadilan hubungan industrial supaya pemeriksaan sengketa
dipercepat ketua pengadilan negeri mengeluarkan penetapan tentang dikabulkan atau tidak dikabulkannya
permohonan tersebut selama 7 (tujuh) hari kerja setelah diterimanya permohonan terhadap penetapan pemeriksaan
dengan acara pemeriksaan cepat tidak digunakan upaya hukum (Maswandi, 2017).
TERIMA KASIH
Telah menyimak presentasi ini