Anda di halaman 1dari 13

HUKUM DAN KEKUASAAN

HUBUNGAN INDUSTRIAL
KELOMPOK 14
Tugas ini
Dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Hubungan Industrial dan Hukum Perburuhan.
Dosen Pengampu Yuan Badrianto
Anggota Kelompok

Arini Ayu Dhea Monica M Ishal Fajriyanto Silvia Wulandari

112010051 112010083 112010158 112010062


Daftar 01 Hukum dan Kekuasaan
Isi
02 Hubungan Industrial

Perselisihan Dalam Hubungan


03
Industrial
Penyelesaian Perselisihan
04
Dalam Hubungan Industrial

05 Pemeriksaan
Hukum
dan Hukum sebagai asas-asas fundamental dalam kehidupan masyarakat Definisi
hukum dalam perspektif ini terlihat dalam pandangan Salom dalam Curzon (1979)
yang mengatakan "hukum merupakan kumpuian asas-asas yang diakul dan
Kekuasaan diterapkan oleh negara di dalam peradilan.

Max Weber dalam bukunya Wirtschaft und Gesellschaft (1992) mengemukakan bahwa "kekuasaan
adalah kemampuan untuk, dalam suatu hubungan sosial, melaksanakan kemauan sendiri sekalipun
mengaiami periawanan, dan apa pun dasar kemampuan ini". Perumusan kekuasaan yang
dikemukakan Weber dijadikan dasar perumusan pengertian kekuasaan oleh beberapa pemikir lain
misalnya, Strausz-Hupe^ mendefinlsikan kekuasaan sebagai "kemampuan untuk memaksakan
kemauan pada orang lain" Demikian puia pengertian yang dikemukakan oleh C. Wright Mills,
"kekuasaan itu adalah dominasi, yaitu kemampuan untuk melaksanakan kemauan kendatipun orang
lain menentang“

Kekuasaan dalam konteks hukum berkaltan dengan kekuasaan negara, yaitu kekuasaan untuk
mengatur dan menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang meliputi bidang
legisiatif, eksekutif dan yudikatif. Pengaturan dan penyeienggaraan kehidupan bermasyarakat dan
bernegara itu mencakup pengaturan dan penyeienggaraan ditingkat pusatdandi tingkat daerah.
Dengan demikian, kekuasaan merupakan sarana untuk menjaiankan fungsi-fungsi pckok kenegaraan
guna mencapai tujuan negara (Luthan, 2000).
Hubungan Hubungan industrial pada dasarnya adalah suatu hubungan hukum
yang dilakukan antara pengusaha dengan pekerja. Dalam hubungan
tersebut memang tidak selamanya akan berjalan lancar-lancar saja
dalam arti tidak ada permasalahan yang timbul dari hubungan

Industrial industrial. Ini terbukti dengan banyaknya pemberitaan di media


massa saat ini yang memberitakan perselisihan-perselisihan di dalam
hubungan industrial tersebut (Maswandi, 2017).

Sedangkan menurut Chandra (2017) menyatakan bahwa, Hubungan industrial


merupakan keterkaitan kepentingan antara pekerja dengan pengusaha, berpotensi
menimbulkan perbedaan pendapat, bahkan perselisihan antara kedua belah pihak.4
Perselisihan di bidang hubungan industrial yang selama ini dikenal dapat terjadi
mengenai hak yang telah ditetapkan atau mengenai keadaan ketenagakerjaan yang
belum ditetapkan, baik dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja
bersama maupun peraturan perundang-undangan.

Hubungan Industrial pada dasarnya adalah proses terbinanya komunikasi, konsultasi


musyawarah serta berunding ditopang oleh kemampuan dan komitmen yang tinggi dari
semua elemen yang ada dalam perusahaan. Undang-Undang ketenagakerjaan telah
mengatur prinsip-prinsip dasar yang perlu kita kembangkan dalam bidang hubungan
industrial. Arahnya adalah untuk menciptakan sistem dan kelembagaan yang ideal,
sehingga tercipta kondisi kerja yang produktif, harmonis, dinamis dan berkeadilan
(Maswandi, 2017).
Perselisihan dalam Hubungan Industrial
Adapun jenis perselisihan dalam
hubungan industrial sesuai yang
tercantum dalam undang – undang
nomor 2 tahun 2004 adalah sebagai
berikut:

Perselisihan Antar Serikat Pekerja


Perselisihan Hak
Perselisihan yang berkaitan dengan Merupakan perselisihan yang terjadi
pelaksanaan hak yang telah diperjanjikan antar serikat pekerja atau gabungan
dalam Peraturan Perusahaan (PP) dan serikat pekerja dalam satu perusahaan
Perjanjian Kerja Bersama (PKB). mengenai keanggotaan, serta
pelaksanaan hak dan kewajiban
keserikatkerjaan.

Perselisihan Kepentingan
Perselisihan yang berkaitan dengan
ketidaksesuaian paham tentang syarat-
syarat kerja yang tidak diatur dalam
perjanjian, perjanjian kerja, maupun
perjanjian kerja bersama.
Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
Perselisihan yang terjadi berkaitan dengan ketidaksesuaian paham dalam
pelaksanaan pemutusan hubungan kerja yang akan dilakukan oleh
perusahaan kepada pekerja/buruh, baik persetujuan tentang PHK nya
sendiri, proses PHK, maupun besarnya pesangon.
Penyelesaian Perselisihan dalam
Hubungan Industrial
Ada 5 (lima) cara penyelesaian perselisihan hubungan industrial sebagaimana di atur di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004.

1 Penyelesaian Perselisihan
Secara Bi-partit
2 Penyelesaian Perselisihan
Dengan Cara Mediasi
Merupakan penyelesaian perselisihan tingkat kedua
Merupakan cara penyelesaian yang mutlak harus apabila penyelesaian secara bi-partit tidak berhasil
dilakukan untuk setiap jenis perselisihan menyangkut mencapai persetujuan bersama, dilaksanakan melalui
perselisihan kepentingan, perselisihan hak, jasa mediator (penengah) sebagai pihak ketiga yang
perselisihan PHK maupun perselisihan antar SP/SB. merupakan pegawai pemerintah di bidang
Wajib dilaksanakan secara langsung oleh pihak–pihak ketenagakerjaan, setelah mendapat limpahan perkara
(pekerja dan pengusaha/manajemen) secara dari pihakpihak yang berselisih. Cara ini dapat
musyawarah menangani semua jenis perselisihan (kepentingan, hak,
Pemutusan Hubungan Kerja, perselisihan antar SP/SB).
Apabila tidak berhasil dicapai persetujuan bersama, Hasil penyelesaian diharapkan berupa persetujuan
maka pihak-pihak dapat bersepakat untuk melanjutkan bersama PB), sedangkan apabila tidak tercapai
penyelesaian ke tahap kedua, dimana ada 3 opsi kesepakatan, maka mediator mengeluarkan produk yang
penyelesaian, yaitu melalui cara Mediasi, cara bernama anjuran tertulis.
Konsiliasi, atau cara Arbitrasi.
Penyelesaian Perselisihan dalam
Hubungan Industrial
Ada 5 (lima) cara penyelesaian perselisihan hubungan industrial sebagaimana di atur di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004.

3 Penyelesaian Perselisihan
Dengan Menggunakan Cara 4 Penyelesaian Perselisihan Dengan
Menggunakan Cara Arbitrase
Konsiliasi
Merupakan penyelesaian perselisihan hubungan
Merupakan penyelesaian perselisihan hubungan industrial tingkat kedua yang menyangkut perselisihan
industrial tingkat kedua yang menyangkut perselisihan kepentingan dan perselisihan antar SP/SB, dengan
kepentingan, perselisihan PHK dan perselisihan menggunakan jasa arbiter (wasit atau juru runding), yang
SP/SB, dengan menggunakan jasa pihak ketiga yaitu berasal dari kalangan profesional dan yang ditunjuk
jasa konsiliator (juru damai). melalui kesepakatan masing-masing pihak. Produk hasil
penyelesaian berupa nota kesepakatan, apabila dari
Apabila tidak dicapai kesepakatan, maka konsiliator perundingan diperoleh kesepakatan. sedangkan apabila
mengeluarkan anjuran tertulis, yang dapat tidak dicapai kesepakatan, maka arbiter mengeluarkan
dipertimbangkan oleh masing-masing pihak untuk putusan yang bersifat final dan mengikat kedua belah
menerima atau menolak melalui jawaban anjuran. pihak, kecuali apabila dalam putusan tersebut dinilai ada
Dalam hal anjuran konsiliator ditolak, maka pihak- unsur–unsur yang bertentangan, maka pihak-pihak dapat
pihak dapat melanjutkan perkara ke peradilan mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung
hubungan industrial.
Penyelesaian Perselisihan dalam
Hubungan Industrial
Ada 5 (lima) cara penyelesaian perselisihan hubungan industrial sebagaimana di atur di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004.

5 Penyelesaian Perselisihan melalui Peradilan


Hubungan Industrial

Merupakan cara penyelesaian perselisihan hubungan industrial


yang dilaksanakan oleh lembaga peradilan, setelah mendapat
limpahan kasus perselisihan yang tidak berhasil diselesaikan oleh
lembaga bi-partit, cara cara mediasi maupun konsiliasi. Peradilan
ini merupakan salah satu bentuk peradilan hukum yang berada
pada lembaga pengadilan negeri, dengan susunan hakim yang
terdiri hakim ad hoc dan hakim karier. Putusan PPHI dapat di
kasasi oleh pihak-pihak ke Mahkamah Agung.
Lebih lanjut,
Maswandi (2017) menyatakan bahwa tahapan cara penyelesaian perselisihan
lembaga industrial melalui Pengadilan Hubungan Industrial di Pengadilan Negeri
setempat adalah dilakukan dengan cara:
1. Pengajuan Gugatan
2. Proses Pemeriksaan

Pengajuan gugatan perselisihan hubungan industrial diajukan kepada pengadilan hubungan industrial pada pengadilan negeri
yang daerah hukumnya meliputi tempat pekerja/buruh bekerja.

Gugatan dapat dicabut penggugat sebelum tergugat member jawaban. Dengan adanya gugatan tersebut maka Pengadilan Negeri
Dalam keadaan ini maka proses peradilan selanjutnya tidak dilakukan. Hal dalam 7 (tujuh) hari kerja menetapkan Majelis Hakim yang
ini dapat disebabkan adanya perdamaian antara tergugat dengan penggugat terdiri dari 1 (satu) orang hakim sebagai ketua majelis dan 2
meskipun penggugat telah memasukkan gugatannya ke pengadilan. (dua) orang hakim adhoc sebagai anggota majelis yang
Dengan adanya gugatan tersebut maka Pengadilan Negeri dalam 7 (tujuh) memeriksa dan memutus perselisihan.
hari kerja menetapkan Majelis Hakim yang terdiri dari 1 (satu) orang hakim
sebagai ketua majelis dan 2 (dua) orang hakim adhoc sebagai anggota
majelis yang memeriksa dan memutus perselisihan.
Pemeriksaan
Dalam proses pemeriksaan perkara pada Pengadilan Hubungan Industrial, pemeriksaan dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu;

a). Pemeriksaan dengan acara biasa


b). Pemeriksaan dengan acara cepat (Maswandi, 2017)

Pada pemeriksaan dengan acara biasa Majelis Hakim dalam 7 (tujuh) hari kerja menetapkan sidang, pemanggilan
saksi atau saksi ahli. Saksi atau saksi ahli wajib memberikan kesaksian dibawah disumpah dan Hakim wajib
merahasiakan semua keterangan yang diminta.

Sidang pemeriksaan dengan acara biasa terbuka untuk umum, kecuali mejelis hakim menetapkan lain. Dalam hal
salah satu pihak tidak menghadiri sidang tanpa alasan yang dapat dipertanggung jawabkan, majelis hakim dapat
menetapkan hari sidang berikutnya.
Pemeriksaan dengan Acara Cepat, dilakukan apabila terdapat kepentingan para pihak dan atau salah satu pihak yang
cukup mendesak yang harus dapat disimpulkan dari alasan-alasan permohonan dari yang berkepentingan, para pihak
atau salah satu pihak dapat memohon kepada pengadilan hubungan industrial supaya pemeriksaan sengketa
dipercepat ketua pengadilan negeri mengeluarkan penetapan tentang dikabulkan atau tidak dikabulkannya
permohonan tersebut selama 7 (tujuh) hari kerja setelah diterimanya permohonan terhadap penetapan pemeriksaan
dengan acara pemeriksaan cepat tidak digunakan upaya hukum (Maswandi, 2017).
TERIMA KASIH
Telah menyimak presentasi ini

Anda mungkin juga menyukai