A. Umum
1. Pengertian
Hubungan Industrial Pancasila adalah hubungan antara para pelaku dalam proses
produksi barang dan jasa (pekerja, pengusaha dan pemerintah) didasarkan atas
nilai yang merupakan manisfestasi dari keseluruhan sila-sila dari pancasila dan
Undang-undang 1945 yang tumbuh dan berkembang diatas kepribadian bangsa dan
kebudayaan nasional Indonesia.
2. Tujuan
Tujuan hubungan industrial pancasila adalah :
3. Landasan
Hubungan industrial pancasila juga berlandaskan kepada kebijaksanaankebijaksanaan pemerintah untuk menciptakan keamanan nasional dan
stabilitas nasional.
Keseluruhan sila-sila dari pada pancasila secara utuh dan bulat yang tidak
dapat dipisahkan satu sama lain.
Asas kerja yaitu pekerja dan pengusaha merupakan mitra dalam proses
produksi.
antar pihak pekerja dan pihak pengusaha selalu berjalan dengan lancar.
Setiap kesepakatan kerja bersama supaya paling sedikit harus memiliki suatu
pendahuluan/mukadimah yang mencerminkan falsafah hubungan industrial
pancasila.
peraturan perusahaan (PP) adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh
pengusaha yang membuat syarat-syarat kerja dan tata cara perusahaan.
Sedangkan perjanjian kerja bersama adalah perjanjian yang merupakan hasil
perbandingan antara serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat
pekerja/serikat buruh yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di
bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau
perkumpulan pengusaha yang memuat syarat-syaratkerja, hak dan kewajiban
kedua belah pihak (pasal 1 angka 21 Undang-undang Nomor 13).
Pengertian dan Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) Menurut Departemen Tenaga
Kerja Republik Indonesia (1996/1997: 2) ialah perjanjian yang diselenggarakan oleh
serikat pekerja atau serikat-serikat pekerja yang terdaftar pada Departemen Tenaga
Kerja dengan pengusaha-pengusaha, perkumpulan perusahaan berbadan hukum
yang pada umumnya atau semata-mata memuat syarat-syarat yang harus
diperhatikan dalam perjanjian kerja.
Dalam praktik selama ini banyak istilah yang dipergunakan untuk menyebut
perjanjian kerja bersama (PKB), seperti:
a. Perjanjian Perburuhan Kolektif (PKK) atau collecteve Arbeids Ovreenkomst (CAO);
b. Persetujuan Perburuhan Kolektif (PPK) atau Coolective Labour Agreement (CLA);
c. Persetujuan Perburuhan Bersama (PPB); dan
d. Kesepakatan Kerja Bersama (KKB).
Semua istilah tersebut di atas pada hakikatnya sama karena yang dimaksud adalah
perjanjian perburuhan sebagaimana tercantum pada Pasal 1 ayat (1) UndangUndang Nomor 21 tahun 1954 (di mana undang-undang ini sudah tidakberlaku
sejak memberlakukan undang-undang Nomor 13 tahun 2003).
C. Hubungan Bipartit dan Tripartit
Yaitu forum komunikasi dan konsultasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
hubungan industrial di satu perusahaan, yang anggotanya terdiri atas pengusaha
dan serikat pekerja/serikat buruh yang sudah tercatat di instansi yang bertanggung
jawab di bidang ketenagakerjaan atau unsur pekera/buruh (periksa Kaputusan
Menteri Tenaga dan Transmigrasi Nomor Kep-255/Men/2003 tentang Tata Cara
Pembentukan dan Susunan Keanggotaan Lemaga Kera Sama Bipartit). Sedangkan
Tripartit yaitu forum komunikasi, lonsultasi dan musyawarah tentang masalah
ketenagakerjaan, yang anggotanya terdiri atas unsur organisasi pengusaha, serikat
pekerja/serikat buruh, dan pemerintah (periksa Peraturan Pemerintah Nomor 8
tahun 2005 tentang Tata kerja dan Susunan Organisasi Lembaga kerja sama
Tripartit). Pengertian bipartit dalam hal ini sebagai mekanisme adalah tata cara atau
proses perundingan yang dilakukan antara dua pihak, ayitu pihak pengusaha
dengan pihak pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh, antara lain, apabila
terjadi perselisihan antara pengusaha dengan pekera/buruh diperusahaan (surat
edaran Direktur Jendral Pembinaan Hubungan Industrial Nomor SE01/D.PHI/XI/2004. perundingan bipartit pada hakikatnya merupakan upaya
musyawrah untuk mufakat antara pihak pengusaha dan pihak pekerja/buruh atau
serikat pekerja/serikat buruh.
syarat pekerja;
f. pembuatnya dilarang: