Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH BISNIS INTERNASIONAL

“Kekuatan Sosiokultural”

DOSEN PENGAMPU
Dr.Sri Rezeki,SE,M.Si

kelompok 8
Ruth Jelita Hutabarat (7172210014)
Niko Darlin Cibro (7173510050)
Fitri Avelina Napitupulu (7171210009)

MANAJEMEN A

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
TAHUN AJARAN 2019

1|Page
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan berkat-NYA, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini pada mata kuliah Bisnis Internasional.

Dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari petunjuk dan bimbingan
serta masukan dari semua pihak. Untuk itu kami berterimakasih kepada Ibu
Dr.Ibu Sri Rezeki,SE,M.Si sebagai dosen mata kuliah BisnisInternasionalyang
telah membantu dan memberi pengarahan kepada kami sehingga tugas ini dapat
selesai tepat waktu.

Tak ada gading yang tak retak, begitu juga dengan penulisan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan dari pembaca sekalian. Akhir kata semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita untuk menambah wawasan pembaca sekalian.

Medan, 10 Maret 2019

Penulis

2|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2


DAFTAR ISI....................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 6
2.1 Pengertian Kebudayaan ............................................................................................ 6
2.1.1 Budaya Mempengaruhi Semua Fungsi Bisnis ................................................... 7
2.2 Komponen-Komponen Sosiokultural ....................................................................... 8
2.2.1 Estetika ............................................................................................................... 8
2.2.2 Sikap dan Kepercayaan ...................................................................................... 8
2.2.3 Agama .............................................................................................................. 11
2.2.4 Kebudayaan Material ....................................................................................... 11
2.2.5 Pendidikan........................................................................................................ 12
2.2.6 Bahasa .............................................................................................................. 14
2.3 Studi Kasus ............................................................................................................. 25
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 30
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 31

3|Page
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mengapa sebuah organisasi (perusahaan) terjun ke dalam bisnis
internasional ? Ada banyak jawaban untuk itu. Ada banyak tantangan untuk itu.
Dan tentunya, juga ada banyak hal yang menggiurkan secara ekonomis, dari itu
semua. Sebuah argumentasi panjang yang pada akhirnya mampu memotivasi
sebuah korporat untuk masuk ke dalam bisnis internasional.

Siapa yang tidak ingin mereguk keuntungan lebih ? Siapa yang tak mau
memperluas pasarnya ? Siapa pula, yang tak berkehendak membesarkan
usahanya? Bahkan konon, kekuatan politik, ideologi hingga terorisme, juga turut
berperan dalam blantika bisnis internasional.

Lantas, apa hubungannya dengan kultur ? budaya ? Budaya, tentu saja


secara harafiah telah diakui memiliki pengaruh besar dalam setiap sendi
kehidupan manusia. Kekuatan budaya, dapat digunakan untuk mengerjakan
analisis ekonomi yang dimanfaatkan oleh sebuah korporasi maupun lembaga
perekonomian lain. Mampu menelurkan inovasi, mendongkrak ekuitas, efisiensi,
dan digunakan untuk memacu organisasi dalam mencapai tujuannya.

Sehubungan dengan relasi bisnis, budaya dapat digunakan oleh korporat


untuk membantu koordinasi dalam memfasilitasi pertukaran ekonomi secara
efisien. Dalam relasi bisnis internasional, budaya selalu berupaya memberikan
cara yang khas dalam melihat dan menanggapi dunia luar.

Merangkum pendekatan yang digunakan oleh sebuah korporat. Lalu,


mengkoordinasikannya, guna menanggapi aneka ‘pesan’ dari luar melalui stok
pengetahuan yang dimiliki.Lingkungan terus bergerak dan mengembang.
Khususnya, lingkungan organisasi yang dalam praktiknya, ternyata mampu
memberikan tekanan terhadap korporat. Namun budaya, justru mampu
mendorong organisasi agar tampil efektif.

Dalam menyikapi perubahan, organisasi memerlukan strategi. Hal ini


ditujukan untuk mengembangkan kompetensi inti, agar meraih keuntungan

4|Page
kompetitif. Memenangi persaingan, dan memiliki daya untuk
menguasai resources yang diperlukan oleh perusahaan.

Sehubungan dengan budaya, setiap budaya korporat memerlukan strategi


adaptasi dan perubahan dalam setiap relasinya. Di sisi lain, terjadi rekonfigurasi
relasi sosial-ekonomi dalam bisnis internasional. Setiap korporat dan ke-khasan
budayanya, terlibat aktif dalam setiap dialek kerjasama, koordinasi, langkah
efisiensi, hingga konflik. Dalam perjalanannya, strategi bisnis internasional tak
lepas dari glokalisasi. Yakni menyergap peluang globalisasi, sekaligus menerkam
fakta lokal yang tumbuh dengan subur.

Dalam bisnis internasional, setiap organisasi berusaha memanfaatkan ke-


khasan budayanya untuk menggerakkan kompetensi inti. Menggerakkan setiap
elemen, untuk meraih keuntungan maksimal. Bahkan mampu mengembangkan
diri kepada domain-domain baru. Pada ujungnya, setiap organisasi yang terjun di
kancah bisnis internasional, memerlukan budaya yang cocok. Sesuai dengan
kondisi obyektif di lapangan. Memiliki kesesuaian konteks dengan strategi bisnis
perusahaan. Mampu menyelaraskan diri, mengantisipasi, beradaptasi dan
berasosiasi dengan kinerja superior.

1.2 Rumusan Masalah

1) Apa itu Sosiokultural ?


2) Apa komponen Sosiokultural ?
3) Bagaimana pengaruh sosiokultural terhadap bisnis internasional ?

1.3 Tujuan Penulisan


1) Menyelesaikan tugas dari dosen pengampu
2) Memenuhi kewajiban tugas KKNI
3) Menambah wawasan

5|Page
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kebudayaan


Kebudayaan pada dasarnya merupakan keseluruhan kepercayaan, aturan,
teknik, lembaga, dan artefak ciptaan manusia yang mencirikan populasi manusia.
Dengan perkataan lain, kebudayaan terdiri atas pola-pola yang dipelajari
mengenai perilaku yang umm bagi anggota dari masyarakat tertentu, yaitu gaya
hidup yang unik dari suatu kelompok orang tertentu. Kebanyakan antropolog juga
sepakat bahwa:

1. Budaya dipelajari, bukan pembawaan sejak lahir

2. Berbagai aspek budaya saling berhubungan

3. Kebudayaan adalah berbagi

4. Kebudayaan menentukan batas-batas dari kelompok yang berbeda

Karena masyarakat terdiri atas orang-orang dan budayanya, maka


sebenarnya hamper tidak mungkin membicarakan salah satu tanpa mengacu
kepada yang lain. Para antropolog sering kali menggunakan istilah yang dapat
digunakan secara bergantian atau menggabungkannya menjadi satu kata yakni
sosiokultural.

Apabila orang-orang bekerja di dalam masyarakat dan budaya yang


berbeda dari budaya mereka sendiri, maka masalah-masalah yang mereka hadapi
dalam berurusan dengan seperangkat budaya berlipat ganda sesuai dengan jumlah
perangkat budaya yang mereka temukan dalam setiap pasar luar negerinya.

Langkah-langkah yang dilakukan oleh pelaku bisnis internasional untuk


belajar hidup dengan budaya-budaya lain adalah dengan menyadari bahwa
terdapat budaya yang berbeda dari budayanya sendiri. Kemudian, mereka harus
terus mempelajari karakteristik dari budaya-budaya tersebut sehingga dapat
beradaptasi dengannya. E.T. Hall, seorang antropolog terkenal, menyatakan
bahwa itu dapat dicapai dengan dua cara: (1) menghabiskan seumur hidup di suatu

6|Page
negara atau (2) menjalani suatu program pelatihan yang sangat canggih dan
ekstensif, yang mencakup karakteristik-karakteristik utama dari suatu budaya,
termasuk bahasa.

2.1.1 Budaya Mempengaruhi Semua Fungsi Bisnis


Dalam pemasaran, beraneka ragam sikap dan nilai menghambat banyak
perusahaan untuk menggunakan bauran pemasaran yang sama di semua pasar.
Misalnya P&G pada saat memperkenalkan deterjen Cheer di Jepang, mereka
melakukan kesalahan karena belum mempelajari budaya yang ada di negara
tersebut. P&G memberikan diskon untuk pembelian deterjen itu. Padahal dengan
memberikan potongan harga, akan merendahkan reputasi deterjen Cheer, sehingga
akan sulit sekali untuk menaikkan harga deterjen tersebut.

Dalam manajemen sumber daya manusia, budaya nasional juga merupakan


kunci penentu untuk mengevaluasi para manajer. Di Amerika Serikat, hasil
umumnya merupakan kriteria bagi pemilihan dan promosi para eksekutif. Tetapi,
di Inggris, seorang manajer Amerika mengeluh karena orang-orang dipromosikan
dengan mempertimbangkan sekolah yang telah dihadirinya dengan latar belakang
keluarga mereka.

Permasalahan personalia dapat muncul sebagai akibat dari perbedaan sikap


terhadap penguasa, yang merupakan variabel sosiokultural yang lain. Orang-orang
Amerika Latin secara tradisional telah menganggap manajer sebagai panutan,
tokoh otokratis yang bertanggung jawab atas kesejahteraan mereka. Ketika para
manajer Amerika yang telah terbiasa dengan gaya kepemimpinan partisipatif
dipindahkan ke Amerika Latin, mereka harus menjadi lebih otoriter, atau
dianggap lemah dan tidak kompeten oleh para karyawannya, sehingga mereka
akan menghadapi kesulitan serius agar perintahnya-perintahnya dilaksanakan.

Para manajer produksi mem\nemukan bahwa sikap terhadap perubahan


dapat berpengaruh serius terhadap penerimaan metode produksi baru. Bahkan
para bendaharawan mengetahui ampuhnya kekuatan sosiokultural, ketika
dipersenjatai dengan neraca yang bagus, mereka melakukan pendekatan kepada
bank-bank lokal, hanya untuk menemukan bahwa bank-bank tersebut lebih
mementingkan siapa mereka ketimbang berapa kuat perusahaan mereka.

7|Page
2.2 Komponen-Komponen Sosiokultural
2.2.1 Estetika
Estetika berkaitan dengan rasa keindahan, budaya dan selera yang baik dan
dilengkapkan dalam seni, drama, music, cerita rakyat dan tari-
tariannya.Berhubungan dengan seni dan kesenian, music, cerita, dongeng, hikayat,
drama dan tari –tarian, yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat. Seperti
di Indonesia setiap masyarakatnya memiliki nilai estetika sendiri. Nilai estetika ini
perlu dipahami dalam segala peran, agar pesan yang akan kita sampaikan dapat
mencapai tujuan dan efektif. Misalkan di beberapa wilayah dan bersifat kedaerah,
setiap akan membangu bagunan jenis apa saj harus meletakan janur kuning dan
buah – buahan, sebagai symbol yang arti disetiap derah berbeda. Tetapi di kota
besar seperti Jakarta jarang mungkin tidak terlihat masyarakatnya menggunakan
cara tersebut (Cateora).

2.2.2 Sikap dan Kepercayaan


Setiap budaya memiliki seperangkat sikap-sikap dan kepercayaan yang
mempengaruhi hampir seluruh perilaku manusia dan membantu membawa
ketertiban kepada masyarakat dan individu-individunya. Bagaimana masyarakat
mengembangkan dan membangun system kepercayaan atau keyakinan terhadap
sesuatu, hal ini akan mempengaruhi system penilaian yang ada dalam masyarakat.
Sistem keyakinan ini akan mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana
memandang hidup dan kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai dengan cara
bagaimana berkomunikasi(Cateora).Semakin bannyak yang dapat dipelajari para
manajer tentang sikap-sikap kunci tertentu, semakin siap mereka untuk
memahami mengapa orang-orang berperilaku seperti yang telah diperbuat,
utamanya ketika reaksi-reaksi mereka berbeda dari harapan yang telah dipelajari
para manajer itu dalam berurusan dengan masyarakatnya sendiri.

Beberapa sikap yang sangat penting bagi para pelaku bisnis adalah :

1. Sikap terhadap waktu

Bagi orang Amerika waktu adalah sangat berharga, maka bila membuat
perjanjian dengan seseorang dan ia terlambat lebih dari sejam maka bisa
diasumsikan bahwa orang ini tidak menganggap pertemuan tersebut penting.

8|Page
Jika mengadakan perjanjian dengan orang Jerman jam 12 siang, maka
pastikan tiba disana sebelum waktu yang dijanjikan. Namun bila melakukannya
dengan orang Brasil, harus menyebutkan siang waktu Inggris. Jika tidak, orang
Brasil bisa muncul antara tengah hari hingga jam 2 siang.

Pebisnis Timur Tengah, biasanya tidak datang pada jam yang dijanjikan
tetapi lebih terlambat, mereka tidak ingin mengubah kebiasaan seumur hidup
mereka untuk orang asing. Mariana, bagi orang Amerika latin berarti “besok”
namun bisa juga berarti “beberapa hari lagi“. Adios, Siesta, baik di Meksiko
maupun di Spanyol berarti istirahat siang selama 3 jam. Kemudian pemerintah
federal pada bulan April 1999 mengeluarkan peraturan baru yang mengharuskan
para pegawai pemerintah untuk bekerja mulai jam 9 pagi hingga 6 sore, dengan
mematikan lampu dan AC tepat pada pukul 6 sore. Cara ini berhasil mengubah
kebiasaan mereka dengan melakukan banyak tugas disiang hari hingga
menghilangkan rasa kantuk disiang hari, dan bekerja lebih produktif setaip hari
kerjanya.

- Langsung dan Mendorong

Sifat orang Amerika yang langsung dan mendorong diartkan oleh banyak
orang asing sebagai sikap kurang ajar dan kasar. Formalitas yang menghormati
waktu adalah bagian yang sangat penting dalam melakukan bisnis dan membantu
membangun hubungan yang ramah, yang dianggap oleh orang-orang di banyak
negaa sebagai persyaratan pendahuluan yang diperlukan bagi perundingan bisnis.
Setiap usaha untuk menggerakkan negosiasi dengan mengabaikan beberapa sikap
sopan santun yg telah diterima, berarti mengundang malapetaka.

- Tenggat Waktu

Penekanan orang Amerika atas kecepatan dan tenggat waktu sering


digunakan untuk melawan mereka sendiri dalam urusan bisnis diluar negeri.
Orang Jepang sengaja tidak menyelesaikan negosiasi sampai beberapa jam
sebelum orang Amerika itu pergi, ketika orang Jepang itu tahu bahwa mereka bisa
mendapat konsesi ekstra dari orang asing tersebut karena keterburu-buruannya
untuk kembali kenegrinya sesuai jadwal.

9|Page
2. Sikap terhadap Pencapaian dan Pekerjaan

Orang Jerman menempatkan bersenang-senang sebagai yang pertama dan


bekerja sebagai yang kedua, kebalikannya berlaku di Amerika. Dinegara
berkembang sikap terhadap bekerja berubah setelah terjadinya efek demonstrasi,
yaitu akibat melihat orang lain dengan barnag-barang yang diinginkan, membuat
mereka bekerja lebih tekun untuk dapat memiliki barang-barang tersebut.

Efek yang sebaliknya terlihat di negara-negara industry, dimana jam kerja


mulai berkurang. Di Amerika tahun 1996 pekerja produksi bekerja 42,6 jam, di
Jerman 39,0 jam dan di Peransis 38,3 jam. Tahun 1994 jumlah jam di Amerika
adalah 43,3 jam. Dijepang th 1988 bekerja 43,3 jam turun menjadi 39,5 jam pada
tahun 1996 dan tahun 2001 menjadi 25 jam perminggu.

- Gengsi Pekerjaan

Aspek lain yang diperlihatkan adalah gengsi pekerjaan. Banyak negara


berkembang memperlihatkan penolakan untuk pekerjaan fisik. Akibatnya ada
terlalu banyak pengacara dan ekonom serta kurangnya pembuat alat-alat dan
tukang las, meskipun gajinya lebih tinggi. Di Spanyol, perbedaan antara pekerja
kerah biru dan pekerja kantor sangat besar dengan sebutan obrero (orang yang
menjadi buruh) menandakan pekerja kerah biru dan empleado (karyawan)
manandakan pekerja kantor.

3. Sikap Terhadap Perubahan

Perusahaan Amerika, yang terbiasa dengan penerimaan yang cepat dari


orang Amerika akan sesuatu yang baru, seringkali heran untuk menemukan bahwa
sesuatu yang baru tidak membawa semacam keajaiban di pasar, dimana sesuatu
yang telah dicoba dan dibuktikan lebih disukai dari pada sesuatu yang tidak
dikenal. Penghargaan yang terlalu berlebihan trhadap metode tradisional sangat
menyulitkan seorang manajer produksi untuk menerapkan proses baru, seorang
agen pemasaran untuk memperkenalkan produk baru atau seorang bendaharawan
untuk mengubah system akuntansi.

- Ide Baru

10 | P a g e
Tak dapat disangkal lagi, perusahaan-perusahaan internasional adalah agen
perubahan dan karyawan mereka harus mampu mengatasi penolakan terhadap
perubahan tersebut. Semakin konsisten suatu ide baru dengan sikap dan
pengalaman masyarakat, maka semakin cepat ide itu akan diadopsi.

2.2.3 Agama
Agama, suatu komponen kebudayaan yang penting, bertanggung jawab atas
banyak dari sikap kepercayaan yang mempengaruhi perilaku manusia. Suatu
pengetahuan mengenai prinsip-prinsip dasar dari beberapa agama besar akan
memberikan pemahaman yang yang lebih baik mengapa sikap ornag-orang begitu
jauh berbeda dari satu negara kenegara lain. Etika kerja Protestan dan Konfusius
adalah untuk memuliakan Tuhan dengan bekerja keras dan mempraktikkan
prinsip-prinsip.

2.2.4 Kebudayaan Material


Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata,
konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang
dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan,
senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang,
seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar
langit, dan mesin cuci sedangkanKebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan
abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng,
cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional( Cateora).Kebudayaan material
merujuk kepada semua obyek buatan manusia dan berhubungan dengan
bagaimana orang membuat benda-benda (teknologi) dan siapa membuat apa dan
mengapa (ilmu ekonomi). Teknologi. Teknologi suatu masyarakat adalah bauran
pengetahuan yang dapat digunakan yang diterapkan masyarakat dan diarahkan
kepada pencapaian tujuan-tujuan ekonomi dan budaya. Ia ada dalam beberapa
bentuk disetiap organisasi budaya. Dualisme teknologi. Adanya teknologi maju
dan teknologi primitive dalam system produksi yang digunakan secara
berdampingan. Teknologi tepat guna. Teknologi (maju,menengah atau primitive)
yang paling cocok dengan masyarakat yang menggunakannya. Efek boomerang.
Apabila teknologi yang dijual kepada perusahaan dinegara lain untuk

11 | P a g e
memproduksi barnag-barang yang menyaingi barang-barang dari penjual
teknologi itu.

2.2.5 Pendidikan
Meskipun pendidikan dalam anti yang paling luas dapat dianggap sebagai
bagian dari proses belajar yang memperlengkapi seorang individu untuk
mengambil peranannya di dalam masyarakat dewasa, hampir setiap orang
menyamakan pendidikan dengan sekolah formal.

2.2.5.1 Ukuran Pendidikan

Perusahaan yang bermaksud melakukan investasi di luar negeri tidak


mempunyai indikator-indikator mengenai tingkat pendidikan dari penduduk suatu
negara kecuali ukuran biasa untuk pendidikan formal tingkat melek huruf, jenis
sekolah, jumlah sekolah dan muridnya, serta mungkin juga jumlah pengeluaran
per kapita untuk pendidikan. Data yang semacam itu merendahkan ukuran dari
kelompok yang terlatih secara kejuruan di banyak negara, di mana orang
mempelajari perdagangan melalui magang yang dimulai pada usia yang sangat
dini (12 sampai 13 tahun).

UNESCO merekomendasikan untuk mendefinisikan seorang yang melek


huruf sebagai “seorang yang dapat membaca maupun menulis pernyataan singkat
dan sederhana mengenai kehidupan sehari-harinya.“ Di beberapa negara, sensus
melek huruf terdiri atas pertanyaan kepada responden mengenai apakah mereka
dapat membaca dan menulis, serta meminta mereka untuk menandatangani nama
mereka yang dianggap sebagai bukti bahwa mereka melek huruf Walaupun
demikian, data ini memang sedikit membantu. Para agen pemasaran tertarik pada
tingkat melek huruf karena membantu mereka dalam memutuskan jenis media
yang akan digunakan dan pada tingkat mana mereka harus mempersiapkan iklan,
label, pajangan strategis, dan manual pemilik. Manajer personalia akan
menggunakan tingkat melek huruf sebagai pedoman dalam memperkirakan jenis
tenaga manusia yang tersedia untuk menjalankan operasi perusahaan.

2.2.5.2 Bauran Pendidikan

12 | P a g e
Hingga tahun 1970-an, ada perasaan bahwa para manajer dilahirkan dan
bukan dibuat, dan bahwa mereka hanya dapat dilatih sambil bekerja. Dengan
demikian, permintaan akan pendidikan bisnis formal sedikit jumlahnya. Tetapi,
gabungan dari berbagai faktor telah menyebabkan berkembangnya sekolah-
sekolah bisnis di Eropa yang polanya meniru model Amerika:

1. Meningkatnya persaingan di Uni Eropa, yang menciptakan permintaan


akan para manajer terlatih dengan lebih baik.
2. Kembalinya lulusan sekolah bisnis Amerika ke Eropa.
3. Berdirinya sekolah-sekolah tipe Amerika dengan dosen-dosen AS dan
sering kali dengan bantuan universitas-universitas AS. Di antara sekolah-
sekolah bisnis elit Eropa, adalah London School of Economics and
Political Science, University of Mannheim di Jerman, University of St.
Gallen dan IMD di Swiss, INSEAD di Prancis, dan London Business
School
2.2.5.3 Brain Drain

Hampir semua negara berkembang yakin bahwa pembangunan ekonomi


tidak mungkin dilaksanakan tanpa pengembangan sumber daya manusia, dan
selama dua dekade terakhir khususnya, pemerintah mungkin telah melakukan
investasi berlebihan pada pendidikan tinggi dalam hubungan dengan permintaan
akan mahasiswa. Hasilnya adalah meningkatnya pengangguran di antara orang-
orang terdidik, di mana hal ini telah menyebabkan terjadinya brain drain, yaitu
emigrasi para profesional ke negara-negara industri.

Para pejabat pemerintah sangat prihatin mengenai hilangnya tenaga ahli


dan menyadari bahwa harus ada penciptaan lapangan kerja baru yang lebih cepat,
tidak hanya untuk menghentikan kehilangan yang sangat merugikan, tetapi juga
untuk menghindari reaksi politik yang serius. Tekanan dari pengangguran yang
terdidik juga memaksa para pejabat di banyak wilayah untuk memperlunak syarat-
syarat investasi asing.

2.2.5.4 Reverse Brain Drain

13 | P a g e
Arus Batik Kaum Cendikiawan (reverse brain drain) sedang membuat
sibuk para pendidik dan pelaku bisnis Amerika. Setelah mengalami brain drain
yang parah selama lebih dari 30 tahun, Korea dan Taiwan kini membujuk para
insinyur dan ilmuwannya yang bergelar doktor dan berpengalaman 10 tahun atau
lebih di perusahaan-perusahaan berteknologi tinggi di Amerika, untuk pulang ke
negaranya. Lebih banyak uang dan peluang untuk memulai bisnis di negara-
negara industri ini merupakan daya tarik. Orang-orang yang kembali ini
memberikan pengaruh yang nyata atas daya saing negeri mereka. Direktur kantor
ilmu pengetahuan di Sun Micro System mengatakan, “Setengah wakil presiden
bidang teknik di perusahaan-perusahaan elektronik Taiwan pergi ke Amerika
Serikat untuk bersekolah, untuk bekerja di Sun dan Hewlett Packard, lalu
membawa kembali uang tunai ke Taiwan untuk membuka perusahaan.

2.2.5.5 Pendidikan Wanita

Tren penting lainnya adalah turunnya tingkat buta huruf pada wanita.
Statistik-statistik ini sangat relevan bagi para pelaku bisnis karena hampir setiap
negara, wanita berpendidikan memiliki jumlah anak lebih sedikit, lebih sehat dan
lebih berpendidikan dibandingkan dengan anak dari wanita yang, tidak
berpendidikan. Mereka mencapai tingkat partisipasi angkatan kerja yang lebih
tinggi dan memperoleh penghasilan yang lebih baik. Tidak diragukan lagi, hal ini
akan mengarah kepada meningkatnya peranan wanita dalam pengambilan
keputusan keluarga, yang akan mengharuskan para agen pemasaran memperbaiki
kembali program-program promosi mereka guna memanfaatkan tren penting ini.

2.2.6 Bahasa
Perbedaan budaya yang paling kelihatan bagi para pendatang baru dalam
bisnis internasional adalah cara berkomunikasi. Perbedaan dalam bahasa
percakapan sudah dapat dilihat, dan setelah berada beberapa saat dalam budaya
baru itu, menjadi jelaslah bahwa ada juga variasi dalam bahasa yang baik
diucapkan (sikap dan adat kebiasaan).

14 | P a g e
2.2.6.1 Bahasa Percakapan

Bahasa adalah kunci bagi kebudayaan, dan tanpa bahasa, orang


menemukan dirinya terisolasi dari semua hal kecuali lingkaran budaya. Pada saat
yang sama, dalam mempelajari suatu bahasa, orang tidak dapat memahami
nuansa-nuansa, arti ganda dari kata-kata, dan bahasa sehari-hari, kecuali mereka
juga mempelajari aspek-aspek lain dari budaya itu; Untunglah, mempelajari
keduanya berjalan secara berbarengan.

2.2.6.2 Bahasa Menggambarkan Budaya

Bahasa percapakan memisahkan budaya persis seperti hambatan-hambatan


fisik. Faktanya, tidak ada yang menyamai bahasa percakapan untuk membedakan
suatu budaya dari budaya lain. Apabila ada dua bahasa percakapan dalam suatu
negara, maka akan ada dua budaya yang terpisah (Belgia), apabila ada empat
bahasa percakapan, maka akan ada empat kebudayaan (Swiss); dan seterusnya.

2.2.6.3 Bahasa Asing

Ketika ada bayak bahasa percakapan di dalam suatu negara (India dan
banyak negara-negara Afrika), satu bahasa asing biasanya berlaku sebagai
kendaraan utama untuk berkomunikasi lintas budaya. Bangsa-bangsa yang
dulunya merupakan koloni umumnya menggunakan bahasa bekas penjajah
mereka. Dengan demikian, bahasa Prancis adalah lingua franca atau bahasa
“penghubung” dari bekas jajahan Prancis dan Belgia di Afrika, bahasa Inggris di
India, dan bahasa Portugis di Angola. Meskipun bahasa-bahasa itu berfungsi
sebagai bahasa nasional, bahasa asing substitusi ini bukanlah bahasa pertama
siapa pun, dan akibatnya, menjadi kurang efektif dibandingkan dengan bahasa
pribumi untuk menjangkau pasat-pasar massa atau untuk melakukan percakapan
sehari-hari antara para manajer dan pekerja.

2.2.6.4 Bahasa Inggris, Bahasa Penghubung Bisnis.

Ketika seorang pelaku bisnis berkebangsaan Swedia berbicara dengan


seorang pebisnis Jepang, percakapan tersebut pada umumnya akan dilakukan
dalam bahasa Inggris. Penggunaan bahasa Inggris sebagai lingua franca bisnis

15 | P a g e
telah berkembang demikian cepat di Eropa sehingga lebih dari setengah orang
dewasa di Uni Eropa dapat berbicara dalam bahasa Inggris. Hampir 40% dari
penduduk Uni Eropa menggunakannya sebagai bahasa kedua. Dan bahkan
persentase yang lebih besar, yaitu 69 persen, setuju bahwa “setiap orang
sebaiknya berbicara dalam bahasa Inggris.

2.2.6.5 Harus Berbicara dalam Bahasa Lokal

Meskipun semakin banyak para pelaku bisnis berbicara dalam bahasa


Inggris, ketika mereka membeli, mereka memaksa untuk melakukan bisnis dalam
bahasa mereka sendiri. Penjual yang dapat menggunakan bahasa ini memiliki
kelebihan dalam persaingan. Selain itu, mengetahui bahasa di daerah itu
menunjukkan sikap tehadap budaya dan orang-orang di wilayah itu.

2.2.6.6 Terjemahan

Kemampuan berbicara dalam bahasa tertentu dengan baik tidak


mengurangi kebutuhan akan penerjemah. Pasar terkecilpun membutuhkan
manual, teknik, katalog, serta ide-ide periklanan yang baik. Kurangnya bakat lokal
untuk melakukan pekerjaan itu tidak berarti bahwa organisasi harus
melakukannya tanpa alat bantu penjualan yang berharga ini.

Memperbolehkan kantor pusat untuk menerjemahkan bisa menjadi sangat


riskan karena kata-kata dari bahasa yang sama sering kali berbeda artinya dari
satu negara ke negara lain, bahkan dari satu daerah ke daerah lain, sebagaimana
telah disebutkan sebelumnya. Suatu contoh terkenal, yang mengilustrasikan
bagaimana satu kata yang tidak diterjemahkan benar dapat merusak terjemahan
yang sebenarnya bagus, terjadi di Meksiko. Kantor pusat Amerika dari suatu
produsen deodoran mengirimkan terjemahan bahasa Spanyol dari tema
internasional produsen itu, “Jika Anda menggunakan deodoran kami, Anda tidak
akan dipermalukan di muka umum.” Sayangnya, penerjemah menggunakan kata
embarazada untuk “embarased (dipermalukan),” yang dalam bahasa Spanyol
Meksiko berarti “hamil”. Bayangkan ketika cabang Meksiko menerima salinan
tersebut.

16 | P a g e
2.2.6.7 Menggunakan Terjemahan Kembali

Untuk menghindari kesalahan dalam penerjemahan, agen pemasaran yang


berpengalaman akan lebih menyukai apa yang sebenarnya merupakan
penerjemahan kembali. Yang pertama, dibuat oleh orang pribumi yang menguasai
dua bahasa. Kemudian, hasilnya diterjemahkan kembali oleh orang asing yang
juga memahami dua bahasa tersebut, untuk membandingkan dengan aslinya.
Pekerjaan ini sebaiknya dilakukan di pasar, di mana bahan tersebut akan
digunakan. Tidak ada metode yang benar-benar sempurna, tetapi pendekatan
penerjemahan kembali sampai sejauh ini adalah alat teraman yang dapat
digunakan. Beberapa permasalahan. dalam penerjemahan:

1. Di kantor penjualan tiket pesawat di Kopenhagen, “We take your bags and
send them in all directions (Kami menerima koper Anda dan
mengirimkannya ke semua arah). “
2. Suatu jasa pencuci pakaian di Bangkok menyatakan: “Drop your trousers
here for best results (Lepaskan celana Anda di sini untuk hasil terbaik).“
3. Sebuah tanda di kantor wisata Ceko: “Take one of our horse-driven city
tours-we guarantee no miscarriages (Lakukanlah salah satu dari tur kota
menggunakan kereta kuda, kami menjamin tidak ada keguguran
kandungan).
2.2.6.8 Kata-kata Teknis.

Para penerjemah mengalami kesulitan dengan istilah-istilah teknis yang


tidak ada dalam suatu bahasa dan dengan kata-kata biasa yang memiliki arti
khusus untuk industri tertentu. Bahasa Portugis misalnya, kaya dengan istilah
pemancingan dan kelautan, tetapi terbatas dalam hal istilah-istilah teknis untuk
industri baru. Satu-satunya solusi adalah untuk menggunakan kata dalam bahasa
Inggris atau menciptakan kata baru dalam bahasa Portugis. Kecuali para
penerjemah memiliki pengetahuan khusus mengenai industri tersebut, mereka
akan melihat kamus untuk terjemahan secara harfiah yang sering kali tidak masuk
akal atau keliru.

17 | P a g e
2.2.6.9 Tidak Ada Rasa Tidak Senang.

Aspek terakhir ari bahasa percakapan yang perlu disebutkan adalah


keengganan di banyak wilayah untuk mengatakan sesuatu yang tidak disetujui
oleh pendengarnya. Kesopanan orang Jepang membuat kata tidak menjadi kata
yang sedikit sekali digunakan bahkan jika ada ketidaksepakatan. Seorang
eksekutif Amerika, yang merasa puas karena lawan bicaranya yang orang Jepang
itu mengangguk dan mengatakan ‘ya’ untuk semua usulannya, mungkin akan
terkejut beberapa. saat kemudian ketika menyadari hahwa sepanjang waktu
pendengarnya mengatakan ya yang berarti “saya mendengar Anda,” dan bukan ya
yang berarti “saya setuju”.

2.2.6.10 Bahasa yang tidak diucapkan

Komunikasi nonverbal atau bahasa yang tidak diucapkan ini, sering kali
dapat menceritakan kepada para pelaku bisnis, sesuatu yang tidak dapat dilakukan
oleh bahasa percakapan, apabila mereka memahaminya. Sayangnya perbedaan
dalam kebiasaan atau adat istiadat antara budaya – budaya dapat menyebabkan
interpretasi yang salah atas komunikasi tersebut.

2.2.6.10.1 Gerak Isyarat.

Meskipun gerak isyarat merupakan bentuk komunikasi lintas budaya yang


lazim, bahasa isyarat berbeda dari situ wilayah lain. Misalnya, orang Amerika dan
sebagian besar orang Eropa memahami isyarat jempol ke atas berarti “baiklah”;
tetapi, di selatan Italia dan Yunani, hal itu menyampaikan pesan untuk mana
penggunaan jari tengah dihindari. Membuat lingkaran dengan jempol dan telunjuk
berarti bersahabat, tetapi ini berarti “Anda tidak ada apa-apanya” di Prancis dan
Belgia, dan berarti ajakan seksual yang vulgar di Yunani dan Turki

2.2.6.10.2 Pintu yang Tertutup.

Orang Amerika mengetahui bahwa salah satu prasyarat bagi eksekutif


penting adalah kantor yang luas dengan pintu yang dapat ditutup. Biasanya, pintu
terbuka sebagai isyarat bahwa penghuninya siap untuk menerima orang lain,
tetapi apabila tertutup, sesuatu yang penting sedang berlangsung. Berlawanan

18 | P a g e
dengan kebijakan pintu terbuka orang Amerika, orang Jerman secara teratur
membiarkan pintunya tertutup. Hall, seorang antropolog yang disebutkan pada
awal bab ini; mengatakan bahwa pintu tertutup tidak berarti bahwa orang di
belakangnya tidak ingin menerima tamu, tetapi dia hanya menganggap pintu yang
terbuka tidak rapi dan tidak tertib.

2.2.6.10.3 Ukuran Kantor.

Meskipun ukuran kantor merupakan indikator dari pentingnya seseorang


hal iu memiliki arti yang berbeda di budaya berbeda. Di Amerika Serikat, semakin
tinggi status eksekutif tersebut, semakin luas dan lebih terpisah kantornya. Tetapi
di dunia Arab, direktur mungkin berada dalam kantor yang menurut orang
Amerika sempit dan penuh sesak. Sementara itu, di Jepang, lantai puncak sebuah
toko serba ada disediakan untuk tempat “perundingan tawar-menawar”, dan bukan
untuk manajemen puncak. Orang Prancis lebih suka menempatkan kepala
departemen yang penting di pusat aktivitas, dan menempatkan para asistennya di
sekeliling pusat ini. Untuk amannya, jangan sekali-kali mengukur pentingnya
seseorang dengan ukuran dan lokasi kantor mereka.

2.2.6.10.4 Jarak Saat Bercakap-cakap

Para antropolog melaporkan jarak bercakap-cakap adalah lebih kecil di


Timur Tengah dan Amerika Latin, meskipun pengalaman pribadi penulis di
Amerika Latin tidak menunjukkan hal itu. Apakah ini pada umumnya benar atau
salah, perlu diingat bahwa generalisasi adalah seperti rata-rata aritmatis, yaitu,
barangkali lebih banyak orang yang melakukannya, dibandingkan dengan yang
tidak, dengan cara tertentu dalam budaya tertentu. Tetapi, para pelaku bisnis pada
saat yang bersamaan akan berurusan hanya dengan beberapa orang saja dari suatu
negara. Ada kemungkinan bahwa pelaku bisnis tersebut bertemu dengan orang
yang merupakan perkecualian dari stereotip itu

2.2.6.11 Bahasa Peberian Hadiah

Pemberian hadiah adala aspek penting dalam kehidupan setiap pelaku


bisnis, baik di negaranya sendiri maupun di luar negeri. Hiburan di luar jam

19 | P a g e
kantor dan saling bertukar cinderamata merupakan bagian dari proses untuk
berkenalan dengan lebih baik. Kendati demikian, etika atau bahasa pemberian
hadiah bervariasi antar budaya, sama seperti bahasa percakapan yang digunakan.
Dan meskipun biasanya orang asing akan dimaafkan karena tidak mengetahui
bahasa tersebut, tentunya mereka dan hadiah-hadiah mereka akan diterima dengan
lebih baik apabila mereka mengikuti kebiasaan setempat.

2.2.6.11.1 Hadiah-hadiah yang dapat diterima

Di Jepang, misalnya, seseorang tidak akan pernah memberikan hadiah


yang tidak dibungkus atau mengunjungi rumah orang Jepang dengan tangan
kosong. Suatu hadiah diberikan dengan komentar bahwa hadiah itu hanyalah
sesuatu yang sepele, yang berarti bahwa posisi sosial si pemberi hadiah yang
rendah tidak memungkinkannya untuk memberikannya hadiah yang sesuai dengan
status tinggi dari si penerima. Sebaliknya, si penerima tidak akan membuka
hadiah itu di muka si pemberi, karena dia mengetahui bahwa hal tersebut ebih
baik daripada mempermalukan tamu tersebut dengan menonjolkan barang sepele
itu di depan mukanya.

Orang Jepang menggunakan pemberian cindera mata untuk


menyampaikan perhatian dan tenggang rasa seseorang kepada si penerima, yang
setelah beberapa waktu, akan membangun rasa percaya dan keyakinan terhadap si
pemberi

2.2.6.11.2 Hadiah atau Suap?

(Skandal-skandal pembayaran yang dipermasalahkan (oleh pers disebut


skandal suap) membeberkan praktik pemberian hadiah yang sangat mahal maupun
uang kepada para pejabat pemerintah yang posisinya bagus sebagai imbalan atas
kebaikan khusus, seperti pesanan besar dan proteksi. Beberapa pembayaran adalah
suap yaitu, pembayaran yang dilakukan untuk membujuk si penerima untuk
melakukan sesuatu yang ilegal bagi si pembayar. Sementara yang lainnya
merupakan pemerasan yang dilakukan untuk menjaga agar si penerima
pembayaran tidak membahayakan si pembayar dengan suatu cara. Sedangkan

20 | P a g e
yang lain dari itu adalah tip untuk mendorong para pejabat pemerintah guna
melakukan pekerjaan mereka.

Ketiganya merupakan pembayaran untuk pelayanan, dan biasanya


merupakan kombinasi dari dua atau mungkin semua dari ketiga bentuk tersebut.
Untuk membedakannya, lihatlah contoh ini. Jika Anda memberikan tip kepada
kepala pelayan restoran untuk mendapatkan meja yang bagus, maka itu adalah
suap: Tetapi, bila Anda memberikan tip karena Anda tahu bahwa jika Anda tidak
melakukannya maka kepala pelayan tersebut akan menempatkan Anda di dekat
dapur, hal itu adalah pemerasan. Apabila Anda memberinya tip karena menerima,
layanan yang baik sesudah makan, maka itu adalah tip. Sebagian masalah
mengenai ketaatan pada hukum Amerika adalah kesulitan untuk membedakan
ketiga hal tersebut.

2.2.6.11.3 Pembayaran yang Dipermasalahkan

Ini dapat berupa segala bentuk dan ukuran, dari pembayaran kecil “untuk
mempercepat” yang mungkin diperlukan agar para pejabat pemerintah yang
bergaji sangat rendah melakukan tugas-tugas rutinnya, sampai jumlah yang amat
besar untuk memenangkan pesanan yang besar.

2.2.6.12 Organisasi Kemasyarakatan

Setiap masyarakat memiliki suatu struktur atau organisasi yang pengaturan

hubungan yang terpola, yang mendefinisikan dan mengatur cara dengan mana
anggota-anggotanya berinteraksi satu sama lain. Para antropolog pada umumnya
mempelajari aspek budaya penting ini dengan membaginya menjadi dua golongan
kelembagaan yang berdasarkan pertalian keluarga dan yang berdasarkan asosiasi
bebas dari individu-individu.

2.2.6.13.1 Pertalian Keluarga

Keluarga adalah unit dasar kelembagaan yang berdasarkan pada pertalian


keluarga. Tidak seperti keluarga Amerika, yang pada umumnya terdiri atas orang
tua dan anak-anak mereka, keluarga-keluarga di banyak negara, terutama di

21 | P a g e
negara-negara berkembang, diperluas untuk memasukkan seluruh anggota
keluarga besar berdasarkan darah dan perkawinan.

2.2.6.13.2 Keluarga Besar

Untuk perusahaan asing, keluarga besar (extended family) adalah sumber


bagi karyawan dan koneksi bisnis. Kepercayaan yang dimiliki oleh orang-orang
terhadap keluarga mereka, walaupun hubungan keluarganya jauh, dapat
memotivasi mereka untuk membeli dari suatu pemasok yang dimiliki oleh sepupu
dari sepupunya, meskipun harganya lebih tinggi. Para manajer personalia lokal
cenderung mengisi lowongan pekerjaan terbaik dengan anggota keluarganya,
tanpa mempedulikan kualifikasinyal

2.2.6.13.3 Tanggung Jawab Anggota.

Meskipun keluarga besar adalah luas, rasa tanggung jawab dari setiap
anggota terhadapnya adalah kuat. Inisiatif pribadi untuk bekerja berkurang ketika
barang tersebut diminta untuk membagi penerimaan pribadinya dengan anggota
keluarga besar yang tidak bekerja, apa pun pertalian keluarganya.

Tanggung jawab terhadap keluarga sering kali merupakan penyebab dari


tingginya tingkat ketidakhadiran pekerja di negara-negara berkembang, karena
mereka di panggil pulang untuk membantu saat panen. Manajemen telah
mengeluarkan sejumlah besar uang untuk menyediakan perumahan yang nyaman
bagi para pekerja dan keluarga dekatnya (anak dan istri), hanya untuk menemukan
bahwa mereka hidup di dalam kondisi penuh sesak ketika anggota-anggota dari
keluarga besarnya pindah ke rumah itu.

2.2.6.14 Asosiasi Bebas

Kelompok-kelompok asosiasi bebas terdiri atas orang-orang yang


bergabung bersama-sama berdasarkan ikatan yang sama, yang dapat berupa
politik, pekerjaan, rekreasi, atau agama. Bahkan sebelum memasuki suatu negara,
manajemen sebaiknya mengidentifikasi kelompok-kelompok semacam itu dan
menilai kekuatan politik dan ekonomi mereka. Sebagaimana akan dilihat dalam
bab-bab berikutnya, organisasi-organisasi konsumen telah memaksa banyak

22 | P a g e
perusahaan untuk mengubah produk, promosi, serta harga mereka, dan investasi
didukung atau ditentang oleh persatuan-persatuan buruh, yang sering kali
merupakan kekuatan politik yang ampuh.

2.2.6.14.1 Usia

Para produsen barang-barang konsumen cukup menyadari pentingnya


membuat segmentasi pasar berdasarkan kelompok usia, yang sering kali bersifat
lintas budaya. Fakta ini telah memungkinkan para agen pemasaran untuk berhasil
dalam menjual produk-produk seperti pakaian dan rekaman ke pasar muda-mudi,
baik di negara maju maupun berkembang

2.2.6.14.2 Gender

Dengan berubahnya suatu negara menjadi nega industri, maka lebih


banyak wanita yang memasuki bursa lapangan kerja, dan dengan demikian
menjadi semakin penting dalam perekonomian. Tren ini mendapat dorongan lebih
lanjut ketika gerakan wanita untuk persamaan gender manyebar ke masyarakat
yang secara tradisional didominasi oleh pria di negara-negara yang kurang maju.

Apa pun status wanita di tempat kerja di suatu pasar, pembelian konsumen
di negara manapun kemungkinan akan mencerminkan pengaruh wanita yang kuat.
Sementara suami-suami Cina kadang kala disebut sebagai “menteri pertahanan,
“istri-istri mereka adalah “menteri dalam negeri.

2.2.6.15 Memahami Budaya-budaya Nasional

Geert Hofstede Seorang sosiolog Swedia, mewawancarai ribuan karyawan di 67


Negara menemukan perbedaan jawaban atas 32 pertanyaan didasarkan atas empat
dimensi yaitu :

1. Individualisme Versus Kolektivisme


Menurut Hofstede kolektivisme merupakan bagian dari kelompok yang
seharusnya menjaga mereka dengan imbalan loyalitas, budaya
Individualisme diharapkan untuk mengurus diri mereka sendiri dan
keluarga dekat mereka. Kolektivisme lebih pada mengandalkan keputusan

23 | P a g e
kelompok dibandingkan individualisme yag penekanannya ada pada
pengambilan keputusan individual.
2. Jarak Kekuasaan Besar Versus Kecil
Jarak kekuasaan adalah sejauh mana anggota-anggota masyarakat
menerima distribusi kekuasaan yang tidak merata di antara indvidu. Dalam
masyarakat jarak kekuasaan besar karyawan percaya penyelia mereka
adalah benar meskipun mereka salah, dengan demikian para karyawan
tidak akan mengambil inisiatif dalam pengambilan keputusan yang
nonrutin. Gaya kepemimpinan manajemen partisipatif kemungkinan besar
akan produktif untuk organisasi di Negara yang memiliki kekuasaan yang
kecil.
3. Penghindaran Ketidakpastian yang Kuat Versus yang Lemah
Tingkat di mana para anggota masyarakat merasa terancam oleh
ambiguitas dan menolak untuk mengambil risiko. Para karyawan di dalam
budaya yang menghindari risiko tinggi seperti Jepang, Yunani dll
cenderung tetap tinggal dalam organisasi mereka untuk waktu yang lama.
Orang-orang yang berasal dari Negara tingkat peghindaran risiko yang
rendah seperti Amerika Serikat, Singapura dll adalah jauh lebih pada
sering berpindah-pindah pekerjaan. Perubahan organisasidi Negara-negara
memiliki tingkat penghindaran tinggi atas ketidakpastian kemungkinan
besar akan menerima penolakan yang kuat dari para karyawan, sehingga
implementasi perubahan sulit dilaksanakan.
4. Maskulinitas Versus Femininitas
Tingkat dengan mana nilai-nilai dominan dalam suatu masyarakat
menekankan ketegasan, akuisasi uang dan status, serta pencapaian
penghargaan organisasional yang simbolis maupun yang kelihatan,
(maskulinitas) dibanding tingkat dengan mana nilai-nilai tersebut
menekanka pada hubungan perhatian terhadap orang lain, dan kualitas
hidup secara keseluruhan (femininitas)

Empat dimensi Hofstede telah memberikan suatu dasar bagi para manajer
untuk memahami bagaimana perbedaan budaya mempengaruhi organisasi dan
metode-metode manajemen. Empat dimensi itu membantu memperlihatkan bahwa

24 | P a g e
keterampilan manajemen adalah spesifik secara budaya yaitu: “suatu teknik atau
falsafah manajemen yang sesuai untuk suatu budaya nasional belum tentu sesuai
untuk budaya lain. “ jelaslah, manajemen di Negara-negara Barat yang berbeda
memerlukan aktivitas yang berbeda dan dengan demikian, generalisasi tidaklah
dibenarkan. Akan tetapi, para penelitian lain yang menggunakan data yang
berbeda, menemukan dimensi-dimensi yang sama atau serupa, yang mengarahkan
Hofstede untuk menyimpulkan bahwa “ada bukti yang kuat bahwa empat dimensi
itu memang universal.”

2.3 Studi Kasus


J Trust Co: Perusahaan Jepang yang Beli Bank Mutiara

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Mutiara Tbk akhirnya dijual ke


perusahaan keuangan asal Jepang J Trust Co. Ltd. Perusahaan Jepang ini menjadi
pemenang tender divestasi yang diumumkan oleh Lembaga Penjamin Simpanan
(LPS) pada Jumat 12 September 2014. Lantas siapa J Trust Co. Ltd?

Dilansir dari laman resmi perseroan dan businessweek, Minggu (14/9/2014),


J Trust Co, Ltd merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang keuangan, real
estate, sistem IT, dan bisnis hiburan yang beroperasi di Jepang dan dunia
internasional. J Trust Co, Ltd didirikan pada 18 Maret 1977 dengan modal 53,5
miliar yen dan berkantor pusat di Tokyo, Jepang.

Perusahaan ini didirikan oleh Ikko Shoji Co, Ltd di Minami-ku (saat ini
Chuo-ku), Osaka dan memulai bisnis keuangan yang melibatkan diskon tagihan
komersial, pinjaman pada catatan, dan sebagainya untuk UKM dan pemilik bisnis
individu.Perusahaan tersebut menawarkan produk keuangan dan jasa, termasuk
pembiayaan konsumen dan jasa penjaminan kredit, kartu kredit, hipotek dan
pinjaman tanpa agunan, serta polis manajemen dan pengumpul pinjaman.

Tak hanya itu, perusahaan ini juga menyediakan berbagai kebutuhan


keuangan untuk konsumen lokal, dan usaha kecil dan menengah, investasi dan
dukungan manajemen untuk perusahaan dengan potensi pertumbuhan yang tinggi,
termasuk bisnis keuangan dan hiburan.Perusahaan ini terlibat dalam bisnis real

25 | P a g e
estate melalui penjualan dan broker built-to-order dan rumah siap bangun,
renovasi perumahan tangan kedua. Kemudian juga bergerak dalam perencanaan,
desain, dan konstruksi dari toko hiburan.

Selain itu, mengembangkan dan mengoperasikan 66 fasilitas hiburan, serta


menyediakan layanan dan ruang hiburan; mengembangkan dan menjual hiburan
mesin mainan untuk derek game dan mesin penjual kapsul otomatis, menawarkan
fasilitas rekreasi seperti perencanaan dan produksi produk berlisensi untuk game
smartphone, operasi waralaba dengan nama 'JJ Club 100', 'Game Golden'. Serta
memberikan solusi pencetakan dan melakukan bisnis sistem teknologi
informasi.Selain membeli Bank Mutiara, pada Desember 2013 J Trush Co, Ltd
melalui anak usahanya, J Trust Asia Pte.Ltd, juga mengakuisisi 10 persen saham
di Bank Mayapada Internasional Tbk PT yang juga merupakan bank umum
Indonesia.

Per 31 Maret 2014, perusahaan secara total berhasil meraih pendapatan


usaha 61.926 juta yen, dengan laba usaha sebesar 13.745 juta yen, laba bersih
sebesar 11.145 juta yen dan rasio kecukupan modal sebesar 53 persen. Saat ini
perusahaan tersebut dipimpin oleh Nobuyoshi Fujisawa selaku Presiden & CEO J
Trust Co. Ltd. dengan jumlah karyawan sebanyak 2.322 orang.

Bank Mutiara adalah bank umum yang berkantor pusat di Jakarta, Indonesia
dan memiliki 62 kantor cabang di seluruh Indonesia. Bank tersebut ditaksir
memiliki nilai total aset sekitar Rp 13 triliun. Bank Mutiara ditempatkan di bawah
Pengawasan khusus Bank Indonesia pada 6 November 2008 dan telah
dikendalikan oleh LPS sejak 21 November 2008 sesuai dengan keputusan
Financial Komite Stabilitas Sistem.Pemerintah sendiri telah menyuntik Bank
Mutiara sebesar Rp 6,7 triliun di tahun 2008 dan dan mendapat suntikan lagi Rp
1,249 triliun pada Desember 2013. Total dana suntikan ke Bank Mutiara oleh
pemerintah hampir mencapai Rp 8 triliun.(Dny/Ndw)

26 | P a g e
Analisa:

Artikel diatas mengenai perusahaan asal Jepang yang mengakusisi


perusahaan lokal dan kedua perusahaan ini bergerak pada bidang keuangan.
Sebelum membahas lebih lanjut perlu kita ketahui bahwa budaya Jepang dan
budaya yang ada di Indonesia sangatlah berbeda. Mulai dari cara menyapa,
bekerja sehari-hari, pun mengenai agama. Dua negara yang berbeda kultur namun
sangat sering melakukan kerja sama. Tentu saja sudah banyak cara yang
dilakukan perusahaan asal jepang sepertu J Trust ini yaitu salah satunya adalah
membeli perusahaan yang berasal dari Indonesia yang sudah akrab dengan
masyarakat Indonesia. Sebenarnya perusahaan J Trust ini memiliki salah satu
usaha yaitu JT Saving Bank yang juga telah dibuka di Cina, namun mereka lebih
memilih untuk melakukan penetrasi di pasar Indonesia yaitu dengan membeli
perusahaan lokal. Sebenarnya masyarakat Indonesia sudah tidak asing dengan
budaya dari Jepang karena perkembangannya Indonesia adalah salah satu pasar
yang sangat menguntugkan bagi perusahaan asal Jepang karena harga barang/jasa
perusahaan Jepang lebih murah dibandingkan barang/jasa perusahaan asal Eropa.

Dalam menjelaskan keberhasilan budaya populer Jepang di Asia Timur dan


Tenggara (tidak di Amerika atau Eropa), beberapa orang berpendapat bahwa
“cultural proximity” (kedekatan budaya) menentukan jalanya penyebaran aliran
budaya, atau “Asian fragrance” (keharuman Asia) yang dengan mudah bergema
dikalangan konsumen lokal. Beberapa orang lain berpendapat bahwa produk-
produk budaya populer Jepang “tidak bermuka” (faceless). Ini karena daya tarik
budaya populer Jepang yang bersifat tidak nasional dan karenanya sangat mudah
untuk di-transfer, sehingga budaya tersebut tidak bisa dikenali lagi sebagai budaya
orang Jepang. Itulah yang membuat budaya Jepang bisa dengan mudah masuk dan
menyatu dengan budaya Indonesia.

Berikutnya kasus diatas akan dihubungkan dengan komponen-komponen


yang ada pada sosiokulultural:

Sikap terhadap waktu. Orang Jepang sangat terkenal akan sikap menghargai
waktunya, apabila orang Jepang membuat suatu perjanjian atau tenggat waktu

27 | P a g e
pekerjaan maka mereka akan hadir atau menyelesaikan pekerjaan tersebut
sebelum tenggat waktunya namun di Indonesia pada umumnya masyarakat kurang
menghargai waktu itu misalnya apabila ada suatu acara maka orang Indonesia
cenderung datang setelah waktu acara dimulai atau menunda-nunda pekerjaan
sampai akhirnya tidak dikerjakan. Disini J Trust dihadapkan kepada pilihan
menegakkan peraturan yang ketat seperti di Jepang atau mengikuti kultur yang
ada di Indonesia. Berikutanya adalah

Sikap terhadap perubahan, orang Jepang cenderung terbuka akan hal baru
maupun ide-ide baru sedangkan orang Indonesia kebanyakannya cenderung
konservatif atau tertutup akan hal baru. Disini pun timbul masalah apalagi
pekerjaan untuk manajer semakin sulit karna karyawannya yang sulit menerima
hal baru membuat perkembangan akan melambat tentunya.

Perbedaan lainnya adalah agama, agama di Indonesia dengan mayoritas


Islam sedangkan di Jepang agama Shinto.Perbedaan dari bahasa, bahasa Indonesia
dan Jepang perbedaanya yang sangat jauh tentu juga menimbulkan masalah dari
pertukaran kultur antara dua negara tersebut yang menimbulkan masalah juga bagi
J Trust membawa kultur dari Jepang.

Solusi:

 Peraturan yang jelas, para manajer bisa mengatasi masalah pada kebiasaan
untuk menunda-nunda waktu atau datang terlambat dengan cara
memberikan peraturan yang jelas dan masuk akal serta punishment dan
reward yang bisa membuat karyawan untuk menghilangkan kebiasaan
buruk tersebut.
 Melakukan kegiatan upgrading pekerja, misalnya seperti diskusi grup
sehingga para pekerja mempunyai tempat untuk mengasah dan melatih
skil mereka juga poin terpentingnya adalah mereka akan terbiasa
menerima dan mengeluarkan ide-ide baru.
 Menyediakan sarana untuk mengenal hal-hal baru, misalnya seperti tempat
peminjaman buku atau komputer untuk menyediakan bahan-bahan bacaan
ataupun video-video yang memberikan pengetahuan baru.

28 | P a g e
 Menyediakan tempat beribadah, di kantor perusahaan agar sebaiknya
disediakan tempat untuk beribada seperti untuk muslim disediakan masjid.
 Menyediakan waktu untuk beribadah, budaya jepang dengan work mindset
yang tinggi membuat waktu istirahat menjadi minimal sedangkan bagi
penganut agama tentu dibutuhkan waktu untuk beribadah, maka sebaiknya
disediakan waktu khusus untuk beribadah seperti halnya bagi muslim
untuk disediakan waktu sholat 5 waktu dan bagi yang kristen disediakan
waktu untuk ke greja dan begitu pula untuk agama lainnya.
 Menyediakan penerjemah, apabila pihak dari J Trust dan Bank Permata
bertemu sebaiknya disediakan penerjemah agar pesan dari masing-masing
pihak tersampailan.
 Menyaring kultur dari masing-masing perusahaan, dua kultur dari dua
perusahaan tersebut dapat disatukan dengan menghilangkan hal-hal yang
tidak dibutuhkan dari masing-masing kultur.

29 | P a g e
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bisnis internasional adalah bisnis yang melibatkan penyeberangan batas-
batas Negara.Kekuatan yang mendasari bisnis internasional berorientasi pada
manajemen oriented. Orientasi adalah asumsi atau keyakinan, yang seringkali
tidak disadari, mengenai sifat dunia ini. Dalam hal ini ada tiga orientasi yang
menjadi pedoman dalam bisnis internasional yaitu etnosentris, polisentris,
geosentris yang kemudian diperluas menjadi regiosentris.
Perdagangan internasional berhubungan dengan berbagai kegiatan,
seperti: Perpindahan barang dan jasa dari satu negara ke nagara lain atau
disebut dengan istilah transfer of goods and services.Perpindahan modal melalui
penanaman modal asing dari luar negeri ke dalam negeri (transfer of
capital).Perpindahan tenaga kerja yang mempengaruhi pendapatan devisa suatu
negara. Dalam proses ini pelu adanya pengawasan mekanisme yang sering
disebut transfer of labour.Perpindahan teknologi melalui cara pendirian pabrik-
pabrik di negara lain. Kegiatan ini disebut transfer of technology.Perdagangan
internasional yang dilakukan dengan penyampaian informasi tentang kepastian
adanya bahan baku dan pangsa pasar atau yang disebut dengan transfer of data
Lingkungan Domestik, termasuk sosio ekonomi, sosio cultural, politik,
hokum, pemerintahan, persaingan ,fisik, tenaga kerja, keuangan,
teknologi.Lingkungan Luar Negeri, termasuk sosio ekonomik, sosio cultural,
politik, tenaga kerja, keuangan, teknologi dan lingkungan ekonomi.

30 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

https://jickribsykes.wordpress.com/2014/01/02/bisnis-internasional-kekuatan-
sosiokultural-kekuatan-politik-dan-kekuatan-hukum/

http://datakuliah.blogspot.com/2009/10/kekuatan-kekuatan-sosiokultural-
sebuah.html

https://www.academia.edu/25446734/MAKALAH_BISNIS_INTERNASIONAL_
-_marwasafa

31 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai