TUGAS KELOMPOK
OLEH :
ESTHER RISMA ANDI MARMAWATI
HERIYADI UMAR ROYANI SYAM
AHMAD ADIL BAHRU ACHMAD EKA SAPUTRA
ANDI IRIANA RATNAWATI ALIEF PERDANA P.
BURHANUDDIN HJ. SUCI SUPING
YUDHA SAKTI P. ARYO PRAWIRA N. SAIFUDDIN
ANDI ACHMAD EMMY HAMRAWATI SUMARTI
IFRAD A. RAHMAT AGUNG A. KURNIAWAN
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang maha kuasa, karena berkat
limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami semua. Sehingga makalah ini dapat di
selesaikan sesuai dengan waktunya yang diharapkan, makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah “Manajemen “
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak kesalahan yang
perlu di perbaiki bersama, untuk itu kritik dan sarannya perlu untuk disampaikan kepada
penulis. Agar penulisan makalah selanjutnya akan lebih baik lagi dan sekaligus sebagai
upaya perbaikan dan penyempurnaan di masa yang akan datang.
Adapun kekurangan dan kelebihan dari makalah ini harap di maklumi karena kita
hanya manusia biasa tak luput dari kesalahan. Penulis juga ucapkan banyak terima kasih,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, terutama kepada seluruh
pembaca pada umumnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karyawan harus menerima hak-haknya sebagai karyawan yaitu imbalan atau kompensasi
setelah mereka menjalankan kewajiban. Defenisi kompensasi adalah segala sesuatu yang
diterima karyawan sebagai balasan jasa untuk kerja mereka, dalam suatu organisasi. Masalah
kompensasi merupakan suatu yang sangat kompleks, namun pling penting bagi karyawan
maupun organisasi itu sendiri.
Dalam meningkatkan efesiensi dan produktivitasnya salah satu upaya yang ditempuh
organisasi untuk menciptakan kondisi tersebut adalah dengan memberikan kompensasi yang
memuaskan. Dengan memberikan kompensasi, organisasi dapat meningkatkan prestasi kerja,
motivasi, dan kepuasan kerja karyawan. Pentingnya kompensasi sebagai salah satu indikator
kepuasan dalam bekerja sulit ditaksir, karena pandangan-pandangan karyawan mengenai uang
atau imbalan langsung nampaknya sangat subjektif dan barang kali merupakan sesuatu yang
sangat khas dalam industri. Tetapi pada dasarnya dugaan adanya ketidak adilan dalam
memberikan upah maupun gaji merupakan sumber ketidakpuasan karyawan terhadap
kompensasi yang pada akhirnya bisa menimbulkan perselisihan dan semangat rendah dari
karyawan itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Pengertian kompensasi.
2. Jenis-jenis kompensasi.
3. Tujuan kompensasi.
4. Asas-asas kompensasi.
5. Metode kompensasi.
6. Sistem dan kebijakan kompensasi.
7. Faktor yang mempengaruhi besarnya kompensasi dan teori upah insentif.
8. Faktor yang mempengaruhi sistem imbalan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kompensasi
Kompensasi menurut parah ahli ialah :
Kompensasi yang baik akan memberikan beberapa efek positif pada perusahaan/ organisasi
sebagai berikut:
B. Jenis-Jenis Kompensasi
Jenis-jenis kompensasi yang diberikan kepada karyawan antara lain :
1. Imbalan Ekstrinsik
a. Imbalan ekstrinsik yang berbentuk uang, antara lain :
- Gaji
Gaji adalah balas jasa yang dibayarkan secara periodik kepada karyawan tetap serta
mempunyai jaminan yang pasti, diberikan kepada pegawai atas jasa pelayanannya yang
diberikan secara bulanan.
- Upah
Upah adalah balas jasa yang dibayarkan kepada pekerja harian dengan berpendoman
atas perjanjian yang disepakati membayarnya, bisa juga dibayarkan kepada pegawai
secara perjam, perhari, dan persetengah hari.
- Honor
- Bonus
- Komisi
- Insentif, dan sebagainya.
C. Tujuan Kompensasi
Tujuan pemberian kompensasi (balas jasa) adalah sebagai ikatan kerja sama, kepuasan
kerja, pengadaan efektif, motivasi, stabilitas karyawan, disiplin, serta pengaruh serikat buruh
dan pemerintah.
D. Asas-asas Kompensasi
Program kompensasi (balas jasa) harus ditetapkan atas asas adil dan layak serta dengan
memperjhatikan Undang-Undang Perburuan yang berlaku. Prinsip adil dan layak harus
mendapat perhatian dengan sebaik-baiknya supaya balas jasa yang akan diberikan
merangsang gairah dan kepuasan kerja karyawan.
1. Asas adil
Besarnya kompensasi yang dibayar kepada setiap karyawan harus disesuaikan dengan
prestasi kerja, jenis pekerjaan, resiko pekerjaan, tanggung jawab, jabatan pekerjaan, dan
memenuhi persyaratan internal konsistensi. Dengan asas adil maka akan tercipta suasana
kerja yang baik, semangat kerja, disiplin, loyalitas, dan stabilisasi karyawan akan lebih
baik.
2. Asas layak dan wajar
Kompensasi yang diterima karyawan dapat memenuhi kebutuhannya pada tingkat
normative yang ideal. Tolak ukur layak adalah relative penetapan besarnya kompensasi
didasarkan atas batas upah minimal pemerintah dan internal konsistensi yang berlaku.
E. Metode Kompensasi
Metode kompensasi (balas jasa) dikenal metode tunggal dan metode jamak, yaitu sebagai
berikut:
1. Metode tunggal
Metode tunggal yaitu suatu metode yang dalam penetapan gaji pokok hanya
didasarkan atas ijazah terakhir dari pendidikan yang dimiliki karyawan. Jadi tingkat
golongan dan gaji pokok seseorang hanya ditetapkan atas ijazah terakhir yang dijadikan
standar.
2. Metode jamak
Metode jamak yaitu suatu metode yang dalam gaji pokok didasarkan atas beberapa
pertimbangan seperti ijazah, sifat pekerjaan, pendidikan formal, bahkan hubungan
keluarga ikut menentukan besarnya gaji pokok seseorang. Jadi standar gaji pokok yang
pasti tidak ada. ini terdapat pada perusahaan-perusahaan swasta yang didalamnya masih
sering terdapat diskriminasi. Randall dan Susan mengemukakan bahwa ada berbagai
metode yang digunakan untuk mengevaluasi jabatan tradisional diantaranya:
a. Metode rangking
Salah satu pendekatan rangking mengandalkan nilai pasar masing-masing jabatan.
Kemungkinan lain, jabatan dapat ditentukan rangkingnya berdasarkan variabel-
variabel semacam tingkat kesulitan, kepentingan bagi keberhasilan organisasi, dan
keterampilan yang dibutuhkan.
a. Sistem waktu
Dalam sistem waktu, besarnya kompensasi ditetapkan berdasarkan standar waktu
seperti jam, minggu, atau bulan. Sistem waktu biasanya ditetapkan jika prestasi kerja
sulit diukur per unitnya dan bagi karyawan tetap kompensasinya dibayar atas sisitem
waktu secara periodic setiap bulannya. Besar kompensasi sistem waktu hanya
didasarkan kepada lamanya bekerja bukan dikaitkan kepada prestasi kerjanya.
b. Sistem hasil (Output)
Dalam sistem hasil, besarnya kompensasi yang dibayar selalu didasarkan kepada
banyaknya hasil yang dikerjakan bukan kepada lamanya waktu mengerjakannya.
Sistem hasil ini tidak dapat ditetapkan kepada karyawan tetap dan jenis pekerjaan yang
tidak mempunyai standar fisik, seperti bagi karyawan administrasi.
c. Sistem borongan
Sistem borongan adalah suatu cara pengupahan yang penetapan besarnya jasa
didasarkan atas volume pekerjaan dan lama mengerjakannya. Penetapan besarnya
balas jasa berdasarkan sistem borongan cukup rumit, lama mengerjakannya serta
banyak alat yang diperlukan untuk menyelesaikannya.
2. Kebijaksanaan kompensasi
Kebijaksanaan kompensasi, baik besarnya, susunannya, maupun waktu
pembayarannya dapat mendorong gairah kerja dan keinginan karyawan untuk mencapai
prestasi kerja yang optimal sehingga membantu terwujudnya sasaran perusahaan.
a. Faktor pemerintah
Peraturan pemerintah yang berhubungan dengan penentuan standar gaji minimal,
pajak penghasilan, penetapan harga bahan baku, biaya transportasi/angkutan, inflasi
maupun devaluasi sangat mempengaruhi perusahaan dalam menentukan kebijakan
kompensasi pegawai.
f. Kemampuan membayar
Dalam menentukan kebijakan kompensasi pegawai perlu didasarkan pada
kemampuan perusahaan dalam membayar upah pegawai. Artinya jangan sampai
menentukan kebijakan kompensasi diluar batas kemampuan yang ada pada
perusahaan.
Randall dan Susan mengemukakan bahwa, jika organisasi ingin meminimalkan tingkat
ketidak hadiran dan keluar-masuknya karyawan melalui kompensasi, mereka harus
memastikan bahwa karyawan puas dengan bayaran mereka. Orang membandingkan tingkat
bayaran dengan apa yang mereka yakini semestinya mereka terima. Maka mereka puas jika
tingkat bayaran "yang semestinya" sebanding dengan tingkat bayaran aktual, atau tidak puas
jika tingkat bayaran aktual lebih kecil dari tingkat semestinya.
3. Upah insentif
Guna lebih mendorong produktivitas kerja yang lebih tinggi, banyak organisasi yang
menganut sistem intensif sebagai bagian dari sistem imbalan yang berlaku bagi para
karyawan organisasi. Sondang P. Siagian mengemukakan bahwa yang termasuk insentif
adalah :
a. Piecework
Salah satu teknik yang lumrah digunakan untuk mendorong para karyawan
meningkatkan produktivitas kerjanya adalah dengan jalan memberikan insentif
financial berdasarkan jumlah hasil pekerjaan karyawan yang dinyatakan dalam unit
produksi.
b. Bonus
Insentif dalam bentuk bonus diberikan pada karyawan yang mampu bekerja
sedemikian rupa sehingga tingkat produksi yang baku terlampaui. Melampaui tingkat
produksi itu dapat dalam salah satu dari tiga bentuk, Pertama berdasarkan jumlah
unit produksi yang dihasilkan dalam satu kurun waktu tertentu. Kedua apabila terjadi
penghematan waktu. Ketiga bonus yang diberikan berdasarkan perhitungan progresif.
c. Komisi
Sistem insentif lain yang lumrah ditetapkan adalah pemberian komisi. Pada dasarnya
ada dua bentuk sistem ini. Pertama, para karyawan memperoleh gaji pokok, tetapi
penghasilannya dapat bertambah dengan bonus yang diterimanya karena
keberhasilan melaksanakan tugas. Kedua, karyawan memperoleh penghasilan
semata-mata berupa komisi. Cara kedua ini paling sering ditetapkan bagi tenaga-
tenaga penjualan di perusahaan-perusahaan tertentu seperti penjualan kendaraan
bermotor.
d. Kurva "Kematangan"
Dalam organisasi yang memperkerjakan tenaga teknikal dan profesional ilmiah,
sering terjadi bahwa para karyawan - terutama yang merupakan “pekerja otak” –tidak
bergairah untuk menduduki jabatan administrative atau manajerial. Mereka ada
kalanya lebih senang terus menekuni bidang profesinya.
3. Produktivitas
Agar mampu mencapai tujuan dan berbagai sasarannya, suatu organisasi memerlukan
tenaga kerja yang produktif. Apabila para pekerja merasa bahwa mereka tidak
memperoleh imbalan yang wajar, sangat mungkin mereka tidak akan bekerja keras.
Artinya, tingkat produktivitas mereka akan rendah. Apabila demikian halnya, organisasi
tidak akan mampu membayar upah dan gaji yang pekerja anggap wajar.
B. Saran
Setiap perusahaan dapat memberikan kompensasi kepada para karyawan dengan sebaik-
baiknya. Karena dengan adanya kompensasi yang baik itu dapat diharapkan para karyawan
tersebut bisa memberikan kinerja yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan, Drs. H. Malayu S.P. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia, Cet. 7 Jakarta: PT.
Aksara
Siagian, Prof. Sondang P., M.P.A. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia, Ed.1, Cet.12,
Jakarta: Bumi Aksara