Perilaku Konsumen
Kelompok 5:
Ummu Alifah Rosadi 141160367
Rani Ratiningtia 141160400
Firman ihlsul amal 141160406
Fressadhani prabasari 141160407
Tahun 2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunianya yang telah
diberikan kepada kita. Semoga Shalawat dan Salam selalu dilimpahkan kepada junjungan
Nabi besar Muhammaad SAW, beserta sahabat dan keluarganya, serta pengikutnya hingga
akhir zaman. Amin.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritikan yang membangun dari berbagai pihak untuk membantu
kelancaran dan kesempurnaan penulisan selanjutnya.
Semoga apa yang kami tulis ini bermanfaat bagi para pembaca dan masyarakat pada
umumnya serta mendapat ridha dari Allah SWT. Amin
Penyusun
Bab I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Hubungan dari budaya terhadap perilaku konsumen adalah, budaya digunakan sebagai
indikator awal untuk menentukan perilaku konsumen masyarakat. perusahaan bisa melihat
dan menyesuaikan produk dengan budaya masyarakat trersebut. perilaku konsumen muncul
salah satunya karena efek dari budaya.Budaya bisa diartikan sebagai suatu
kebiasaan,norma,tata krama, atau perilaku yang ada dan berkembang di masyarakat. Perilaku
konsumen itu sendiri adalah sebuah kegiatan atau kebiasaan dari konsumen yang bisa
dianalisa dan diamati oleh perusaahaan.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas.
Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini
tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.Semua orang di dunia ini adalah
konsumen. Setiap hari hidup kita membeli dan mengkonsumsi suatu yang luar biasa berbagai
barang dan jasa. Namun, kita semua memiliki rasa yang berbeda, suka dan tidak suka dan
mengadopsi pola perilaku yang berbeda ketika membuat keputusan pembelian. Banyak faktor
yang mempengaruhi bagaimana kita, sebagai individu dan sebagai masyarakat, hidup,
membeli, dan konsumsi.Pengaruh eksternal seperti budaya, etnis, dan pengaruh kelas sosial
bagaimana konsumen individu membeli dan menggunakan produk, dan membantu
menjelaskan bagaimana kelompok konsumen berperilaku. Studi budaya mencakup semua
aspek masyarakat seperti agama, pengetahuan, bahasa, hukum, adat, tradisi, musik, seni,
teknologi, pola kerja, produk, dll Budaya adalah sangat penting dan semua pengaruh meresap
dalam hidup kita.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian kebudayaan ?
2. Apakah nilai-nilai yang dianut dalam perubahan kebudayaan ?
3. Apakah pengaruh kebudayaan terhadap perilaku konsumen ?
4. Apa saja perubahan nilai kebudayaan ?
TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian kebudayaan
2. Untuk mengetahui nilai-nilai yang dianut
3. Untuk mengetahui pengaruh kebudayaan terhadap perilaku konsumen
4. Untuk mengetahui perubahan nilai kebudayaan.
Bab II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan
budi dan akal manusia.DalambahasaInggris, kebudayaandisebut culture, yang berasaldari
kata LatinColere,
yaitumengolahataumengerjakan.Bisadiartikanjugasebagaimengolahtanahataubertani.
Kata culture jugakadangditerjemahkansebagai “kultur” dalambahasa Indonesia.
Dengan terdapat sifat budaya yang luas dan merembes, studynya biasanya membutuhkan
pemeriksaan yang terkini terhadap sifat masyarakat secara keseluruhan, termasuk berbagai
faktor seperti bahasa, pengetahuan, hukum, agama, kebiasaan, makanan, musik, seni,
teknologi, pola kerja, produk, dan barang-barang lainnya sebagai hasil kecerdasan manusia
yang memberikan cita rasa tersendiri kepada masyarakat.
Definisi budaya adalah sebagai keseluruhan kepercayaan, nilai-nilai, dan kebiasaan yang di
pelajari yang membantu mengarahkan perilaku konsumen para anggota masyarakat tertentu.
Komponen kepercayaan dan nilai dalam definisi merujuk kepada akumulasi perasaan dan
prioritas yang dipunyai para individu mengenai “segala masalah” dan barang milik. Lebih
tepatnya, kepercayaan terdiri dari sejumlah besar pernyataan mental dan verbal yaitu (saya
percaya..) yang menggambarkan pengetahuan dan penilaian khusus seseorang mengenai
sesuatu (orang lain, toko, produk,merk). Nilai-nilai juga merupakan kepercayaan. Tetapi,
nilai-niai berbeda dari kepercayaan lain, karena mereka memenuhi kriteria berikut ini:
Berdasarkanciri-cirinya, nilaisosialdapatdibagimenjadiduamacam,
yaitunilaidominandannilaimendarahdaging (internalized value).Nilaidominanadalahnilai yang
dianggaplebihpentingdaripadanilailainnya.Ukurandominantidaknyasuatunilaididasarkanpada
hal-halberikut.
1. Banyak orang yang menganutnilaitersebut. Contoh,
sebagianbesaranggotamasyarakatmenghendakiperubahankearah yang lebihbaik di
segalabidang, sepertipolitik, ekonomi, hukum, dansosial.
2. Berapa lama nilaitersebuttelahdianutolehanggotamasyarakat.
3. Tinggirendahnyausaha orang untukdapatmelaksanakannilaitersebut. Contoh, orang
Indonesia padaumumnyaberusahapulangkampung (mudik) di hari-haribesarkeagamaan,
sepertiLebaranatau Natal.
4. Prestiseataukebanggaanbagi orang yang melaksanakannilaitersebut. Contoh,
memilikimobildenganmerekterkenaldapatmemberikankebanggaanatauprestisetersendiri.
Nilaimendarahdaging (internalized value)
Nilaimendarahdagingadalahnilai yang
telahmenjadikepribadiandankebiasaansehinggaketikaseseorangmelakukannyakadangtidakmel
alui proses berpikirataupertimbanganlagi (bawahsadar).
Biasanyanilaiinitelahtersosialisasisejakseseorangmasihkecil.Umumnyabilanilaiinitidakdilaku
kan, iaakanmerasamalu, bahkanmerasasangatbersalah. Contoh, seorangkepalakeluarga yang
belummampumemberinafkahkepadakeluarganyaakanmerasasebagaikepalakeluarga yang
tidakbertanggungjawab. Demikian pula, guru yang
melihatsiswanyagagaldalamujianakanmerasagagaldalammendidikanaktersebut.
Bagimanusia, nilaiberfungsisebagailandasan, alasan,
ataumotivasidalamsegalatingkahlakudanperbuatannya.Nilaimencerminkankualitaspilihantind
akandanpandanganhidupseseorangdalammasyarakat.MenurutNotonegoro,nilaisosialterbagi 3,
yaitu:
a. Nilai material, yaitusegalasesuatu yang bergunabagifisik/jasmaniseseorang.
b. Nilai vital, yaitusegalasesuatu yang mendukungaktivitasseseorang.
c. Nilaikerohanian, yaitusegalasesuatu yang bergunabagijiwa/psikisseseorang.
1.1 PengaruhKebudayaanTerhadapPerilakuKonsumen
PengertianperilakukonsumenmenurutShiffmandanKanuk (2000) adalahperilaku yang
diperhatikankonsumendalammencari, membeli, menggunakan,
mengevaluasidanmengabaikanproduk, jasa, atau ide yang
diharapkandapatmemuaskankonsumenuntukdapatmemuaskankebutuhannyadenganmengkons
umsiprodukataujasa yang ditawarkan.
Selainituperilakukonsumenmenurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah proses
pengambilankeputusandankegiatanfisikindividu-individu yang
semuanyainimelibatkanindividudalammenilai, mendapatkan, menggunakan,
ataumengabaikanbarang-barangdanjasa-jasa.
Menurut Ebert dan Griffin (1995) consumer behavior
dijelaskansebagaiupayakonsumenuntukmembuatkeputusantentangsuatuproduk yang
dibelidandikonsumsi.
Mungkin kalimat dibawah ini akan membantu untuk memahami ilustrasi di atas:Konsumen
melihat diri mereka sendiri dan bereaksi terhadap lingkungan mereka berdasarkan cultural
framework yang mereka miliki. Setiap individu mempersepsi dunia dengan kacamata budaya
mereka sendiri.
Budaya ada untuk memuaskan kebutuhan masyarakat. Budaya memberikan petunjuk, dan
pedoman dalam menyelesaikan masalah dengan menyediakan metode “tried-and-true” dalam
memuaskan kebutuhan fisiologis, personal dan sosial.Values, beliefs dan customs terus yang
dapat memuaskan kebutuhan akan terus diikuti. Dan yang tidak memberikan kepuasan akan
digantikan atau dimodifikasi.
Tidak seperti karakteristik biologis, budaya dapat dipelajari. Sejak kita masih kecil, kita
mulai mendapat beliefs, values dan customs, dari lingkungan yang kemudian membentuk
budaya kita.
Para ahli antropologi telah menemukan 3 cara yang berbeda dari cultural learning:
1. Formal Learning: orang dewasa dan teman bermain yang lebih tua mengajari enggota
keluarga yang lebih muda tentang bagaimana cara berperilaku.
2. Informal Learning: Anak belajar dengan meniru perilaku keluarga, teman atau
pahlawan TV
3. Technical Learning: Sekolah yang mengajarkan apa yang harus dilakukan, kenapa hal
itu dilakukan dan bagaimana cara melakukannya.
Ketika membahas sifat akuisisi dari budaya, para ahli antropologi memaparkan adanya
enkulturasi dan akulturasi. Enkulturasi adalah pembelajaran dari budaya asalnya.
Pembelajaran budaya yang baru dinamakan akulturasi. Melihat bahwa akulturasi merupakan
suatu konsep penting bagi para pemasar yang merencanakan untuk menjual produk mereka di
berbagai pasar luar negeri atau multinasional.
Untuk memahami budaya setempat, masyarakat harus dapat berkomunikasi satu dengan yang
lain melalui bahasa. Tanpa bahasa, shared meaning tidak akan ada, dan komunikasi yang
sebenarnya juga tidak akan ada.Untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan konsumen,
marketer sebaiknya menggunakan simbol untuk menyampaikan imej dari produk. Simbol ini
bisa berarti verbal maupun nonverbal. Simbol yang verbal biasanya menggunakan televisi,
pengumuman atau iklan di majalah. Simbol nonverbal biasanya menggunakan warna,
bentuk,dll. Namun simbol memiliki beberapa arti sehingga kita harus benar-benar
meyakinkan bahwa simbol itu dapat mewakili imej produk.
2.3 Ritual
Ritual adalah aktivitas yang bersifat simbolis yang merupakan serangkaian langkah-langkah
(berbagai perilaku) yang muncul dalam rangkaian yang pasti dan terjadi berulang-
ulang.Ritual disampaikan selama kehidupan manusia, dari lahir hingga mati. Ritual ini bisa
jadi sangat publik atau bahkan sangat domestik. Hal yang penting dari ritual ini untuk para
marketer adalah fakta bahwa ritual cenderung penuh dengan produk yang berasosiasi dengan
ritual itu sendiri. Misalnya: natal, berasosiasi dengan pohon cemara. Dan untuk ritual-ritual
misalnya pernikahan, akan membutuhkan perhiasan sebagai perlengkapan.
Untuk dipertimbangkan oleh masyarakat sebagai karakteristik cultural maka, belief dan value
harus disebarkan kepada masyarakat sehingga kultur secara perlahan dianggap sebagai
kebiasaan suatu kelompok yang berhubungan dengan anggota masyarakat. Dan tentu saja
bahasa adalah komponen yang dapat digunakan untuk menyebarkan value, pengalaman, dan
kebiasaan. Beberapa institusi sosial dalam masyarakat mengirimkan beberapa elemen dari
kultur dan menyebarkan realitas budaya. Dan pemimpin dari berbagai institusi tersebut
adalah keluarga yang berperan sebagai agen primer dari enculturation yang memberikan
basic cultural belief, value, dan kebiasaan kepada anggota sosial baru. Yang termasuk di
dalamnya adalah arti uang, hubungan antara uang dengan kualitas barang, product taste,
pilihan atas sesuatu, dan habit.
Selain keluarga, institusi lainya yang secara tradisional juga menyebarkan aspek-aspek
khusus dari budaya, yaitu institusi pendidikan dan agama. Pendidikan memberikan siswanya
kemampuan dasar, sejarah, patriotisme, kewarganegaraan, dan technical training yang
dibutuhkan untuk mempersiapkan peran siswa dalam masyarakat. Sedangkan agama
memberikan kesadaran akan beragama, petunjuk spiritual, dan moral training. Walaupun
anak-anak lebih banyak mendapatkan consumer training dari keluarga namun tetap saja
sistem pendidikan dan keagamaan juga berperan dalam memperkuat training ini dengan
memberikan pelajaran ekonomi dan konsep-konsep etika.
Karena masyarakat berkembang dan ilmu pengetahuan berkembang dengan sangat cepat
maka kemungkinan keadaan masyarakat pun berubah. Oleh karena itulah marketer harus
memonitor masyarakat secara lebih seksama dalam usaha untuk menjual produk yang ada
lebih efektif atau mengembangkan dan memproduksi produk baru. Tentu saja ini bukanlah
tugas yang mudah karena ada berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan
masyarakat. Misalnya, banyak wanita Amerika yang meninggalkan peran kewanitaanya
karena merasa anak adalah beban baginya, bentuk tubuhnya pun menjadi jelek, selain itu
dengan bekerja ia tidak harus menunggu suaminya untuk dapat membeli barang-barnag
mahal yang diingininya.
PerubahanNilai
Budayajugaperlumengalamiperubahannilai. Ada
beberapaaspekdariperlunyaperluasanperubahanbudayayaitu :
Nilai budaya memberikan dampak yang lebih pada perilaku konsumen dimana dalam hal ini
dimasukkan kedalam kategori-kategori umum yaitu berupa orientasi nilai-nilai lainnya yaitu
merefleksi gambaran masyarakat dari hubungan yang tepat antara individu dan kelompok
dalam masyarakat. Hubungan ini mempunyai pengaruh yang utama dalam praktek
pemasaran. Kebudayaan adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang, terutama
dalam perilaku pengambilan keputusan dan perilaku pembelian.
Dalam perkembangan sejarah budaya konsumsi maka masyarakat konsumsi lahir
pertama kali di Inggris pada abad 18 saat terjadinya tekhnologi produksi secara massal.
Tekhnologi yang disebabkan oleh berkembangnya revolusi industri memungkinkan
perusahaan-perusahaan memproduksi barang terstandarisasi dalam jumlah besar dengan
harga yang relatif murah. Dengan adanya kebudayaan, perilaku konsumen mengalami
perubahan. Dengan memahami beberapa bentuk budaya dari masyarakat, dapat membantu
pemasar dalam memprediksi penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Pengaruh budaya
dapat mempengaruhi masyarakat secara tidak sadar. Pengaruh budaya sangat alami dan
otomatis sehingga pengaruhnya terhadap perilaku sering diterima begitu saja.
Sebagai contoh, jika masyarakat menilai aktifitas kolektif, konsumen akan melihat kearah
lain pada pedoman dalam keputusan pembelanjaan dan tidak akan merespon keuntungan
pada seruan promosi untuk “menjadi seorang individual”. Dan begitu juga pada budaya yang
individualistik. Sifat dasar dari nilai yang terkait ini termasuk individual/kolektif, kaum
muda/tua, meluas/batas keluarga, maskulin/feminim, persaingan/kerjasama, dan
perbedaan/keseragaman.
3.1 Individual/Kolektif
Budaya individualis terdapat pada budaya Amerika, Australia, Inggris, Kanada, New
Zealand, dan Swedia. Sedangkan Taiwan, Korea, Hongkong, Meksiko, Jepang, India, dan
Rusia lebih kolektifis dalam orientasi mereka. Nilai ini adalah faktor kunci yang
membedakan budaya, dan konsep diri yang berpengaruh besar pada individu. Tidak
mengherankan, konsumen dari budaya yang memiliki perbedaan nilai, berbeda pula reaksi
mereka pada produk asing, iklan, dan sumber yang lebih disukai dari suatu informasi. Seperti
contoh, konsumen dari Negara yang lebih kolektifis cenderung untuk menjadi lebih suka
meniru dan kurang inovatif dalam pembelian mereka dibandingkan dengan budaya
individualistik. Dalam tema yang diangkat seperti ”be your self” dan “stand out”, mungkin
lebih efektif dinegara amerika tapi secara umum tidak di negara Jepang, Korea, atau Cina.
Dalam hal ini adalah melihat faktor budaya yang lebih bijaksana dalam melihat sisi dari peran
usia. Seperti contoh di Negara kepulauan Fiji, para orang tua memilih untuk menyenangkan
anak mereka dengan membeli suatu barang. Hal ini berbeda dengan para orang tua di
Amerika yang memberikan tuntutan yang positif bagi anak mereka. Disamping itu, walaupun
Cina memiliki kebijakan yang mengharuskan untuk membatasi keluarga memiliki lebih dari
satu anak, tetapi bagi budaya mereka anak merupakan “kaisar kecil” bagi mereka. Jadi,
apapun yang mereka inginkan akan segera dipenuhi. Dengan kata lain, penting untuk diingat
bahwa segmen tradisional dan nilai masih berpengaruh dan pera pemasar harus
menyesuaikan bukan hanya pada lintas budaya melainkan juga pada budaya didalamnya.
Pengertiannya adalah bagaimana keluarga dalam suatu budaya membuat suatu keputusan
penting bagi anggota keluarganya. Dengan kata lain apakah peran orang dewasa (orang tua)
memiliki kebijakan yang lebih dalam memutuskan apa yang terbaik bagi anaknya. Atau
malah sebaliknya anak-anak memberi keputusan sendiri apa yang terbaik bagi diri mereka
sendiri. Dan bisa dikatakan juga bahwa pengaruh pembelian oleh orang tua akan berpengaruh
untuk seterusnya pada anak.
Seperti contoh pada beberapa budaya yaitu seperti di Meksiko, sama halnya dengan
Amerika, peran orang dewasa sangat berpengaruh. Para orang tua lebih memiliki
kecenderungan dalam mengambil keputusan dalam membeli. Begitu juga para orang dewasa
muda di Thailand yang hidup sendiri diluar dari orang tua atau keluarga mereka. Tetapi
ketergantungan dalam membeli masih dipengaruhi oleh orang tua maupun keluarga mereka.
Yang lain halnya di India, sesuatu hal yang akan dibeli diputuskan bersama-sama dalam satu
keluarga yaitu seperti diskusi keluarga diantara mereka.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
https://gloriacharlotte.wordpress.com/2015/01/08/pengaruh-kebudayaan-terhadap-pembelian-
konsumen/
http://sepdilarusmio.blogspot.co.id/2009/11/pengaruh-budaya-terhadap-perilaku.html
http://zuliyacitra.blogspot.co.id/2015/12/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html