Anda di halaman 1dari 6

TUGAS RESUME

“PENYELESAIAN SENGKETA”

Nama :Daffa Rabbani Sophandy


NIM : D1A022382
Kelas : Antropologi Hukum (C2)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATA
PENYELESAIAN SENGKETA INDUSTRIAL

Perselisihan hubungan industrial menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 2 Tahun 2004 adalah
perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan
pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena adanya
perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan, perselisihan hubungan kerja atau
perselisihan antar serikat pekerja atau serikat buruh dalam satu perusahaan. Jenis perselisihan
hubungan industrial meliputi : perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan
pemutusan hubungan kerja, perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu
perusahaan.Penyelesaian melalui konsiliasi dilakukan untuk penyelesaian sengketa
kepentingan,perselisihan pemutusan hubungan kerja, atau perselisihan antar serikat pekerja/
serikat butuh dalam satu perusahaan. Sedangkan penyelesaian melalui arbitrase dilakukan
untuk penyelesaian sengketa kepentingan atau perselisihan antar serikat pekerja /serikat
buruh dalam satu perusahaan. Penyelesaian perselisihan hubungan industrial diatur dalam UU
No. 22 Tahun 1957 jo UU No. 2 Tahun 2004 secara tidak langsung sama-sama 2 Pasal 2 UU
No. 2 Tahun 2004mengenal penyelesaian secara wajib dan penyelesaian secara sukarela.
Dalam UU No. 22 Tahun 1957 penyelesaian sengketa wajib dimulai dengan musyawarah
untuk mufakat antara pihak yang berselisih (bipartit), apabila tidak selesai maka dilanjutkan
ke pegawai perantara di kantor yang bertanggung jawab pada bidang ketenagakerjaan dan
seterusnya ke panitia penyelenggara perselisihan perburuhan daerah dan pusat. Sedangkan
penyelesaian secara sukarela adalah melalui seorang juru atau dewan pemisah yang disebut
sebagai arbitrase. Sedangkan dalam UU No. 2 Tahun 2004 setelah perundingan bipartit,
apabila belum selesai maka dilanjutkan secara mediasi oleh seorang mediator. Apabila tidak
selesai salah satu pihak dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Hubungan Industrial.
Sementara itu penyelesaian sukarela menurut UU No. 2 Tahun 2004 adalah melalui
konsiliator dan arbiter yang dapat dipilih oleh para pihak. 3 Pada dasarnya cara penyelesaian
hubungan industrial dapat dilakukan diluar Peradilan Hubungan Industrial melalui bipartit,
mediasi, konsiliasi, atau arbitrasi dan dilakukan melalui Pengadilan Hubungan Industrial.
Akan tetapi sebelum melalui Pengadilan Hubungan Industrial wajib dilakukan melalui
bipartit selama 30 hari1. Apabila tidak mencapai kata mufakat salah satu atau kedua belah
pihak dapat mencatat perselisihannya kepada Disnaker dengan melampirkan bukti-bukti
upaya penyelesaian bipartit. Kemudian kepada para pihak ditawarkan penyelesaianya melalui

1
Pasal 3 UU No. 2 Tahun 2004
konsiliasi, mediasi, atau melalui arbitrase, sesuai dengan kewenangan masing-masing.
Perselisihan yang diselesaikan melalui mediasi adalah semua jenis perselisihan hubungan
industrial yang dikenal dalam UU No. 2 Tahun 2004 yaitu perselisihan hak. perselisihan
kepentingan, perselisihan PHK, perselisihan antar serikat pekerja dalam satu perusahaan.
Perselisihan yang dapat diselesaikan melalui konsiliasi semua perselisihan hubungan
industrial yang dikenal dalam UU No. 2 Tahun 2004 kecuali perselisihan hak. Dan
perselisihan yang dapat diselesaikan melalui arbitrase adalah perselisihan kepentingan,
perselisihan antar serikat pekerja dalam satu perusahaan. Apabila setelah 7 hari para pihak
yang berselisih tidak memilih maka penyelesaian sengketa dilimpahkan kepada mediator.

REKONTRUKSI PENYELESAIAN SENGKETA HUBUNGAN INDUSTRIAL

Merekontruksi Cara Penyelesaian Perselisihan merupakan aspek penting dalam


problematika hubungan industrial, rekontruksi dalam Aspek formal (prosedur) juga perlu
utamakan. Agar mekanisme penyelesaian Penyelesaian Hubungan Industrial dapat berjalan
dengan baik, dalam merekontruksi perselisihan hubungan industrial ada beberapa hal yang
perlu kita pahami cara penyelesaian diantaranya:2

1. Perundingan Bipartit, yaitu: Perundingan antara dua pihak pengusaha atau


gabungan
pengusaha dan buruh atau serikat buruh. Jika dalam proses bipartit menemukan kata sepakat
mengenai penyelesaiannya maka para pihak membuat perjanjian bersama yang kemudian
didaftarkan pada PHI wilayah tersebut. Namun jika dalam perundingan tidak menemukan
kesepakatan, maka para pihak yang berselisih harus melalui prosedural penyelesaian melalui
Perundingan Tripartit.

2 Perundingan Tripartit, merupakan cara Perundingan antara pekerja, pengusaha


dengan melibatkan pihak lain sebagai fasilitator dalam penyelesaian perselisihan hubungan
industrial antara pengusaha dan pekerja. Perundingan tripartit bisa melalui mediasi, konsiliasi
dan arbitrase. Mengutip pandangan M Taufiq dan Moegono dalam buku Moralitas Penegak
Hukum dan Advokad “Profesi Sampah” menyebutkan dalam suatu pertemuan tripartit yang

2
Rai Mantili,” Konsep penyelesaian perselisihan hubungan industrial antara serikat pekerja dengan
perusahaan melalui Combined Process (Med-Arbitrase)” Jurnal Bina Mulia Hukum Volume 6, Nomor
1, September 2021, hal 53-54
pernah diadakan setidaknya ada 3 pilar dalam iklim ivestasi indonesia, yakni situasi tenaga
kerja indonesia, tumbuhnya dunia usaha, dan tumbuhnya perekonomian indonesia, dibarengi
dengan tumbuhnya kesejahteraan para Pekerja / Buruh.3
 “Arbitrase adalah cara penyelesaian dengan jalur kesepakatan secara tertulis
yang bermuatan tentang para pihak bersepakat untuk menyerahkan kasus
penyelesaian perselisihannya kepada arbiter. Arbitrase memutushkan yang
nantinya akan menjadi sebuah keputusan final dan mengikat bagi para pihak
yang berselisih, sedangkan arbiter tersebut dipilih sendiri oleh para pihak
yang berselisih dari daftar yang sudah ditetapkan oleh Kemnaker

3 ABITRASE
Para pihak yang bersengketa dapat memilih yang ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.
Pengangkatan arbiter berdasarkan keputusan Menteri Ketenagakerjaan. Perselisihan yang
dapat diselesaikan melalui arbitrase adalah perselisihan kepentingan, perselisihan antar
serikat pekerja/buruh dalam satu perusahaan, putusan arbitrase bersifat final dan tidak bisa
melaui pengadilan hubungan industrial. Dalam hal putusan arbiter yang menimbulkan
keraguan dapat dimajukan tuntutan ingkar pada pengadilan negeri setempat dengan
memberikan alasan otentik. Pengadilan negeri dalam Pasal 38 UU No. 2 Tahun 2004 dalam
membuat alasan ingkar dimana tidak dapat diajukan perlawanan lagi. Menurut pasal 44 UU
No. 2 Tahun 2004, apabila tercapai perdamaian, arbiter harus membuat akta perdamaian yang
ditandatangani oleh para pihak dengan disaksikan oleh seorang arbiter atau majelis arbiter.
Penetapan akta perdamaian didaftarkan di muka pengadilan dan dapat juga di eksekusi oleh
pengadilan atau putusan tersebut. Putusan penetapan arbiter dibuat rangkap tiga dan diberikan
kepada masing-masing pihak satu rangkap dan serta didaftarkan ke pengadilan hubungan
industrial terdahap putusan tersebut yang telah berkekuatan hukum tidak dapat dimajukan
lagi. Meskipun sebenarnya putusan arbitrase bersifat final akan tetapi apabila para pihak tidak
puas dengan putusan tersebut maka para pihak dapat memohon pembatalan putusan arbitrase
ke Mahkamah Agung

4 Pengadilan Hubungan Industrial. Adalah jalan penyelesaian perselesihan Bagi


pihak yang kontra terhadap saran mediator dan juga konsiliator, mereka dapat mengajukan
gugatan kepada Pengadilan Hubungan Industrial. Tugas daripada Pengadilan ini ialah

3
M Taufiq dan Moegono dalam, Moralitas Penegak Hukum dan Advokad “Profesi Sampah”, JPBooks,
Karah Agung. Surabaya 2007, hal 24
mengadili perkara PHI, perselisihan Pemutuhan hubungan kerja PHK, serta
menerima.permohonan untuk melakukan eksekusi terhadap Perjanjian.Bersama yang
dilanggar. Memburuknya keadaan dunia ketenagakerjaan tentu berdampak buruk dan cukup
serius terhadap jutaan tenaga kerja,untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah perlu
Merekontruksi Hukum ketenagakerjaan menjadi salah satu syarat legal formal pemerintah
dalam mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai suatu negara kesejahteraan
sebagaimana dikemukakan oleh Spicker yaitu 4:

1. Perlindungan Kesejahteraan warganya adalah tugas Pemerintah


2. Promosikan kesejahteraan masyarakat juga merupakan tugas Pemerintah
3. Pemerintah mengamankan terwujudnya kesejahteraan Masyarakat.

Pemerintah terlibat aktif dalam mendorong terwujudnya pembangunan ekonomi


Nasional,
komitmen pemerintah dalam melayani serta menyediakan kesejahteraan untuk rakyatnya.
Khusus yang berkaitan dengan hukum ketenagakerjaan diantaranya adalah bertujuan untuk
mewujudkan kesejahteraan Pekerja sebagai bagian tulung punggung motor penggerak
produksi nasional dan demi kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Tujuan ini antara
lain dilakukan dengan mewujudkan keadilan dan perlindungan hukum dalam
penyelenggaraan hubungan industrial yang dikenal dengan sebutan hubungan industrial.
Susunan Pengadilan Hubungan Industrial pada pengadilan negeri terdiri dari :
1. Hakim;
2. Hakim ad Hoc;
3. Panitera muda;
4. Panitera pengganti;

Susunan Pengadilan Hubungan Industrial pada pengadilan Kasasi di Mahkamah Agung:


1. Hakim Agung;
2. Hakim ad Hoc pada Mahkamah
Agung;
3. Panitera;

4
Nuradi, Edi Rohaedi,Hukum ketenaga kerjaan, dalam perspektif perlindungan pekerja alih daya. Mandala
Suatu kebijaksaan bagi para pekerja apabila ada jaminan kepastian akan
pekerjaannya,
penghasilannya, kesehatan dan keselamatannya. Oleh sebab itu penting bagi perusahaan
untuk mengembangkan perangkat hubungan industrial yang didasarkan kepada pandangan
hidup bangsa yaitu pancasila. Perlunya system pengupahan yang baik dan berkeadilan, aturan
yang baku dan dapat di pertanggung jawabkan merupakan kunci sukses pencegahan dini
dalam penyelesaian permasalahan hukum ketenagakerjaan

Apabila Persoalan-persolan yang menyangkut ketenagakerjaan, perselisihan


hubungan
industrial sudah dapat diatasi dengan baik, maka tidak ada kata lain selain kesejahteraan itu
sendiri bagi pera pekerja dan berjalannya roda produksi perusahaan untuk memenuhi segala
kebutuhan hajat hidup orang banyak. Untuk merekontuksi penyelesaian hubungan industrial
Peran Pemerintah, Pengusaha dan pekerja/ buruh menjadi kunci penting dalam rangka
pembangunan ekonomi nasional khususnya dalam hal ketenagakerjaan, pemerintah,
pengusaha dan pekerja bersama-sama harus terus mendorang terlaksana tata kerja yang baik
sebagaimana amanah Undang-undang dasar 1945, Undang-undang no 13 Tahun 2003 dan
Undang-undang No 2 Tahun 2004.

Anda mungkin juga menyukai