Anda di halaman 1dari 13

BANK OF JAPAN

Oleh :
KELOMPOK III
FITRIA GANDI
MARDIANA .T
SISCA SRI KURNIAWAN

JURUSAN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS RIAU
2016

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. yang mana
telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayahnyanya, melalui ilmunya yang maha luas dan
tak terkira sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah untuk seminar
moneter tentang bank sentral jepang, yakni Bank of Japan ini tepat pada waktu yang telah
ditentukan.
Dalam kesempatan ini, penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-
pihak yang telah berperan aktif membantu dalam penyelesaian makalah ini, terutama teman-
teman satu kelompok dan dosen mata kuliah seminar moneter. Walaupun dirasakan banyak
kendala dalam penyusunannya, namun dengan seizin Allah SWT makalah yang sederhana ini
akhirnya dapat terselesaikan juga, semoga dapat menjadi konstribusi yang membawa
manfaat.

Sepenuhnya penulis menyadari bahwa “tak ada gading yang tak retak”,
kesempurnaan tentu masih jauh dari yang diharapkan. Namun karna didorong oleh niat yang
luhur sebagai orang yang berkecimpung didunia akademisi, semoga alasan ini bisa menutupi
kekurangan yang ada. Untuk itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun. Semoga bermanfaat adanya.

Pekanbaru, 7 Maret 2016

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................................... i

Daftar Isi................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 2
C. Tujuan dan manfaat.................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Mengenal Bank of Japan............................................................................................ 3
B. Tugas Bank of japan.................................................................................................. 4
C. Fungsi Bank of Japan................................................................................................. 4
D. Kebijakan Moneter…………………………………………………………………. 5
E. Daftar gubernur Bank of Japan.................................................................................. 7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan……………………………………………………………………… .
B. Saran………………………………………………………………………………

Daftar pustaka…………………………………………………………………………….

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Bank Sentral Jepang (BoJ), sebelum awal tahun 2016 ini, dikenal sebagai bank sentral yang
tenang dan selalu berpandangan optimis bisa mencapai target inflasi 2 persen demi
mengentaskan negara dari deflasi berkepanjangan, meski realitanya, CPI Jepang sulit sekali
naik. Indeks Harga Konsumen (CPI) untuk bulan Desember saja hanya naik 1.0 persen dalam
basis bulanan, di bawah prediksi 2.0 persen, serta merosot 4.4 persen dalam basis tahunan
dibandingkan eskpektasi penurunan 2.4 persen. Sementara itu, CPI Inti Jepang tidak berubah
di kisaran 0.1 pada bulan Desember 2015.

BoJ juga tak terlalu sering mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang berpotensi mengejutkan
pasar. Akibatnya, para analis dan pengamat pasar pun terlena dengan memprediksi bahwa
dalam rapat kebijakan moneter BoJ Januari 2016, bank sentral tersebut diperkirakan masih
akan mempertahankan kebijakan longgarnya dan tak memberi tambahan stimulus. 

Namun, Jumat 29 Januari 2016 menjadi hari bersejarah bagi Bank Sentral Jepang, Gubernur
Haruhiko Kuroda memang tidak menambah jumlah penggelontoran stimulus, akan tetapi, ia
dan rekan-rekannya memutuskan untuk mencari cara lain dalam menggeliatkan inflasi
konsumen Jepang, yakni dengan cara mengadopsi penerapan suku bunga negatif.

Dengan demikian, Bank sentral ini menjadi bagian "klub bank sentral bersuku bunga negatif"
menyusul Bank Sentral Eropa (ECB). Pasar pun tersentak. USD/JPY langsung reli hingga 2
persen dari level 118-an ke level 121-an setelah pengumuman kebijakan.

Suku bunga negatif diterapkan dengan tujuan agar bank-bank komersial tidak menyimpan
uangnya di bank sentral, karena bukannya mendapat bunga, namun simpanan mereka malah
akan berkurang. Sehingga, suku bunga negatif ini dapat memacu bank-bank agar
mengedarkan uang mereka ke masyarakat melalui program kredit. Suku bunga Jepang saat
ini minus 0.1 persen. Dalam pernyataan resminya, Bank Sentral Jepang bahkan menyebutkan
kemungkinan memotong suku bunganya lebih dalam lagi apabila memang diperlukan. Hal ini
memang mungkin, jika bercermin kepada bank-bank sentral bersuku bunga negatif lainnya,
suku bunga negatif 0.1 BoJ masih terbilang tinggi. Suku bunga negatif Swiss minus 0.75
persen, suku bunga Swedia -1.1 persen, dan suku bunga Denmark 0.65 persen.

Lambatnya pertumbuhan ekonomi China turut menjadi sorotan BoJ. "Pasar finansial global
masih sangat volatil akibat masih lemahnya harga minyak, negara-negara berkembang juga
masih dilanda ketidakpastian ekonomi, utamanya perekonomian China, yang dapat
mempengaruhi sektor ekspor komoditas." tulis BoJ dalam rilis pers-nya.

1.2. Rumusan masalah


1. Bagaimanakah sejarah bank of japan ?
2. Apakah tugas dari bank of japan ?
3. Apakah fungsi dari bank of japan ?
4. Bagaimanakah kebijakan moneter yang diambil ?
1.3. Tujuan dan manfaat
Mengenal bank sentral jepang yaitu bank of Japan dan mengetahui kebijakan moneter
yang diambil untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pencapaian tingkat
inflasi yang diinginkan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Mengenal Bank Of Japan (BOJ)

Sejarah BoJ dimulai ketika pemerintah kerajaan Jepang menetapkan undang-undang mata
uang baru pada tahun 1871 atau tahun ke 4 Meiji, yang menyatakan bahwa Yen adalah satu-
satunya mata uang resmi di Jepang. Dalam perkembangan selanjutnya, untuk menjaga
ketersediaan mata uang Yen dan mengawasi peredaran dan distribusinya, maka pada tahun
1882 atau tahun ke 15 Meiji didirikanlah Bank of Japan (BoJ). 

Seperti sebagian besar lembaga nasional Jepang lainnya, Bank of Japan didirikan setelah


terjadinya Restorasi Meiji. Dikenal juga dengan sebutan Meiji Ishin, Revolusi Meiji, atau
Pembaruan Meiji, merupakan serangkaian kejadian yang berpuncak pada pengembalian
kekuasaan di Jepang kepada Kaisar pada tahun 1868. Restorasi ini menyebabkan perubahan
besar-besaran pada struktur politik dan sosial Jepang. Sebelum restorasi, para tuan tanah
Jepang mengeluarkan mata uang mereka masing-masing, yaitu hansatsu, dengan kesetaraan
yang tidak jelas satu sama lain. Terjadinya restorasi ini sebenarnya karena ada Perjanjian
Shimoda dan Perjanjian Towsen Harris yang dilakukan oleh Komodor Matthew Perry dari
Amerika Serikat. Perjanjian tersebut berisi "Pelabuhan Shimoda dan Hakodate dibuka bagi
bangsa asing".

Bekas daerah kekuasaan para tuan tanah (Han) menjadi prefektur dan pabrik uang logam
mereka menjadi bank-bank charter swasta, yang pada mulanya berhak mencetak uang.
Karena terjadi kesenjangan antar para pembuat uang. Dimana bank-bank swasta mencetak
uang bersamaan dengan pemerintah pusat. Akibatnya uang mengalir deras ke masyarakat.
Peredaran uang menjadi sangat tidak stabil. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah
akhirnya menetapkan satu mata uang resmi yang saat ini disebut sebagai Yen. Dan untuk
menghindari terjadinya percetakan uang yang tak terkendali, pemerintah memberikan hak
istimewa kepada salah satu bank terbaik untuk mengontrol sistem keuangan dinegara Jepang.

Bank of Japan mencetak uang kertas pertamanya pada tahun 18 Meiji (1885), dan meskipun
terdapat beberapa kegagalan kecil -- misalnya, tepung konnyaku yang dicampur ke dalam
kertas bahan untuk mencegah pemalsuan telah menarik perhatian tikus. Uang tersebut cukup
sukses. Pada 1897 Jepang bergabung dengan Standar emas .

Bank of Japan terus bertahan, dengan pengecualian masa jeda singkat setelah Perang Dunia
II ketika pihak Sekutu mengeluarkan mata uang militer dan merestrukturisasi Bank of Japan
ke dalam bentuk yang lebih independen. Meskipun telah dilakukan amandemen Undang-
Undang Bank of Japan 1997 untuk memberikan kemandirian yang lebih, tetapi Bank of Japan
telah dikritisi karena kekurangmandiriannya. Beberapa kebergantungannya adalah tertuang di
dalam Undang-Undang itu sendiri, pada pasal 4:

“Dengan memahami fakta bahwa mata uang dan kendali moneter adalah bagian
penting dari kebijakan ekonomi menyeluruh, Bank of Japan akan selalu memelihara
hubungan yang dekat dengan pemerintah dan saling bertukar pandangan
secukupnya, sehingga mata uang dan kendali moneter dan pijakan dasar kebijakan
ekonomi pemerintah akan selalu harmonis”.

BoJ adalah bank sentral yang berusia tua kedua setelah Bank of England (BoE). Didirikan
pada tahun 1882, BoJ berkantor pusat di Chuo, Tokyo. Website resmi BoJ adalah
www.boj.or.jp. BoJ saat ini dipimpin oleh seorang gubernur yaitu Haruhiko Kuroda, yang
menggantikan Masaaki Shirakawa.

2.2. Tugas utama BoJ

Pendirian BoJ mempunyai misi dan tugas utama sebagai berikut:

1. Mencetak mata uang Yen dan mengatur serta mengawasi peredarannya.


2. Menjamin kestabilan sistem keuangan di Jepang dan memberikan jasa settlement
3. Menerapkan kebijakan moneter yang diperlukan untuk memperbaiki perekonomian
Jepang
4. Mengatur portofolio kekayaan negara (cadangan emas, valuta asing dan lainnya) dan
efek pemerintah.
5. Ikut serta dalam kegiatan internasional
6. Mengumpulkan berbagai data ekonomi dan mengadakan penelitian serta analisa.

2.3. Fungsi Bank of Japan

(1) Penerbit uang kertas


Bank adalah penerbit tunggal dari uang kertas di Jepang; yaitu, ia memiliki monopoli
atas penerbitan uang kertas. Pasal 46, ayat 2 dari Bank of Japan. Tindakan menetapkan
bahwa uang kertas "harus sah dan karenanya harus digunakan
untuk pembayaran tanpa batas. uang kertas saat ini di Jepang
disebut sebagai mata uang yang dikelola yang tidak memerlukan yang didukung oleh
specie cadangan untuk penerbitan .

(2) Bank of bank


Bank menerima simpanan dari bank swasta dan lembaga keuangan lainnya
di rekening Bank saat ini (deposito ini disebut sebagai rekening BOJ
dan membuat pinjaman kepada lembaga-lembaga ini.
Karena hubungan antara lembaga keuangan Bank dan swasta
mirip dengan yang antara bank dan perusahaan atau individu, Bank disebut sebagai
"Bank dari bank." Transfer dana melalui rekening deposito BOJ digunakan
untuk menyelesaikan berbagai transaksi keuangan antara lembaga keuangan. Bahkan,
rekening deposito BOJ digunakan untuk penyelesaian akhir dari kredit dan utang di
sistem pembayaran pribadi, termasuk Dana Domestik Sistem Transfer, dan
tagihan dan cek sistem kliring.

(3) Bank pemerintah


Bank tidak hanya menyediakan layanan dana treasury sebagai layanan yang unik
berbasis pada tindakan dan tata cara yang relevan tetapi juga beberapa bisnis pemerintah
pelayanan yang dipercayakan oleh pemerintah, seperti yang terkait dengan pemerintah
Jepang sekuritas dan valuta asing. Oleh karena itu, Bank disebut
sebagai "bank pemerintah". Namun, Pasal 5 UU Keuangan Publik mencegah Bank
memberikan kredit kepada pemerintah (Pinjaman dan penjaminan sekuritas pemerintah
Jepang) pada prinsipnya. Apakah bank sentral menyediakan layanan dana treasury atau
tidak berbeda dari negara ke negara. Oleh karena itu, dari perspektif internasional, hal
itu mungkin tidak umum bagi bank sentral untuk memainkan peran "bank pemerintah."

2.4. Kebijakan Moneter

1. BoJ sering mengintervensi mata uang Yen dengan menerapkan kebijakan quantitative


easing untuk memerangi deflasi yang sedang terjadi dan memperbaiki pertumbuhan
ekonomi Jepang. 
Quantitative Easing atau QE adalah istilah yang sering digunakan di pasar keuangan
beberapa tahun belakangan ini. QE adalah salah satu kebijakan moneter yang
dilakukan oleh bank sentral suatu negara guna meningkatkan jumlah uang beredar
(money supply) di pasar. Bagi sebagian analis, QE selalu dihubungkan dengan bank
sentral Jepang (BoJ) yang menjalankan kebijakan ini pada tahun 2001 setelah
menurunkan tingkat suku bunganya sampai dengan nol persen. Kemudian bank
sentral Amerika Serikat (The Fed) juga menjalankan kebijakan ini.
Pada dasarnya dengan kebijakan QE, bank sentral akan meningkatkan jumlah uang
beredar dengan melakukan pembelian berbagai aset investasi termasuk surat-surat
berharga dan saham guna membanjiri pasar keuangan dengan uang cash, hingga
meningkatkan likuiditas mata uang negara tersebut. Dengan demikian laju inflasi akan
meningkat sementara jumlah uang beredar yang meningkat akan makin memperlemah
nilai mata uang. Tujuan dari QE adalah agar bank sentral sanggup memberikan kredit
dan dalam jangka panjang tidak kekurangan.

Walaupun kebijakan QE pernah dijalankan oleh bank sentral Jepang, tetapi


sebenarnya hal ini bukanlah cara yang baik. Dengan dasar pemikiran ini kita bisa
menyimpulkan bahwa The Federal Reserve telah mempelajari hasil yang diperoleh
Jepang dalam menerapkan kebijakan tingkat suku bunga nol persen tersebut sebelum
akhirnya mengambil langkah yang sama.

Bank sentral Jepang mulai menerapkan konsep ini dalam kebijakan sistem
moneternya ketika terjadi periode stagnasi dalam perekonomiannya antara tahun 2001
hingga 2006. Dengan tingkat suku bunga nol persen, bank sentral diharuskan untuk
menerapkan suatu kebijakan baru yang bisa memerangi gelombang tingkat deflasi
yang telah melanda. Deflasi adalah terjadinya penurunan tingkat harga secara
keseluruhan dalam periode waktu tertentu. Jika kita telah tahu akan bahaya yang
diakibatkan oleh tingginya tingkat inflasi, maka tingkat deflasi yang tinggi juga akan
berakibat sama.

Di Jepang, BoJ melakukan ekspansi pembelian surat-surat berharga dan saham guna
memudahkan mencapai targetnya dalam menjaga likuiditas moneter dan mengalirkan
kredit secara normal. Pada tahun pertama ketika kebijakan QE
diterapkan, USD/JPY naik 18.5% yang berarti Yen melemah terhadap US dollar, dan
indeks saham Nikkei juga turun 28%. Antara tahun 2002 sampai akhir
2004, USD/JPY turun 22% pada saat perekonomian Jepang mulai stabil. Selama
periode waktu tersebut, indeks saham Nikkei juga kembali menguat (recover) sebesar
20%. Walaupun kebijakan QE masih diperdebatkan keefektifannya, tetapi banyak
pihak yang setuju bahwa cara ini bisa mengatasi akibat deflasi.

2. Kebijakan Suku Bunga Jepang Negatif

Jumat 29 Januari 2016 merupakan hari yang sangat bersejarah bagi Bank Sentral
Jepang. Gubernur Haruhiko Kuroda untuk mengadopsi penerapan suku bunga negatif.
Suku bunga acuan Jepang akan di tetapkan -0,1 % dimana perbankan akan mengenakan
biaya kepada para pemegang deposito yang seharusnya pemegang depositolah yang akan
mendapatkan bunga dari perbankan.
Gubernur BOJ Hurahiko Kuroda sudah berjanji akan mencapai target inflasinya di tengah
penurunan harga minyak. Bahkan akan membuat para analisa memperkirakan akan ada
stimulis susulan pada tahun ini. Kuroda berupaya untuk melakukan apa pun dalam
mencapai target inflasi sebesar dua persen.

Dengan mengadopsi kebijakan suku bunga negatif untuk memacu pinjaman dan mencapai
target inflasi dua persen, karena pemerintah berusaha keras untuk mendorong ekonomi
nomor tiga dunia  telah pulih secara moderat. Akan tetapi ada resiko penurunan lebih
lanjut karena harga minyak, ketidakpastian atas negara-negara berkembang, termasuk
Tiongkok dan ketidakstabilan pasar gelobal bisa menyakitkan kepercayaan bisnis dan
menunda pemberantasan pola pikir deflasi rakyat.

Bahkan keputusan untuk memangkas biaya pinjaman hingga dibawah nol berarti bank –
bank membayar dana mereka yang disimpan di BOJ, memberi mereka insentif untuk
meningkatkan pinjaman, yang pada gilirannya akan membantu memacu ekonomi.

Upaya itu dilakukan untuk menghidupkan kembali perekonomian Jepang. Para pembuat
kebijakan bank sentral juga memotong inflasi dan mendorong kembali jadwal waktu
untuk mencapai target dua persen, ekonomi global yang lesu, ditandai oleh pelambatan
ekonomi di Tiongkok dan pelemahan di negara – negara berkembang.

Bursa saham Asia dan nilai tukar Yen sempat jatuh di seluruh perdagangan  dalam
merespon pengumuman tersebut.

Dikutip dari www. Detikfinance.com, Keputusan tersebut telah disetujui oleh 5 dari 9
suara di rapat dewan gubernur BoJ."BoJ akan memangkas suku bunga ke negatif jika
dinilai perlu," tulis Bank of Japan, seperti dilansir BBC, Jumat (29/1/2016).Keputusan
memangkas suku bunga akan terus berlanjut hingga target inflasi sebesar 2% bisa
tercapai.

penyebab BoJ menegatifkan suku bungannya adalah


1. Jepang saat ini sedang menghadapi inflasi yang sangat rendah. Masyarakat Jepang
kelebihan uang karena mereka lebih memilih berinvestasi dan menyimpan uangnya di
bank dibandingkan untuk belanja.
2. Pemotongan biaya pinjaman perbankan. Ini dimaksudkan untuk meningkatkan
pengeluaran domestik dan investasi bisnis.
3. Hal ini juga bertujuan untuk mendorong kenaikan inflasi. Masyarakat Jepang
didorong untuk membelanjakan uangnya ketimbang menyimpannya di bank. Inflasi
Jepang per Desember 2015 tercatat hanya 0,1%, jauh di bawah target bank sentral
Jepang. Bursa saham Asia naik dan nilai tukar yen jatuh di seluruh perdagangan
merespons pengumuman tersebut.
4. Menurut Martin Schulz dari Fujitsu Institute di Tokyo "Suku bunga negatif adalah
salah satu instrumen yang terakhir yang akan dilakukan BOJ,". Schulz
memperingatkan bahwa di zona euro, suku bunga negatif dilakukan untuk mengatasi
krisis keuangan, sedangkan Jepang untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi yang
selama ini bejalan lambat . Di Jepang, penyaluran kredit tidak gencar bukan karena
bank tidak mau meminjamkan, tetapi karena mereka tidak melihat perspektif bisnis
yang bagus ke depan, dengan suku bunga negatif sekali pun mereka membutuhkan
peluang investasi dan itu hanya dapat dicapai oleh reformasi struktural,bukan dengan
kebijakan moneter," katanya.

2.5.1 Daftar Gubernur

1. Mr. Shigetoshi Yoshihara (6 Oktober 1882 – 19 Desember 1887)

2. Mr. Tetsunosuke Tomita (21 Februari 1888 – 3 September 1889)

3. Mr. Koichiro Kawada (3 September 1889 – 7 November 1896)

4. Baron Yanosuke Iwasaki (11 November 1896 – 20 Oktober 1898)

5. Mr. Tatsuo Yamamoto (20 Oktober 1898 – 19 Oktober 1903)

6. Baron Shigeyoshi Matsuo (20 Oktober 1903 – 1 Juni 1911)

7. Mr. Korekiyo Takahashi (1 Juni 1911 – 20 Februari 1913)

8. Viscount Yataro Mishima (28 Februari 1913 – 7 Maret 1919)

9. Mr. Junnosuke Inoue (13 Maret 1919 – 2 September 1923)

10. Mr. Otohiko Ichiki (5 September 1923 – 10 Mei 1927)

11. Mr. Junnosuke Inoue — istilah kedua (10 Mei 1927 – 1 Juni 1928)

12. Mr. Hisaakira Hijikata (12 Juni 1928 – 4 Juni 1935)


13. Mr. Eigo Fukai (4 Juni 1935 – 9 Februari 1937)

14. Mr. Seihin Ikeda (9 Februari 1937 – 27 Juli 1937)

15. Mr. Toyotaro Yuki (27 Juli 1937 – 18 Maret 1944)

16. Viscount Keizo Shibusawa (18 Maret 1944 – 9 Oktober 1945)

17. Mr. Eikichi Araki (9 Oktober 1945 – 1 Juni 1946)

18. Mr. Hisato Ichimada (1 Juni 1946 – 10 Desember 1954)

19. Mr. Eikichi Araki — istilah kedua (11 Desember 1954 – 30 November 1956)

20. Mr. Masamichi Yamagiwa (30 November 1956 – 17 Desember 1964)

21. Mr. Makoto Usami (17 Desember 1964 – 16 Desember 1969)

22. Mr. Tadashi Sasaki (17 Desember 1969 – 16 Desember 1974)

23. Mr. Teiichiro Morinaga (17 Desember 1974 – 16 Desember 1979)

24. Mr. Haruo Maekawa (17 Desember 1979 – 16 Desember 1984)

25. Mr. Satoshi Sumita (17 Desember 1984 – 16 Desember 1989)

26. Mr. Yasushi Mieno (17 Desember 1989 – 16 Desember 1994)

27. Mr. Yasuo Matsushita (17 Desember 1994 – 20 Maret 1998)

28. Mr. Masaru Hayami (20 Maret 1998 – 19 Maret 2003)

29. Mr. Toshihiko Fukui (20 Maret 2003 – 19 Maret 2008)

30. Prof. Masaaki Shirakawa (20 Maret 2008 – Maret 2013)

31. Mr. Haruhiko Kuroda (9 April 2013 – 8 April 2018)

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

3.2. Saran

Daftar pustaka

www.boj.or.jp
www.boj.com

www.seputarforex.com

www. Detikfinance.com

www.actionforex.com

en.wikipedia.org : Bank of Japan

www.forexsimpro.com

www.wikipedia.co.id ; bank jepang

Anda mungkin juga menyukai