Anda di halaman 1dari 10

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................2


DAFTAR ISI ................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................4
B. Tujuan..................................................................................................................... 4
C. Manfaat................................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................................................ 10
B. Saran ...................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................11


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lingkungan perusahaan terdiri dari dua yaitu lingkungan eksternal dan lingkungan internal.
Lingkungan eksternal adalah bagian dari luar perusahaan dan jauh dari perusahaan yang
berkaitan secara langsung maupun tak langsung pada masa depan perusahaan. Seperti:
perkembangan teknologi, kondisi sosial-ekonomi, pesaing, pemasok, sumber daya, pemerintah,
dan regulasi. Lingkungan internal adalah bagian dari perusahaan itu sendiri.
Seperti: stakeholder (pemilik, karyawan, manajer tinggi, komunitas, pelanggan, dan negara).
Tujuan utama pendirian suatu perusahaan adalah untuk mencari keuntungan sehingga proses
yang dilakukan perusahaan, kerja sama para stakeholder, antisipasi pesaing, meraih pembeli
yang loyal dan berulang, serta mampu membuat brand perusahaan menjadi top of mind sehingga
kegiatan tersebut harus dilaksanakan dengan sangat baik dan terus-menerus. Perencanaan,
pelaksanaan program, pengaturan anggaran, dan kebijakan harus terintegrasi dengan pengaruh
lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Untuk itu, efek isu strategis menjadi sangat
penting bagi keberlanjutan perusahaan. Keterkaitan satu dengan yang lain tak terpisahkan karena
berfungsi untuk menentukan kehidupan jangka panjang perusahaan yang terangkum dalam visi
dan misi. Selain itu, dipergunakan sebagai analisis kemampuan perusahaan disesuaikan dengan
ketersediaan sumber daya internal dan eksternal. Kemampuan perusahaan menganalisis isu
strategis akan menjadikan perusahaan tersebut mampu mengatasi permasalahan internal dan
eksternal dan mampu berkompetisi dengan perusahaan lain.

Peran manajemen puncak dan kerja sama di antara para stakeholder, karyawan menjadi


sangat penting sebagai fungsi internal perusahaan pengambil keputusan strategis untuk masa
depan perusahaan yang berjangka panjang. Rangkaian keputusan serta tindakan akan
menghasilkan rancangan pelaksanaan kegiatan untuk mencapai visi dan misi perusahaan.
Keyakinan perusahaan dan stakeholder bahwa visi dan misi yang menjadi tujuan perusahaan
adalah yang terbaik akan menjadikan perusahaan tesebut mencapai penilaian tertinggi terhadap
keberlanjutan seluruh aktivitas yang melibatkan kolaborasi lingkungan internal dan eksternal
secara ideal. Pemutakhiran seluruh aspek yang berhubungan dengan aktivitas perwujudan visi
dan misi harus selalu dilaksanakan sehingga dengan berbagai isu yang berkembang seiring
semakin banyaknya pesaing bisnis menjadikan perusahaan tetap mampu menjalankan
pencapaian tujuan utama perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori berlian porter

Teori Porter tentang daya saing nasional berangkat dari keyakinannya bahwa teori
ekonomi klasik yang menjelaskan tentang keunggulan komparative tidak mencukupi, atau
bahkan tidak tepat. Menurut Porter, suatu negara memperoleh keunggulan daya saing /
competitive advantage (CA) jika perusahaan (yang ada di negara tersebut) kompetitif. Daya
saing suatu negara ditentukan oleh kemampuan industri melakukan inovasi dan meningkatkan
kemampuannya. Perusahaan memperoleh (CA) karena tekanan dan tantangan. Perusahaan
menerima manfaat dari adanya persaingan di pasar domestik, supplier domestik yang agresif,
serta pasar lokal yang memiliki permintaan tinggi. Perbedaaan dalam nilai-nilai nasional,
budaya, struktur ekonomi, institusi, dan sejarah semuanya memberi kontribusi pada keberhasilan
dalam persaingan. Perusahaan menjadi kompetitif melalui inovasi yang dapat meliputi
peningkatan teknis proses produksi atau kualitas produk. Selanjutnya Porter mengajukan
Diamond Model (DM) yang terdiri dari empat determinan (faktor – faktor yang menentukan)
National Competitive Advantage (NCA). Empat atribut ini adalah: factor conditions, demand
conditions, related and supporting industries, dan firm strategy, structure, and rivalry.

Factor conditions mengacu pada input yang digunakan sebagai faktor produksi, seperti
tenaga kerja, sumber daya alam, modal dan infrastruktur. Argumen Poter, kunci utama faktor
produksi adalah “diciptakan” bukan diperoleh dari warisan. Lebih jauh, kelangkaan sumber daya
(factor disadvantage) seringkali membantu negara menjadi kompetitif. Terlalu banyak (sumber
daya) memiliki kemungkinan disia-siakan, ketika langka dapat mendorong inovasi.

Demand conditions, mengacu pada tersedianya pasar domestik yang siap berperan
menjadi elemen penting dalam menghasilkan daya saing. Pasar seperti ini ditandai dengan
kemampuan untuk menjual produk-produk superior, hal ini didorong oeh adanya permintaan
barang-dan jasa berkualitas serta adanya kedekatana hubungan antara perusahan dan pelanggan.

Related and Supporting Industries, mengacu pada tersedianya serangkaian dan adanya


keterkaitan kuat antara industri pendukung dan perusahaan, hubungan dan dukungan ini bersifat
positif yang berujung pada penngkatan daya saing perusahaan. Porter mengembangkan model
dari faktor kondisi semacam ini dengan industrial clusters atau agglomeration, yang memberi
manfaat adanya potential technology knowledge spillover, kedekatan dengan dengan konsumer
sehingga semakin meningkatkan market power.

Firm strategy, Structure and Rivalry, mengacu pada strategi dan struktur yang ada pada
sebagian besar perusahaan dan intensitas persaingan pad aindustri tertentu. Faktor Strategy dapat
terdiri dari setidaknya dua aspek: pasar modal dan pilihan karir individu. Pasar modal domestik
mempengaruhi strategi perusahaan, sementara individu seringkali membuat keputusan karir
berdasarkan peluan dan prestise. Suatu negara akan memiliki daya saing pada suatu industri di
mana personel kuncinya dianggap prestisious. Struktur mengikuti strategi. Struktur dibangun
guna menjalankan strategi. Intensitas persaingan (rivalry) yang tinggi mendorong inovasi.

B. KLUSTER BISNIS

Istilah "klaster (cluster)" mempunyai pengertian secara bahasa sebagai kumpulan,


kelompok, himpunan, atau gabungan dari sebuah obyek tertentu yang mempunyai kemiripan
atau atas dasar karakteristik tertentu.  Sekumpulan dari perusahaan dan lembaga-lembaga terkait
dalam bidang tertentu yang berdekatan secara geografis dan saling berhubungan karena
kebersamaan. Klaster sebagai kelompok industri dengan core industry yang saling berhubungan
secara intensif dan membentuk partnership, baik dengan supporting industry maupun related
industry. Klaster industri sebenarnya adalah kelompok industri spesifik yang dikaitkan oleh
jaringan mata rantai, proses penciptaan (peningkatan) nilai tambah, baik melalui hubungan bisnis
maupun non bisnis. Michael Porter pada tahun 1998 mengartikan klaster industri sebagai "a
geographically proximate group of interconnected companies and associated institutions in a
particular field, linked by commonalities and complementarities". Pengelompokan perusahaan
sejenis yang bekerja saling melengkapi dan saling memperkuat terbukti memiliki daya saing
yang tinggi.
Klaster industri sebenarnya adalah kelompok industri spesifik yang dikaitkan oleh jaringan
mata rantai, proses penciptaan (peningkatan) nilai tambah, baik melalui hubungan bisnis maupun
non bisnis. Michael Porter pada tahun 1998 mengartikan klaster industri sebagai "a
geographically proximate group of interconnected companies and associated institutions in a
particular field, linked by commonalities and complementarities". Pengelompokan perusahaan
sejenis yang bekerja saling melengkapi dan saling memperkuat terbukti memiliki daya saing
yang tinggi. Dari pernyataan Disperindag pada tahun 2000 Kelompok industri dengan focal/core
industry yang saling berhubungan secara intensif dan membentuk partnership, baik dengan
supporting industry maupun related industry. Klaster adalah jaringan produksi bagi perusahaan-
perusahaan yang saling bergantung secara erat (termasuk agen yang terspesialisasi), agen
penghasil pengetahuan (perguruan tinggi, lembaga riset, perusahaan rekayasa), lembaga
perantara (broker, konsultan), dan pelanggan yang terkait dalam mata rantai produksi
peningkatan nilai tambah. Dalam kluster industri terdapat 4 komponen yaitu :

1. Support industries
2. Customer industries
3. Core industries
4. Supply industries

Ciri-ciri klaster industri antara lain :


a. Kebersamaan/kesatuan (commonality)
b. Konsentrasi (consentration)
c. Konektivitas (conectivity)

Manfaat klaster industri adalah sebagai berikut :


1. Klaster mampu memperkuat perekonomian local
2. Klaster mampu memfasilitasi reorganisasi industry
3. Klaster meningkatkan networking antar perusahaan
4. Klaster mingkatkan produktivitas dan efisiens
5. Klaster mendorong dan mempermudah inovasi

Kemudian juga terdapat kunci strategi klaster, yaitu :


a. Mobilisasi
b. Diagnosa
c. Strategi kolaborasi
d. Implementasi
e. Penilaian

Dalam kluster juga terdapat pelaku industri, ada 2 macam yaitu :

a) Perusahaan yang bergerak dalam industri inti


b) Perusahaan yang tergolong dalam industri pendukung meliputi industri pemasok bahan
baku, industri lanjutan dari industri inti

Berikut merupakan alur awal dari strategi dalam kluster industri :


Kluster embrio -> Kluster tumbuh -> Kluster dewasa -> Kluster menurun
Aglomerasi
            Aglomerasi adalah konsentrasi spasial dari sebuah aktivitas ekonomi di kawasan
perkotaan karena penghematan akibat dari lokasi yang berdekatan (economies of proximity)
yang di asosiasikan dengan kluster spasial dari perusahaan para pekerja dan konsumen. Dalam
aglomerasi terdapat beberapa teori yang menjelaskan terkait dengan aglomerasi industri, yaitu :

a. Teori neo klasik


b. Teori eksternalitas dinamis
c. Teori ekonomi geografi baru
d. Teori kutub pertumbuhan

Pada teori neoklasik aglomerasi muncul karena para pelaku ekonomi berupaya
mendapatkan penghematan aglomerasi. Baik karena penghematan lokasinya ataupun
penghematan urbanisasi, dengan mengambil lokasi yang saling berdekatan satu sama lain. Teori
neoklasik ini juga menggambarkan jumlah dan tipe kota tetapi tidak menunjukkan lokasinya.
Ekonomi eksternal yang mendorong akan adanya aglomerasi masih dianggap sebagai misteri.
Teori eksternalitas dinamis merupakan kedekatan geografis yang memudahkan untuk melakukan
transmisi ide. Selain itu juga memberikan cara untuk bagaimana membentuk kota serta mengapa
alasan kota tersebut tumbuh. Sedangkan pada teori ekonomi geografi baru berupaya untuk
menurunkan efek-efek aglomerasi dari interaksi antara besarnya pasar, biaya transportasi dan
increasing return dari perusahaan.
Kemudian, pada teori kutub pertumbuhan dalam poses pembangunan akan timbul
industri unggulan yang merupakan industri penggerak utam dalam pembangunan suatu daerah.
Pemusatan industri pada sebuah daerah juga akan mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Perekonomian merupakan gabungan antara sistem industri yang relatif aktif (industri unggulan)
dengan industri yang relatif pasif.

Manfaat dari aglomerasi industri, yaitu :

1. Mengurangi pencemaran atau kerusakan lingkungan


2. Mengurangi kemacetan di perkotaan
3. Memudahkan pemantauan dan pengawasan
4. Dapat menekan biaya transportasi
5. Tidak mengganggu rencana tata ruang

Dari pernyataan Disperindag pada tahun 2000 Kelompok industri dengan focal/core industry
yang saling berhubungan secara intensif dan membentuk partnership, baik dengan supporting
industry maupun related industry. Klaster adalah jaringan produksi bagi perusahaan- perusahaan
yang saling bergantung secara erat (termasuk agen yang terspesialisasi), agen penghasil
pengetahuan (perguruan tinggi, lembaga riset, perusahaan rekayasa), lembaga perantara (broker,
konsultan), dan pelanggan yang terkait dalam mata rantai produksi peningkatan nilai tambah.
Dalam kluster industri terdapat 4 komponen yaitu :

a. Support industries
b. Customer industries
c. Core industries
d. Supply industries

C. Co. competition

Coopetition atau co-opetition (kadang-kadang disebut coopertition atau co-opertition)


adalah neologisme yang diciptakan untuk menggambarkan kompetisi kooperatif. Coopetition
adalah kolaborasi dan kompetisi, yang menekankan “petisi” -seperti sifat kerja sama. Prinsip
dasar struktur co-opetitive telah dijelaskan dalam teori permainan, yaitu dalam Theory of
Games and Economic Behavior  John Forbes Nash (1944) pada permainan non-kooperatif.
Dalam bahasa Indonesia, Coopetition diterjemahkan menjadi Koopetisi. Yaitu strategi
perusahaan modern yang menggabungkan kompetisi dan kerjasama dimana dua atau lebih
organisasi bersaing dan bekerjasama untuk menciptakan nilai sekaligus bersaing untuk
mendapatkan nilai yang lebih besar (Brandeburger dan Nalebuff, 1997:18). Padula dan Dagnino
(2007) dalam Rusko (2008) memperkenalkan gagasan koopetisi sebagai sintesis dua paradigma :
“Gangguan persaingan dalam Struktur permainan kooperasi ” yang mengklaim bahwa koopetisi
memberikan pandangan yang lebih realistis dari terungkapnya hubungan kerjasama (kooperasi).
Koopetisi adalah strategi bisnis berbasis pada kombinasi kerja sama dan kompetisi, berasal dari
pemahaman bahwa pesaing bisnis bisa mendapatkan keuntungan dan menciptakan nilai-nilai
ketika mereka bekerja bersama-sama. Model bisnis koopetisi didasarkan pada teori permainan,
yang merupakan pendekatan ilmiah (dikembangkan selama Perang Dunia Kedua) untuk
memahami berbagai strategi dan hasil melalui permainan yang dirancang secara khusus.
(Mongkhonvanit, 2012:85)

Lado, Boyd dan Hanlon (1997) dalam Yami et al (2010:44) menjelaskan koopetisi
sebagai hubungan antara dua perusahaan berdasarkan kerjasama untuk mengembangkan produk
baru dan menciptakan nilai dan kemudian kompetisi untuk mendapatkan bagian dari
memasarkan dan mendistribusikan kembali nilai yang telah dibuat.
Bengston dan Kock (2000) berpendapat bahwa satu hubungan tunggal dapat terdiri dari
kerjasama dan kompetisi dimana perusahaan dapat bersaing dan bekerja sama secara bersamaan.
Jika kedua unsur kerjasama dan kompetisi dapat terlihat, hubungan antara pesaing dikatakan
sebagai koopetisi. Lebih lanjut Bengston dan Kock (2000) mengemukakan tiga tipe hubungan
yang bersifat koopetisi yaitu: cooperation-dominated relationship, equal-dominated
relationship, dan competition-dominated relationship. Menurut Bigliardi et al (2011) koopetisi
memiliki empat keuntungan dan manfaat sebagai berikut:

Synergistic Effect (Efek Sinergis)


Kerjasama antara perusahaan besar dan kecil dapat membangun jaringan strategis
sehingga mencapai efek sinergi terkait pengetahuan produksi. Manfaat sinergi sering menjadi
dasar keunggulan kompetitif yang dapat diperoleh hanya melalui berbagi pengalaman,
keterampilan kewirausahaan dan manajemen, budaya dan semangat inisiatif, pengetahuan, proses
produksi yang efisien atau jaringan distribusi.

Specialization (Spesialisasi)
Model koopetisi menyediakan perusahaan dengan manajemen khusus, keterampilan
pemasaran, serta memfasilitasi akses ke teknologi dan penerapan paten dan merek dagang.

Advantage of Scales (Keuntungan Skala)


Ketika sebuah organisasi telah mencapai supremasi dari waktu ke waktu atas pesaingnya,
organisasi dapat mengambil manfaat dari keuntungan biaya melalui skala ekonomi, kekuatan
pasar dan manfaat yang diperoleh dari pengalaman perusahaan.

Risk Reduction (Pengurangan Resiko)


Banyak perusahaan mengembangkan aliansi dan jaringan untuk mengurangi ancaman yang
dibuat oleh pesaing lainnya dalam proses untuk mencapai diversifikasi sumber daya dan pasar.
Untuk menghilangkan ancaman itu, perusahaan dapat bekerja sama untuk menyebar risiko.

Bradenburger dan Nalebuff (1997) menggambarkan koopetisi sebagai bagian permainan bisnis
yang berkaitan dengan penciptaan dan pemberdayaan nilai. Secara skematis keseluruhan
skenario permainan bisnis digambarkan dalam sebuah alat yang dinamakan jaring nilai (value
net).
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

     Definisi Pembuatan Kebijaksanaan Negara sebagai keseluruhan proses yang menyangkut


pengartikulasian dan pendefinisiaan masalah, perumusan kemungkinan-kemungkinan
pemecahan masalah dalam bentuk tuntutan-tuntutan politik, penyaluran tuntutan-tuntutan
tersebut ke dalam sistem politik, pengupayaan pemberian sanksi-sanksi atau legitimasi dari arah
tindakan yang dipilih, pengesahan dan pelaksanaan implementasi, monitoring dan peninjauan
kembali (umpan balik).
Terdapadat beberapa teori pengambilan keputusan yang dianggap paling sering dibicarakan
dalam pelbagai kepustakaan kebijakan negara diantaranya ; Teori Rasional Komprehensif, Teori
Inkremental, Teori Pengamatan Terpadu (Mixed Scanning Theory    Menurut konsepsi
Anderson, nilai-nilai yang kemungkinan menjadi pedoman perilaku para pembuat keputusan

B. SARAN

Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak
sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas. 
DAFTAR PUSTAKA

https://sharingaddicted.com/coopetition-dan-teori-permainan/

Anda mungkin juga menyukai