Anda di halaman 1dari 4

Nama : Sri Suci Darmawati

Nim : 1910312120020
Kelas : A Manajemen / 2019
Mata Kuliah : MSDM

REVIEW HUBUNGAN INDUSTRIAL


Ada hubungan yang tak dapat dipisahkan antara sifat dan bentuk manajemen sumber
daya manusia seperti yang dipraktikkan di perusahaan, dan budaya dan struktur hubungan
industrial. Dalam pengertian ini, hubungan industrial memberikan faktor konteks yang penting.
Manajemen sumber daya manusia dan hubungan industrrial membentuk bagian dari keseluruhan
yang kompleks dan dinamis.
Jika kita mengubah perspektif hubungan industrial dengan perspektif manajemen sumber
daya manusia, kita sampai pada proposisi penting berikut: tujuan manajemen sumber daya
manusia identik dengan hubungan industrial dalam pengertian yang lebih umum. Manajemen
sumber daya manusia menargetkan aspek-aspek substantif dari hubungan majikan-pekerja yang
juga membentuk inti proses hubungan industrial, yaitu pengaturan hubungan kerja melalui
konsultasi dan negosiasi di antara pengusaha, karyawan, organisasi mereka, dan lembaga
pemerintah
Istilah hubungan industrial berasal dari industrial relation, merupakan perkembangan dari
istilah hubungan perburuhan (labour relations atau labour management relations). Pengertian
hubungan industrial dalam ketentuan Pasal 1 angka 16 UU No.13 Tahun 2003 menyatakan
bahwa hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku
dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh dan
pemirintah yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945.
Hubungan industrial yang berlaku di Indonesia adalah Hubungan Industrial Pancasila,
yang merupakan hubungan antar pelaku dalam proses produksi barang dan jasa (pekerja,
pengusaha, dan pemerintah) yang didasarkan atas nilai-nilai yang merupakan manifestasi dari
keseluruhan sila-sila dari Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang tumbuh dan berkembang di atas kepribadian dan kebudayaan nasional
Indonesia. Adapun ciri-ciri dari Hubungan Industrial Pancasila adalah:
1. Mengakui dan meyakini bahwa bekerja bukan hanya bertujuan untuk sekedar mencari nafkah
saja, akan tetapi sebagai pengabdian kepada tuhannya, kepada sesama manusia, kepada
masyarakat, bangsa dan negara.
2. Menganggap pekerja bukan hanya sekedar faktor produksi belaka, tetapi sebagai manusia
pribadi dengan segala harkat dan martabatnya.
3. Melihat antara pekerja dan pengusaha bukanlah mempunyai kepentingan yang bertentangan,
akan tetapi mempunyai kepentingan yang sama yaitu kemajuan perusahaan, karena dengan
perusahaan yang maju semua pihak akan mendapatkan kesejahteraan.
4. Setiap perbedaan pendapat antara pekerja dan pengusaha harus diselesaikan dengan jalan
musyawarah untuk mencapai mufakat yang dilakukan secara kekeluargaan
5. Terdapat keseimbangan antara hak dan kewajiban kedua belah pihak dalam perusahaan,
keseimbangan itu dicapai bukan didasarkan atas perimbangan kekuatan (balance of power),
akan tetapi atas dasar rasa keadilan dan kepatutan.

Hubungan industrial merupakan hubungan antara semua pihak yang terkait atau
berkepentingan atas proses produksi barang atau pelayanan jasa di suatu perusahaan, pihak yang
berkepentingan (stakeholder) dalam sebuah perusahaan terdiri dari: pengusaha atau pemegang
saham yang sehari-hari diwakili manajemen; para pekerja dan serikat pekerja; para perusahaan
pemasok; masyarakat konsumen; pengusaha pengguna, dan masyarakat sekitar. Disamping para
stakeholder tersebut para pelaku hubungan industrial telah berkembang dengan melibatkan para
konsultan hubungan industrial atau pengacara, para arbitrator, konsiliator, mediator, dan dosen;
serta hakim-hakim pengadilan hubungan industrial.
Fungsi utama hubungan industrial, yaitu :
1. Untuk menjaga kelancaran atau peningkatan produksi.
2. Untuk memelihara dan menciptakan ketenangan kerja.
3. Untuk mencegah dan menghindari adanya pemogokan.
4. Untuk ikut menciptakan serta memelihara stabilitas nasional.
Hubungan industrial akan serasi jika dikembangkan dan dilaksanakan dengan baik, maka
dapat membantu meningkatkan produksi, menambah kemungkinan kesempatan kerja, dan lebih
membantu menjamin pembagian yang merata dari hasil pembangunan nasional. Di samping itu
hubungan industrial ini dapat membantu pemerintah dalam bekerja sama dengan organisasi-
organisasi pengusaha serta buruh. Jadi hubungan tersebut berfungsi sebagai motivator untuk
menggerakkan partisipasi sosial dan menyukseskan pembangunan sehingga tercipta ketenangan
bekerja dan ketenangan berusaha.
Hubungan industrial akan dikatakan berhasil apabila terjadi peningkatan produktivitas
dan kesejahteraan. Hubungan industrial dikatakan tidak berhasil apabila timbul perselisihan
perburuhan, terjadi pemutusan hubungan kerja, terjadi pemogokan atau pengrusakan barang dan
tindak pidana lainnya. Agar hubungan industrial dapat berlangsung dengan baik maka
berdasarkan ketentuan Pasal 103 UU No.13 Tahun 2003 ditentukan sarana hubungan industrial.

Perselisihan Hubungan Industrial


Hubungan industrial pada dasarnya merupakan suatu hubungan hukum yang dilakukan
antara pengusaha dengan pekerja, namun adakalanya hubungan itu mengalami suatu
perselisihan. Perselisihan itu dapat terjadi pada siapa pun yang sedang melakukan hubungan
hukum. Joni Emirzon yang mengutip dalam buku Lalu Husni memberikan pengertian
konflik/perselisihan/percekcokan adalah adanya pertentangan atau ketidaksesuaian antara para
pihak yang akan dan sedang mengadakan hubungan kerja sama.
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 UU No.2 Tahun 2004 pengertian dari perselisihan hubungan
industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau
gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat buruh karena adanya perselisihan hak,
perselisihan kepentingan, perselisihan hubungan kerja, dan perselisihan antar serikat
pekerja/serikat buruh dalam suatu perusahaan. Atas dasar pengertian tersebut, dapat ditarik
unsur-unsur dari konflik/perselisihan tersebut, adalah:
1. Adanya pihak-pihak (dua orang atau lebih).
2. Tujuan yang berbeda yakni pihak yang yang satu mengkehendaki agar pihak yang lain
berbuat/bersikap sesuai dengan yang dikehendakinya.
3. Pihak yang lain menolak keinginan tersebut atau keinginan tidak dapt dipersatukan.
Pada dasarnya perselisihan hubungan industrial dapat dibedakan ke dalam 2 (dua) bagian, yaitu:
1. Perselisihan industrial menurut sifatnya:
a. Perselisihan kolektif, yaitu perselisihan yang terjadi antara pengusaha/majikan dengan
serikat pekerja/serikat buruh, karena tidak adanya persesuaian paham mengenai
hubungan kerja, syarat-syarat kerja dan/atau keadaan perburuhan.
b. Perselisihan perseorangan, yaitu perselisihan antara pekerja/buruh yang tidak menjadi
anggota serikat pekerja/serikat buruh dengan pengusaha/majikan.
2. Perselisihan hubungan industrial menurut jenisnya:
a. Perselisihan hak, yaitu perselisihan yang timbul antara pengusaha/majikan atau
perkumpulan pengusaha dengan serikat pekerja/serikat buruh, karena salah satu pihak
dalam perjanjian kerja atau perjanjian perjanjian kerja bersama tidak memenuhi isi dari
perjanjian kerja tersebut atau melanggar ketentuan hukum yang berlaku bagi hubungan
kerja yang telah mereka sepakati bersama.
b. Perselisihan kepentingan, yaitu pertentangan antara pengusaha/majikan atau gabungan
serikat pekerja/serikat buruh sehubungan dengan tidak adanya persesuaian pendapat
mengenai syarat-syarat kerja dan/atau keadaan perburuhan.

Anda mungkin juga menyukai