Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Perilaku Konsumen

Karakteristik Konsumen dan Pengaruh Budaya

Kelompok 5:
Ummu Alifah Rosadi 141160367
Rani Ratiningtia 141160400
Firman ihlsul amal 141160406
Fressadhani prabasari 141160407

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

Tahun 2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunianya yang telah
diberikan kepada kita. Semoga Shalawat dan Salam selalu dilimpahkan kepada junjungan
Nabi besar Muhammaad SAW, beserta sahabat dan keluarganya, serta pengikutnya hingga
akhir zaman. Amin.

Kami penyusun makalah, Alhamdulillah telah berhasil menyelesaikan makalah “Pengaruh


Kebudayaan Terhadap Perubahan Perilaku Konsumen”. Dan makalah ini kami ajukan
sebagai tugas untuk melaksanakan kewajiban sebagai mahasiswa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritikan yang membangun dari berbagai pihak untuk membantu
kelancaran dan kesempurnaan penulisan selanjutnya.

Semoga apa yang kami tulis ini bermanfaat bagi para pembaca dan masyarakat pada
umumnya serta mendapat ridha dari Allah SWT. Amin

Yogyakarta, 14 Mei 2018

Penyusun
Bab I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Hubungan dari budaya terhadap perilaku konsumen adalah, budaya digunakan sebagai
indikator awal untuk menentukan perilaku konsumen masyarakat. perusahaan bisa melihat
dan menyesuaikan produk dengan budaya masyarakat trersebut. perilaku konsumen muncul
salah satunya karena efek dari budaya.Budaya bisa diartikan sebagai suatu
kebiasaan,norma,tata krama, atau perilaku yang ada dan berkembang di masyarakat. Perilaku
konsumen itu sendiri adalah sebuah kegiatan atau kebiasaan dari konsumen yang bisa
dianalisa dan diamati oleh perusaahaan.

Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas.
Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini
tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.Semua orang di dunia ini adalah
konsumen. Setiap hari hidup kita membeli dan mengkonsumsi suatu yang luar biasa berbagai
barang dan jasa. Namun, kita semua memiliki rasa yang berbeda, suka dan tidak suka dan
mengadopsi pola perilaku yang berbeda ketika membuat keputusan pembelian. Banyak faktor
yang mempengaruhi bagaimana kita, sebagai individu dan sebagai masyarakat, hidup,
membeli, dan konsumsi.Pengaruh eksternal seperti budaya, etnis, dan pengaruh kelas sosial
bagaimana konsumen individu membeli dan menggunakan produk, dan membantu
menjelaskan bagaimana kelompok konsumen berperilaku. Studi budaya mencakup semua
aspek masyarakat seperti agama, pengetahuan, bahasa, hukum, adat, tradisi, musik, seni,
teknologi, pola kerja, produk, dll Budaya adalah sangat penting dan semua pengaruh meresap
dalam hidup kita.

RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian kebudayaan ?
2. Apakah nilai-nilai yang dianut dalam perubahan kebudayaan ?
3. Apakah pengaruh kebudayaan terhadap perilaku konsumen ?
4. Apa saja perubahan nilai kebudayaan ?
TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian kebudayaan
2. Untuk mengetahui nilai-nilai yang dianut
3. Untuk mengetahui pengaruh kebudayaan terhadap perilaku konsumen
4. Untuk mengetahui perubahan nilai kebudayaan.
Bab II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Kebudayaan

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan
budi dan akal manusia.DalambahasaInggris, kebudayaandisebut culture, yang berasaldari
kata LatinColere,
yaitumengolahataumengerjakan.Bisadiartikanjugasebagaimengolahtanahataubertani.
Kata culture jugakadangditerjemahkansebagai “kultur” dalambahasa Indonesia.

A. Apa yang disebut Budaya?

Dengan terdapat sifat budaya yang luas dan merembes, studynya biasanya membutuhkan
pemeriksaan yang terkini terhadap sifat masyarakat secara keseluruhan, termasuk berbagai
faktor seperti bahasa, pengetahuan, hukum, agama, kebiasaan, makanan, musik, seni,
teknologi, pola kerja, produk, dan barang-barang lainnya sebagai hasil kecerdasan manusia
yang memberikan cita rasa tersendiri kepada masyarakat.

Definisi budaya adalah sebagai keseluruhan kepercayaan, nilai-nilai, dan kebiasaan yang di
pelajari yang membantu mengarahkan perilaku konsumen para anggota masyarakat tertentu.
Komponen kepercayaan dan nilai dalam definisi merujuk kepada akumulasi perasaan dan
prioritas yang dipunyai para individu mengenai “segala masalah” dan barang milik. Lebih
tepatnya, kepercayaan terdiri dari sejumlah besar pernyataan mental dan verbal yaitu (saya
percaya..) yang menggambarkan pengetahuan dan penilaian khusus seseorang mengenai
sesuatu (orang lain, toko, produk,merk). Nilai-nilai juga merupakan kepercayaan. Tetapi,
nilai-niai berbeda dari kepercayaan lain, karena mereka memenuhi kriteria berikut ini:

1. Relatif sedikit jumlahnya


2. Berlaku sebagai pedoman bagi perilaku yang tepat secara budaya
3. Abadi atau sulit di ubah
4. Tidak terikat kepada obyek atau situasi tertentu
5. Diterima secara luas oleh para anggota masyarakat
B. SeseorangMenemukanNilai- Nilai yang di Anut

Nilaisosialadalahnilai yang dianutolehsuatumasyarakat, mengenaiapa yang


dianggapbaikdanapa yang dianggapburukolehmasyarakat.
Untukmenentukansesuatuitudikatakanbaikatauburuk, pantasatautidakpantasharusmelalui
proses menimbang. Hal initentusangatdipengaruhiolehkebudayaan yang
dianutmasyarakat.Takheranapabilaantaramasyarakat yang satudanmasyarakat yang lain
terdapatperbedaantatanilai
Ciri-ciripembentukannilai-nilaisosial yang di anut:
1. Merupakankonstruksimasyarakatsebagaihasilinteraksiantarwargamasyarakat.
2. Disebarkan di antarawargamasyarakat (bukanbawaanlahir).
3. Terbentukmelaluisosialisasi (proses belajar)
4. Merupakanbagiandariusahapemenuhankebutuhandankepuasansosialmanusia.
5. Bervariasiantarakebudayaan yang satudengankebudayaan yang lain.
6. Dapatmemengaruhipengembangandirisosial
7. Memilikipengaruh yang berbedaantarwargamasyarakat.
8. Cenderungberkaitansatusama lain.

Berdasarkanciri-cirinya, nilaisosialdapatdibagimenjadiduamacam,
yaitunilaidominandannilaimendarahdaging (internalized value).Nilaidominanadalahnilai yang
dianggaplebihpentingdaripadanilailainnya.Ukurandominantidaknyasuatunilaididasarkanpada
hal-halberikut.
1. Banyak orang yang menganutnilaitersebut. Contoh,
sebagianbesaranggotamasyarakatmenghendakiperubahankearah yang lebihbaik di
segalabidang, sepertipolitik, ekonomi, hukum, dansosial.
2. Berapa lama nilaitersebuttelahdianutolehanggotamasyarakat.
3. Tinggirendahnyausaha orang untukdapatmelaksanakannilaitersebut. Contoh, orang
Indonesia padaumumnyaberusahapulangkampung (mudik) di hari-haribesarkeagamaan,
sepertiLebaranatau Natal.
4. Prestiseataukebanggaanbagi orang yang melaksanakannilaitersebut. Contoh,
memilikimobildenganmerekterkenaldapatmemberikankebanggaanatauprestisetersendiri.
Nilaimendarahdaging (internalized value)
Nilaimendarahdagingadalahnilai yang
telahmenjadikepribadiandankebiasaansehinggaketikaseseorangmelakukannyakadangtidakmel
alui proses berpikirataupertimbanganlagi (bawahsadar).
Biasanyanilaiinitelahtersosialisasisejakseseorangmasihkecil.Umumnyabilanilaiinitidakdilaku
kan, iaakanmerasamalu, bahkanmerasasangatbersalah. Contoh, seorangkepalakeluarga yang
belummampumemberinafkahkepadakeluarganyaakanmerasasebagaikepalakeluarga yang
tidakbertanggungjawab. Demikian pula, guru yang
melihatsiswanyagagaldalamujianakanmerasagagaldalammendidikanaktersebut.
Bagimanusia, nilaiberfungsisebagailandasan, alasan,
ataumotivasidalamsegalatingkahlakudanperbuatannya.Nilaimencerminkankualitaspilihantind
akandanpandanganhidupseseorangdalammasyarakat.MenurutNotonegoro,nilaisosialterbagi 3,
yaitu:
a. Nilai material, yaitusegalasesuatu yang bergunabagifisik/jasmaniseseorang.
b. Nilai vital, yaitusegalasesuatu yang mendukungaktivitasseseorang.
c. Nilaikerohanian, yaitusegalasesuatu yang bergunabagijiwa/psikisseseorang.

1.1 PengaruhKebudayaanTerhadapPerilakuKonsumen
PengertianperilakukonsumenmenurutShiffmandanKanuk (2000) adalahperilaku yang
diperhatikankonsumendalammencari, membeli, menggunakan,
mengevaluasidanmengabaikanproduk, jasa, atau ide yang
diharapkandapatmemuaskankonsumenuntukdapatmemuaskankebutuhannyadenganmengkons
umsiprodukataujasa yang ditawarkan.
Selainituperilakukonsumenmenurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah proses
pengambilankeputusandankegiatanfisikindividu-individu yang
semuanyainimelibatkanindividudalammenilai, mendapatkan, menggunakan,
ataumengabaikanbarang-barangdanjasa-jasa.
Menurut Ebert dan Griffin (1995) consumer behavior
dijelaskansebagaiupayakonsumenuntukmembuatkeputusantentangsuatuproduk yang
dibelidandikonsumsi.

1.2 Pengaruh Budaya yang Tidak Disadari


Pengaruh budaya sangat alami dan otomatis sehingga pengaruhnya terhadap perilaku
sering diterima begitu saja. Ketika kita ditanya kenapa kita melakukan sesuatu, kita akan
otomatis menjawab, “ya karena memang sudah seharusnya seperti itu.”. Jawaban itu sudah
berupa jawaban otomatis yang memperlihatkan pengaruh budaya dalam perilaku kita.
Barulah ketika kita berhadapan dengan masyarakat yang memiliki budaya, nilai dan
kepercayaan yang berbeda dengan kita, kita baru menyadari bagaimana budaya telah
membentuk perilaku kita. Kemudian akan muncul apresiasi terhadap budaya kita sendiri bila
kita berhadapan dengan budaya yang berbeda. Misalnya, di budaya yang membiasakan
menggosok gigi dua kali sehari dengan pasta gigi akan merasa bahwa itu kebiasaan yang baik
bila dibandingkan dengan budaya yang tidak mengajarkan menggosok gigi dua kali sehari.

Mungkin kalimat dibawah ini akan membantu untuk memahami ilustrasi di atas:Konsumen
melihat diri mereka sendiri dan bereaksi terhadap lingkungan mereka berdasarkan cultural
framework yang mereka miliki. Setiap individu mempersepsi dunia dengan kacamata budaya
mereka sendiri.

1.3 Budaya dapat Memuaskan Kebutuhan

Budaya ada untuk memuaskan kebutuhan masyarakat. Budaya memberikan petunjuk, dan
pedoman dalam menyelesaikan masalah dengan menyediakan metode “tried-and-true” dalam
memuaskan kebutuhan fisiologis, personal dan sosial.Values, beliefs dan customs terus yang
dapat memuaskan kebutuhan akan terus diikuti. Dan yang tidak memberikan kepuasan akan
digantikan atau dimodifikasi.

1.4 Budaya dapat Dipelajari

Tidak seperti karakteristik biologis, budaya dapat dipelajari. Sejak kita masih kecil, kita
mulai mendapat beliefs, values dan customs, dari lingkungan yang kemudian membentuk
budaya kita.

Bagaimana Budaya Dipelajari?

Para ahli antropologi telah menemukan 3 cara yang berbeda dari cultural learning:
1. Formal Learning: orang dewasa dan teman bermain yang lebih tua mengajari enggota
keluarga yang lebih muda tentang bagaimana cara berperilaku.
2. Informal Learning: Anak belajar dengan meniru perilaku keluarga, teman atau
pahlawan TV
3. Technical Learning: Sekolah yang mengajarkan apa yang harus dilakukan, kenapa hal
itu dilakukan dan bagaimana cara melakukannya.

Dalam dunia industri, perusahaan periklanan cenderung memilih cara informal


learning dengan memberikan model untuk ditiru masyarakat. Pengulangan iklan akan
membuat values dan beliefs dalam masyarakat. Biasanya iklan sebuah produk akan
mengulang-ulang kembali apa yang menjadi keuntungan dan kelebihan dari produk itu
sendiri. Iklan tidak hanya mampu mempengaruhi persepsi sesaat konsumen mengenai
keuntungan dari suatu produk, namun dapat juga memepengaruhi persepsi generasi
mendatang mengenai ekspektansi tentang keuntungan yang akan didapat dari suatu kategori
produk tertentu.

2.1 Enkulturasi dan Akulturasi

Ketika membahas sifat akuisisi dari budaya, para ahli antropologi memaparkan adanya
enkulturasi dan akulturasi. Enkulturasi adalah pembelajaran dari budaya asalnya.
Pembelajaran budaya yang baru dinamakan akulturasi. Melihat bahwa akulturasi merupakan
suatu konsep penting bagi para pemasar yang merencanakan untuk menjual produk mereka di
berbagai pasar luar negeri atau multinasional.

2.2 Bahasa dan Simbol

Untuk memahami budaya setempat, masyarakat harus dapat berkomunikasi satu dengan yang
lain melalui bahasa. Tanpa bahasa, shared meaning tidak akan ada, dan komunikasi yang
sebenarnya juga tidak akan ada.Untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan konsumen,
marketer sebaiknya menggunakan simbol untuk menyampaikan imej dari produk. Simbol ini
bisa berarti verbal maupun nonverbal. Simbol yang verbal biasanya menggunakan televisi,
pengumuman atau iklan di majalah. Simbol nonverbal biasanya menggunakan warna,
bentuk,dll. Namun simbol memiliki beberapa arti sehingga kita harus benar-benar
meyakinkan bahwa simbol itu dapat mewakili imej produk.

2.3 Ritual

Ritual adalah aktivitas yang bersifat simbolis yang merupakan serangkaian langkah-langkah
(berbagai perilaku) yang muncul dalam rangkaian yang pasti dan terjadi berulang-
ulang.Ritual disampaikan selama kehidupan manusia, dari lahir hingga mati. Ritual ini bisa
jadi sangat publik atau bahkan sangat domestik. Hal yang penting dari ritual ini untuk para
marketer adalah fakta bahwa ritual cenderung penuh dengan produk yang berasosiasi dengan
ritual itu sendiri. Misalnya: natal, berasosiasi dengan pohon cemara. Dan untuk ritual-ritual
misalnya pernikahan, akan membutuhkan perhiasan sebagai perlengkapan.

2.4 Budaya di Pakai Untuk Bersama-sama

Untuk dipertimbangkan oleh masyarakat sebagai karakteristik cultural maka, belief dan value
harus disebarkan kepada masyarakat sehingga kultur secara perlahan dianggap sebagai
kebiasaan suatu kelompok yang berhubungan dengan anggota masyarakat. Dan tentu saja
bahasa adalah komponen yang dapat digunakan untuk menyebarkan value, pengalaman, dan
kebiasaan. Beberapa institusi sosial dalam masyarakat mengirimkan beberapa elemen dari
kultur dan menyebarkan realitas budaya. Dan pemimpin dari berbagai institusi tersebut
adalah keluarga yang berperan sebagai agen primer dari enculturation yang memberikan
basic cultural belief, value, dan kebiasaan kepada anggota sosial baru. Yang termasuk di
dalamnya adalah arti uang, hubungan antara uang dengan kualitas barang, product taste,
pilihan atas sesuatu, dan habit.

Selain keluarga, institusi lainya yang secara tradisional juga menyebarkan aspek-aspek
khusus dari budaya, yaitu institusi pendidikan dan agama. Pendidikan memberikan siswanya
kemampuan dasar, sejarah, patriotisme, kewarganegaraan, dan technical training yang
dibutuhkan untuk mempersiapkan peran siswa dalam masyarakat. Sedangkan agama
memberikan kesadaran akan beragama, petunjuk spiritual, dan moral training. Walaupun
anak-anak lebih banyak mendapatkan consumer training dari keluarga namun tetap saja
sistem pendidikan dan keagamaan juga berperan dalam memperkuat training ini dengan
memberikan pelajaran ekonomi dan konsep-konsep etika.

2.5 Budaya Bersifat Dinamis

Karena masyarakat berkembang dan ilmu pengetahuan berkembang dengan sangat cepat
maka kemungkinan keadaan masyarakat pun berubah. Oleh karena itulah marketer harus
memonitor masyarakat secara lebih seksama dalam usaha untuk menjual produk yang ada
lebih efektif atau mengembangkan dan memproduksi produk baru. Tentu saja ini bukanlah
tugas yang mudah karena ada berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan
masyarakat. Misalnya, banyak wanita Amerika yang meninggalkan peran kewanitaanya
karena merasa anak adalah beban baginya, bentuk tubuhnya pun menjadi jelek, selain itu
dengan bekerja ia tidak harus menunggu suaminya untuk dapat membeli barang-barnag
mahal yang diingininya.

Perubahan dalam masyarakat ini berarti marketer harus mempertimbangkan kembali


mengapa konsumen sekarang melakukan hal yang dilakukannya, siapakah yang
menggunakan produknya, kapan mereka berbelanja, bagaimana dan dimana mereka dapat
tersentuh oleh media, dll. Marketer yang memonitor cultural changes juga biasanya
mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan keuntungan perusahannya.

PerubahanNilai

Budayajugaperlumengalamiperubahannilai. Ada
beberapaaspekdariperlunyaperluasanperubahanbudayayaitu :

1. Budayamerupakankonsep yang meliputibanyakhalatauluas. Hal


tersebuttermasuksegalasesuatudaripengaruh proses pemikiranindividudanperilakunya.
Ketikabudayatidakmenentukansifatdasardarifrekuensipadadoronganbiologissepertilap
ar, haltersebutberpengaruhjikawaktudancaradaridoronganiniakanmemberikepuasan.
2. Budayaadalahhal yang diperoleh.
Namuntidakmemaksudkanmewarisirespondankecenderungan. Bagaimanapunjuga,
bermuladariperilakumanusiatersebut.
3. Kerumitandarimasyarakat modern yang merupakankebenaranbudaya yang
jarangmemberikanketentuan yang terperinciatasperilaku yang tepat.

VARIASI NILAI PERUBAHAN DALAM NILAI BUDAYA TERHADAP


PEMBELIAN DAN KONSUMSI

Nilai budaya memberikan dampak yang lebih pada perilaku konsumen dimana dalam hal ini
dimasukkan kedalam kategori-kategori umum yaitu berupa orientasi nilai-nilai lainnya yaitu
merefleksi gambaran masyarakat dari hubungan yang tepat antara individu dan kelompok
dalam masyarakat. Hubungan ini mempunyai pengaruh yang utama dalam praktek
pemasaran. Kebudayaan adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang, terutama
dalam perilaku pengambilan keputusan dan perilaku pembelian.
Dalam perkembangan sejarah budaya konsumsi maka masyarakat konsumsi lahir
pertama kali di Inggris pada abad 18 saat terjadinya tekhnologi produksi secara massal.
Tekhnologi yang disebabkan oleh berkembangnya revolusi industri memungkinkan
perusahaan-perusahaan memproduksi barang terstandarisasi dalam jumlah besar dengan
harga yang relatif murah. Dengan adanya kebudayaan, perilaku konsumen mengalami
perubahan. Dengan memahami beberapa bentuk budaya dari masyarakat, dapat membantu
pemasar dalam memprediksi penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Pengaruh budaya
dapat mempengaruhi masyarakat secara tidak sadar. Pengaruh budaya sangat alami dan
otomatis sehingga pengaruhnya terhadap perilaku sering diterima begitu saja.

Sebagai contoh, jika masyarakat menilai aktifitas kolektif, konsumen akan melihat kearah
lain pada pedoman dalam keputusan pembelanjaan dan tidak akan merespon keuntungan
pada seruan promosi untuk “menjadi seorang individual”. Dan begitu juga pada budaya yang
individualistik. Sifat dasar dari nilai yang terkait ini termasuk individual/kolektif, kaum
muda/tua, meluas/batas keluarga, maskulin/feminim, persaingan/kerjasama, dan
perbedaan/keseragaman.

3.1 Individual/Kolektif

Budaya individualis terdapat pada budaya Amerika, Australia, Inggris, Kanada, New
Zealand, dan Swedia. Sedangkan Taiwan, Korea, Hongkong, Meksiko, Jepang, India, dan
Rusia lebih kolektifis dalam orientasi mereka. Nilai ini adalah faktor kunci yang
membedakan budaya, dan konsep diri yang berpengaruh besar pada individu. Tidak
mengherankan, konsumen dari budaya yang memiliki perbedaan nilai, berbeda pula reaksi
mereka pada produk asing, iklan, dan sumber yang lebih disukai dari suatu informasi. Seperti
contoh, konsumen dari Negara yang lebih kolektifis cenderung untuk menjadi lebih suka
meniru dan kurang inovatif dalam pembelian mereka dibandingkan dengan budaya
individualistik. Dalam tema yang diangkat seperti ”be your self” dan “stand out”, mungkin
lebih efektif dinegara amerika tapi secara umum tidak di negara Jepang, Korea, atau Cina.

3.2 Usia Muda/Tua

Dalam hal ini adalah melihat faktor budaya yang lebih bijaksana dalam melihat sisi dari peran
usia. Seperti contoh di Negara kepulauan Fiji, para orang tua memilih untuk menyenangkan
anak mereka dengan membeli suatu barang. Hal ini berbeda dengan para orang tua di
Amerika yang memberikan tuntutan yang positif bagi anak mereka. Disamping itu, walaupun
Cina memiliki kebijakan yang mengharuskan untuk membatasi keluarga memiliki lebih dari
satu anak, tetapi bagi budaya mereka anak merupakan “kaisar kecil” bagi mereka. Jadi,
apapun yang mereka inginkan akan segera dipenuhi. Dengan kata lain, penting untuk diingat
bahwa segmen tradisional dan nilai masih berpengaruh dan pera pemasar harus
menyesuaikan bukan hanya pada lintas budaya melainkan juga pada budaya didalamnya.

3.3 Luas/batasan keluarga

Pengertiannya adalah bagaimana keluarga dalam suatu budaya membuat suatu keputusan
penting bagi anggota keluarganya. Dengan kata lain apakah peran orang dewasa (orang tua)
memiliki kebijakan yang lebih dalam memutuskan apa yang terbaik bagi anaknya. Atau
malah sebaliknya anak-anak memberi keputusan sendiri apa yang terbaik bagi diri mereka
sendiri. Dan bisa dikatakan juga bahwa pengaruh pembelian oleh orang tua akan berpengaruh
untuk seterusnya pada anak.

Seperti contoh pada beberapa budaya yaitu seperti di Meksiko, sama halnya dengan
Amerika, peran orang dewasa sangat berpengaruh. Para orang tua lebih memiliki
kecenderungan dalam mengambil keputusan dalam membeli. Begitu juga para orang dewasa
muda di Thailand yang hidup sendiri diluar dari orang tua atau keluarga mereka. Tetapi
ketergantungan dalam membeli masih dipengaruhi oleh orang tua maupun keluarga mereka.
Yang lain halnya di India, sesuatu hal yang akan dibeli diputuskan bersama-sama dalam satu
keluarga yaitu seperti diskusi keluarga diantara mereka.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam konteks perilaku konsumen, budaya di definisikan sebagai keseluruhan kepercayaan,


nilai-nilai, dan kebiasaan yang di pelajari dan membantu mengatur perilaku konsumen para
anggota suatu masyarakat tertentu. Kepercayaan dan nilai-nilai merupakan pedoman bagi
perilaku konsumen, kebiasaan merupakan cara lazim dan diterima dalam berperilaku. Budaya
disampaikan kepada para anggota masyarakat melalui bahasa yang umum dan berbagai
simbol yang dipakai bersama. Karena pikiran manusia mempunyai kemampuan untuk
menyerap dan mengolah komunikasi simbolis, para pemasar dapat mempromosikan dengan
sukses berbagai produk nyata maupun tidak nyata dan berbagai konsep produk kepada para
konsumen melalui media massa.

B. Saran

Suatubudayabolehsaja di lestarikandan di jagautuh ,tetapisuatubudayajangan di


jadikansebuahkonsumsi yang
berlebihanataubeban,gunakanbudayasesuaidengankemampuandankebutuhankalautidaksesuai
makaakanjadisalahkaprah. Mempelajaribudaya yang modern
dancangihbisamenaikanpendapatansepertihalnyaberbisnis online.
Daftar Pustaka
Leon Schiffman dan Leslie Lazar Kanuk. Edisi ketujuh.Perilaku konsumen.pengaruh Budaya
Terhadap Perilaku Konsumen

https://gloriacharlotte.wordpress.com/2015/01/08/pengaruh-kebudayaan-terhadap-pembelian-
konsumen/

http://sepdilarusmio.blogspot.co.id/2009/11/pengaruh-budaya-terhadap-perilaku.html

http://zuliyacitra.blogspot.co.id/2015/12/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html

Anda mungkin juga menyukai