Anda di halaman 1dari 18

KEWENANGAN MENGADILI

PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL


DALAM PERKARA DIREKSI MELAWAN PERUSAHAAN
Kajian Putusan Nomor 521 PK/Pdt/2017

THE INDUSTRIAL RELATIONS COURT JURISDICTION


IN THE CASE OF A COMPANY AGAINST ITS DIRECTORS
An Analysis of Decision Number 521 PK/Pdt/2017

Nindry Sulistya Widiastiani


Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Jl. Mrican Baru 28 Yogyakarta 55281
Email: nindry.widiastiani@uajy.ac.id

Naskah diterima: 4 Desember 2018; revisi: 19 Agustus 2019; disetujui 19 Agustus 2019

http://dx.doi.org/10.29123/jy.v12i2.349

ABSTRAK biasa yang merupakan yurisdiksi dari pengadilan negeri.

Penelitian ini menganalisis Putusan Peninjauan Kata kunci: kewenangan mengadili, direksi, pengadilan
Kembali Mahkamah Agung Nomor 521 PK/Pdt/2017, hubungan industrial, pengadilan negeri.
dalam perkara gugatan uang jasa pengabdian dan
penghargaan oleh direksi melawan perusahaannya.
ABSTRACT
Pada putusan peninjauan kembali, Mahkamah Agung
berpendapat bahwa perkara ini merupakan yurisdiksi This research aims to analyze the Supreme Court’s
dari pengadilan hubungan industrial, bukan pengadilan civil request Decision Number 521 PK/Pdt/2017, in
negeri. Pokok permasalahan dalam penelitian ini ialah the case of honorarium devotion lawsuit and reward of
mengenai apakah pengadilan hubungan industrial the directors against his company. In this decision, the
mempunyai yurisdiksi atas perkara a quo sebagaimana Supreme Court believes that this case is in the jurisdiction
dikemukakan Mahkamah Agung. Penelitian ini of the industrial relations court, not in the district court.
bersifat normatif untuk menelaah prinsip-prinsip yang The main issue in this research is whether the industrial
berkaitan dengan permasalahan secara mendalam. Hasil relations court has jurisdiction over the case as stated by
penelitian menunjukkan bahwa pengadilan hubungan the Supreme Court. This normative research is to examine
industrial tidak berwenang mengadili perkara ini. deeply about the principles that relate to the problem.
Direksi di perusahaan berkedudukan sebagai perwakilan The author concludes that the industrial relations court
pengusaha, bukan pekerja, sehingga perselisihan theoretically has no jurisdiction to handle this case. In
antara direksi dengan perusahaan bukanlah termasuk any companies, directors are the representatives, not
perselisihan hubungan industrial sebagaimana diatur their workers, so that the dispute between the company
dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004. Oleh and its directors is not an industrial relations dispute
karena itu, perkara ini adalah sengketa keperdataan as stipulated in Law Number 2 of 2004. Therefore, the

Kewenangan Mengadili Pengadilan Hubungan Industrial (Nindry Sulistya Widiastiani) | 179


case is just a regular civil law dispute under which the Keywords: jurisdiction, director, industrial relations
district court has jurisdiction. court, district court.

I. PENDAHULUAN Selain empat lingkup peradilan tersebut,


A. Latar Belakang terdapat pula sistem penyelesaian sengketa
berdasarkan yurisdiksi khusus (specific
Manusia selalu berhubungan antara satu
jurisdiction) (Harahap, 2007: 183), misalnya
sama lain, hidup berkelompok dalam masyarakat.
pengadilan tindak pidana korupsi dan pengadilan
Hal tersebut disebabkan karena manusia adalah
hubungan industrial. Pembagian lingkup peradilan
makhluk sosial (zoon politicon), yakni makhluk
tersebut juga mempunyai konsekuensi adanya
yang tidak dapat melepaskan diri dari berinteraksi
perbedaan kewenangan mengadili, yang disebut
atau berhubungan satu sama lain dalam rangka
yurisdiksi (jurisdiction) atau kompetensi, yakni
memenuhi kebutuhannya, baik yang bersifat
pengadilan yang berwenang mengadili sengketa
jasmani maupun rohani (Husni, 2004: 1).
tertentu sesuai dengan ketentuan yang digariskan
Kehidupan bersama itu menyebabkan adanya
peraturan perundang-undangan (Ingman, 1996: 1).
interaksi, kontak atau hubungan satu sama lain
(Mertokusumo, 2010: 4). Interaksi dan kontak Perbedaan pengadilan berimplikasi terdapat
tersebut tak jarang berkembang menjadi konflik perbedaan kewenangan mengadili. Setiap
akibat benturan kepentingan. Di sinilah peran pengadilan mempunyai kewenangan mengadili
hukum sebagai pelindung kepentingan manusia. jenis sengketa yang berbeda-beda. Oleh karena
Apabila terjadi konflik atau sengketa, pelaksanaan itu, memperhatikan karakteristik jenis sengketa
penegakan hukum itu diserahkan kepada penguasa, yang menjadi kewenangan suatu pengadilan
dalam hal ini kekuasaan kehakiman (Mertokusumo, tertentu menjadi penting, agar gugatan tidak salah
2010: 175). alamat yang mempunyai konsekuensi tidak dapat
diterimanya gugatan di pengadilan.
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009
menyebutkan bahwa kekuasaan kehakiman Masalah mengenai kewenangan mengadili
merupakan kekuasaan negara yang merdeka untuk ini terlihat pula pada salah satu kasus yang dimuat
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan dalam Putusan Nomor 521 PK/Pdt/2017. Kasus
hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila, tersebut bermula dari pengajuan gugatan seorang
demi terselenggaranya negara hukum Republik mantan direksi Bank Pembangunan Daerah DIY.
Indonesia. Pada negara hukum Republik Indonesia, Direksi tersebut mempersoalkan mengenai uang
penyelenggaraan kekuasaan kehakiman tersebut jasa dan pengabdian yang tidak dibayarkan oleh
dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan Bank Pembangunan Daerah DIY. Padahal uang
badan peradilan yang berada di bawahnya, serta jasa dan pengabdian tersebut mestinya merupakan
oleh sebuah Mahkamah Konstitusi (Butarbutar, salah satu imbalan yang diberikan oleh Bank
2009: 358). Terdapat empat lingkup badan peradilan Pembangunan Daerah DIY kepada direksinya,
di Indonesia, yakni lingkungan peradilan umum, atas pelaksanaan tugas pengelolaan perusahaan.
peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan Akibat tidak adanya pembayaran uang tersebut,
tata usaha negara (Mertokusumo, 2009: 21). direksi kemudian menuntut perusahaannya, Bank

180 | Jurnal Yudisial Vol. 12 No. 2 Agustus 2019: 179 - 196


Pembangunan Daerah DIY, ke pengadilan. Kasus pengabdian antara direksi melawan perusahaannya,
ini telah diperiksa pada pengadilan-pengadilan sebagaimana dimuat dalam Putusan Nomor 521
tingkat sebelumnya dengan Putusan Nomor PK/Pdt/2017?
54/Pdt.G/2012/PN.Yk, Nomor 09/PDT/2013/
PT.Y, dan Nomor 2788 K/Pdt/2013. Tidak puas C. Tujuan dan Kegunaan
dengan putusan kasasi, direksi tersebut kemudian
mengajukan permohonan peninjauan kembali. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengkaji kewenangan mengadili pengadilan
Pada Putusan Nomor 521 PK/Pdt/2017, hubungan industrial pada kasus gugatan uang jasa
Mahkamah Agung akhirnya menolak permohonan dan pengabdian direksi melawan perusahaannya
peninjauan kembali yang diajukan oleh direksi berdasarkan Putusan Nomor 521 PK/Pdt/2017.
tersebut. Di bagian pertimbangan mengenai
hukumnya, halaman ke-28 putusan tersebut, Manfaat yang dapat diperoleh dari
Mahkamah Agung menyatakan bahwa pokok penelitian ini:
sengketa antara direksi tersebut dengan 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberi
Bank Pembangunan Daerah DIY merupakan manfaat bagi pengembangan ilmu hukum,
kewenangan absolut dari pengadilan hubungan khususnya hukum ketenagakerjaan,
industrial. Mahkamah Agung tidak sependapat hukum perdata, dan hukum acara perdata
dengan dalil direksi yang menyatakan bahwa sebagai salah satu referensi tambahan
pokok sengketa dalam kasus ini merupakan yang membahas mengenai kewenangan
kewenangan absolut dari pengadilan negeri, mengadili pengadilan hubungan industrial
sebagaimana direksi tersebut sebelumnya telah dan pengadilan negeri.
mengajukan gugatannya kepada Pengadilan
Negeri Yogyakarta. Hal ini menjadi menarik 2. Penelitian ini diharapkan memberi
untuk dikaji apakah dalam kasus yang dimuat sumbangan pemikiran, serta menambah
dalam Putusan Nomor 521 PK/Pdt/2017 tersebut wawasan dan pengetahuan di bidang ilmu
seharusnya merupakan kewenangan pengadilan hukum, khususnya hukum ketenagakerjaan,
hubungan industrial sebagaimana dikemukakan hukum perdata, dan hukum acara perdata.
oleh Mahkamah Agung, ataukah merupakan
3. Penelitian ini juga diharapkan memberikan
kewenangan pengadilan negeri sebagaimana
masukan bagi hakim sebagai sumber
didalilkan oleh direksi tersebut.
pemahaman tambahan dan rujukan untuk
memutus perkara terkait perbedaan
B. Rumusan Masalah kewenangan mengadili pengadilan
hubungan industrial dan pengadilan negeri.
Bertitik tolak pada latar belakang yang
telah dikemukakan pada bagian sebelumnya,
dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: D. Tinjauan Pustaka
Apakah pengadilan hubungan industrial memiliki 1. Kewenangan Mengadili
kewenangan untuk memeriksa, mengadili,
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009
dan memutus perkara gugatan uang jasa dan
tentang Kekuasaan Kehakiman mendefinisikan

Kewenangan Mengadili Pengadilan Hubungan Industrial (Nindry Sulistya Widiastiani) | 181


kekuasaan kehakiman sebagai kekuasaan tertentu sesuai dengan ketentuan yang digariskan
negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peraturan perundang-undangan (Ingman, 1996:
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan 1). Tujuan utama membahas yurisdiksi atau
berdasarkan Pancasila, demi terselenggaranya kewenangan mengadili adalah untuk memberi
negara hukum Republik Indonesia. penjelasan mengenai masalah pengadilan mana
Penyelenggaraan kekuasaan kehakiman tersebut yang benar dan tepat berwenang mengadili suatu
dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan sengketa atau kasus yang timbul, agar pengajuan
badan peradilan yang berada di bawahnya dan penyampaiannya kepada pengadilan tidak
dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan keliru (Harahap, 2007: 180).
peradilan agama, lingkungan peradilan militer,
Kompetensi atau kewenangan mengadili
dan lingkungan peradilan tata usaha negara, dan
tersebut terbagi lagi menjadi dua macam, yakni
oleh sebuah Mahkamah Konstitusi (Butarbutar,
kewenangan absolut dan kewenangan relatif.
2009 :358).
Kewenangan absolut merupakan wewenang
Selain pengadilan yang berada dalam badan pengadilan dalam memeriksa jenis
keempat lingkungan sebagaimana diatur dalam perkara tertentu yang secara mutlak tidak dapat
Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman diperiksa oleh badan pengadilan lain, baik dalam
tersebut, terdapat pula sistem penyelesaian lingkungan peradilan yang sama, maupun dalam
sengketa berdasarkan yurisdiksi khusus (specific lingkungan peradilan lain (Mertokusumo, 2009:
jurisdiction) yang diatur dalam berbagai peraturan 86). Problematik dari kewenangan mengadili
perundang-undangan (Harahap, 2007: 183). secara absolut ini digunakan untuk menjawab
Misalnya seperti pengadilan pajak, pengadilan pertanyaan berupa peradilan macam apa yang
tindak pidana korupsi, dan pengadilan hubungan berwenang untuk mengadili suatu perkara
industrial. (Retnowulan, Sutantio & Oeripkartawinata,
2005: 15).
Pembedaan macam-macam lingkup dan
jenis pengadilan tersebut menimbulkan implikasi Merujuk dari pertanyaan tersebut, dapat
tersendiri. Pembedaan terhadap lingkup dan jenis diartikan bahwa setiap jenis atau lingkup peradilan
pengadilan menyebabkan adanya pembedaan memiliki kewenangan absolut masing-masing.
kewenangan dalam proses memeriksa, mengadili, Kewenangan absolut tersebut akan berbeda
dan memutus suatu perkara. Konsekuensinya, tergantung pada jenis atau lingkup peradilannya.
beda lingkup pengadilannya, maka berbeda Pada dasarnya, kewenangan absolut tersebut
pula karakteristik jenis sengketa yang menjadi ditentukan dalam suatu undang-undang (Subekti,
kewenangannya. 1977: 13). Undang-undang tersebutlah yang
akan menentukan karakteristik perkara yang
Perbedaan-perbedaan tersebut
seperti apa yang dapat diperiksa, diadili, dan
menimbulkan permasalahan kekuasaan
diputus oleh suatu lingkup peradilan tertentu. Di
mengadili, yang disebut dengan yurisdiksi
sisi lain, terdapat kewenangan mengadili yang
(jurisdiction) atau kompetensi atau kewenangan
bersifat relatif. Kewenangan ini berkaitan dengan
mengadili (Harahap, 2007: 179), yaitu
wilayah hukum suatu pengadilan (Mertokusumo,
pengadilan yang berwenang mengadili sengketa
2009: 88). Kewenangan relatif akan menjawab

182 | Jurnal Yudisial Vol. 12 No. 2 Agustus 2019: 179 - 196


pertanyaan peradilan wilayah manakah yang undang-undang ditetapkan pengadilan lain untuk
berwenang untuk mengadili suatu perkara tertentu. memeriksa dan memutuskan (Mertokusumo,
Berbeda dengan kewenangan absolut yang 2009: 83). Bertolak dari penjelasan tersebut,
ditentukan oleh undang-undang, kewenangan maka kewenangan absolut pengadilan negeri
relatif ditentukan dalam hukum acara masing- mengenai perkara perdata pada dasarnya untuk
masing peradilan yang bersangkutan (Subekti, mengadili perkara perdata pada umumnya.
1977: 13). Pembatasan kewenangan absolut untuk mengadili
perkara atau sengketa keperdataan tersebut hanya
a. Pengadilan Negeri terletak apabila dalam undang-undang lain tidak
menentukan specific jurisdiction di pengadilan
Salah satu lingkup peradilan di bawah lain terhadap suatu perkara tertentu. Misalnya
Mahkamah Agung dalam Undang-Undang perkara perceraian bagi mereka yang beragama
Kekuasaan Kehakiman adalah lingkup peradilan Islam, berdasarkan Undang-Undang Peradilan
umum. Undang-Undang Peradilan Umum Agama menjadi kewenangan dari pengadilan
menentukan bahwa peradilan umum adalah agama. Oleh karena itu, sengketa yang berkaitan
salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi dengan hal tersebut sudah bukan lagi menjadi
para pencari keadilan pada umumnya mengenai kewenangan absolut dari pengadilan negeri,
perkara pidana dan perdata. Merujuk dari meskipun perceraian tersebut merupakan salah
pengaturan dalam Undang-Undang Peradilan satu bentuk dari sengketa keperdataan.
Umum tersebut, terlihat bahwa kewenangan
mengadili yang bersifat absolut pada peradilan Kesimpulannya, kewenangan mengadili
umum merupakan perkara pidana dan perdata secara absolut pengadilan negeri terbatas pada
pada umumnya. sengketa keperdataan di tingkat pertama yang
memiliki karakteristik atau kekhususan, berupa
Peradilan umum ini terdiri dari dua tingkat, tidak dikecualikan oleh undang-undang, menjadi
yakni pengadilan negeri pada pemeriksaan bagian dari kewenangan absolut pengadilan lain.
perkara tingkat pertama dan pengadilan tinggi
pada pemeriksaan perkara tingkat banding.
b. Pengadilan Hubungan Industrial
Pengadilan negeri bertugas dan berwenang
untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan Pengadilan hubungan industrial merupakan
perkara pidana dan perdata di tingkat pertama salah satu bentuk sistem penyelesaian sengketa
(Mertokusumo, 2009: 83). Kewenangan absolut berdasarkan yurisdiksi khusus (spesific
pengadilan negeri terletak pada tugasnya untuk jurisdiction). Pengadilan hubungan industrial
mengadili perkara pidana dan perdata, namun ini lahir sejak diundangkannya Undang-Undang
terkhusus pada pemeriksaan perkara di tingkat Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian
pertama saja. Perselisihan Hubungan Industrial. Pasal 1
angka 17 Undang-Undang Nomor 2 Tahun
Kekuasaan pengadilan negeri dalam perkara
2004 memberikan definisi mengenai pengadilan
perdata meliputi semua sengketa tentang hak milik
hubungan industrial sebagai pengadilan khusus
atau hak-hak yang timbul karenanya, atau hak-
yang dibentuk di lingkungan pengadilan negeri,
hak keperdataan lainnya, kecuali apabila dalam

Kewenangan Mengadili Pengadilan Hubungan Industrial (Nindry Sulistya Widiastiani) | 183


yang berwenang memeriksa, mengadili, dan Pasal 1 angka 15 Undang-Undang
memberi putusan terhadap perselisihan hubungan Ketenagakerjaan mendefinisikan hubungan kerja
industrial. sebagai hubungan antara pengusaha dan pekerja
yang didasarkan atas adanya perjanjian kerja. Ini
Merujuk dari definisi tersebut, terlihat
berarti pihak-pihak dalam hubungan kerja terdiri
bahwa meskipun pengadilan hubungan industrial
atas pengusaha dan pekerja. Pekerja sendiri
merupakan bentuk dari specific jurisdiction,
didefinisikan sebagai setiap orang yang bekerja
namun keberadaannya masih berada di
dengan menerima upah atau imbalan dalam
lingkungan pengadilan negeri. Meski antara
bentuk lain (Pasal 1 angka 3 Undang-Undang
pengadilan hubungan industrial dan pengadilan
Ketenagakerjaan). Di sisi lain, pengusaha
negeri terdapat koneksitas, hal tersebut tidak
meliputi (Pasal 1 angka 5 Undang-Undang
menimbulkan hilangnya pemisahan kewenangan
Ketenagakerjaan):
absolut (Harahap, 2007: 183). Mendasarkan pada
definisi tersebut, pengadilan hubungan industrial a. Orang perseorangan, persekutuan
atau badan hukum yang menjalankan
memiliki kewenangan absolut untuk mengadili suatu perusahaan milik sendiri;
sengketa yang timbul akibat perselisihan b. Orang perseorangan, persekutuan
hubungan industrial. atau badan hukum yang secara berdiri
sendiri menjalankan perusahaan yang
bukan miliknya;
Perselisihan hubungan industrial sendiri c. Orang perseorangan, persekutuan
didefinisikan dalam Pasal 1 angka 1 Undang- atau badan hukum yang berada di
Undang Nomor 2 Tahun 2004 sebagai perbedaan Indonesia mewakili perusahaan
sebagaimana dimaksud dalam huruf
pendapat yang mengakibatkan pertentangan a dan b yang berkedudukan di luar
antara pengusaha atau gabungan pengusaha wilayah Indonesia.
dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat
Selain pekerja dan pengusaha, terdapat
buruh karena adanya perselisihan mengenai hak,
pula organisasi pengusaha dan serikat pekerja
perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan
yang diberi kemungkinan untuk mengajukan
hubungan kerja, dan perselisihan antar serikat
penyelesaian sengketa pada pengadilan hubungan
pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan. Dari
industrial, dalam hal terjadi perselisihan
definisi ini dapat disimpulkan bahwa kewenangan
hubungan industrial.
absolut dari pengadilan hubungan industrial secara
khusus untuk mengadili sengketa keperdataan Lahirnya Undang-Undang Nomor 2 Tahun
antara pengusaha dengan pekerja yang berkaitan 2004 tersebut berimplikasi pada penyelesaian
dengan hubungan kerja di antara mereka. Secara sengketa keperdataan yang bersumber dari
khusus Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 hubungan kerja atau perselisihan hubungan
telah menentukan siapa pihak-pihak yang berhak industrial tidak lagi menjadi kewenangan absolut
untuk mengajukan penyelesaiannya di pengadilan dari peradilan umum, khususnya pengadilan
hubungan industrial. Pihak-pihak tersebut negeri. Kewenangan mengadili sengketa macam
merupakan pihak-pihak yang secara khusus ada ini telah menjadi kewenangan absolut dari
di dalam hubungan kerja, sebagaimana diatur pengadilan hubungan industrial sebagai specific
dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 jusrisdiction.
tentang Ketenagakerjaan.

184 | Jurnal Yudisial Vol. 12 No. 2 Agustus 2019: 179 - 196


2. Hubungan Direksi dengan Perusahaan (Warsito, 2016: 38). Artinya, badan hukum
tadi dapat mengadakan hubungan hukum dan
Subjek hukum dalam hukum perdata
perbuatan hukum sendiri, melalui perantaraan
merupakan suatu penyandang hak, yaitu manusia
manusia. Badan hukum bertindak diwakili oleh
dan badan yang menurut hukum berwenang
pengurusnya sebagaimana ditentukan dalam
(bevoegdheid) menjadi pendukung hak
anggaran dasar untuk bertindak atas nama dan
(rechtsbevoegdheid) (Warsito, 2016: 29). Manusia
untuk kepentingan badan hukum (Muhammad,
merupakan subjek hukum menurut konsep
2014: 27).
biologis, sebagai gejala alam, sebagai makhluk
budaya ciptaan Tuhan yang dilengkapi dengan Merujuk pada teori tersebut, perusahaan
akal, perasaan, dan kehendak (Muhammad, juga beroperasi melalui perantaraan manusia
2014:23). Sebaliknya, badan hukum adalah yang disebut direksi (Lewis, 2014: 54). Direksi
subjek hukum menurut konsep yuridis, sebagai tersebut merupakan representasi dari pikiran
gejala hidup bermasyarakat, sebagai badan dan kehendak perusahaan, serta mengontrolnya
ciptaan manusia berdasar pada hukum, memiliki (Mc Gee, Williams & Scantan, 2005: 109).
hak dan kewajiban seperti manusia (Muhammad, Direksi mempunyai tugas dan fungsi utama
2014: 23). untuk menjalankan dan menjalankan pengurusan
(beheer, administration or management)
Badan hukum merupakan perkembangan
perusahaan (Harahap, 2015: 345). Dengan kata
dari teori subjek hukum, yang didasari karena
lain, perusahaan diurus atau dikelola oleh direksi.
adanya kebutuhan dari masyarakat untuk
membentuk badan-badan tertentu yang menunjang Untuk dapat bertindak sebagai direksi,
kegiatan sehari-hari. Pada perkembangannya, seseorang tersebut harus lah diangkat atau
badan-badan tersebut kemudian diberi “baju” ditunjuk oleh “pemilik” perusahaan. “Pemilik”
oleh hukum, yang kemudian dapat diakui sebagai perusahaan adalah para pemegang saham dan
salah satu macam subjek hukum yang mempunyai mereka mengangkat direksi untuk menjalankan
kewenangan bertindak. Di dalam hukum disebut perusahaan (Lewis, 2014: 54). Pengangkatan atau
dengan artificial legal person, yang mana di mata penunjukan ini disebut pula sebagai pemberian
hukum, badan-badan atau perusahaan tersebut amanat (legal mandatory), yang diserahkan
merupakan person yang mempunyai hak dan dengan dasar konsep hubungan kepercayaan
kewajiban seperti layaknya manusia (human (fiduciary duties) (Kasim, 2010: 1).
person) (Lewis, 2014: 46).
Fiduciary duties tersebut terdapat
Menurut Otto von Gierke, badan hukum dalam teori fiduciary duty yang terkait dengan
tersebut seperti manusia, yang sungguh- kewenangan direksi dalam menjalankan
sungguh ada di dalam pergaulan hukum (eine perusahaan. Istilah fiduciary duty berasal dari dua
leibliche geistige Lebenseinheit) (Warsito, kata, yakni fiducia dan duty (Fuady, 2014: 30).
2016: 38). Badan hukum tersebut menjadi Fiduciary berasal dari bahasa latin fiduciarus
suatu verbandspersonlichkeit, yakni suatu dengan akar fidus yang berarti “kepercayaan,”
badan yang mewujudkan keinginannya dengan sedangkan duty berarti “tugas” (Fuady, 2014:
perantaraan alat-alat (organen) yang ada padanya 30). Dengan demikian, konsep fiduciary duty

Kewenangan Mengadili Pengadilan Hubungan Industrial (Nindry Sulistya Widiastiani) | 185


dapat diartikan sebagai memegang sesuatu dalam Kualitatif artinya analisis dilakukan dengan
kepercayaan. menggambarkan, menjelaskan serta menganalisis
data yang diperoleh selama penelitian berdasarkan
Teori atau konsep fiduciary duty ini
bahan-bahan hukum yang secara sistemik dan
terkait erat dengan pengangkatan direksi dan
akurat (Soekanto, 2012: 32). Data yang telah
pemberian kewenangannya. Seorang direksi
dianalisis kemudian hasilnya dipaparkan secara
untuk menjalankan suatu perusahaan dibutuhkan
deskriptif.
adanya pengangkatan atau pemberian amanat oleh
“pemilik” perusahaan yang merupakan pemegang
saham. Pemberian amanat (legal mandatory) III. HASIL DAN PEMBAHASAN
tersebut didasarkan atas prinsip kepercayaan Putusan Nomor 521 PK/Pdt/2017 bermula
sebagaimana dimaksudkan oleh teori fiduciary duty dari adanya pengajuan gugatan ke pengadilan
tersebut. Dengan demikian, direksi merupakan negeri oleh seorang mantan direksi di Bank
pengelola dan pengurus dari suatu perusahaan. Pembangunan Daerah DIY. Direksi tersebut
Artinya, kegiatan atau perbuatan hukum dari menjabat sejak dikeluarkannya Surat Keputusan
perusahaan dilakukan melalui perantaraan direksi Gubernur DIY Nomor 49 Tahun 2003 tertanggal
sebagai mediumnya. Tanpa direksi, perusahaan 12 April 2003. Masa jabatan direksinya diakhiri
tidak dapat beroperasi dan melakukan berbagai pada tahun 2009 dengan dikeluarkannya
perbuatan hukum untuk menunjang hak dan Keputusan Gubernur DIY Nomor 162/KEP/2009
kewajibannya. Direksi merupakan representasi tertanggal 4 September 2009.
dari perusahaan itu sendiri.
Atas jabatannya sebagai direksi, apabila
mendasarkan pada Keputusan Gubernur DIY
II. METODE
Nomor 103 Tahun 2000 tentang Penghasilan,
Penelitian hukum merupakan suatu Hak-Hak, dan Penghargaan Direksi Bank
kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, Pembangunan Daerah DIY, direksi tersebut
sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan berhak atas uang jasa dan pengabdian setiap
untuk mempelajari satu atau beberapa gejala bulannya. Uang jasa dan pengabdian ini sejak
hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya bulan April 2007 sampai dengan September
(Soekanto, 2012: 43). Untuk itu, suatu penelitian 2009 tidak dibayarkan, hingga akhirnya direksi
hukum membutuhkan metode sebagai arah dan tersebut mengajukan gugatan ke Pengadilan
petunjuk penelitian. Metode yang digunakan Negeri Yogyakarta pada tahun 2011 melawan
dalam penelitian ini merupakan metode penelitian perusahaannya, yakni Bank Pembangunan
hukum yang bersifat normatif. Normatif artinya Daerah DIY.
melakukan penelitian hukum dengan cara
Perkara a quo telah diputus di tingkat
meneliti bahan pustaka atau data sekunder, yang
peninjauan kembali dengan Putusan Nomor 521
terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan
PK/Pdt/2017 pada tanggal 25 Januari 2018. Pada
tersier (Soekanto & Mamudji, 2011: 14).
putusan peninjauan kembali tersebut, Mahkamah
Data yang diperoleh dari penelitian, Agung menolak permohonan peninjauan
selanjutnya dianalisis secara kualitatif. kembali yang diajukan oleh direksi. Mencermati

186 | Jurnal Yudisial Vol. 12 No. 2 Agustus 2019: 179 - 196


pada bagian pertimbangan di dalam putusan, dan memberi putusan terhadap perselisihan
Mahkamah Agung menyebutkan bahwa pokok hubungan industrial. Pasal tersebut menetapkan
sengketa dalam perkara a quo merupakan bagian kewenangan absolut dari pengadilan hubungan
dari kewenangan absolut pengadilan hubungan industrial, yakni sengketa-sengketa yang
industrial, sehingga peradilan umum, dalam hal ini mempunyai karakteristik sebagai sengketa
Pengadilan Negeri Yogyakarta tidak berwenang perselisihan hubungan industrial. Artinya,
untuk memeriksa dan mengadili perkara a quo kewenangan absolut pengadilan hubungan
(halaman 28 Putusan 521 PK/Pdt/2017). industrial hanya terbatas pada sengketa yang
bersumber dari perselisihan hubungan industrial.
Berarti terdapat perbedaan pendapat antara
direksi tersebut dengan Mahkamah Agung. Untuk mengetahui secara pasti mengenai
Direksi tersebut berpendapat bahwa perkaranya kewenangan absolut pengadilan hubungan
merupakan sengketa keperdataan pada umumnya, industrial, maka perlu merujuk kepada pengertian
sehingga merupakan bagian dari kewenangan perselisihan hubungan industrial. Definisi tersebut
absolut pengadilan negeri. Di sisi lain, Mahkamah terdapat dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang
Agung mengemukakan bahwa pokok perkara Nomor 2 Tahun 2004, perselisihan hubungan
tersebut merupakan sengketa yang berkaitan industrial diartikan sebagai perbedaan pendapat
dengan hubungan kerja, sehingga merupakan yang mengakibatkan pertentangan antara
bagian dari kewenangan pengadilan hubungan pengusaha atau gabungan pengusaha dengan
industrial. Bertitik tolak pada perbedaan kedua pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh
pihak ini, menjadi pertanyaan, sebenarnya karena adanya perselisihan hak, perselisihan
sengketa tersebut menjadi kewenangan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan
pengadilan mana? kerja, dan perselisihan antar serikat pekerja/
serikat buruh dalam satu perusahaan.
Mendasarkan pada pertimbangan yang
dituangkan Mahkamah Agung dalam Putusan Mengacu pada definisi tersebut, perselisihan
Nomor 521 PK/Pdt/2017, pokok sengketa antara hubungan industrial terbatas pada pihak-pihak
direksi dengan perusahaannya, yakni Bank tertentu saja, yakni perselisihan antara pengusaha
Pembangunan Daerah DIY, merupakan bagian atau gabungannya dengan pekerja atau serikatnya.
dari kewenangan absolut pengadilan hubungan Secara singkat, hanya ada dua pihak dalam
industrial. Pengaturan mengenai karakteristik suatu perselisihan hubungan industrial, yakni
perkara yang menjadi kewenangan absolut dari pengusaha dan pekerja. Perselisihan hubungan
pengadilan hubungan industrial terdapat dalam industrial merupakan perbedaan pendapat antara
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang pengusaha dengan pekerja. Artinya, kewenangan
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. absolut dari pengadilan hubungan industrial
pada intinya adalah memeriksa, mengadili, dan
Pasal 1 angka 17 Undang-Undang Nomor
memutus perkara yang berasal dari perselisihan
2 Tahun 2004 mengatur bahwa pengadilan
dalam hubungan antara pengusaha dengan
hubungan industrial merupakan pengadilan
pekerja. Hubungan antara pengusaha dengan
khusus yang dibentuk di lingkungan pengadilan
pekerja tersebut disebut sebagai hubungan kerja.
negeri yang berwenang memeriksa, mengadili,
Definisi hubungan kerja dapat ditemukan dalam

Kewenangan Mengadili Pengadilan Hubungan Industrial (Nindry Sulistya Widiastiani) | 187


Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 13 a. Orang perseorangan, persekutuan
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yakni atau badan hukum yang menjalankan
suatu perusahaan milik sendiri;
hubungan antara pengusaha dengan pekerja b. Orang perseorangan, persekutuan
berdasarkan perjanjian kerja. atau badan hukum yang secara berdiri
sendiri menjalankan perusahaan yang
Mahkamah Agung berpendapat bahwa bukan miliknya;
c. Orang perseorangan, persekutuan
sengketa antara direksi dengan perusahaannya atau badan hukum yang berada di
tersebut merupakan kewenangan absolut dari Indonesia mewakili perusahaan
pengadilan hubungan industrial. Artinya, sebagaimana dimaksud dalam huruf
a dan b di atas, yang berkedudukan di
Mahkamah Agung berpandangan bahwa sengketa luar wilayah Indonesia.
tersebut merupakan perselisihan hubungan
industrial antara pengusaha dengan pekerja Menelaah lebih jauh melalui definisi
dalam hubungan kerja. Direksi dianggap sebagai pengusaha dalam Pasal 1 angka 5 Undang-
pekerja, dan Bank Pembangunan Daerah DIY Undang Ketenagakerjaan tersebut, menjadi
merupakan pengusahanya. Lantas, apakah direksi timbul pertanyaan, apakah direksi dapat pula
memang dapat dikategorikan sebagai pekerja? dikategorikan sebagai pengusaha? Bila iya, lalu
apakah posisi direksi dalam perusahaan lebih tepat
Definisi pekerja diatur dalam Pasal 1 angka disebut sebagai pekerja atau sebagai pengusaha?
3 Undang-Undang Ketenagakerjaan. Pekerja/ Dua hal ini akan menimbulkan implikasi yang
buruh diartikan sebagai setiap orang yang bekerja berbeda. Ketika direksi tersebut lebih tepat
dengan menerima upah atau imbalan dalam dipandang sebagai pekerja, maka penafsiran
bentuk lain. Mengacu pada definisi tersebut, Mahkamah Agung bahwa pokok sengketa a quo
direksi tersebut memang merupakan seseorang adalah kewenangan absolut pengadilan hubungan
yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan industrial ialah tepat pula. Sebaliknya, apabila
dalam bentuk lain. Direksi tersebut bekerja direksi lebih tepat diposisikan sebagai pengusaha,
di perusahaannya, yakni Bank Pembangunan maka penafsiran Mahkamah Agung tersebut
Daerah DIY, yang kemudian timbul upah atau tidak tepat, sehingga pokok sengketa antara
imbalan dalam bentuk lain atas pekerjaannya direksi dengan Bank Pembangunan Daerah DIY
tersebut. Artinya, apabila memenuhi definisi sebenarnya adalah sengketa keperdataan biasa
ini, maka sengketa tersebut benar merupakan yang menjadi kewenangan absolut pengadilan
kewenangan absolut dari pengadilan hubungan negeri.
industrial, karena merupakan sengketa antara
pengusaha dengan pekerjanya. Direksi sebagai Untuk dapat mengetahui secara pasti
pekerjanya, sementara Bank Pembangunan mengenai posisi direksi dalam perusahaan,
Daerah DIY sebagai pengusahanya. kiranya perlu untuk meninjau teori-teori dalam
hukum perusahaan. Perusahaan merupakan
Dilihat dari sisi lain, Undang-Undang salah satu bentuk badan yang dapat diakui
Ketenagakerjaan juga memberikan definisi sebagai subjek hukum dalam hukum perdata.
pengusaha. Pasal 1 angka 5 menetapkan Hal ini dikarenakan perusahaan diberikan “baju”
karakteristik seseorang yang dapat disebut oleh hukum untuk dapat menyandang hak dan
sebagai pengusaha, yakni: kewajiban seperti layaknya manusia. Perusahaan

188 | Jurnal Yudisial Vol. 12 No. 2 Agustus 2019: 179 - 196


merupakan artificial legal person atau badan perusahaan baik di dalam maupun di luar
hukum buatan, yang berarti perusahaan adalah perusahaan, di dalam maupun di luar pengadilan
person yang mempunyai hak dan kewajiban (Harahap, 2015: 349). Kewenangan direksi
seperti layaknya manusia (human person) (Lewis, yang sedemikian rupa dilakukan untuk dan atas
2014: 46). nama perusahaan sebagai bagian dari tindakan
pengurusannya tersebut. Dengan kata lain, direksi
Meski suatu perusahaan diakui secara
merupakan representasi dari perusahaan.
yuridis sebagai subjek hukum, namun terdapat
permasalahan. Bentuknya yang merupakan fictie Kewenangan-kewenangan direksi
hukum menyebabkan perusahaan tidak dapat tersebut berasal dari “pemilik” perusahaan yang
bertindak dan melakukan perbuatan hukum merupakan para pemegang saham (Lewis, 2014:
sendiri. Sebagaimana dikemukakan oleh Woon 54). Para pemegang saham tersebut mengangkat
(1998: 47): direksi untuk menjalankan perusahaan dan
a company has nobody to be kicked, and melakukan tindakan pengurusan untuk dan
no soul to be damned, no hands with which atas nama perusahaan. Induk dari pemberian
to work and no mind with which to think. It kewenangan ini adalah volmacht, sehingga sifat
cannot act by itself. It must work through
the medium of some human being. hubungan hukum direksi dengan perusahaannya
merupakan hubungan hukum perwakilan, yang
Singkatnya, perusahaan sebagai subjek secara spesifik mengambil jenis perwakilan
hukum artifisial, tidak dapat dilihat dan diraba yang dikenal dalam surseance van betaling,
(invicible and intangible), tetapi eksistensinya riil yang disebut bewindvoering (Pramono, 2007:
(Harahap, 2015: 37). Untuk melaksanakan hak 16). Kewenangan direksi untuk mengurus dan
dan kewajibannya, serta melakukan perbuatan memelihara perusahaan disebut dengan tindakan
hukum, perusahaan memerlukan medium beheer en beschikking daden (Pramono, 2007:16).
atau perantara. Perantara tersebut merupakan
pengurus yang ditunjuk atau diberi kewenangan Berkaca dari tugas dan wewenang direksi
untuk itu. Pada perusahaan, pengurus tersebut di atas, terlihat bahwa kehadiran direksi dalam
disebut dengan direksi (Harahap, 2015: 59). perusahaan merupakan sesuatu yang sangat
penting. Keberadaan direksi dalam suatu
Tugas dan fungsi utama direksi adalah perusahaan merupakan suatu keharusan, dengan
menjalankan dan melaksanakan pengurusan kata lain perusahaan wajib memiliki direksi
perusahaan (beheer, administration or (Raffles, 2010: 68). Perusahaan sebagai artificial
management) (Harahap, 2015: 345). Akibat person tidak dapat berbuat apa-apa tanpa adanya
tugasnya yang melakukan pengoperasian dan bantuan dari direksi sebagai natural person
manajemen perusahaan, direksi dapat pula (Widjaya, 2000: 56).
disebut sebagai personifikasi perusahaan itu
sendiri (Pramono, 2007: 15). Direksi yang Menurut teori organisme, direksi adalah
membuat suatu perusahaan berjalan, kemudian organ atau alat kelengkapan perusahaan, seperti
mengurusnya dan bertanggung jawab atas halnya manusia mempunyai organ-organ, dan
perbuatan pengurusannya itu. Di sisi lain, direksi setiap gerakan organ-organ itu dikehendaki atau
juga diberikan kewenangan untuk mewakili diperintahkan oleh otak manusia (Pramono, 2007:

Kewenangan Mengadili Pengadilan Hubungan Industrial (Nindry Sulistya Widiastiani) | 189


15). Pada konteks perusahaan, kehadiran direksi 5 huruf b menyebutkan bahwa salah satu indikator
sebagai bagian dari perusahaan merupakan suatu pihak bisa disebut sebagai pengusaha
hal yang penting. Direksi ibarat nyawa bagi yakni bila orang perseorangan, persekutuan atau
perusahaan (Kusumawardani, 2013: 10). badan hukum yang secara berdiri sendiri tersebut
menjalankan perusahaan yang bukan miliknya.
Mendasarkan pada teori-teori tersebut,
Direksi merupakan pihak yang mempunyai
direksi merupakan bagian dari perusahaan
fungsi untuk menjalankan perusahaan, dengan
yang mempunyai tugas dan fungsi utama
demikian direksi tersebut merupakan pengusaha.
untuk menjalankan dan melakukan perbuatan
Meski direksi menjalankan perusahaan yang
pengurusan perusahaan. Direksi merupakan
bukan miliknya, yakni “milik” pemegang
representasi sekaligus personifikasi dari
saham, Undang-Undang Ketenagakerjaan tetap
perusahaan. Melihat dari tugas dan fungsi direksi
memosisikan direksi tersebut sebagai pengusaha.
sebagaimana dikenal dalam hukum perusahaan,
maka sebenarnya posisi direksi apakah dapat Apabila mengacu pada pembahasan
disebut sebagai pengusaha sebagaimana tersebut, maka pada perkara a quo, sejatinya
dimaksud dalam Pasal 1 angka 5 Undang-Undang kedudukan direksi tersebut lebih tepat dipandang
Ketenagakerjaan? sebagai pengusaha, bukan pekerja. Jika direksi
tersebut bukanlah pekerja, maka sengketa
Ditelaah kembali bahwa pengertian
antara direksi tersebut dengan perusahaannya,
pengusaha sebagaimana didefinisikan oleh
Bank Pembangunan Daerah DIY bukanlah
Undang-Undang Ketenagakerjaan meliputi:
sengketa perselisihan hubungan industrial
1. Orang perseorangan, persekutuan atau antara pekerja dengan pengusaha yang timbul
badan hukum yang menjalankan suatu dari hubungan kerja. Apabila bukan termasuk
perusahaan milik sendiri; perselisihan hubungan industrial, maka perkara
a quo bukanlah termasuk sebagai kewenangan
2. Orang perseorangan, persekutuan atau
absolut dari pengadilan hubungan industrial
badan hukum yang secara berdiri sendiri
sebagaimana dikemukakan Mahkamah Agung
menjalankan perusahaan yang bukan
dalam putusannya. Pengadilan hubungan
miliknya;
industrial tidaklah berwenang untuk mengadili
3. Orang perseorangan, persekutuan atau
perkara a quo.
badan hukum yang berada di Indonesia
mewakili perusahaan sebagaimana Menganalisis lebih spesifik lagi, pihak yang
dimaksud dalam butir 1 dan 2 di atas, yang digugat oleh direksi tersebut adalah perusahaan
berkedudukan di luar wilayah Indonesia. tempat direksi tersebut menjabat, yakni Bank
Pembangunan Daerah DIY. Berpedoman pada
Jika dalam teori-teori hukum perusahaan,
Permendagri Nomor 1 Tahun 1998 tentang
direksi mempunyai fungsi sebagai pihak yang
Bentuk Hukum Bank Pembangunan Daerah,
menjalankan dan melakukan kegiatan pengurusan
dalam Pasal 2 ditetapkan bahwa bentuk hukum
perusahaan, maka direksi tersebut dapat diartikan
Bank Pembangunan Daerah dapat berupa
pula sebagai pengusaha yang dimaksud oleh
perusahaan daerah atau perseroan terbatas. Saat
Undang-Undang Ketenagakerjaan. Pasal 1 angka
ini, bentuk hukum Bank Pembangunan Daerah

190 | Jurnal Yudisial Vol. 12 No. 2 Agustus 2019: 179 - 196


DIY ialah perseroan terbatas sebagaimana kewenangan oleh Undang-Undang Perusahaan
ditetapkan dalam Perda DIY Nomor 11 Tahun Daerah untuk memimpin, menjalankan, dan
2012 tentang Perubahan Bentuk Badan Hukum mengurus kegiatan Bank Pembangunan Daerah
Bank Pembangunan Daerah Provinsi DIY DIY.
menjadi Perseroan Terbatas Bank Pembangunan
Dikaitkan dengan definisi pengusaha
Daerah DIY. Sebelum tahun 2012, bentuk hukum
dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan yang
Bank Pembangunan Daerah DIY masih berupa
menetapkan bahwa pihak yang menjalankan
perusahaan daerah.
suatu perusahaan adalah pengusaha, maka direksi
Pada perkara a quo, direksi yang bersangkutan tersebut tetaplah dapat disebut sebagai pengusaha.
menjabat mulai dari tahun 2003 hingga tahun 2009 Direksi tersebut yang menjalankan perusahaan,
(halaman 2-3 Putusan Nomor 521 PK/Pdt/2017). dalam hal ini Bank Pembangunan Daerah DIY,
Artinya, pada saat direksi tersebut menjabat, sehingga dapat disebut sebagai pengusaha.
bentuk hukum Bank Pembangunan Daerah DIY Pengaturan dalam Undang-Undang Perusahaan
masih merupakan perusahaan daerah. Daerah ini sejalan dengan istilah pengusaha
dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan.
Pengaturan mengenai perusahaan daerah
termaktub dalam Undang-Undang Nomor 5 Ketentuan lain yang mengatur terkait
Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah. Pada Bank Pembangunan Daerah ini terdapat dalam
Pasal 11 ayat (1) dicantumkan bahwa suatu Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1962 tentang
perusahaan daerah dipimpin oleh direksi. Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan
Tugas dan fungsi direksi dalam perusahaan Daerah. Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang
daerah diatur dalam Pasal 14 dan 15 Undang- Nomor 13 Tahun 1962 mengatur bahwa Bank
Undang Perusahaan Daerah. Direksi suatu Pembangunan Daerah sehari-hari dipimpin oleh
perusahaan daerah mempunyai kewenangan direksi. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1962
untuk mewakili perusahaan daerah di dalam kembali menegaskan bahwa direksi ialah bagian
dan di luar pengadilan. Selain itu, direksi juga penting dari Bank Pembangunan Daerah yang
bertugas untuk menentukan kebijaksanaan dalam berwenang untuk memimpin bank.
pimpinan perusahaan daerah, serta mengurus dan
Sejalan dengan Undang-Undang
menguasai kekayaan perusahaan daerah.
Perusahaan Daerah, Undang-Undang Nomor 13
Sejalan dengan teori-teori mengenai Tahun 1962 pada Pasal 14 dan 15 juga memberi
direksi dalam hukum perusahaan, Undang- perincian perihal tugas dan fungsi direksi bank.
Undang Perusahaan Daerah juga memberikan Direksi Bank Pembangunan Daerah mempunyai
kewenangan yang sama bagi direksinya untuk tugas dan fungsi untuk mengurus dan menguasai
melakukan perbuatan pengurusan dan kegiatan harta kekayaan bank, melakukan kebijaksanaan
operasional perusahaan daerah. Artinya, pada bank sehari-hari, serta mewakili bank di dalam
Bank Pembangunan Daerah DIY tersebut, yang dan di luar pengadilan.
mempunyai kewenangan untuk menjalankan
Isi dari ketentuan yang ada dalam Undang-
perusahaan ialah direksinya. Dengan kata lain,
Undang Nomor 13 Tahun 1962 terkait direksi
direksi yang bersangkutan ialah pihak yang diberi
tersebut juga masih sejalan dengan teori-teori

Kewenangan Mengadili Pengadilan Hubungan Industrial (Nindry Sulistya Widiastiani) | 191


hukum perusahaan yang telah dijabarkan kerja dan anggaran bank;
sebelumnya. Undang-undang tersebut secara 6. Mengangkat dan memberhentikan
eksplisit mengatur mengenai kewenangan direksi pegawai sesuai dengan ketentuan
sebagai pemimpin dan pengurus perusahaan. bank;
Jalannya kegiatan di Bank Pembangunan Daerah 7. Mengadakan kerjasama dengan pihak
ditentukan oleh direksinya. Hal ini tentunya lain sesuai dengan ketentuan bank;
menguatkan interpretasi posisi direksi di Bank 8. Mewakili bank di dalam dan di luar
Pembangunan Daerah ialah sebagai pengusaha, pengadilan.
bukan pekerja, sebagaimana diatur oleh Undang-
Berdasarkan pada kedua pasal di atas,
Undang Ketenagakerjaan.
Permendagri Direksi Bank Pembangungan Daerah
Aturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini juga menetapkan tugas, fungsi, dan kewenangan
Nomor 5 Tahun 1962 dan Undang-Undang Nomor direksi. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa
13 Tahun 1962 salah satunya adalah Permendagri memang direksi Bank Pembangunan Daerah
Nomor 58 Tahun 1999 tentang Direksi dan mempunyai posisi sebagai pemimpin dan
Dewan Pengawas Bank Pembangunan Daerah. pengurus perusahaan. Jalannya kegiatan Bank
Permendagri ini secara khusus mengatur mengenai Pembangunan Daerah tergantung dari direksi
jabatan direksi di Bank Pembangunan Daerah. sebagai pemimpinnya. Melihat ketentuan Pasal 10
Ditegaskan kembali dalam Pasal 10 Permendagri dan Pasal 11 Permendagri tersebut terlihat bahwa
tersebut, bahwa direksi Bank Pembangunan keberadaan direksi sangatlah penting dalam Bank
Daerah mempunyai tugas untuk memimpin, Pembangunan Daerah. Oleh karena itu, senada
mengurus, dan melaksanakan kebijakan umum dengan pembahasan-pembahasan sebelumnya,
bank sesuai dengan visi dan misi bank. Pasal 10 dan Pasal 11 Permendagri tersebut
menguatkan tafsiran posisi direksi dalam Bank
Merinci dari Pasal 10 tersebut, Pasal 11
Pembangunan Daerah ialah sebagai pengusaha
Permendagri tersebut mencantumkan tugas dan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
wewenang direksi Bank Pembangunan Daerah
Ketenagakerjaan. Direksi Bank Pembangunan
secara jelas, yakni:
Daerah merupakan pihak yang menjalankan
1. Menetapkan kebijaksanaan perusahaan, sehingga disebut sebagai pengusaha.
pengurusan dan pengelolaan bank; Artinya, bila direksi adalah pengusaha, bukan
2. Mengurus dan menguasai kekayaan pekerja, maka hubungan direksi dengan Bank
bank sesuai dengan ketentuan Pembangunan Daerah DIY sebagai perusahaannya
peraturan perundang-undangan yang
berlaku; tersebut bukanlah hubungan kerja.

3. Menyusun dan menyampaikan Pasal 4 ayat (2) Permendagri tersebut juga


laporan keuangan dan tahunan mengatur mengenai mekanisme pengangkatan
bank sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku; direksi di Bank Pembangunan Daerah. Direksi
diangkat dan dipilih oleh gubernur atas usul
4. Menyusun neraca dan perhitungan
laba/rugi tahunan bank; Rapat Umum Pemegang Saham untuk masa
jabatan empat tahun. Pengangkatan direksi yang
5. Menyampaikan realisasi rencana
sedemikian rupa oleh gubernur dan pemegang

192 | Jurnal Yudisial Vol. 12 No. 2 Agustus 2019: 179 - 196


saham merupakan pemberian amanat atau legal yang bersifat kepercayaan (fiduciary duties) dan
mandatory (Kasim, 2010: 1). Artinya, direksi pemberian amanat (legal mandatory) (Kasim,
merupakan pihak yang berkedudukan sebagai 2010: 1). Hubungan yang demikian itu merupakan
pemegang amanat yang bertanggung jawab hubungan dalam hukum korporasi atau hukum
penuh atas pengurusan perusahaan (Hidayatullah perusahaan. Berbeda dengan hubungan hukum
& Sulistiowati, 2017: 81). Keadaan yang antara pengusaha dan pekerja, hubungan
sedemikian rupa ini terkait dengan teori tersebut dinamakan dengan hubungan kerja.
wewenang, yang mana kekuasaan legal seseorang Hubungan kerja timbul karena didasari adanya
didapatkan dari pemberian wewenang, sehingga suatu perjanjian kerja. Dengan kata lain, dalam
pemberian wewenang direksi dari “pemilik” hubungan tersebut terdapat hubungan atasan-
perusahaan merupakan dasar untuk bertindak, bawahan (dients verhouding) atau hubungan yang
berbuat dan melakukan kegiatan atau aktivitas bersifat subordinasi (Kasim, 2010: 1). Sedangkan
dalam perusahaan (Kusumawardani, 2013: 12). pada direksi tersebut, hubungannya berada dalam
ranah hukum perusahaan, yang mana tidak
Hukum perusahaan pun mengenal adanya
terdapat hubungan atasan-bawahan sebagaimana
teori fiduciary duty. Teori ini terkait dengan
terdapat dalam hubungan kerja antara pengusaha
kewenangan direksi dalam menjalankan
dan pekerja. Hubungan tersebut lebih condong
perusahaan. Istilah fiduciary duty berasal dari dua
kepada hubungan koordinasi (partnership)
kata, yakni fiducia dan duty (Fuady, 2014: 30).
(Kasim, 2010: 1).
Fiduciary berasal dari bahasa latin fiduciarus
dengan akar fidus yang berarti “kepercayaan,” Keadaan yang demikian ini menjadikan
sedangan duty berarti “tugas” (Fuady, 2014: 30). posisi direksi di perusahaan merupakan seorang
Dengan demikian, konsep fiduciary duty dapat pengusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
diartikan sebagai memegang sesuatu dalam angka 5 huruf b Undang-Undang Ketenagakerjaan.
kepercayaan. Antara direksi dengan perusahaannya tidak ada
perjanjian kerja, sehingga tidak timbul lah suatu
Teori atau konsep fiduciary duty ini
hubungan kerja. Oleh karena itu, posisi direksi di
terkait erat dengan pengangkatan direksi dan
Bank Pembangunan Daerah lebih tepat disebut
pemberian kewenangannya. Seorang direksi
sebagai pengusaha ketimbang pekerja. Jika
untuk menjalankan suatu perusahaan dibutuhkan
dikaitkan dengan tugas, fungsi, dan wewenang
adanya pengangkatan atau pemberian amanat
direksi untuk memelihara dan mengurus
oleh “pemilik” perusahaan yang merupakan
perusahaan, pemberian wewenang atau amanat
pemegang saham. Pemberian amanat (legal
kepada direksi tersebut tentunya juga termasuk
mandatory) tersebut didasarkan atas prinsip
untuk mengangkat dan memberhentikan pekerja
kepercayaan sebagaimana dimaksudkan oleh
yang bekerja di perusahaan tersebut (Pramono,
teori fiduciary duty tersebut.
2007: 17).
Adanya hubungan yang sedemikian rupa,
Direksi merupakan representasi dari
menjadikan hubungan hukum antara direksi
perusahaan, sehingga bertindak sebagai
dengan Rapat Umum Pemegang Saham atau
pengusaha dalam perjanjian kerja yang dibuat
dengan perusahaannya merupakan hubungan
untuk mengikat pekerja dalam hubungan kerja.

Kewenangan Mengadili Pengadilan Hubungan Industrial (Nindry Sulistya Widiastiani) | 193


Apabila di perusahaan direksi dipandang Pembangunan Daerah DIY tersebut.
mempunyai posisi sebagai pekerja, maka
Akibatnya, dengan posisi pengusaha yang
pelaksanaan wewenang yang demikian ini
diduduki oleh direksi tersebut, maka hubungan
tidaklah mungkin dapat dilaksanakan direksi
antara direksi dengan Bank Pembangunan Daerah
dalam menjalankan perusahaan.
DIY bukanlah hubungan kerja sebagaimana
Permendagri Nomor 58 Tahun 1999 dimaksudkan dalam Undang-Undang
tentang Direksi dan Dewan Pengawas Bank Ketenagakerjaan. Hubungan tersebut bukanlah
Pembangunan Daerah pada Pasal 11 angka 6 juga hubungan antara pengusaha dengan pekerja,
secara tegas menetapkan salah satu kewenangan sehingga sengketa yang terjadi antara keduanya
direksi Bank Pembangunan Daerah, yakni untuk bukanlah termasuk sengketa akibat adanya
mengangkat dan memberhentikan pekerja Bank perselisihan hubungan industrial sebagaimana
Pembangunan Daerah. Adanya ketentuan ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 2
semakin menegaskan posisi direksi di dalam Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
Bank Pembangunan Daerah yakni sebagai Hubungan Industrial.
pengusaha, bukanlah sebagai pekerja. Wewenang
Perselisihan hubungan industrial dalam
pengangkatan dan pemberhentian pekerja
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 dalam
hanyalah dapat dilakukan oleh pihak yang
Pasal 1 angka 1 diartikan sebagai perselisihan atau
berposisi sebagai pengusaha. Tidaklah mungkin
perbedaan pendapat yang terjadi antara pengusaha
di dalam hubungan kerja pihaknya hanya pekerja
dan pekerja. Pihak-pihak dalam perselisihan
dan pekerja saja, selalu ada pengusaha. Direksi
hubungan industrial telah dikhususkan dalam
bertindak atas nama pengusaha sebagai pihak
undang-undang hanya meliputi pengusaha dan
dalam perjanjian kerja dengan pekerja.
pekerja. Oleh karena direksi tersebut bukanlah
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan seorang pekerja dalam hubungan kerja, maka
di atas, posisi direksi di perusahaan ialah sebagai sengketa tersebut bukanlah termasuk kategori
pengusaha sebagaimana diatur dalam Pasal 1 perselisihan hubungan industrial.
angka 5 huruf b Undang-Undang Nomor 13
Mendasarkan pada hal tersebut, perkara
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Direksi
a quo yang merupakan sengketa antara direksi
di dalam perusahaan mempunyai tugas, fungsi,
dengan Bank Pembangunan Daerah DIY dalam
dan kewenangan untuk menjalankan perusahaan
Putusan Nomor 521 PK/Pdt/2017 bukanlah
dan bertindak mewakili perusahaan sebagai
merupakan kewenangan mengadili yang bersifat
pengusaha dalam perjanjian kerja. Wewenang
absolut dari pengadilan hubungan industrial
yang sedemikian rupa memenuhi kriteria Pasal
sebagaimana dikemukakan oleh Mahkamah
1 angka 5 huruf b tersebut, yakni yang disebut
Agung dalam pertimbangannya. Perselisihan
pengusaha ialah termasuk orang perseorangan,
antara keduanya bukanlah termasuk perselisihan
persekutuan atau badan hukum yang secara
hubungan industrial, sehingga jika mendasarkan
berdiri sendiri menjalankan perusahaan
pada ketentuan Pasal 1 angka 17 Undang-Undang
yang bukan miliknya. Direksi pada perkara
Nomor 2 Tahun 2004, perselisihan tersebut
a quo berdasarkan pembahasan di atas lebih
bukan menjadi kewenangan absolut pengadilan
tepat diposisikan sebagai pengusaha di Bank

194 | Jurnal Yudisial Vol. 12 No. 2 Agustus 2019: 179 - 196


hubungan industrial. Pasal 1 angka 17 secara hubungan industrial yang menurut Undang-
tegas telah menetapkan kewenangan absolut dari Undang Nomor 2 Tahun 2004 mensyaratkan
pengadilan hubungan industrial adalah hanya para pihaknya hanyalah antara pengusaha
untuk memeriksa, mengadili, dan memutus dengan pekerja saja. Dikarenakan sengketa di
perselisihan hubungan industrial saja. antara keduanya bukan merupakan perselisihan
hubungan industrial, maka perkara a quo bukanlah
Perkara antara direksi melawan
menjadi kewenangan mengadili secara absolut
perusahaannya, Bank Pembangunan Daerah
dari pengadilan hubungan industrial. Perkara a
DIY, mengenai tuntutan pembayaran uang jasa
quo merupakan sengketa keperdataan biasa yang
dan pengabdian pada Putusan Nomor 521 PK/
menjadi kewenangan absolut pengadilan negeri.
Pdt/2017 bukanlah menjadi kewenangan absolut
pengadilan hubungan industrial karena tidak
termasuk sebagai kategori perselisihan hubungan V. SARAN
industrial. Sengketa antara kedua belah pihak Berkaca dari apa yang telah ditemukan
tersebut merupakan sengketa keperdataan biasa, atas pembahasan Putusan Peninjauan Kembali
dan untuk itu, semestinya menjadi kewenangan Mahkamah Agung tersebut, hendaknya hakim
absolut dari pengadilan negeri, yang bertugas dalam memeriksa perkara harus lebih jeli untuk
dan berwenang untuk memeriksa, memutus, dan melakukan analisis dan interpretasi terhadap
menyelesaikan perkara pidana dan perdata pada peraturan perundang-undangan serta teori-
umumnya. teori dalam ilmu hukum yang berkaitan dengan
perkara.
IV. KESIMPULAN
Hukum adalah suatu sistem, yang mana
Pengadilan hubungan industrial tidak antara satu dengan yang lainnya saling terkait
memiliki kewenangan untuk memeriksa, satu sama lain dan saling berhubungan satu
mengadili, dan memutus perkara gugatan uang sama lain. Dalam proses berpikir, menggali,
jasa dan pengabdian antara direksi melawan dan menemukan hukum untuk memutus perkara
perusahaannya, Bank Pembangunan Daerah hendaknya hakim harus memperhatikan dan
DIY, sebagaimana dikemukakan oleh Mahkamah mempelajari berbagai sisi dari pembagian-
Agung dalam Putusan Nomor 521 PK/Pdt/2017, pembagian hukum yang ada. Sebagaimana yang
karena perkara a quo bukan merupakan perkara ada dalam perkara ini, tidak bisa hanya dilihat
mengenai perselisihan hubungan industrial. dari satu bagian hukum saja, yakni misalnya dari
kaidah-kaidah serta teori yang berkaitan dengan
Posisi direksi di perusahaannya bukan
hukum ketenagakerjaan saja, tapi juga harus
sebagai pekerja, melainkan sebagai pengusaha
memperhatikan pula kaidah-kaidah dan teori
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 5
dari hukum perdata, hukum acara, serta hukum
huruf b Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
perusahaan. Dengan pendekatan yang berbeda,
tentang Ketenagakerjaan. Konsekuensinya,
yang lebih sistematis dan menyeluruh, ternyata
hubungan antara direksi dengan perusahaannya
mengarah pada kesimpulan yang berbeda,
bukanlah hubungan kerja, sehingga sengketa
sehingga putusannya pun bisa berbeda pula.
antara keduanya bukanlah suatu perselisihan

Kewenangan Mengadili Pengadilan Hubungan Industrial (Nindry Sulistya Widiastiani) | 195


DAFTAR ACUAN Mc Gee, A., Williams, C., & Scantan, G. (2005). The
law of business organisations. Exeter: Law
Butarbutar, E.N. (2009, Juni). Konsep keadilan dalam
Matters Publishing.
sistem peradilan perdata. Mimbar Hukum, 21(2),
355-369. Mertokusumo, S. (2009). Hukum acara perdata
Indonesia. Yogyakarta: Liberty.
Fuady, M. (2014). Doktrin-doktrin modern dalam
corporate law & eksistensinya dalam hukum ______________. (2010). Mengenal hukum: Suatu
Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti. pengantar. Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka.

Harahap, M.Y. (2015). Hukum perseroan terbatas. Muhammad, A. (2014). Hukum perdata Indonesia.
Jakarta: Sinar Grafika. Bandung: Citra Aditya Bakti.

____________. (2007). Hukum acara perdata. Jakarta: Pramono, N. (2007, Desember). Tanggung jawab
Sinar Grafika. & kewajiban pengurus PT (bank) menurut
UU No 40 Tahun 2007 tentang Perseoran
Hidayatullah & Sulistiowati. (2017). Kedudukan
Terbatas. Buletin Hukum Perbankan dan
pekerja yang diangkat menjadi anggota direksi
Kebanksentralan, 5(3), 15-30.
tanpa adanya pengakhiran hubungan kerja
pada PT National Utility Helicopter (Studi Raffles. (2010, Juli). Eksistensi & tanggung jawab
kasus putusan Pengadilan Hubungan Industrial direksi menurut Undang-Undang Nomor 40
nomor 195/PHI.G/2009/JKT.PST juncto Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Inovatif:
putusan Mahkamah Agung nomor 197 K/PDT. Jurnal Ilmu Hukum, 2(4), 67-73.
SUS/2010). Yogyakarta: Universitas Gadjah
Retnowulan, Sutantio, & Oeripkartawinata, I. (2005).
Mada.
Hukum acara perdata dalam teori & praktek.
Husni, L. (2004). Penyelesaian perselisihan hubungan Bandung: Mandar Maju.
industrial melalui pengadilan & di luar
Soekanto, S. (2012). Pengantar penelitian hukum.
pengadilan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Ingman, T. (1996). The english legal process. London:
Soekanto, S., & Mamudji, S. (2011). Penelitian hukum
Blackstone.
normatif: Suatu tinjauan singkat. Jakarta: PT
Kasim, U. (2010). Karyawan diangkat direksi. Diakses Raja Grafindo Persada.
dari https://www.hukumonline.com/klinik/
Subekti, R. (1977). Hukum acara perdata. Bandung:
detail/cl4608/karyawan-diangkat-jadi-direksi.
Binacipta.
Kusumawardani, S.I. (2013, Februari). Pengaturan
Warsito, I.A. (2016). Hukum perdata Indonesia.
kewenangan & tanggung jawab direksi
Yogyakarta: Pohon Cahaya.
dalam perseroan terbatas (Studi perbandingan
Indonesia & Australia). Jurnal Magister Ilmu Widjaya, I.G.R. (2000). Hukum perusahaan: UU &
Hukum Udayana, 2(1), 1-29. peraturan pelaksana di bidang usaha. Jakarta:
Megapoint.
Lewis, A. (2014). Dasar-dasar hukum bisnis:
Introduction to business law. Bandung: Nusa Woon, W. (1998). Company law. Singapore: Longman
Media. Singapore Publisher Ptc Ltd.

196 | Jurnal Yudisial Vol. 12 No. 2 Agustus 2019: 179 - 196

Anda mungkin juga menyukai