Abstrak
Perselisihan hubungan industrial yang diselesaikan melalui Pengadilan Hubungan Industrial
menempatkan pekerja/buruh berhadapan dengan pengusaha dan mendasarkan hukum
formalnya pada ketentuan Pasal 57 UU No. 2/2004 yang pada pokoknya menggunakan
hukum acara perdata kecuali yang diatur khusus. Penggunaan hukum acara perdata
tersebut setelah dianalisis ternyata tidak sesuai dengan hukum perburuhan. Karakteristik
hukum acara Pengadilan Hubungan Industrial berbeda dengan hukum acara perdata.
Kata kunci : hukum acara; karakteristik; Pengadilan Hubungan Industrial; perbandin-
gan
Abstract
The Industrial relations dispute which is resolved through the Industrial Relations Court
puts the workers/laborers against the employers and bases their formal source of law on the
Article 57 of Law No. 2/2004 which basically uses the civil procedure except under special
regulation. The analysis in this study shows that the implementation of civil procedure
actually contravenes the labor law. The characteristics of the Industrial Relations Court
procedure differs from the civil procedure.
Keywords: procedural law; characteristics; Industrial Relations Court; Comparison
A. Pendahuluan untuk membentuk suatu pemerintah Negara
Buruh dan pengusaha adalah pelaku Indonesia yang melindungi segenap bangsa
utama dalam dunia industri, maka buruh dan Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
pengusaha haruslah bekerja sama dengan dan untuk memajukan kesejahteraan umum
baik dan terus menjaga hubungan yang baik dan keadilan sosial serta dengan mewujudkan
diantara keduanya sebagaimana tujuan semula suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
hubungan industrial tersebut diciptakan. Indonesia “. Hal tersebut merupakan tujuan
Hubungan Industrial yang harmonis antara pembangunan di bidang ketenagakerjaan
buruh dan pengusaha diharapkan dapat terus yang juga sebagai bagian dari pembangunan
terjadi dan hal tersebut merupakan sinergi Nasional.
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan Hubungan hukum antara buruh dan
oleh organisasi tersebut. Tanpa ada kerja pengusaha tersebut diawali dengan
sama yang baik dan hubungan industrial pembuatan perjanjian kerja baik yang dibuat
yang harmonis antara buruh dan pengusaha secara tertulis maupun secara lisan. Perjanjian
tidaklah mungkin organisasi dalam skala yang berisi hak dan kewajiban tersebut
kecil maupun negara dalam skala yang kemudian dalam pelaksanaannya sering
lebih luas akan mencapai apa yang menjadi muncul permasalahan-permasalahan yang
cita-cita dan harapan organisasi atau sebuah apabila tidak ada saling pengertian ataupun
negara dibentuk. Bahkan Amanat dalam tidak ada kesepahaman dan apabila tidak
alinea keempat Pembukaan Undang-Undang dapat diselesaikan akhirnya dapat berujung
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada timbulnya perselisihan diantara para
menyebutkan bahwa : “kemudian daripada itu pihak. Dalam bahasa Inggris istilah yang
buruh, serikat pekerja / serikat buruh dan Hubungan Industrial.4 Kesimpulan tersebut
pengusaha/gabungan pengusaha, Kedua, bersesuaian pula dengan pendapat agar
obyek sengketa adalah perselisihan hak, dilakukan revisi Undang-Undang No. 2 Tahun
perselisihan kepentingan, perselisihan 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan
pemutusan hubungan kerja dan perselisihan Hubungan Industrial dipandang perlu
antar serikat pekerja / serikat buruh dalam menjadi prioritas Program Legislasi Nasional
suatu perusahaan. Berarti perselisihan yang diawali dalam penyusunan rancangan
hubungan industrial lahir dari adanya akademik (naskah akademisi). Melalui
hubungan industrial antara para pihak. revisi dimaksud Undang-Undang menjadi
Sehingga hubungan industrial antara para lebih komprehensif, sehingga mampu
pihak merupakan conditio sine quanon bagi mencerminkan ratio legis kepastian hukum
timbulnya perselisihan hubungan industrial. dan keadilan dalam upaya mewujudkan asas
Tanpa adanya hubungan industrial antara peradilan yang cepat, tepat, adil dan murah
para pihak tidak akan ada sengketa hubungan yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila.5
industrial. Pasal 1 ayat 1 UU No. 2/2004 Atas dasar kenyataan demikian, mengikuti
memformulasikan perselisihan hubungan saran di kalangan ahli hukum sehubungan
industrial sebagai : perbedaan pendapat dengan hukum acara PHI, ada beberapa
yang mengakibatkan pertentangan antar kemungkinan yang dikemukakan :
pengusaha atau gabungan pengusaha dengan 1. Menggunakan hukum acara yang berlaku
pekerja / buruh atau serikat pekerja / serikat di Peradilan Umum dengan penambahan
buruh karena adanya perselisihan mengenai dan pengurangan tanpa ada batas tenggang
hak, perselisihan kepentingan, perselisihan hukum dan keadilan yang merata.
pemutusan hubungan kerja dan perselisihan 2. Tidak ada salahnya apabila acara yang
antar serikat pekerja / serikat buruh dalam dipergunakan dalam persidangan perkara
suatu perusahaan. perselisihanhubunganindustrial,digunakan
PHI yang sudah mulai berlaku efektif sejak hukum acara yang berlaku bagi perkara
tahun 2006 tersebut tentu saja dilengkapi perdata.
dengan aturan-aturan tentang formalitas 3. Menciptakan dan menggunakan hukum
untuk beracara di lembaga peradilan. Aturan acara yang khusus diberlakukan untuk PHI.
dan tata cara berperkara dimaksudkan agar Dari ketiga kemungkinan tersebut, saran
para pihak dan siapapun yang terlibat dalam terakhir yang lebih sesuai, karena hukum
PHI dapat menjalankan peranan fungsinya acara sebagai hukum formal semestinya
secara jelas. dibuat atas landasan yang diberikan
Agar dapat memahami hukum acara PHI oleh hukum materiilnya masing-masing.
tidak cukup hanya mempelajari Pasal-Pasal Penempatan hukum acara PHI sama dengan
yang tersurat dalam UU No. 2/2004 berikut hukum acara perdata adalah tidak tepat.
penjelasannya, tetapi juga harus memahami Harus disadari bahwa “di muka PHI, materi
karakteristik hukum acara PHI. Sebagai maupun acaranya haruslah mencerminkan
contoh adalah hasil Penelitian Penyelesaian karakteristik tersendiri. Walaupun Pasal 57
Perselisihan Hubungan Industrial melalui UU No. 2/2004 menegaskan bahwa hukum
Pengadilan Hubungan Industrial oleh acara yang berlaku pada PHI adalah hukum
Fakultas Hukum Universitas Airlangga tahun acara yang berlaku pada pengadilan dalam
2006, yang dalam salah satu kesimpulannya lingkungan peradilan umum, tidak berarti
menyatakan bahwa terdapat disharmonisasi 4
Machsoen Ali, dkk, Penyelesaian Perselisihan Hubun-
antara UU No. 2/2004 dengan Undang- gan Industrial Melalui Pengadilan Hubungan Industrial,
Undang Ketenagakerjaan. Disharmonisasi Laporan Penelitian Universitas Airlangga,2006, hlm. 37
5
Christina NM Tobing,Menggagas Pengadilan Hubun-
ini merupakan persoalan yang muncul di gan Industrial dalam bingkai Ius Constituendum sebagai
luar empat kompetensi absolut Pengadilan upaya perwujudan kepastian hukum dan keadilan, Jurnal
Hukum dan Peradilan, Volume 7 No. 2 Juli,2018, hlm. 27
secara otomatis hukum acara perdata dapat Di dalam hukum perdata, keterkaitan
diterapkan dalam proses beracara pada PHI. antara hukum formal dengan hukum materiil
Bukankah hukum acara PHI mempunyai adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh
karakteristik tersendiri yang tentunya dapat Bos :8
saja berbeda dengan hukum acara perdata. Het materiele recht regelt relaties
Dengan demikian pokok masalah yang tusses personen (...) Als zulke regels over-
menarik untuk dikaji adalah : Kekhususan treden worden, moet er iest gebeuren :
hukum acara PHI. het materiele recht moet ‘gehandhaafd’
worde, moet er iest gebeureb : het ma-
B. Metode Penelitian teriele recht moet ‘gehandhaafd’ worden
en dat gebeurt in een proces. Zo’n proces
Pada pokoknya tipe penelitian ini adalah is zelft weer geregeld en die regels heten
penelitian normative. Sebagaimana pendapat ‘formeel recht’ (Hukum materiil menga-
Terry Hutchinson : Doctrinal Research
tur hubungan antar manusia (...). Apabila
: research which provides a systematic
aturan-aturan semacam itu dilanggar,
exposition of the rules governing a particular
legal category, analyses the ralationship maka harus terjadi sesuatu : hukum ma-
between rules, explaints areas of difficulty teriil harus ditegakkan dan hal itu terjadi
and, perhaps, predicts future developments ; di dalam suatu acara. Acara tersebut dia-
Theoritical Research : research which tur dan aturan-aturannya disebut ‘hukum
fosters a more complete understanding of the formal’).
conceptual bases of legal principles and of
the combined effects of a range of rules and Patut kita simak pendapat Sjahran
procedures that touch on a particular area of Basah yang memasukkan hukum formal
actifity.6 Relevansi antara doctrinal research menjadi salah satu unsur peradilan di samping
dengan legal research paradigm dikemukalan hukum materiilnya. Rochmat Soemitro
lebih lanjut oleh Terry sebagai berikut : mengemukakan pula tentang unsur-unsur
“Paradigm forms a model or pattern based peradilan yang akan menjadi tidak memiliki
on a set of rules that defines bounderies and validitas teoritis dan praktis (theoretical and
specifies how to be successful within those practical validity) selama hukum formal
bounderies.7 Pendekatan yang digunakan tidak ditambahkan sebagai salah satu unsur
adalah statute approach, dan conceptual peradilan.9 Berikut tabel perbandingan unsur-
approach. unsur Peradilan yang dikemukakan oleh
Suparto Wijoyo :10
C. Pembahasan
Tabel 1. Unsur-unsur Peradilan pada umumnya hukum tentang pelaksanaan teknik beracara.
Menurut Rochmat Menurut Sjachran Dalam hukum acara juga ditemukan hukum
Soemitro Basah materiil yang berisikan hak-hak para pihak
a. adanya suatu a. adanya aturan yang beracara. Hukum acara sebagai hukum
aturan hukum hukum yang dapat formal mengandung pula unsur materiil
yang abstrak diterapkan pada maupun formal. Unsur materiil hukum
yang mengikat persoalan; acara dalam kepustakaan hukum (Belanda)
umum, yang dapat b. adanya suatu senantiasa disebut ‘actienrecht” (substantive
diterapkan pada sengketa hukum law of procedure), merupakan ketentuan
suatu persoalan; yang konkrit; yang mengatur hubungan hukum yang terjadi
b. adanya suatu c. ada sekurang- karena beracara, sebagaimana contoh tentang
perselisihan kurangnya dua Hukum acara perdata hanya diperuntukkan
hukum yang pihak (audi menjamin ditaatinya hukum perdata meteriil
konkret; alterum partem); dengan perantaraan hakim.12
c. ada sekurang- d. adanya badan 1. Terjadi dan hapusnya tuntutan hak atau
kurangnya dua peradilan yang gugatan.
pihak; berwenang 2. Upaya-upaya hukum untuk menangkis atau
d. adanya suatu m e m u t u s menyangkal.
aparatur peradilan sengketa (nemo 3. Upaya-upaya untuk menegakkan hukum
yang berwenang index in cause atau hak.
memutuskan sua); 4. Pengaruh tindakan-tindakan prosesuil
perselisihan. e. a d a n y a 5. Pembuktian
hukum formal 6. Menjatuhkan putusan.
dalam rangka Formal hukum acara mengatur tentang
menerapkan cara yang harus diperhatikan dalam beracara,
h u k u m yakni mengatur tentang caranya menggunakan
Keterangan : Unsur (a) sampai dengan (d) wewenang seperti ditentukan dalam unsur
sama, sedang unsur (e) merupakan tambahan. materiil, misalnya tentang bagaimana caranya
mengajukan banding. Atas dasar kedua unsur
Penambahan unsur e [adanya hukum itulah hukum acara pada prinsipnya mengatur
formal dalam rangka menerapkan hukum pelaksanaan penyelesaian perkara (sengketa)
(rechtstoepassing) dan menemukan hukum demi kepentingan dan ketentraman warga
(rechtsvinding) “in concreto” untuk menjamin masyarakat agar tindakan “eigenrichting”
ditaatinya hukum materiil] didasarkan atas dapat dicegah.
alasan guna menjamin menjadi terlaksananya Hukum acara dalam kepustakaan
unsur-unsur peradilan dari huruf a sampai hukum dikenal pula dengan nama hukum
d. Memang peradilan tanpa hukum materiil ajektif sebagai pasangan hukum substantif.
akan lumpuh Karena tidak tahu apa yang Penyebutan demikian didasarkan pada
akan dijelmakannya, sebaliknya peradilan pertimbangan untuk tidak menjumbuhkan
tanpa hukum formal akan liar sebab tidak dengan adanya penyebutan terhadap
ada batas-batas yang jelas dalam melakukan perbedaan antara hukum acara materiil
wewenangnya.11 Dengan demikian, hukum (materiele procesrecht) dan hukum acara
acara yang dikenal pula sebagai hukum proses formal (formele procesrecht). Hukum ajektif
mengatur penegakkan hukum yang materinya oleh Henry Campbell Black diartikan sebagai
telah ditentukan dalam hukum materiilnya. berikut :13
Namun, hal ini tidak berarti bahwa 12
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indo-
keseluruhan hukum acara hanya berisikan nesia, Cetakan Pertama, Liberty, Yogyakarta, 1993,hlm. 2
13
Henry Cambell Black, Op. Cit., p. 38, dalam edisi
11
Rochmat Soemitro, Op.cit, hlm. 31 1991, hlm. 25-26
Adjective Law : The aggregate of rule tersendiri sebagai sifat khas acaranya seperti
of procedure of practice. As opposed to that terangkum dalam tabel berikut :
body of law which the courts are established Tabel 2. Sifat Hukum Acara PHI dan Hukum
to administer (called ‘substantive law’), Acara Perdata
it means the rule according to which the No. Uraian Hukum Acara Hukum
substantive law is administrated,… That Peradilan Hubungan Acara Per-
part of the law which provides a method for Industrial data
enforcing or maintaining rights, or obtaining 1. Tolak Pekerja/buruh x Warga
ukur Pengusaha/ masyarakat
redress for their invasion… Pertians to and
subyek : Serikat pekerja/bu- x warga
prescribes practice, method, procedure or Pihak ruh x Pengusaha/ga- masyarakat
legal machinery by which substantive law is bungan pengusaha Warga
enforced or made effective. Serikat pekerja/bu- masyarakat
Substantive law didefinisikan seperti ruh x Serikat peker- x badan
ja/buruh dalam satu atau pejabat
berikut :14 perusahaan adminis-
The part of law which creates, defines, and (sebagaimana keten- trasi
regulates rights, as apposed to ‘adjective 2. tuan Pasal 1 angka
of remedial law’, which prescribes method 1 UU No. 2 Tahun
Tolak 2004)
of enforcing the right or obtaining redress ukur
for their invasion. That which creates du- pangkal Perselisihan hak;
ties, right and obligations, which proce- sengketa Perselisihan kepent-
: Obyek ingan; Sengketa
dural or remedial law’. Prescribes meth- Perselisihan PHK; Perdata
ods of enforcement of right or obtaining 3. Perselisihan antar
redress… The basic law of right and duties SP/SB dalam satu
perusahaan
(…) as opposed procedural law (…)
(sebagaimana keten-
tuan Pasal 56 UU
Berdasarkan rumusan di atas dapat Dasar No. 2 Tahun 2004)
dipahami bahwa hukum acara sebagai Pengu-
hukum formal dengan demikian merupakan jian (toe- Hukum Perburuhan Perbuatan
tsings- melanggar
penuntun normative dalam menertibkan
gronden) hukum (on-
dan mendayagunakan peradilan, termasuk rechtmatige
dalam hal ini adalah hukum acara Pengadilan daad), ing-
Hubungan Industrial. PHI agar dapat kar (cidera)
menjalankan fungsinya maka mutlak janji (wan-
prestatie)
memerlukan adanya ketentuan hukum acara
yang diberlakukan atau diterapkan pada PHI Sumber : UU No. 2/2004 dan dari berbagai
tersebut. sumber
Pada hakekatnya sifat hukum acara adalah Sifat hukum acara PHI memiliki
mengabdi kepada hukum materiil. Hukum kekhususan dibandingkan dengan sifat
acara PHI sudah seharusnya sifatnya harus hukum acara perdata. Dalam hukum acara
mengabdi pula kepada hukum perburuhan PHI terdapat tolok ukur subyek dan tolok ukur
yang merupakan hukum materiilnya. Hukum pangkal atau obyek sengketa. Tolok ukur
perburuhan itu mempunyai karakteristik subyek yaitu pihak yang bersengketa adalah
yang berbeda dengan hukum perdata. Akibat antara Pekerja/buruh, Serikat pekerja/buruh
adanya karakteristik yang berbeda tersebut, dengan Pengusaha/gabungan pengusaha,
secara “parsial” pengabdian hukum formal ataupun dengan Serikat pekerja/buruh lain
terhadap materiilnya membawa spesifikasi dalam satu perusahaan, yang keduanya harus
didengar (audi alteram partem atau eines
14
Ibid., 1991, hlm. 1281-hlm.1997
mannes rede ist keines mannes rede, man menimbulkan pemikiran kritis bahwa tidaklah
soll sie horen alie beide – kedua belah pihak mudah untuk menerapkan ketentuan yang
harus didengar). Tolok ukur obyek sengketa menggariskan bahwa hukum acara Peradilan
ialah Perselisihan antara pihak yang meliputi Hubungan Industrial menggunakan hukum
: Perselisihan hak, Perselisihan kepentingan, acara perdata yang berlaku pada peradilan
Perselisihan PHK dan Perselisihan antar SP/ umum meskipun dengan pengecualian-
SB dalam satu perusahaan. Bentuk obyek pengecualian.
sengketa di luar keempat perselisihan tersebut Kesulitan dalam penerapan tersebut
dan yang bertalian dengan tindakan menurut sesungguhnya bersumber dari karakteristik
hukum perdata, apabila menimbulkan hukum acara PHI yang tercermin dalam
sengketa akan masuk menjadi kompetensi asas-asas hukum perburuhan yang melandasi
Peradilan Umum. hukum acara PHI. Mengenai asas-asas hukum
Sifat khas hukum acara perdata sesuai perburuhan termaksud antara lain :
dengan asas-asasnya, menurut Sudikno a. Asas perlindungan hukum. asas ini
Mertousumo adalah :15 mengandung makna pihak pekerja/
1. Hakim bersifat menunggu. buruh sebagai pihak yang lemah dalam
yaitu inisiatif untuk mengajukan berhadapan dengan pengusaha atau dan
tuntutan hak diserahkan sepenuhnya kepada perlu mendapatkan perlindungan sehingga
yang berkepentingan… Kalau tidak ada tidak terjadi tindakan sewenang-wenang.
tuntutan hak atau penuntutan, maka tidak ada b. Asas kesetaraan/kesejajaran kedudukan
hakim (Wo kein Klager ist, ist kein Richter; pekerja dan pengusaha. Asas ini
nemo judex sine actore). menempatkan dua pihak dalam hubungan
2. Hakim pasif industrial dalam posisi yang sama.
Hakim di dalam memeriksa perkara Asas-asas hukum perburuhan tersebut
perdata bersifat pasif dalam arti kata bahwa lebih menempatkan posisi dan maksud
ruang lingkup atau luas pokok sengketa yang diadakannya PHI sebagai perbandingan adalah
diajukan kepada hakim untuk diperiksa pada maksud diadakannya Peradilan Administrasi.
asasnya ditentukan oleh para pihak yang Menurut Van Galen dan Van Maarseven
berperan dan bukan oleh hakim. yang dikutip oleh Suparto Wijoyo, sesuai
3. Sifat terbukanya persidangan dengan maksud Peradilan Administrasi, yaitu
Sidang pemeriksaan pengadilan pada :16 “het bieden van (rechts-) bescherming
asasnya adalah terbuka untuk umum, yang tegen bestuurshandelingen” – memberikan
berarti bahwa setiap orang dibolehkan perlindungan hukum terhadap tindak
hadir dan mendengarkan pemeriksaan di pemerintahan”, asas-asas hukum administrasi
persidangan. yang merupakan “karakteristieken” hukum
4. Mendengar kedua belah pihak. acara Peradilan Administrasi adalah :
Di dalam hukum acara perdata kedua a. Actieve rechter (hakim aktif)
belah pihak haruslah diperlakukan sama, b. Ongelijkheidscompensatie (kompensasi
tidak memihak dan didengar bersama-sama. karena ketidaksamaan kedudukan)
5. Putusan harus disertai alasan-alasan. c. Uniteitsbeginsel (asas kesatuan);
Semua putusan pengadilan harus d. Non-cumulatie (non komulasi/
memuat alasan-alasan putusan yang penumpukan);
dijadikan dasar untuk mengadili. e. Vrij bewijs (pembuktian bebas);
6. Beracara dikenakan biaya. f. Procesmondigheid (penanganan secara
7. Tidak ada keharusan mewakilkan. lisan);
Memahami secara seksama tentang asas-
asas hukum acara perdata tersebut akan
16
Suparto Wijoyo, Op. Cit., hlm. 21-22
15
Sudikno Mertokusumo, Op. Cit., hlm. 9-16
dan bahkan perbedaan antara hukum acara Kewajiban Tidak ada ke- Memeriksa dan jika
PHI dengan hukum acara perdata dalam Hakim ter- wajiban hakim ada kekurangan
menyelesaikan perselisihan hubungan hadap guga- tetapi Ketua minta Penggugat
industrial di badan PHI menurut UU No. tan PN dapat menyempurnakan
memb er i kan (Psl 83 ayat (2) UU
2/2004 adalah mutlak. nasehat dalam 2/2004)
Berikut perbandingan hukum acara pembuatan
perdata dan hukum acara PHI yang penulis gugatan un-
simpulkan dalam bentuk tabel : tuk kelancaran
(Psl 119 & 132
HIR)
Tabel 4 : Perbandingan Hukum Acara Perdata Pengga- Tidak ada ke- Perselisihan hak/
dan Hukum Acara PHI bungan wajiban Pen- kepentingan yg dii-
Perbandin- P e r a d i l a n Pengadilan Hubun- Pers elisi- gadilan me- kuti perselisihan
gan Umum gan Industrial han/seng- mutus terlebih PHK, PHI memutus
M a j e l i s Tidak men- Harus 3 orang ter- keta dahulu perselisihan hak/
Hakim genal Hakim diri dari 1 (satu) kepentingan terle-
Adhoc Hakim karir seba- bih dahulu (Psl 86
gai ketua, 2 (dua) UU 2/2004)
Hakim Adhoc (dari
SP/SB dan APIN- Macam aca- Tidak dikenal Ada 2 (dua) macam
DO) (Psl 55 dan 60 ra pemerik- pemeriksaan pemeriksaan bi-
UU 2/2004) saan dengan acara asa (Psl 89 s/d 97
M a c a m Hanya 2 Ada 4 (empat) cepat UU 2/2004) dan
Perselisihan macam : wan- macam perselisihan pemeriksaan cepat
prestasi dan : Hak, Kepentingan, (Psl 98 s/d 99 UU
perbuatan PHK, antar SP/SB 2/2004)
melawan hu- dalam 1 perusahaan
kum (Psl 56 UU 2/2004) P u t u s a n Putusan sela Dikenal Putusan
Ting kat an Ada upaya hu- Tidak ada Banding Sela dapat dimin- sela yg tidak bisa di-
penyelesa- kum : Banding dan hanya perselisi- takan banding ajukan perlawanan
ian & Kasasi han Hak & PHK (Psl 185 ayat (Psl 96 UU 2/2004)
yg bisa dilakukan (1) dan Psl 190
kasasi (Psl 56 UU ayat (1) HIR)
2/2004)
Pengajuan Diajukan di Diajukan ke PHI Adanya Ketentuan Majelis Hakim men-
Gugatan tempat tinggal di tempat dimana k e t e nt u a n waktu dilaku- jatuhkan putusan
tergugat (Psl pekerja/buruh bek- waktu pe- kan secara in- paling lama 50 hari
142 HIR) erja (Psl. 81 UU nyelesaian ternal (SK Ket- (Psl 103 UU 2/2004)
2/2004) ua Mahkamah
Agung)
Upaya pe- Perundingan Wajib dilakukan
nyelesaian & upaya per- Mediasi/ konsiliasi
sebelum damaian wajib tanpa bukti telah S i d a n g Dimung- Sidang sah apabila
pengadilan dilakukan teta- dilakukan mediasi/ harus ma- kinkan si- dilakukan Majelis
pi tidak harus konsiliasi maka gu- jelis dang dengan Hakim (Psl 92 UU
ada bukti dan gatan dikembalikan hakim tung- 2/2004)
gugatan tetap (Psl 83 ayat (1) UU gal (ijin Ketua
diperiksa (Psl 2/2004) Mahkamah
130 HIR) Agung)
B i a y a Ada biaya Nilai gugatan di yang diusulkan oleh Serikat Pekerja dan
perkara perkara kecua- bawah Rp. 150 juta Organisasi Pengusaha (wakil dari kalangan
li berperkara tidak dikenakan bi- yang akan berperkara).
dengan prodeo aya 2. Ketentuan tentang kompetensi absolut
dengan syarat2
tertentu.
tentang macam-macam perselisihan dan
PERMA SCC kewenangan penyelesaiannya: a) ditingkat
(Small claim pertama perselisihan hak dan perselisihan
c o u r t ) / P E R- PHK, dan b) ditingkat pertama dan terakhir
MA No. 2 thn perselisihan kepentingan dan perselisihan
2015 – guga-
tan materiil antar Serikat Pekerja/Serikat Buruh dalam
<200juta satu perusahaan. Hukum acara perdata tidak
mengenal macam-macam perselisihan dan
Kuasa Hu- Hanya pengac- Serikat pekerja/seri- tidak membatasi perkara tertentu untuk tidak
kum ar a / Advok at kat buruh dan or- dapat dilakukan upaya hukum banding/
yang bisa men- ganisasi pengusaha kasasi. Karakteristik tentang macam-
jadi penasehat dapat bertindak se-
hukum (Psl 31 bagai kuasa hukum
macam perselisihan dan kewenangan
UU 18/2003) untuk beracara di PHI merupakan hal yang berbeda dalam
pengadilan Hubun- penerapan asas Pengawasan putusan lewat
gan industrial untuk kasasi. Dalam PHI hanya perselisihan hak
mewakili anggot- dan perselisihan Pemutusan Hubungan
anya.
(Psl 87 UU 2/2004) Kerja yang dapat dilakukan pengawasan
Sumber : UU No. 2/2004 dan dari berbagai melalui Mahkamah Agung. Putusan PHI
sumber Pada Pengadilan Negeri hanya dapat
dilakukan upaya hukum melalui kasasi tetapi
hanya pada perselisihan hak dan perselisihan
Kekhususan Hukum Acara PHI
Pemutusan Hubungan Kerja yang dapat
Pasal 57 UU No. 2/2004 menentukan
dilakukan upaya hukum kasasi. Terhadap
bahwa, hukum acara yang berlaku pada PHI
perselisihan kepentingan dan perselisihan
adalah Hukum Acara Perdata yang berlaku
antar Serikat Pekerja/Serikat Buruh dalam
pada Pengadilan dalam lingkungan Peradilan
satu perusahaan tidak dapat dilakukan upaya
Umum kecuali yang diatur secara khusus
hukum kasasi sebagaimana ketentuan Pasal
dalam UU No. 2/2004. Untuk itu perlu
56 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004.
diketahui mengenai apa saja hukum acara
3. Ketentuan tentang biaya perkara. Perkara
yang diatur dalam UU No. 2/2004 secara
yang nilai gugatannya kurang dari 150
khusus, dan mana yang berlaku hukum acara
juta rupiah para pihak dibebaskan dari
perdata umum.
biaya perkara termasuk eksekusi (Pasal
Hukum acara yang diatur secara khusus
58 UU No. 2/2004). Sepintas pembagian
dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun
nilai gugatan tidak menimbulkan masalah.
2004 tersebut menurut penulis merupakan
Sesungguhnya pembagian nilai gugatan itu
kekhususan hukum acara pada PHI yang
tetap menyimpan masalah dalam praktik.17
berbeda dengan hukum acara perdata, antara
Hukum acara perdata menentukan : asas
lain adalah sebagai berikut :
peradilan dengan membayar biaya yang
1. Susunan Majelis Hakim. PHI merupakan
dalam hal ini adalah Penggugat membayar
peradilan khusus yang berada pada
biaya perkara, kelak biaya dimaksud
lingkungan peradilan umum, susunan
menjadi kewajiban pihak yang kalah dalam
hakimnya bersifat tripatit, terdiri dari hakim
karir dan hakim ad hoc (Pasal 55 dan 60
17
Juanda Pangaribuan,Tuntunan Praktis Penyelesaian
UU No. 2/2004, sedangkan dalam hukum Perselisihan Hubungan Industrial, Edisi Revisi, Edisi Per-
acara perdata tidak mengenal hakim ad hoc tama, BIS, Jakarta,2010, hlm. 144
berperkara. Bagi yang tidak mampu dapat berfungsi sebagai tiket masuk PHI.18 Upaya
dibebaskan dari membayar biaya perkara penyelesaian diluar pengadilan, wajib
dengan memenuhi syarat-syarat tertentu. ditempuh, kalau tidak gugatan dikembalikan
Pada asas hukum acara perdata sengketa (Pasal 3, 4 dan 83 ayat (1) UU No. 2/2004).
yang diajukan ke pengadilan dikenakan Ketentuan tentang adanyarisalahperundingan
biaya. Dalam PHI berdasarkan Pasal 58 atau di PHI adalah ketentuan tentang adanya
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 yang risalah penyelesaian melalui mediasi atau
menentukan bahwa hanya gugatan yang nilai konsiliasi, dengan dasar pemikiran bahwa :
gugatannya diatas Rp. 150.000.000,- . Rasio Penyelesaian yang diharapkan adalah
legis dari ketentuan tersebut adalah sebagai
penyelesaian di luar pengadilan, seba-
bentuk perlindungan kepada pekerja/buruh
yangdalamperselisihanhubunganindustrial gaimana ditentukan dalam Pasal 36 ayat
tentu saja ada pada posisi yang lemah. (1) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003
4. Ketentuan tentang kompetensi relatif berupa juncto Pasal 3 ayat (1) UU No. 2/2004.
tempat pengajuan gugatan di tempat dimana
Hukum acara perdata menentukan bah-
pekerja/buruh bekerja. Gugatan diajukan
kepada PHI yang daerah hukumnya meliputi wa perundingan dianjurkan dan diupaya-
tempat pekerja bekerja (Pasal 81 UU No. kan pada setiap tingkat penyelesaian, na-
2/2004. Ketentuan dalam hukum acara mun hakim tidak boleh menolak suatu
perdata adalah sebagaimana asas actor
perkara.
sequitur forum rei : gugatan dilakukan
7. Ketentuan adanya dismissal process. Pasal
ditempat tinggal tergugat, apabila tidak
83 ayat (2) UU No. 2/2004 menentukan
diketahui, gugatan dilakukan ditempat
bahwa Hakim berkewajiban memeriksa isi
tinggal penggugat. Atau gugatan dapat
gugatan dan bila terdapat kekurangan, hakim
dilakukan di tempat tinggal yang dipilih
meminta pengugat untuk menyempurnakan
dalam perjanjian (Pasal 142 hir dan 118 RBg).
gugatannya. Hukum acara perdata tidak
5. Ketentuan tentang tenggang waktu pengajuan
ada ketentuan yang mewajibkan kepada
gugatan/daluwarsa. UU No. 2/ 2004
hakim untuk melakukan hal yang demikian,
menentukan bahwa gugatan oleh pekerja
dalam hukum acara perdata hanya dikenal
atastidakditerimanyaPemutusanHubungan
adanya ketentuan bahwa Ketua Pengadilan
Kerja, dapat diajukan hanya dalam tenggang
dapat memberi nasehat dan bantuan dalam
waktu satu tahun sejak diterimanya atau
pembuatan gugatan guna kelancaran
diberitahukannya keputusan dari pihak
penyelesaian perkara (Pasal 119 dan 132
pengusaha (Pasal 82 UU No. 2/2004). Dalam
hir, dan Pasal 156 RBg). Dalam hukum
hukum acara perdata pada dasarnya tidak
acara perdata dikenal Asas Hakim yang
mengenal daluwarsa dalam beracara.
Pasif (Lijdelijkeheid van de Rechter) dan
6. Ketentuan adanya risalah perundingan. Upaya
oleh karena dalam PHI dikenal adanya
perundingan dalam perselisihan hubungan
ketentuan dismissal process maka hal tersebut
industrial wajib dilakukan, tanpa bukti
menunjukkan karakteristik yang berbeda
perundingan, instansi ketenagakerjaan
dengan hukum acara perdata.
yang akan mencatatkan perselisihan, akan
8. Ketentuan tentang adanya dua perselisihan
mengembalikan berkasnya. Demikian
yang bersamaan. Pasal 86 UU No. 2/2004
pula yang berlaku di PHI, hakim PHI
menentukan bahwa dalam hal perselisihan
wajib mengembalikan gugatan kepada
hak dan/atau perselisihan kepentingan
pengugat, jika gugatan yang tidak dilampiri
diikuti dengan perselisihan pemutusan
risalah penyelesaian melalui mediasi atau
hubungan kerja, PHI wajib memutus
konsiliasi. Risalah maupun anjuran hanya
18
Juanda Pangaribuan, Op.cit., hlm. 132
terlebih dahulu perkara perselisihan hak secara terpisah, tetapi hanya ditulis dalam
dan/ atau perselisihan kepentingan. Dalam berita acara persidangan. Putusan sela dapat
hukum acara perdata tidak dikenal adanya dimintakan banding bersama-sama dengan
kewajiban pengadilan untuk memutus permintaan banding terhadap putusan
terlebih dahulu sengketa yang satu terhadap akhir (Pasal 185 ayat (1), Pasal 190 ayat
sengketa yang lainnya. (1) HIR dan Pasal 20 ayat (1), Pasal 196
9. Ketentuan tentang kuasa hukum. Dalam ayat (1) Rbg, dan Pasal 48 dan Pasal 332
UU No. 2/2004 memberikan kelonggaran Rv). Secara normatif dan praktik tidak
terhadap Serikat Pekerja dan Organisasi mengenal secara baku dan tegas bagaimana
Pengusaha untuk dapat bertindak sebagai memeriksa tuntutan provisionil. Karena
sebagai kuasa hukum, mewakili anggotanya tidak ada pemeriksaan tuntutan provisionil
(Pasal 87 UU No. 2/2004). Hukum acara secara baku, ketentuan praktik peradilan
perdata menentukan: Setiap orang yang kini bergantung pada pandangan dan
dengan sengaja menjalankan pekerjaan kebijakan hakim yang menangani perkara
profesi advokat dan bertindak seolah- apakah dengan mengeluarkan putusan
olah sebagai advokat, tetapi bukan sela yang menerima atau menolak ataukah
advokat, memberikan jasa hukum berupa menangguhkan hal itu setelah memeriksa
memberikan konsultasi hukum, bantuan pokok perkara ataukah putusan tersebut
hukum, menjalankan kuasa, mewakili, hanya disinggung selintas dalam putusan
meridampingi, membela, dan melakukan akhir.19
tindakan hukum lain untuk kepentingan 12. Ketentuan waktu penyelesaian yang
hukum klien, dapat dipidana penjara lima harus dilaksanakan/dipatuhi oleh pejabat
tahun dan denda paling banyak lima puluh yang melakukan kekuasaan kehakiman,
juta rupiah (Pasal 31 UU No. 18 Tahun 2003). berupa :
10. Ketentuan tentang macam-macam a). Dalam waktu paling lama tujuh hari kerja
pemeriksaan. UU No. 2/ 2004 mengatur setelah menerima gugatan, Ketua PN
dua macam acara pemeriksaaan, yaitu: a) harus sudah menetapkan majelis hakim
dengan acara biasa (Pasal 89 s/d 97 UU No. (Pasal 88 ayat (1) UU No. 2/2004);
2/2004 dan b) dengan acara Cepat (Pasal b). Dalam waktu paling lambat tujuh
98 s/d 99 UU No. 2/2004. Dalam hukum hari kerja sejak ditetapkannya majelis
acara perdata tidak mengenal pemeriksaan hakim, ketua majelis hakim harus sudah
dengan acara cepat. melakukan sidang pertama (Pasal 89 ayat
11.
Ketentuan tentang Putusan Sela. Pasal (1) UU No. 2/2004);
96 UU No. 2/ 2004 menentukan bahwa c). Apabila salah satu pihak tidak dapat
apabila dalam persidangan pertama secara menghadiri sidang, hari sidang
nyata-nyata pihak pengusaha terbukti tidak berikutnya paling lama dilakukan tujuh
melaksanakan kewajibannya membayar hari kerja sejak tanggal penundaan (Pasal
upah selama skorsing, majelis hakim 93 ayat (1) UU No. 2/2004);
harus segera menjatuhkan putusan sela d). Dalam waktu paling lama tujuh hari kerja
berupa perintah untuk membayar upah dan setelah menerima gugatan yang cukup
hak-hak pekerja lainnya, memerintahkan mendesak dari pemohon (pemeriksaan
sitajaminan, dan putusan itu tidak dapat dengan acara cepat), Ketua PN
diajukan perlawanan. Dalam hukum menetapkan dikabulkan atau ditolaknya
acara perdata tidak ada kewajiban hakim permohonan tersebut (Pasal 98 ayat (2)
untuk mengeluarkan putusan sela dalam UU No. 2/2004);
menyelesaikan sesuatu perkara. Dalam
prakteknya putusan sela diucapkan di 19
Lilik Mulyadi,Kompilasi Hukum Perdata Prespektif
dalam persidangan, namun tidak dibuat Teoritis dan Praktik Peradilan, Alumni, Bandung,2009,
hlm. 70
e). Tenggang waktu untuk jawaban dan 14. Tidak adanya upaya hukum banding. Dalam
pembuktian dari kedua belah pihak dalam UU No. 2/ 2004 tidak mengenal adanya
pemeriksaan dengan acara cepat, tidak upaya hukum banding yang tentu saja hal
boleh melebihi 14 hari kerja (Pasal 99 ini merupakan karakteristik hukum acara
ayat (2) UU No. 2/2004); di PHI yang berbeda dengan asas hukum
f). Majelis hakim wajib memberikan putusan acara perdata bahwa Pemeriksaan dalam 2
paling lama 50 hari kerja terhitung sejak instansi. Sebagaimana ketentuan dalam UU
sidang pertama (Pasal 103 UU No. No. 2/2004 maka terhadap putusan PHI Pada
2/2004); Pengadilan tidak ada upaya banding tetapi
g). Panitera pengganti harus memberikan hanya dapat dilakukan upaya hukum yaitu
pemberitahuan putusan paling lama 7 hari melalui kasasi di Mahkamah Agung. Hal ini
kerja setelah putusan dibacakan(Pasal105 berbeda dengan asas hukum acara perdata
UU No. 2/2004); yang berpedoman pada pemeriksaan dalam
h).Paniteramudaharusmenerbitkiansalinan 2 instansi (Onderzoek in Twee Instanties)
putusan paling lama 14 hari kerja setelah artinya jika salah satu pihak atau para
putusan ditandatangani (Pasal 105 UU pihak keberatan dengan putusan pengadilan
No. 2/2004); tingkat pertama maka dapat mengajukan
i). Panitera harus mengirimkan salinan bandingkepengadilantinggidanselanjutnya
putusan paling lama 7 hari kerja setelah pengadilan tinggi akan memeriksa kembali
salinan putusan diterbitkan (Pasal 107 perkara di pengadilan tingkat pertama.
UU No. 2/2004);
j). PutusanPengadilanmempunyaikekuatan D. Kesimpulan
hukum tetap apabila tidak diajukan kasasi
paling lama 14 kerja setelah diputus/ Hukum Acara di PHI didasarkan pada
diterima putusan (Pasal 110 UU No. ketentuan Pasal 57 UU No. 2/ 2004 bahwa
2/2004); hukum acara yang berlaku pada PHI adalah
k). Sub Kepaniteraan harus sudah hukum acara yang berlaku pada pengadilan
menyampaikan berkas permohonan dalam lingkungan peradilan umum, kecuali
kasasi kepada MA paling lama 14 hari yang diatur secara khusus dalam undang-
kerja setelah menerima permohonan undang ini. Pengaturan secara khusus dalam
kasasi (Pasal 112 UU No. 2/2004); UU No. 2/2004 adalah merupakan kekhususan
l). Penyelesaian perselisihan hak atau PHK hukum acara di PHI.
pada MApaling lama 30 hari kerja setelah
permohonan diterima (Pasal 115 UU No. DAFTAR PUSTAKA
2/2004);
Ali, Machsoen, dkk, Penyelesaian
Dalam hukum acara perdata pada umumnya
Perselisihan Hubungan Industrial
diatur secara internal berdasarkan SK Ketua
Melalui Pengadilan Hubungan
MA, kecuali proses kakasi ke MA (Pasal 46
Industrial, Laporan Penelitian
s/d 34 UU. No. 14 Tahun 1985 jo. UU No.
Universitas Airlangga, 2006;
5 Tahun 2004).
13.Ketentuan tentang sidang yang sah. Undang- Black, Henry Compbell, Black’s Law
Undang Nomor 2 Tahun 2004 menentukan Dictionary. West Publishing Co, St.
bahwa sidang sah apabila dilakukan oleh Paul, MN, USA, 1979;
majelis hakim (Pasal 92 UU No. 2/2004). Black, Henry Compbell, Black’s Law
Dalam hukum acara perdata masih Dictionary. West Publishing Co, St.
dimungkinkan sidang dengan hakim tunggal Paul, MN, USA, 1991;
berdasarkan izin dari Ketua MA.
Husni, Lalu, Penyelesaian Perselisihan