Disusu Oleh :
Sudrajat
1721017
Indramayu, 2018
Empat Serikat Buruh Gelar Pengadilan
Rakyat Kasus PHK Sepihak 1.300 Buruh
Sepatu Adidas
Selasa, 24 Juni 2014 17:47 WIB
http://www.tribunnews.com/nasional/2014/06/24/empat-serikat-buruh-gelar-
pengadilan-rakyat-kasus-phk-sepihak-1300-buruh-sepatu-adidas , diunduh 11/05/2015/
15:48.
Tribunnews.com/Istimewa
Sebanyak empat serikat buruh menggelar pengadilan rakyat (people s tribunal) tentang kasus
pemutusan hubungan kerja (PHK) sepihak terhadap 1.300 buruh PT Panarub Dwi Karya
(PDK).
Laporan Wartawan Tribunnews.com Reza Gunadha
Pengadilan rakyat tersebut, menjadi ajang penuturan kesaksian buruh PT PDK (produsen
sepatu Adidas di Indonesia) yang terkena PHK sepihak lantaran memperjuangkan perbaikan
upah dan sejumlah hak lainnya.
Acara itu sendiri, digelar di Hotel Bunga-Bunga, Jalan Antara No 13-15, Pasar Baru, Jakarta
sejak Sabtu (21/6) pekan lalu dan berakhir Selasa (24/6/2014) hari ini.
Haris Azhar, Panelis Hakim People's Tribunal, mengatakan terdapat sembilan kejahatan yang
dilakukan PT PDK maupun Adidas Indonesia terhadap 1.300 buruh tersebut.
"Pertama, terjadi pemiskinan masal karena upah buruh tidak berbasis kelayakan hidup. Ini
berimbas pada gagalnya pemenuhan hak-hak dasar terhadap anak para buruh," kata Haris
yang juga Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras)
ini, Selasa (24/6).
Kedua, adanya pelanggaran atas hak kesehatan buruh. Itu lantaran para buruh tidak mendapat
izin istirahat. Selanjutnya, buruh perempuan tak mendapat hak uang penjagaan anak atau
tempat penitipan buah hatinya.
"Dari pengakuan buruh yang di PHK, mereka juga ada yang dihukum tidak manusiawi, yakni
disuruh berdiri kalau melakukan kesalahan. Ini tentu bertentangan dengan hukum
internasional," tuturnya.
Seterusnya, adanya manipulasi status kontrak kerja; mengekang kebebasan berkumpul dan
berserikat buruh. Bahkan, terdapat kejahatan intergritas perempuan, berupa tidak memberikan
cuti haid, menikah, dan hamil.
"terakhir, ada kejahatan berupa niat jahat dari negara untuk sengaja menjagal hak buruh,
menyediakan aturan yang longgar, tidak melakukan penngawasan," tuturnya.
Area Manager Group's Social & Environmental Department Adidas, Adelina Simanjuntak,
sempat menghadiri acara tersebut, Minggu (22/6/2014).
Kala itu, Adelina mengatakan Adidas sudah melakukan upaya terbaik untuk membela 1.300
buruh PT Panarub Dwi Karya (PT PDK; produsen sepatu Adidas di Indonesia) yang di-PHK
12 Juni 2012.
Selain itu, Adelina juga sempat mempertanyakan kredibilitas Perngadilan Rakyat yang
digelar Gabungan Serikat Buruh Independen (GSBI); Federasi Serikat Buruh Indonesia
(FSBI); Serikat Pekerja Nasional (SPN); dan, Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI
1992).
PENDHAULUAN
A. Latar Belakang
a. Pengupahan;
b. Jaminan sosial;
1
c. Periilaku penugasan yang kadangkala dirasakan kurang sesuai dengan
kepribadian;
d. Daya kerja dan kemampuan kerja yang dirasakan kurang sesuai dengan pekerjaan
yang harus diemban; dan
e. Adanya masalah pribadi.2
Penyelesaian perselisihan pada dasarnya dapat diselesaikan oleh para pihak sendiri,
dan dapat juga diselesaikan dengan hadirnya pihak ketiga, baik yang disediakan oleh negara
atau para pihaksendiri. Dalam masyarakat modern yang diwadahi organisasi kekuatan publik
berbentuk negara, forum resmi yang disediakan oleh negara untuk penyelesaian perkara atau
perselisihan biasanya adalah lembaga peradilan. Dari berbagai macam konflik yang terjadi di
Indonesia dalam berbagai sektor, adanya relasi hukum dan sosial berpeluang pula menjadi
dasar timbulnya konflik, misalnya dalam kasus perselisihan hubungan industrial. Payaman
Simanjuntak mengemukakan bahwa hubungan industrial adalah hubungan antara semua
pihak yang terkait atau berkepentingan atas proses produksi barang atau pelayanga jasa di
suatu perusahaan. Tujuannya adalah untuk menciptakan hubungan yang aman dan harmonis
antara para pihak-pihak tersebut sehingga dapat meningkatkan produktivitas usaha.3
Yang dimaksud oleh UU PPHI ini, bahwa Perselisihan hubungan industrial adalah
perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan
pengusaha dengan pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan mengenai hak,
perselisihan antara serikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan.4
4
Sejak diberlakukannya UU PPHI ini dalam pelaksanaannya timbul permasalahan
hukum yang mengakibatkan proses penyelesaian perselisihan industrial yang berlangsung
lama dan ini berarti mahal. Hal ini dapat disebabkan antara lain:
BAB II
ISI
5
B. ANALISIS KASUS
Dalam bentuk Pemutusan Hubungan Kerja di Indonesia maka termasuk dalam
lingkup dari hukum acara perdata yang bersifat khusus dengan prosedur beracara
terbagi atas penyelesaian melalui alternatif penyelesaian sengketa (APS) atau
melalui jalur litigasi ke Pengadilan Negeri (PN), dimana ketentuannya tercantum
dalam Undang-Undnag Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial. PHK yang dilakukan oleh perusahaan terhadap pekerjanya
karena alasan-alasan tertentu diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan. Sehingga dalam prkatek jika PHK yang dilakukan oleh
perusahaan bertentangan dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan, maka hal tersebut
dapat dijadikan dasar bagi pekerja bersangkutan mengajukan gugatan ke lembaga
penyelesaian perselisihan hubungan industrial.6
Salah satu sasaran pokok yang akan dicapai dalam Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2004 adalah sebagaimana yang terdapat dalam penjelasan Undang-Undang
tersebut, yaitu untuk menciptakan hubungan industrial yang harmonis antara pekerja
dan pemberi kerja dalam memperjuangkan hak-haknya serta untuk mewujudkan
penyelesaian perselisihan hubungan industrial secara cepat, tepat, adil dan murah.
Sebagaimana dikatakan di atas bahwa proses beracara di Pengadilan
Hubungan Industrial adalah menggunakan Hukum Acara Perdata.7
Pengadilan Hubungan Industrial merupakan pengadilan khusus yang berada
pada lingkungan peradilan umum, berdasarkan Pasal 56 Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2004 berwenang untuk memeriksa dan memutus perkara, salah satunya di
tingkat pertama mengenai perselisihan PHK. Yang memiliki prinsip Ultimum
remedium, upaya hukum melalui pengadilan ini merupakan upaya terakhir oleh para
pihak apabila upaya di luar pengadilan mengalami kegagalan.8
Kasus yang di analisis oleh Penulis adalah mengenai “Pemutus Hubungan
Kerja Sepihak 1.300 Buruh Sepatu Adidas”. Dalam kasus tersebut berisikan
bahwa, pada intinya telah terjadi pemiskinan masal karena upah buruh tidak
berbasis kelayakan hidup. Ini berimbas pada gagalnya pemenuhan hak-hak dasar
terhadap anak para buruh. Kedua, adanya pelanggaran atas hak kesehatan buruh. Hal
ini, dikarenakan lantaran para buruh tidak mendapa izin istirahat. Selanjutnya, buruh
8
perempuan tidak mendapatkan uang penjagaan anak atau tempat penitipan buah
hatinya. Dan dari salah satu pengakuan buruh yang di PHK, mereka juga ada yang
dihukum tidak menusiawi, yakni disuruh berdiri kalau melakukan kesalahan. Hal ini
tentu bertentangan dengan hukum internasional.9
Ibaratnya dalam kasus tersebut adalah sudah jatuh ditimpa tangga juga.
Perlakukan yang tidak sewajarnya dalam proses pemutusan hubungan kerja di
Perusahaan tersebut terhadap buruh . Dalam pasal 1 angka 25 Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa pemutus hubungan kerja
adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan
berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha. 10 Pemutusan
hubungan kerja ialah pemberhentian waktu kerja secara sepihak yang dilakukan oleh
perusahaan atau pun tempat kerja. Berdasarkan UU RI No.13 pasal 150 Tahun 2003
yang berkaitan dengan pemutusan hubungan kerja, bahwa perusahaan dilarang
pemutusan kerja dengan alasan (pasal 153):
Sakit tidak melebihi 12 bulan dengan keterangan dokter.
menjalankan pekerjaannya karena memenuhi kewajiban terhadap negara.
menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya;
pekerja/buruh menikah.
pekerja/buruh perempuan hamil, melahirkan, gugur kandungan, atau
menyusui bayinya.
pekerja/buruh mempunyai pertalian darah dan atau ikatan perkawinan
dengan pekerja/buruh lainnya di dalam satu perusahaan, kecuali telah diatur
dalam perjanjian kerja, peraturan perusahan, atau perjanjian kerja bersama;
mendirikan, menjadi anggota,pengurus serikat pekerja berdasarkan
ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau
perjanjian kerja bersama;
pekerja/buruh yang mengadukan pengusaha kepada yang berwajib
mengenai perbuatan pengusaha yang melakukan tindak pidana kejahatan;
karena perbedaan paham, agama, aliran politik, suku, warna kulit, golongan
jenis kelamin, kondisi fisik, atau status perkawinan.
Hak yang diperoleh pekerja dari perusahaan diatur dalam pasal 156,
yang berisikan perhitungan pesangon atau uang. Jaminan yang berhak
10
diterima. Pekerja berhak meminta hak–hak nya yang ada pada perusahaan.
Apabila Perusahaan menyelewengkan maka pekerja berhak mengadukan
kepada pihak berwajib.
Pemutusan Hubungan Kerja hanya boleh dilakukan sesuai dengan
Pasal 160 – Pasal 168 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan yaitu mengenai Pengusaha yang dibelohkan memberhentikan
buruh dengan alasan sebagai berikut;
a. Pekerja/buruh ditahan pihak yang berwajib karena diduga
melakukan tindak pidana bukan atas pengauduan pengusaha;11
b. Pekera/buruh melakukan pelanggaran ketentuan yang diatur dalam
perjanjian kerja;12
c. Pekerja/buruh mengundurkan diri atas kemauan sendiri;13
d. Pekerja/buruh dalam hal terjadi perubahan status, penggabungan,
peleburan, atau perubahan kepemilikan perusahaan dan
pekerja/buruh tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja;14
e. Karena perusahaan tutup yang disebabkan perusahaan mengalami
kerugian secara terus menerus selama 2 tahun;15
f. Karena keadaan pailit;16
g. Pekerja/buruh meninggal dunia;17
h. Pekerja/buruh memasuki usia pensiun;18
i. Pekerja/buruh yang mangkir selama 5 hari kerja atau lebih
berturut-turut tanpa keterangan secara tertulis yang dilengkapi
dengan bukti yang sah dan telah dipanggil 2 kali secara patut dan
tertulis.19
Pemutusan hubungan kerja atau PHK dapat dibagi menjadi 4
kelompok, yaitu:
11
12
13
14
15
16
17
18
19
1. PHK demi hukum, hal tersebut terjadi tanpa perlu adanya suatu tindakan,
terjadi dengan sendirinya misalnya karena berakhirnya waktu atau karena
meninggalnya pekerja.
2. PHK oleh pihak pekerja, hal tersebut terjadi karena keinginan dari pihak
pekerja dengan alasan dan prosedur tertentu.
3. PHK oleh pihak pengusaha, hal tersebut terjadi karena keinginan dari pihak
pengusaha dengan alasan, persyaratan dan prosedur tertentu.
Dalam hal ini sesuai dengan kasus diatas adalah telah terjadinya
Pemutusan Hubungan Kerja secara sepihak yang mengakibatkan ketidak
sesuaian dengan peraturan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Karena pengusaha hanya dapat melakukan pemutus
hubungan kerja karena:
a. Pekerja/buruh melakukan kesalahan berat.20
b. Pekerja/buruh ditahan pihak yang berwajib.21
c. Pekerja/buruh melakukan tindakan Indisipliner. Dengan melakukan
pelanggaran ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja peraturan
perusahaan atau perjanjian kerja bersama.22
d. Perubahan status, penggabungan dan peleburan perusahaan.23
e. Perusahaan tutup karena mengalami kerugian, yang telat diaudit dan
dinyatakan mengalai kerugian oleh akuntan publik.24
f. Pekerja/buruh meninggal dunia.25
g. Pekerja/buruh mencapai usia pensiun sesuai dengan ketetapan dalam
perjanjian kerja, peraturn perusahaan, perjanjian kerja, peraturan
20
21
22
23
24
25
.
perusahaan, perjanjian kerja bersama atau peraturan perundang-
undangan.26
h. Pekerja/buruh mangkir.27
i. Pekerja/buruh telah mengadukan dan melaporkan bahwa pengusaha telah
melakukan kesalahan namun tidak terbukti.28
26
27
28
mengenai hak perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusn hubungan kerja
dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan.29
30
31
32
33
Dalam hal ini seharusnya pemutusan hubungan kerja tersebut batal demi
hukum. Artinya, penggugat masih berhak mendapatkan uang kerja pesangon
dan lain-lain. Dan ataupun pengusaha harus bisa memperkejakan dia kembali
buruh tersebu
BAB III
PENUTUP
C. KESIMPULAN
1. Perbedaan strata antara buruh dan pengusaha menyebabkan suatu
ketidak adilan semata dimata buruh. Yang menyebabkan tindakan
sewenang-wenang yang dilakukan oleh Pengusaha tanpa memikirkan
kesejahteraan buruh untuk kemudian.
2. Proses pemutusan hubungan kerja berdasarkan Undang-Undang
Nomro 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisiha diwajibkan
untuk terlebih dahulu melakukan penyelesaian dengan perundingan
bipatrid. Jika dalam perundingan bipatrid ini tercapai kesepakatan
diantara kedua belah pihak, maka kesepakatan tersebut dituangkan
dalam suatu perjanjian bersama yang ditandatangani oleh kedua belah
pihak untuk kemudian segera didaftarkan ke Pengadilan Hubungan
Industrial pada Pengadilan Negeri diwilayah para pihak mengadakan
perjanjian bersama tersebut. Jika dalam perundingan bipatrid ini tidak
tercapai suatu kesepakatan, maka para pihak diberikan kesempatan
untuk menyelesaikan perselisihan dengan tahapan perundingan
tripatrit, yaitu dengan memilih melalui Mediasi, Konsiliasi atau
Arbitrase. Pada penyelesaian dengan perundingan tripratit ini jika
tercapai suatu kesepakatan maka wajib didaftarkan di Pengadilan
Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri diwilayah sengketa.
D. SARAN
1. Seharusnya, Pengusaha dalam hal ini harus diawasi oleh Pemerintah
yang terkait dengan ketenagakerjaan. Supaya, tidak banyak lagi para
buruh yang diputus hubungan kerjanya secara sepihak.
2. Pemutusan hubungan kerja didasarkan dengan adanya suatu perjanjian
diantara kedua belah pihak. Perjanjian yang dibuat tersebut
seyogyanya dibuat secara tertulis bukan secara lisan. Meskipun
perundang-undangan tidak memberikan larangan dengan adanya suatu
perjanjian yang dibuat secara lisan, namun jika perjanjian dibuat secara
lisan hal itu dapat menimbulkan suatu permasalah jika terjadi suatu
perselisihan
DAFTAR REFERENSI
A. BUKU :
B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN :
Indonesia. Undang-Undang Tentang Ketenagakerjaan. UU No.13,
LN No.39 Tahun 2003, TLN No.4279.
_______________. Undang-Undang Tentang Penyelesaian
Perselisihan hubungan Industrial. UU No.2 Tahun 2004, TLN
No.4356
C. ARTIKEL :
http://www.bphn.go.id/data/documents/AE%20UU%20NO%202
20Tahun%202004%20Tentang%20Penyelesaian%20Perselisihan
%20Hubungan%20Industrial%202011.pdf diunduh pada tanggal
12/05/2015, pukul 18:08.