Perselisihan antara serikat pekerja pada PT. CCSI dengan PT. CCSI itu sendiri
berawal dari PHK atau pemutusan hubungan kerja sepihak yang dilakukan oleh
PT.CCSI terhadap salah seorang karyawannya. Mengetahui hal itu, pada hari
selasa tanggal 08 Mei 2018 serikat pekerja PT. CCSI melakukan aksi demonstrasi
sebagai bukti dukungan mereka kepada rekan kerjanya yang dinilai telah menjadi
korban atas sikap sewenang- wenangan PT.CCSI yang dalam hal ini telah
melakukan PHK sepihak terhadap salah seorang Rekan kerja mereka.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
2
merupakan tujuan ideal yang hendak dicapai agar terjdi hubungan yang harmonis
antara pekerja dan pengusaha karena tidak dapat dipungkiri bahwa hubungan
antara pekerja dan pengusaha adalah hubungan yang saling membutuhkan.
Pengusaha tidak dapat menghasilkan produk barang atau jasa jika tidak didukung
oleh pekerja, demikian pula sebaliknya.
1.2.Rumusan Masalah
1.2.1. Apakah yang dimaksud dengan Hubungan Industrial ?
1.2.2. Seperti apakah ciri-ciri Hubungan Industrial ?
1.2.3. Apa saja prinsip Hubungan Industrial ?
1.2.4. Seperti apakah ruang lingkup Hubungan Industrial ?
1.2.5. Seperti apakah tujuan Hubungan Industrial ?
1.2.6. Apa saja sarana Hubungan Industrial ?
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
langsung dan tidak langsung atas pertumbuhan perusahaan, antara lain sebagai
sumber penerimaan pajak. Jadi hubungan industrial adalah hubungan antara
semua pihak yang berkepentingan tersebut. Dalam pengertian sempit, hubungan
industrial diartikan sebagai hubungan antara manajemen dan pekerjaatau
Management-Employees Relationship.
5
4. Setiap perbedaan pendapat antara pekerja dan pengusaha harus
disesuaikan dengan jalan musyawarah untuk mencapai mufakat yang
dilakukan secara kekeluargaan.
5. Adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban untuk kedua belah pihak,
atas dasar rasa keadilan dan kepatutan.
6
5. Penciptaan ketenangan berusaha dan ketentraman bekerja.
Menciptakan ketenangan berusaha dan ketenteraman dalam bekerja supaya
dengan demikian dapat meningkatkan produktivitas perusahaan.
6. Peningkatan produktivitas
Peningktan produktivitas perusahaan haruslah mampu meningkatkan
kesejahteraan bersama, yakni kesejahteraan pengusaha maupun
kesejahteraan pekerja.
kerja dimana para pekerja dan pengusaha bekerjasama dalam hubungan kerja
untuk mencapai tujuan usaha. Yang dimaksud hubungan kerja adalah hubungan
antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja yang
mempunyai unsur upah, perintah dan pekerjaan.
7
Fungsi Pengusaha : Menciptakan kemitraan, mengembangkan usaha, memperluas
lapangan kerja dan memberikan kesejahteraan pekerja secara terbuka, demokratis
serta berkeadilan.
Didalamnya termasuk :
a. Syarat‐syarat kerja
b. Pengupahan
c. Jam kerja
d. Jaminan sosial
f. Organisasi ketenagakerjaan
g. Iklim kerja
a. Hukum Materiil
8
3. Perjanjian Kerja Bersama (PKB), Peraturan Perusahaan (PP) dan Perjanjian
Kerja.
b. Hukum Formal
9
1. Mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang berdasarkan Pancasila
serta
2. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial melalui
3. Penciptaan ketenangan, ketentraman dan ketertiban kerja serta ketenangan
usaha,
4. Meningkatkan produksi dan
5. Meningkatkan kesejahteraan pekerja serta derajatnya sesuai derajat
manusia.
Sikap mental dan sosial para pengusaha dan pekerja juga sangat berpengaruh
dalammencapaiberhasilnyatujuanhubunganindustrial.Sikap mental dan sosial
yang mendukung tercapainya tujuan hubungan industrial tersebut adalah:
10
harus mencerminkan dan dijiwai oleh nilai‐nilai budaya dalam perusahaan,
terutama dengan nilai‐nilai yang terdapat dalam Hubungan Industrial.
“Pengaturan hak dan kewajiban dapat dibedakan dalam dua kelompok, yaitu
Hak dan kewajiban yang bersifat makro minimal sebagaimana ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan. Pengertiannya adalah hal-hal
yang diatur dalam perundang-undangan berlaku menyeluruh bagi semua
perusahaan dengan standar minimal dan Hak dan kewajiban yang sifatnya makro
kondisional dalam pengertian bahwa standar yang hanya diberlakukan bagi
perusahaan secara individual telah sesuai dengan kondisi perusahaan yang
bersangkutan” (Oansamosirlaw : 2012)
A. Lembaga kerjasamaBipartit
B. Lembaga kerjasamaTripartit
11
C. OrganisasiPekerjaatauSerikatPekerja/Buruh
D. OrganisasiPengusaha
E. Lembaga keluhkesah&penyelesaianperselisihanhubungan industrial
F. Peraturan Perusahaan
G. PerjanjianKerja Bersama
Adalah suatu badan ditingkat usaha atau unit produksi yang dibentuk oleh
pekerja dan pengusaha. Berikut pasal mengenai bipartit, pasal 106. Setiap
pengusaha yang mempekerjakan 50 (limapuluh) orang pekerja atau lebih dapat
membentuk Lembaga Kerja Sama (LKS) Bipartit dan anggota‐anggota yang
terdiri dari unsur pengusaha dan pekerja yang ditunjuk berdasarkan kesepakatan
dan keahlian.
12
Kriteria LKS Bipartit :
Dalam hal konsultasi dengan pekerja, yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut :
b. Jika Lembaga Kerjasa Sama Bipartit dan Serikat Pekerja tidak ada, maka
konsultasi dapat dilakukan dengan karyawan yang ada dalam perusahaan
tersebut.
Perundingan Bipartit :
13
1. Perselisihan hubungan industrial wajib diselesaikan secara musyawarah untuk
mufakat;
6. Salah satu pihak atau pihak yang dirugikan dapat mengajukan permohonan
eksekusi kepada Pengadilan Hubungan Industrial di Pengadilan negeri di
wilayah Perjanjian Bersama didaftarkan.
8. Perundingan dianggap gagal apabila salah satu pihak menolak perundingan atau
tidak tercapai kesepakatan;
9. Salah satu pihak atau kedua belah pihak mencatatkan perselisihan kepada
instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat dengan
melampirkan bukti upaya penyelesaian melalui perundingan bipartit telah
dilakukan.
14
3. Pokok masalah atau alasan perselisihan
4. Dalam waktu 7 hari para pihak tidak menetapkan pilihan konsiliasi atau
arbitrase, melipmpahkan penyelesaiannya kepada mediator.
15
2. Kepmenaker No. Kep.255/Men/2003 tentang Lembaga Kerjasama Bipartit
16
Dasar Hukum Pendirian Serikat Pekerja/Serikat Buruh diatur dalam :
4. Kepmenaker No. 187 Tahun 2004 tentang Iuran anggota Serikat Pekerja/Buruh
Setiap pekerja berhak untuk membentuk dan menjadi Anggota Serikat Pekerja.
Serikat Pekerja pada perusahaan berciri‐ciri sebagai berikut :
1. Dibentuk dari dan oleh pekerja secara demokrasi melalui musyawarah para
pekerja di perusahaan.
17
sebagaimana dimaksud dalam ayat diatur dalam ang-garan dasar dan/atau
anggaran rumah tangga serikat pekerja/serikat buruh yang bersangkutan.
1.Pembelaan
18
c. Perundingan Pengusaha dengan Wakil Pekerja/Buruh maupun dengan
Pemerintah.
2. Perlindungan
a. Apindo pro‐aktif dan turut serta dalam pembahasan pembuatan kebijakan dan
peraturan ketenagakerjaan di tingkat daerah maupun nasional.
3. Pemberdayaan
19
2. Unsur Pengusaha diwakili APINDO
20
5. Organisasi didirikan untuk lebih mengefektifkan pendidikan dibidang
ketenagakerjaan.
Untuk lebih menunjang dan mendukung hal tersebut diatas masih perlu
dibentuk badanbadang lain yang berorientasi pada kebersamaan, keselarasan, dan
keseimbangan. Bentuk badan tersebut anggotaannya juga semua pekerja
perusahaan tersebut. Badan itu antara lain Koperasi, Persatuan Olah Raga dan
Seni, Persatuan Rekreasi dsb.
Keluh kesah bisa juga terjadi akibat berbagai pertanyaan yang timbul baik
dari pekerja ataupun dari pengusaha yang berkaitan dengan penafsiran atau
pelaksanaan peraturan perundang‐undangan, perjanjian kerja, peraturan
perusahaan atau perjanjian kerja bersama. Dapat juga karena berbagai tuntutan
dari salah satu pihak terhadap pihak lain yang melanggar peraturan
perundang‐undangan, perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja
besama.
21
bagian dari Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja
Bersama (PKB). Dalam pelaksanaan fungsi‐fungsi supervisi dari setiap para
manajer merupakan kunci terlaksananya mekanisme ini.
D. Apabila atasan yang lebih tinggi tidak bisa menyelesaikannya atau pekerja
tidak puas atas penyelesainnya maka pekerja dapat minta bantuan pengurus
serikat pekerja untuk mewakili atau mendampingi pekerja untuk penyelesainnya
lebih lanjut.
22
A. Tidak dilaksanakannya hak pekerja
‐ Bipartit (wajib Pasal 4 ayat (2) UU No.2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian
Perselisihan
1. Ketentuan Khusus
23
3. Perusahaan yang telah mempunyai Perjanjian Kerja Bersama (PKB) tidak dapat
menggantikannya dengan Peraturan Perusahaan.
2. Dasar Hukum
24
1. Kata Pengantar
2. Daftar Isi
3. Mukadimah
4. Umum
8. Penggajian (Bab V)
4. Ketentuan Umum
25
2. Bilamana Serikat Pekerja 3 bulan sebelum Peraturan Perusahaan berakhir tidak
mengajukan secara tertulis untuk perundingan pembuatan Perjanjian Kerja
Bersama, maka perusahaan wajib mengajukan Peraturan Perusahaan yang
lama/yang tidak diperbaharui untuk disyahkan atau diperpanjang.
3. Ketentuan yang ada dalam Peraturan Perusahaan tetap berlaku sampai dengan
ditandatangani Perjanjian Kerja Bersama (PKB) dan atau sampai dengan
disyahkan permohonan diperpanjang Peraturan Perusahaan.
26
2.6.7 PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB)
1. Dasar Hukum
2. Ketentuan Khusus
6. PKB yang telah disepakati dibubuhi tanggan dan ditandatangani oleh pengurus
yang oleh anggota dasar diperbolehkan, jika diwakilkan harus ada surat kuasa,
27
7. Ketentuan PKB tidak boleh bertentangan dengan perundang‐undangan yang
berlaku.
3. Ketentuan Umum
Para pihak yang terikat dengan PKB adalah pihak‐pihak yang membuatnya
yaitu Serikat Pekerja/pekerja dan Pengusaha.
28
3. Apabila dalam waktu 30 hari perundingan Bipartit belum selesai, maka
salah satu atau kedua belah pihak wajib melaporkan secara tertulis ke
Departemen Tenaga Kerja setempat untuk diperantarai.
4. Apabila dalam waktu 30 hari pegawai perantara tidak dapat menyelesaikan
pembuatan PKB, maka pegawai perantara melaporkan secara tertulis ke
Menteri Tenaga Kerja.
5. Menteri Tenaga Kerja menetapkan langkah‐langkah penyelesaian
pembuatan PKB, dengan memperhatikan hasil musyawarah tingkat
Bipartit dan perantara paling lama 30 hari.
6. Tempat perundingan pembuatan PKB dilaksanakan di kantor
pengusaha/Serikat Pekerja atau ditempat lain yang telah disepakati tingkat
Bipartit.
7. Biaya permusyawaratan PKB ditanggung pengusaha kecuali jika Serikat
Pekerja telah dianggap mampu maka ditanggung bersama.
29
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Hubungan Industrial adalah keseluruhan hubungan kerja sama antara semua pihak
yang tersebut dalam proses produksi disuatu perusahaan. Ada beberapa landasan
dalam Hubungan Industrial Pancasila yang harus diperhatikan oleh Pengawas
Ketenagakerjaan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Dan
menurut Undang-undang Nomor 13/2003 tentang Ketenagakerjaan memberikan
definisi tentang perjanjian kerja dalam Pasal 1 Ayat (14) yaitu : perjanjian kerja
adalah perjanjian antara pekerja dengan pengusaha atau pemberi kerja yang
memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak.Perjanjian kerja juga
memiliki jenis dan asas-asas.
3.2. Saran
Diharapkan hubungan yang terjalin antara pekerja dan pengusaha dalam aturan-
aturan yang berlaku di Indonesia dapat benar-benar berjalan,tidak memihak pada
golongan pengusaha yang sering terjadi dimana para pekerja berdemonstrasi
akibat dari para pengusaha melakukan tindakan diluar kesepakatan.
30
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/9666387/Industrial_Relation_II
https://www.academia.edu/24062918/Hubungan_industrial
31