Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Ilmu Administrasi Publik 5 (1) (2017): 36-42

Jurnal Administrasi Publik

http://ojs.uma.ac.id/index.php/publikauma

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN KERJA


DI PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

Maswandi *

Fakultas Hukum
Universitas Medan Area, Indonesia

Diterima Februari 2017, Disetujui April 2017; Dipublikasikan Juni 2017

Abstrak
Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha antar buruh berdasarkan perjanjian kerja yang
mempunyai unsur pekerjaan, upah dan perintah berdasarkan perjanjian kerja antara pekerja dan pengusaha.
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) merupakan suatu hal yang pada beberapa tahun yang lalu merupakan
suatu kegiatan yang sangat ditakuti oleh karyawan yang masih aktif bekerja. Permasalahan adalah,
bagaimana mekanisme penyelesaian perselisihan hubungan industrial dan bagaimana proses hukum
penyelesaian perselisihan hubungan kerja di pengadilan hubungan industrial. Perselisihan hubungan kerja
terdiri dari perselisihan hak, perselisihan kepentingan dan perselisihan antar serikat pekerja. Perselisihan
hubungan kerja pada dasarnya diselesaikan di Pengadilan Perselisihan Hubungan Industrial (Pengadilan
PHI). Sebelum mencapai tahap atau tingkat Pengadilan PHI dapat menempuh tahap-tahap awal atau
alternatife yang terdiri dari: 1. Lembaga Bipartit, 2. Mediasi, 3. Konsilsasi, dan 4. Arbitrase. Dengan cara
tersebut, pengadilan memutuskan untuk menghukum pengusaha (tergugat), untuk membayar uang
pesangon, uang THR 2013 dan uang pengganti hak yang seharusnya diterima oleh penggugat, sesuai
ketentuan Pasal 156 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

Kata Kunci: Pemutusan Hubungan Kerja, Penyelesaian Hubungan Industri.

Abstract
Employment relationship is a relationship between employers between workers based on employment
agreements that have elements of employment, wages and orders based on employment agreements
between workers and employers. Termination of Employment (PHK) is a thing that in the past few years is
an activity that is feared by employees who are still actively working. The problem is, how is the
mechanism of dispute settlement of industrial relations and how the legal process of settlement of labor
disputes in industrial relations court. Labor disputes consist of rights disputes, interest disputes and
disputes between unions. Labor disputes are essentially settled in the Industrial Relations Disputes Court
(PHI Court). Prior to reaching the stage or level of the Court, the IRC can undertake initial or alternate
steps consisting of: 1. Bipartite Institution, 2. Mediation, 3. Consilation, and 4. Arbitration. In such a
manner, the court decides to punish the employer (defendant), to pay the severance pay, THR of 2013 and
compensation rights that should be received by the plaintiff, pursuant to Article 156 Paragraph (1) of Law
Number 13 Year 2003 on Manpower.
Keywords: Termination of Employment, Settlement of Industrial Relations.

How to Cite : Maswandi, (2017). Penyelesaian Perselisihan Hubungan Kerja di Pengadilan


Hubungan Industrial 5 (1): 36-42
*Corresponding author: P-ISSN-2549-9165
E-mail: maswandiuma@gmail.com e-ISSN -2580-2011

36
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 5 (1) (2017):36-42

PENDAHULUAN dengan pengusaha atau pekerja dengan pekerja.


Dalam era industralisasi di atas kemajuan Lalu yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana
pengetahuan dan teknologi informasi, perselisihan menyelesaikan masalah tersebut? Hal ini perlu
hubungan industrial menjadi semakin kompleks, dikaji secara komprenhensif sehingga dalam
untuk penyelesaiannya diperlukan institusi yang hubungan industrial antara pekerja dengan
mendukung mekanisme penyelesaian perselisihan pengusaha tercipta sebuah hubungan yang
yang cepat, tepat, adil dan murah. Undang- harmonis dalam upaya mewujudkan suasana
Undang Nomor 22 Tahun 1957 tentang ketenagakerjaan yang baik dan harmonis di negeri
Penyelesaian Perburuhan dan Undang-Undang ini.
Nomor 12 Tahun 1964 tentang Pemutusan Hubungan Industrial pada dasarnya
Hubungan Kerja di Perusahaan Swasta sudah adalah proses terbinanya komunikasi, konsultasi
tidak sesuai lagi dengan perkermbangan keadaan musyawarah serta berunding ditopang oleh
dan kebutuhan tersebut di atas. kemampuan dan komitmen yang tinggi dari
Perselisihan hubungan industrial umumnya terjadi semua elemen yang ada dalam perusahaan.
karena terdapat ketidaksepahaman dan perbedaan Undang-Undang ketenagakerjaan telah mengatur
kepentingan antara pelaku usaha dan pekerja. prinsip-prinsip dasar yang perlu kita kembangkan
Dalam Pasal 1 angka 15 Undang-Undang dalam bidang hubungan industrial. Arahnya
Nomor 13 tahun 2003 Tentang ketenagakerjaan adalah untuk menciptakan sistem dan
menyebutkan bahwa: kelembagaan yang ideal, sehingga tercipta kondisi
̄Hubungan kerja adalah hubungan kerja yang produktif, harmonis, dinamis dan
antara pengusaha antar buruh berkeadilan.
berdasarkan perjanjian kerja yang Sebagai Undang-Undang yang bersifat
mempunyai unsur pekerjaan, upah dan khusus, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004
perintah berdasarkan perjanjian kerja Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
antara pekerja dan pengusaha̅ (Husni, Industrial memberikan pengertian Arbitrase
2004: 63) Hubungan Industrial yang selanjutnya disebut
Hubungan industrial pada dasarnya arbitrase adalah penyelesaian suatu perselisihan
adalah suatu hubungan hukum yang dilakukan kepentingan dan perselisihan antarserikat pekerja
antara pengusaha dengan pekerja. Dalam serikat buruh hanya dalam satu perusahaan,
hubungan tersebut memang tidak selamanya akan diluar Pengadilan Hubungan Industrial melalui
berjalan lancar-lancar saja dalam arti tidak ada kesepakatan tertulis dari para pihak yang
permasalahan yang timbul dari hubungan berselisih untuk menyelesaikan perselisihan
industrial. Ini terbukti dengan banyaknya kepada arbiter yang putusannya mengikat para
pemberitaan di media massa saat ini yang pihak dan bersifat final.
memberitakan perselisihan-perselisihan di dalam Sebelum diberlakukan Undang-Undang
hubungan industrial tersebut. Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian
Banyaknya faktor yang menjadi penyebab Perselisihan Hubungan Industrial, penyelesaian
dalam permasalahan atau perselisihan hubungan perselisihan hubungan industrial dilaksanakan
industrial antara pekerja dan pengusaha, yang berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun
antara lain adalah pemutusan hubungan kerja 1957 Tentang Penyesuaian Perselisihan
(PHK) atau karena tidak adanya pemenuhan hak- Perburuhan dan Undang-Undang Nomor 12
hak bagi pekerja. Namun tidak hanya itu, Tahun 1964 Tentang Pemutusan Hubungan Kerja
permasalahan hubungan industrial juga bisa di perusahaan Swasta. Penyelesaian berdasarkan
terjadi antara para pekerja sendiri. Misalkan kedua Undang-Undang tersebut ternyata
antara serikat pekerja dalam saat perusahaan. dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan
(Husni, 2004: 41-42) kebutuhan masyarakat, karena tidak dapat lagi
Karena banyaknya perselisihan- mengakomodasi perkembangan yang terjadi
perselisihan yang timbul dalam hubungan terutama mengenai hak-hak para pekerja/buruh.
industrial tersebut, maka perlu dicari cara terbaik (Mulyadi dan Agus Subroto, 2011: 61).
dalam menyelesaikan permasalahan atau
perselisihan hubungan industrial antara pekerja
37
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 5 (1) (2017): 36-42

PEMBAHASAN maka dibuat perjanjian bersama yang mengikat


Perselisihan hubungan kerja terdiri dari dan menjadi hukum bagi pihak. Perjanjian
perselisihan hak, perselisihan kepentingan dan bersama tersebut harus didaftarkan di Pengadilan
perselisihan antar serikat pekerja. Perselisihan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di
hubungan kerja pada dasarnya diselesaikan di wilayah para pihak yang mengadakan perjanjian
Pengadilan Perselisihan Hubungan Industrial bersama dan jika tidak dilaksanakan dilaksanakan
(Pengadilan PHI). Sebelum mencapai tahap atau oleh satu pihak, maka pihak yang dirugikan dapat
tingkat Pengadilan PHI dapat menempuh tahap- mengajukan permohonan eksekusi kepada
tahap awal atau alternatife yang terdiri dari: 1. Pengadilan Hubungan Industrial pada pengadilan
Lembaga Bipartit, 2. Mediasi, 3. Konsiliasi, dan 4. negeri di wilayah perjanjian bersama didaftarkan.
Arbitrase. (Sudjana, 2005: 12). Mediasi hubungan kerja selanjutnya
Lembaga Bipatrit adalah suatu bentuk disebut Mediasi adalah penyelesaian perselisihan
perundingan antara pekerja buruh atau serikat hak, perselisihan kepentingan, perselisihan
buruh dengan pengusaha untuk menyelesaikan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan
perselisihan hubungan kerja. Penyelesaian secara antara serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam
musyawarah ini juga diamanahkan oleh Undang- satu perusahaan yang ditengahi oleh seseorang
Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang atau lebih mediator yang netral. Jadi mediasi ini
Ketengakerjaan yaitu Pasal 136 Ayat (1) yang merupakan lembaga yang berwenang
menyebutkan bahwa penyelesaian perselisihan menyelesaikan segala jenis perselisihan.
hubungan kerja wajib dilaksanakan oleh Penyelesaian perselisihan melalui mediasi ini
pengusaha dan pekerja atau serikat secara dilakukan di bidang ketenagakerjaan
musyawarah untuk mufakat. Dan dalam Ayat 2 Kabupaten/Kota atau dengan kata lain yang
menyebutkan bahwa dalam hal penyelesaian menjadi mediator adalah pegawai Dinas Tenaga
secara musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, Kerja.
maka pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat Pada instansi yang bertanggung jawab
pekerja/serikat buruh menyelesaikan perselisihan dibidang ketengakerjaan diangkat beberapa orang
hubungan kerja yang diatur dengan undang- pegawai sebagai mediator yang berfungsi
undang. melakukan mediasi menyelesaikan perselisihan
Lembaga Bipatrit terdiri dari wakil antara pengusaha dengan pekerja. (Sudjana,
pengusaha dan wakil pekerja dan atau serikat 2005:16)
pekerja. Bila dalam perusahaan belum terbentuk Perbedaannya degan Undang-Undang
serikat pekerja, wakil pekerja dilembaga Bipatrit Nomor 22 Tahun 1957 adalah jika sebelumnya
dipilih mewakili unit-unit kerja dan atau setiap perselisihan wajib melalui proses
kelompok profesi. Bila terdapat lebih dari satu perantaraan (mediasi) terlebih dahulu, maka
serikat pekerja, wakil mereka dilembaga Bipatrit berdasarkan Undang-Undang PPHI (selain
ditetapkan secara proporsional. Walaupun perselisihan hak), pihak dinas tenaga kerja
tidak diatur secara khusus dalam undang-undang terlebih dahulu menawarkan kepada para pihak
serikat-serikat pekerja di suatu perusahaan dapat untuk dapat memilih konsiliasi atau arbitrase
membentuk Forum Komunikasi antara serikat (tidak langsung melakukan mediasi), jika para
pekerja. Penyeselaian perselisihan antara serikat pihak tidak menetapkan pilihan melalui konsiliasi
pekerja dianjurkan dilakukan secara bipartite atau arbitrase dalam waktu 7 (tujuh) hari, maka
dalam forum ini bila mereka enggan penyelesaian kasus akan dilimpahkan kepada
menyelesaikan di Lembaga bipatrit yang telah ada. mediator.
Penyelesaian secara bipartite ini wajib Dalam 7 (tujuh) hari setelah menerima
dilaksanakan dan dibuat risalah yang ditanda permintaan penyelesaian perselisihan, mediator
tangani oleh kedua belah pihak. Proses bipartite sudah harus mempelajari dan menghimpun
harus selesai dalam waktu 30 hari dan jika informasi yang diperlukan, kemudian segera
melewati 30 hari salah satu pihak menolak untuk paling lambat pada hari kedelapan mengadakan
berunding atau perundingan tidak mencapai pertemuan atau sidang mediasi. Untuk itu,
kesepakatan maka perundingan bipartite dianggap mediator dapat memanggil saksi dan atau saksi
gagal. Jika perundingan mencapai kesepakatan, ahli.

38
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 5 (1) (2017):36-42

Bila pengusaha dan pekerja dan serikat Pasal 1 (1) Undang-Undang Nomor 30
pekerja mencapai kesepakatan, kesepakatan Tahun 1999 tentang Arbitrase Alternatif
tersebut dirumuskan dalam persetujuan bersama Penyelesaian sengekta menyebutkan: Arbitrase
yang ditandatangani oleh para pihak yang adalah cara penyelesaian sengketa perdata diluar
berselisih diketahui oleh mediator. pengadilan yang didasarkan pada perjanjian
Bila pengusaha dan pekerja tidak arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para
mencapai kesepakatan, dalam paling lama 14 hari pihak yang bersengketa.
setelah siding mediasi pertama, mediator harus Sanusi bintang mengutip pendapat R.
sudah membuat anjuran tertulis tersebut, para Subekti yang mengartikan arbitrase adalah
pihak yang berselisih harus sudah menyampaikan penyelesaian atau pemutusan untuk seorang
pendapat secara tertulis kepada mediator hakim atau para hakim didasarkan persetujuan
menyatakan menyetujui atau menolak. bahwa para pihak akan tunduk atau menaati
Bila pihak-pihak yang berselisih keputusan yang diberikan oleh hakin yang mereka
menerima anjuran mediator, kesepkatan tersebut pilih atau tunjuk tersebut. (Bintang dan Dahlan,
dirumuskan dalam persetujuan bersama. Bila 2000; 118)
anjuran tertulis ditolak, maka pihak yang Arbitrase adalah penyelesaian
mengajukan gugatan kepada pengadilan PHI perselisihan oleh seorang atau tiga orang arbiter,
setempat. Untuk itu mediator menyelesaikan yang atas kesepakatan para pihak yang berselisih
dokumen yang diperlukan dalam 5 hari kerja. diminta menyelesaikan perselisihan kepentingan,
Dengan demikian seluruh proses mediasi perselisihan PHK dan perselisihan antara serikat
diselesaikan paling lama dalam 40 hari kerja. pekerja. Dalam hal pihak yang berselisih memilih
Telah dijelaskan sebelumnya dalam perundingan 3 orang arbiter dan paling lambat 7 hari sesudah
bipartit, jika para pihak gagal menyelesaikannya itu, kedua arbiter tersebut menunjuk arbiter
secara bipartit maka para pihak harus ketiga sebagai ketua mejelis arbiter.
mencatatkan hal tersebut dan kemudian instansi Dalam paling lama 30 hari sejak
yang bertanggung jawab ketenaga kerjaan keputusan arbiter, salah satu pihak dapat
setempat wajib menawarkan kepada para pihak mengajukan permohonan peninjauan kembali
untuk menyepakati memilih penyelesaian melalui kepada Mahkamah Agung, hanya apabila: 1. Surat
konsiliasi atau melalui arbitrase. atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan
Konsiliator adalah masyarakat yang telah diakui atau terbukti palsu, 2. Pihak lawan terbukti
berpengalaman dibidang hubungan kerja dan secara sengaja menyembunyikan dokumen yang
menguasai peraturan perundang-undangan bersifat menentukan dalam pengambilan
ketenagakerjaan yang ditunjuk oleh Menteri keputusan, 3. Keputusan arbitrase didasarkan
melakukan konsiliasi dan anjuran tertulis kepada pada tipu muslihat pihak lawan, 4. Putusan
pengusaha dan pekerja atau serikat pekerja melampaui kewenangan arbiter, 5. Putusan
menyelesaikan perselisihan kepentingan dan bertentangan dengan peraturan prundang-
perselisihan pemutusan hubungan kerja. (Sudjana, undangan.
2005:16). Daftar konsiliator untuk satu wilayah Prosedur Penyelesaian Perselisihan terdapat
kerja disediakan di kantor pemerintah yang dalam Pasal Undang-Undang Nomor 2 Tahun
bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan. 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan
Atas kesepakatan para pihak yang berselisih Hubungan Industrial menyebutkan, yang
pengusaha dan pekerja atau serikat pekerja redaksinya selengkapnya dikutip berikut ini:
memilih dan meminta konsiliator dari daftar 1. Peselisihan hak,
konsiliator setempat untuk menyelesaikan 2. Perselisihan kepentingan,
perselisihan mereka mengenai kepentingan atau 3. Peselisihan pemutusan hubungan kerja
PHK. 4. Perselisihan antara serikat pekerja/serikat
Arbitrase oleh Arbiter, berasal dari kata buruh hanya dalam satu perusahaan.
arbitrase (latin), arbitrage (Belanda dan Perancis), Adapun tahapan cara penyelesaian
arbitration (Inggris), yang berarti kekuasaan perselisihan lembaga industrial melalui Pengadilan
untuk menyelesaikan sesuatu menurut Hubungan Industrial di Pengadilan Negeri
kebijaksanaan atau damai oleh arbiter atau wasit. setempat adalah dilakukan dengan cara:

39
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 5 (1) (2017): 36-42

1. Pengajuan Gugatan perselisihan tanpa dihadiri tergugat. Undang-


2. Proses Pemeriksaan, Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang
Pengajuan gugatan perselisihan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
hubungan industrial diajukan kepada pengadilan juga menjelaskan bahwa setiap orang yang hadir
hubungan industrial pada pengadilan negeri yang dalam persidangan wajib menghormati
daerah hukumnya meliputi tempat pekerja/buruh persidangan.
bekerja. Pengajuan gugatan tersebut wajib Pemeriksaan dengan Acara Cepat,
dilampiri risalah penyelesaian melalui mediasi dilakukan apabila terdapat kepentingan para
atau konsiliasi. Kalau tidak lampiri risalah pihak dan atau salah satu pihak yang cukup
penyelesaian melalui mediasi atau konsiliasi mendesak yang harus dapat disimpulkan dari
berkas dikembalikan kepada para pihak yang alasan-alasan permohonan dari yang
mengajukan gugatan. berkepentingan, para pihak atau salah satu pihak
Gugatan dapat dicabut penggugat dapat memohon kepada pengadilan hubungan
sebelum tergugat member jawaban. Dalam industrial supaya pemeriksaan sengketa
keadaan ini maka proses peradilan selanjutnya dipercepat ketua pengadilan negeri mengeluarkan
tidak dilakukan. Hal ini dapat disebabkan adanya penetapan tentang dikabulkan atau tidak
perdamaian antara tergugat dengan penggugat dikabulkannya permohonan tersebut selama 7
meskipun penggugat telah memasukkan (tujuh) hari kerja setelah diterimanya
gugatannya ke pengadilan. permohonan terhadap penetapan pemeriksaan
Dengan adanya gugatan tersebut maka dengan acara pemeriksaan cepat tidak digunakan
Pengadilan Negeri dalam 7 (tujuh) hari kerja upaya hukum.
menetapkan Majelis Hakim yang terdiri dari 1 Dalam hal permohonan dengan acara
(satu) orang hakim sebagai ketua majelis dan 2 pemeriksaan cepat dikabulkan ketua pengadilan
(dua) orang hakim adhoc sebagai anggota majelis negeri dalam jangka 7 hari kerja, setelah
yang memeriksa dan memutus perselisihan. dikeluarkannya penetapan menentukan Majelis
Dalam proses pemeriksaan perkara pada Hakim, Hari, Tempat dan Waktu Sidang tanpa
Pengadilan Hubungan Industrial pemeriksaan melalui prosedur pemeriksaan. Tenggang waktu
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: a). untuk jawaban dan pembuktian kedua belah
Pemeriksaan dengan acara biasa, dan b). pihak masing-masing ditentukan tidak melebihi 14
Pemeriksaan dengan acara cepat. hari kerja.
Pada pemeriksaan dengan acara biasa Sudikno Mertokusumo mengatakan
Majelis Hakim dalam 7 (tujuh) hari kerja putusan sela adalah putusan yang bukan putusan
menetapkan sidang, pemanggilan saksi atau saksi akhir atau disebut juga putusan antara, yang
ahli. Saksi atau saksi ahli wajib memberikan fungsinya tidak lain untuk memperlancar
kesaksian dibawah disumpah dan Hakim wajib pemeriksaan perkara. (Mertokusumo, 2002: 222)
merahasiakan semua keterangan yang diminta. Putusan sela ini menurut Pasal 185 Ayat (1) HIR
Sidang pemeriksaan dengan acara biasa terbuka (Oasal 196 Ayat (1) Rbg) sekalipun harus
untuk umum, kecuali mejelis hakim menetapkan diucapkan didalam persidangan tidak dibuat
lain. Dalam hal salah satu pihak tidak menghadiri secara terpisah, tetapi ditulis dalam berita acara
sidang tanpa alasan yang dapat dipertanggung persidangan.
jawabkan, majelis hakim dapat menetapkan hari Menurut M. Nur Rasaid putusan sela
sidang berikutnya. adalah putusan yang diadakan sebelum hakim
Pelaksanaan hari sidang berikutnya memutus perkaranya, yaitu untuk memungkinkan
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari terhitung sejak atau mempermudah kelanjutan pemeriksaan
tanggal penundaan. Penundaan sidang karena perkara. (Rasaid, 2003: 49) Jadi putusan sela ini
salah satu atau para pihak diberikan sebanyak- merupakan putusan yang diambil oleh hakim
banyaknya 2 kali penundaan. Dalam hal sebelum ia menjatuhkan putusan akhir.
penggugat atau kuasa hukumnya yang sah setelah Dalam hubungannya dengan Peradilan
dipanggil secara patut tidak datang menghadap Hubungan Industrial maka keberadaan putusan
pengadilan pada sidang penundaan terakhir maka ini adalah:
majelis hakim dapat memeriksa dan memutus

40
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 5 (1) (2017):36-42

a. Apabila dalam persidangan pertama secara disebut dalam Pasal 10 Nomor 4 Tahun 2004
nyata-nyata pihak pengusaha terbukti tidak Tentang Kekuasaan Kehakiman yang berbunyi:
melaksanakan kewajibannya membayar upah 1. Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah
dan hak-hak yang biasa di terima pekerja, Mahkamah Agung dan badan peradilan yang
hakim ketua sidang harus segera menjatuhkan berada dibawahnya dan oleh sebuah mahkamah
putusan sela berupa perintah kepada konstitusi.
pengusaha untk melaksanakan kewajibannya 2. Badan peradilan yang berada dibawah
kepada pekerja/buruh, mahkamah agung meliputi badan peradilan
b. Putusan sela dapat dijatuhkan pada hari dalam lingkungan peradilan umum, peradilan
persidangan itu juga atau pada hari agama, peradilan militer dan peradilan tata
persidangan kedua, usaha.
c. Dalam hal selama pemeriksaan sengketa Hal lainnya yang diatur secara khusus
masih berlangsung dan putusan sela tidak juga dalam undang-undang penyelesaian perselisihan
dilaksanakan oleh pengusaha hakim ketua hubungan industrial adalah ketentuan mengenai
sidang memerintah sita jaminan dalam sebuah hakim ad Hoc dan kepanitraan dalam pengadilan
penetapan Pengadilan Hubungan Industrial, hubungan industrial. Selain itu terdapat pula hal-
d. Putusan sela dan penetapan pengadilan hal yang baru yang tidak lazim, dalam undang-
hubungan industrial tidak dapat diajukan undang penyelesaian perselisihan hubungan
perlawanan dan atau tidak dapat digunakan industrial ini seperti misalnya terdapat ketentuan
upaya hakim. pembebasan biaya perkara dan juga pembebasan
Putusan Akhir, dilakukan pada setiap biaya eksekusi bagi gugatan yang nilainya
putusan yang dijatuhkan oleh hakim dalam dibawah Rp. 150 juta. Ketentuan mengenai
perkara hubungan industrial harus pembebasan biaya perkara ini seharusnya
mempertimbangkan hukum, perjanjian yang ada, dipertimbangkan dengan matang, karena harus
kebiasaan dan keadilan. Majelis hakim wajib diatur alokasi pembiayaan yang tidak sedikit bagi
menyelesaikan selambat-lambatnya 50 (lima pengadilan hubungan industrial dalam memproses
puluh) hari kerja sejak sidang pertama. Putusan suatu perkara.
pengadilan hubungan industrial mengenai
perselisihan hak dan perselisihan pemutusan SIMPULAN
hubungan kerja dapat diajukan kasasi ke Mekanisme penyelesaian perselisihan
Mahkamah Agung dalam waktu 14 (empat belas) hubungan kerja atau hubungan industrial pada
hari kerja. dasarnya diselesaikan di Pengadilan Hubungan
Putusan pengadilan hubungan industrial Industrial (PHI). Sebelum mencapai tahap atau
ditandatangani oleh hakim, Hakim Ad. Hoc dan tingkatan Pengadilan Hubungan Industrial (PHI)
panitra pengganti. Panitra pengganti hubungan dapat ditempuh tahap-tahap awal atau alternatif
industrial selambat-lambatnya menyampaikan yang terdiri dari: lembaga, bipartite, mediasi,
pemberitahuan putusan kepada pihak yang tidak konsilisai dan abitrase. Lembaga bipartit adalah
hadir dalam sidang. suatu bentuk perundingan antara pekerja buruh
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 atau serikat buruh dengan pengusaha untuk
Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan menyelesaikan perselisihan hubungan kerja.
Industrial merupakan rangkaian dari Undang- Mediasi adalah penyelesaian perselisihan
Undang yang mengatur kedudukan dan kekuasaan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan
Peradilan di Negara Republik Indonesia. Selain itu pemutusan hubungan kerja dan perselisihan
undang-undang tersebut juga merupakan lanjutan antara serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam
yang melengkapi Undang-Undang Mahkamah satu perusahaan yang ditengahi oleh seseorang
Agung Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah atau lebih mediator yang netral. Konsiliasi adalah
Agung yang selanjutnya diubah dengan Undang- masyarakat yang telah berpengalaman dibidang
Undang Nomor 5 Tahun 2004. hubungan kerja dan menguasai peraturan
Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor perundang-undangan ketenagakerjaan yang
2 Tahun 2004, setiap lingkungan peradilan yang ditunjuk oleh Menteri melakukan konsiliasi dan
anjuran tertulis kepada pengusaha dan pekerja
41
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 5 (1) (2017): 36-42

atau serikat pekerja menyelesaikan perselisihan Asyhadi, Z., 2007, ̄Hukum Kerja, Hukum
kepentingan dan perselisihan pemutusan Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja̅
hubungan kerja. Arbitrase adalah penyelesaian Raja Grafindo Persada, Jakarta.
perselisihan oleh seorang atau tiga orang arbiter,
yang atas kesepakatan para pihak yang B. Peraturan Perundang-Undangan
berselisihan diminta menyelesaikan perselisihan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang
kepentingan, perselisihan PHK dan perselisihan Penyelesaian Perselisihan Hubungan
antara serikat pekerja. Industrial
Proses hukum atau tahapan dan cara KUH Perdata
penyelesaian hukum pemutusan hubungan kerja Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013 tentang
yaitu: Proses pengajuan gugatan di pengadilan Ketenagakerjaan
Hubungan Industrial di wilayah hukum
pengadilan Negeri setempat. Proses pemeriksaan
perkara pada Pengadilan Hubungan Industrial.
Putusan oleh majelis hakim Pengadilan Hubungan
Industrial yang menyatakan hubungan kerja
antara perusahaan dengan karyawannya putus
karena pemutusan hubungan kerja dan
menghukum perusahaan yang digugat untuk
membayar hak-hak karyawannya, sesuai ketentuan
Pasal 156 Ayat (1), (2), (3) dan (4) Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003.

DAFTAR PUSTAKA
Sunggono, B., 1997, ̄Metodologi Penelitian
Hukum̅, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Sudjana, E., 2005, ̄Bayarlah Upah Sebelum
Keringatnya Mengering̅, PPMI, Jakarta.
Husni, L., 2000, ̄Pengantar Hukum
Ketenagakerjaan Indonesia̅, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
__________, 2000, ̄Dasar-Dasar Hukum
Perburuhan̅, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
__________, 2004, ̄Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial Melalui Pengadilan
dan Diluar Pengadilan̅, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
__________, 2010, Hukum Ketenagakerjaan
Indonesia̅, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Mulyadi, L dan Agus S., 2011, ̄Penyelesaian
Perkara Pengadilan Hubungan Industrial
dalam Teori dan Praktik̅, PT. Alumni,
Bandung.
Simorangkir, J.C.T, ̄Hukum Ketenagakerjaan di
Indonesia̅, Pustaka Yuridis, Jakarta.
Poerwadarminta, W.J.S., 2004, ̄Kamus Umum
Bahasa Indonesia̅, Penerbit Balai Pustaka,
Jakarta.
42

Anda mungkin juga menyukai