PERUSAHAAN MULTINASIONAL
Disusun Oleh:
Kelompok 11
Dosen Pengampu:
Chici Rima Putri Pratama, M.E
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat meyelesaikan makalah Ekonomi Moneter yang berjudul
“Pergerakan Sumber Daya Internasional dan Perusahaan Multinasional”
Adapun tujuan dari penulisan makalah adalah untuk memenuhi tugas Ibu Chici
Rima Putri Pratama,M.Epada mata kuliah Ekonomi Internasioanl. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Pergerakan Sumber
Daya Internasional dan Perusahaan Multinasional dalam Ekonomi Internasional
bagi para pembaca dan juga bagi kami sebagai penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Chici Rima Putri Pratama,M.E
selaku dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Internasional yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni.
Kelompok 11
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................5
C. Tujuan Makalah....................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................6
A. Arus Modal Internasional......................................................................6
1. Pengertian Arus Modal Internasional..............................................6
2. Sifat Arus Modal Internasional.......................................................6
3. Motif Arus Modal............................................................................7
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi Portopolio
Internasional....................................................................................7
B. Penanaman Modal Asing dan Kesejahteraan........................................8
1. Motif-Motif Penanaman Modal Asing............................................8
2. Dampak-Dampak Kesejahteraan Dari Arus Modal Internasional
11
C. Perusahaan Multinasional....................................................................16
1. Sebab-Sebab Kehadiran Perusahaan Multinasional......................17
2. Dampak Perusahaan Multinasional...............................................20
3. Dampak Negatif Perusahaan Multinasional..................................22
4. Contoh Perusahaan Multinasional yang Ada di Indonesia ...........23
3
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Dalam beberapa hal, perdagangan internasional dan pergerakan sumber-sumber
daya produktif sesungguhnya dapat dipandang sebagai subtitusi, dimana yang satu
dapat menggantikan atau mendukung yang lain. Sebagai contoh, sebuah negara
yang memiliki modal melimpah namun terbatas namun terbatas sumberdaya tenaga
kerjanya, seperti Amerika Serikat, dapat mengekspor komoditi padat modal , atau
mengekspor modal itu sendiri. Di sisi lain, Amerika Serikat akan mengekspor
produk-produk padat karya, atau mendatangkan faktor-faktor produksinya seperti
membuka pintu bagi masuknya para pekerja dari negara-negara lain dimana faktor
produksi tenaga kerjanya melimpah sama halnya dengan perdagangan internasional,
pergerakan sumber-sumber daya produktif dari negara atau tempat-tempat yang
memilikinya dalam jumlah yang relatif melimpah (sehingga harga atau imbalan bagi
faktor produksi yang bersangkutan relatif rendah) ke negara-negara yang relatif
miskin dengan sumber daya tadi (sehingga harga/imbalannya tinggi) dan akan
senantiasa berlangsung sehingga dalam jangka panjang pergerakan faktor produksi
antatr negara itu akan menyamakan harga faktor-faktor produksi tersebut secara
internasional, dan selanjutnya akan meningkatkan kesejahteraan bagi semua pihak
yang terlibat secara keseluruhan.
Wujud intgrasi nasional memang tidak semata-mata berupa pertukaran barang
dan jasa antar negara saja, namun juga perpindahan internasional dari faktor-faktor
produksi, yang biasa disebut sebagai perpindahan faktor. Pada dasarnya, landasan
pokok bagi berlangsungya arus perpindahan faktor internasional tersebut tidak
berbeda dengan prinsip perdagangan barang-barang dan jasa antar negara.
4
Perdagangan Internasional dan pergerkan faktor-faktor produksi masing-
masing menimbulkan berbagai dampak ekonomi yang berbeda terhadap negara-
negara yang terkait. Walaupun terdapat kesamaan konsep ekonomi yang mendasar
antara perdagangan (barang dan jasa) serta perpindahan faktor, terdapat perbedaan –
perbedaan yang cukup besar diantara keduanya dalam konteks politik. Negara yang
berkelimpahan tenaga kerja mungkin harus mengimpor barang-barang padat modal
atau dalam keadaan yang lain ia akan berusaha memperoleh modal dengan menarik
pinjaman dari luar negeri.
Sementara itu, negara yang berkelimpahan modal mungkin mengimpor barang-
barang padat karya atau mempekerjakan tenaga kerja migran. Suatu negara yang
terlalu kecil untuk untuk membuat aneka produk yang membutuhkan skala
ekonomis atau unit usaha yang cukup besar mungkin akan mengimpor barang-
barang atau produk tersebut dari perusahaan-perusahaan besar luar negeri yang
memiliki keunggulan untuk memproduksinya atau mengijinkan barang-berang
tersrbut diproduksi oleh anak atau cabang dari perusahaan-perusahaan tersebut.
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan Makalah
5
3. Untuk mengetahui sebab-sebab kehadiran perusahaan Internasional dan
dampaknya.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Salvatore, (1996), Ekonomi Internasional (edisi kelima), Jakarta, Erlangga.
6
Secara umum arus modal internasional ini dapat bersifat sebagai berikut :
a. Partofolio Invesmen
Yaitu arus modal internasional dalam bentuk asset-aset financial, seperti
saham (Stock), obligasi (Bond) dan commercial paperlain. Arus
Partofolio saat ini paling cepat dan paling banyak mengalir keseluruh
penjuru dunia melalui pasar uang dan pasar modal dipusat pusat
keuangan seperti di New York , London, Paris, Frankfur, Tokyo,
Hongkong, Singapura.
b. Direct Invesment
Yaitu Investasi Riil dalam bentuk pendirian perusahaan , pembangunan
pabrik, pembelian barang modal , tanah , dan bahan baku , dan persediaan,
dimana investor terlibat langsung dalam menejemen perusahaan dan
mengontrol penanaman modal tersebut.
a. Investasi Portofolio
b. High Return
Yaitu mencari return yang lebih tinggi, yaitu sesuai dengan teori H-O, suatu
negara akan membeli saham atau obligasi dari perusahaan yang berada di
negara lain yang memberikan pengembalian tertinggi
c. Risk Diversification
d. Diversifikasi resiko, hal ini sesuai dengan portofolio teori, yang
menyatakan bahwa investasi di berbagai negara akan menghasilkan return
tertentu dengan resiko yang lebih kecil, atau return yang lebih tinggi dapat
dihasilkan dengan risiko tertentu
7
Keinginan investor individu atau institusi untuk melakukan investasi portofolio
asing langsung disuatu negara dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut :
a. Tarif pajak atas bunga atau dividen, investor umumnya lebih suka
melakukan investasi pada negara yang tarif pajak atas pendapatan bunga
atau dividen relatif rendah. Investor akan menilai potensi laba setelah
pajak dari investasi pada sekuritas asing.
b. Tingkat bunga, investasi portofolio juga dipengaruhi tingkat bunga. Uang
cenderung mengalir ke negara yang tingkat bunganya tinggi, selama mata
uang domestik diperkirakan tidak melemah.
c. Kurs mata uang, ketika para investor berinvestasi dalam sekuritas dinegara
asing, tingkat pengembalian mereka dipengaruhi oleh perubahan nilai
sekuritas dan perubahan nilai tukar dari satuan mata uang sekuritas
tersebut. Jika mata uang negara setempat diperkirakan akan menguat,
investor asing mungkin akan berinvestasi dalam sekuritas negara tersebut
untuk mendapatkan manfaat dari pergerakan kurs. Sebaliknya jika mata
uang negara setempat diperkirakan melemah, investor asing mungkin akan
membeli sekuritas di negara lain.2
2
Salvatore “Perekonomian Indonesia”. Jakarta. Erlangga.1996.
8
memiliki orientasi internasional (baik itu karena ia giat mengadakan ekspor atau
memiliki fasilitas produksi di negara lain) biasanya memiliki tingkat laba yang lebih
tinggi, dan variabilitas atau gejolak labanya itupun lebih rendah (artinya lebih stabil)
daripada perusahaan-perusahaan domestik murni.
Alasan-alasan diatas sesungguhnya sudah memadai untuk menjelaskan
terjadinya investasi secara umum. Namun untuk memahami berlangsungnya
investasi langsung dalam kenyataan sehari-hari, kita juga dituntut untuk menjawab
satu pertanyaan lagi yang memang belum dapat dijawab berdasarkan penjelasan
diatas. Alasan-alasan yang telah disebutkan sebelumnya belum dapat menjelaskan
mengapa penduduk di suatu negara menanamkan modalnya di suatu negara secara
langsung (misalnya dengan mendirikan pabrik) diluar negeri, sedangkan dalam
waktu yang bersamaan mereka menerima masuknya modal asing dari negara lain.
Mengapa mereka tidak menanamkan modalnya atau membuka pabrik didalam
negerinya sendiri ? bukankah itu akan lebih baik karena penduduk disuatu negara
tentunya adalah mereka yang paling mengetahui kondisi dinegara yang
bersangkutan, dan mereka pula yang mengetahui keuntungan kompetitif yang
terkandung dalam perekonomiannya sendiri. Ada beberapa hal yang bisa
dikemukakan untuk menjelaskan hal tersebut. Salah satu diantaranya yang paling
penting adalah banyak perusahaan-perusahaan besar (biasanya yang bergerak dalam
pasar-pasar monopolistik dan oligopolistik) memiliki pengetahuan produksi atau
keterampilan manajerial yang unik yang akan dapat dimanfaatkan untuk mencetak
keuntungan lebih besar jika keunggulannya itu diterapkan di luar negri.
Dorongan untuk beroperasi ke luar menjadi besar, karena pasar domestik sudah
mereka kuasai. Dalam situasi seperti itulah, sebuah perusahaan akan melakukan
penanaman modal asing secara langsung dinegara lain. Langkah ini melibatkan
integrasi horizontal (horizontal integration) atau perluasan kegiatan produksi ke
wilayah yang lebih luas. Apa yang telah diproduksikan di dalam negri, juga hendak
diproduksikan diluar negeri. Sebagai contoh, IBM memiliki teknologi komputer
yang sangat canggih yang bisa dimanfaatkannya untuk mencetak keuntungan besar
9
disetiap tempat dimana ia beroprasi. Namun jika teknologi itu dikembangkan terus
didalam negeri, maka resiko pemalsuan atau duplikasi akan meningkat (karena
banyak perusahaan lain yang memiliki pengetahuan dasar dibidang teknologi
komputer).
Seandainya perluasan produksi itu dilakukan ke negara lain, maka risiko
duplikasi tersebut semakin berkurang, karena kemampuan teknologi dinegara yang
bersangkutan tentunya belum ada, atau kalaupun ada tidak setinggi di Amerika.
Karena teknologi itu sangat mahal, maka IBM tidak ingin menerbitkan lisensi untuk
produsen asing yang ingin memanfaatkan teknologi tersebut. Singkatnya, IBM ingin
memepertahankan rahasia dan hak paten teknologinya itu demi memastikan
terciptanya kualitas produk barang dan jasa yang konsisten.
Sekalipun IBM bersedia menegosiasikan penerbitan lisensi untuk pemakaian
teknologi tadi, kemajuan teknologi komputer yang demikian pesat akan membuat
suatu teknologi yang hari ini sangat canggih menjadi tertinggal esok hari. Dalam
situasi seperti ini, pilihan terbaik bagi IBM untuk memperluas operasi bisnisnya
adalah dengan mengadakan penanaman modal asing secara langsung ke negara-
negara lain. Situasi serupa juga dihadapi oleh Xerox, Gillette, Toyota, dan berbagai
perusahaan multinasonal yang berukuran raksasa lainnya. Hal tu pulalah yang
menjadi motif bagi berlangsungnya investasi secara langsung dua arah dalam
sektor-sektor industri manufaktur diantara sesame negara industri maju.
Alasan penting lainnya bagi sebuah perusahaan untuk mengadakan penanaman
modal asing secara langsung adalah memperoleh kontrol atas jalur pasokan bahan-
bahan mentah atau komoditi primer yang mereka butuhkan diluar negeri.
Seandainya mereka dapat menguasai jalur pasokan itu, maka mereka akan
memperoleh suplai bahan mentah secara kontinyu dengan harga yang relatif murah.
Itulah yang biasa disebut sebagai integrasi vertical (vertical integration) yang
merupakan bentuk dari sebagian besar penanaman modal asing langsung negara-
negara berkembang dan sejumlah negara maju yang kaya dengan bahan tambang.
10
Alasan lain yang masih melatar belakangi terjadinya penanaman modal asing
langsung adalah untuk menghindari tarif impor dan berbagai bentuk restriksi atau
hambatan perdagangan lainnya yang diterapkan oleh pemerintah negara-negara
tertentu terhadap komoditi impor, atau untuk memanfaatkan penawaran subsidi
yang sengaja dilakukan oleh pemerintah sejumlah negara dalam rangka memikat
investasi dari luar negeri. Contoh investasi asing dalam rangka menghindari tarif
atau hambatan-hambatan perdagangan itu adalah penanaman modal asing langsung
secara besar-besaran yang dilakukan oleh perusahaan Amerika Serikat dan negara-
negara Uni Eropa yang bergerak dibidang manufaktur keberbagai negara
berkembang. Sedangkan contoh investasi langsung yang bertujuan untuk memanfaat
subsidi pemerintah ahdalah penanaman modal asing yang terjadi di sebagian besar
kawasan dunia ketiga yang tengah mengalami kemerosotan ekonomi (sehinggga
sangat membutuhkan investasi asing). Tanpa adanya insentif atau tawaran subsidi
itu, negara-negara berkembang yang bersangkutan memang sulit mendapatkan
investasi langsung dari luar negeri. Alasan atau motif-motif berikutnya bagi
dilakukannya penanaman modal asing secara langsung untuk memasuki suatu pasar
oliogopolistik diluar negeri, untuk membeli suatu perusahaan tertentu yang dimasa
mendatang berpotensi menjadi menjadi pesaing, dan mencegah tertutupnya akses
pasar disuatu negara yang bersangkutan. Alasa terakhir inilah yang sering sekali
mendorong perusahaan-perusahaan multinasional raksasa untuk memasuki daerah-
daerah baru, yakni karena mereka ingin memanfaatkan sumber- sumber pembiayaan
yang tersedia.
11
sebesar OO’ dari seluruh cadangan modal itu, sebagian diantaranya yakni
sebanyak OA, dimiliki oleh negara 1, sedangkan sisanya yakni O’A
dimiliki oleh negara 2. Kurva-kurva VMPK1 dan VMPK2 menunjukkan
nilai produk marginal modal di negara 1 dan di negara 2. Hal itu berlaku
untuk setiap tingkatan investasi. Dalam kondisi kompetitif (antara terjadi
persaingan penuh diantara unit-unit ekonomi yang ada), nilai produk
marginal tersebut merupakan tingkat hasil atau keuntungan yang
dibuahkan oleh modal itu. Sedangkan dalam kondisi isolasi (tidak ada
perdagangan), negara 1 akan menanamkan modalnya sebanyak OA di
dalam negeri dan tingkat hasil yang akan diperolehnya adalah sebanyak
OC.
Total produk yang akan diperoleh (diukur berdasarkan luas wilayah atau
bidang yang berada dibawah kurva nilai produk marginal) sama dengan
OFGA. Sebagian diantaranya yakni sebanyak OCGA, akan diterima oleh
para pemilik modal di negara 1 sedangkan sisanya yakni sebanyak CFG
akan diterima oleh para pemilik faktor produksi lainnya (tenaga kerja dan
tanah). Demikian pula, dalam kondisi isolasi negara 2 akan
menginvestasikan seluruh modalnya sebanyak O’A di dalam negeri yang
akan memberinya tingkat hasil O’H. Total produknya sama dengan
O’JMA. Sebagian dintaranya, yakni O’HMA, akan diterima oleh para
pemilik modal di negara 2, sedangkan sisanya yakni sebanyak HJM, akan
diterima oleh pemilik faktor-faktor produksi lainnya.
Sedangkan kita asumsikan saja bahwa kedua negara tersebut mengadakan
hubungan ekonomi (perdagangan dan atau investasi internasional)
sehingga berlangsunglah pergerakan modal dintara keduanya. Karena
tingkat hasil di negara 2 (O’H) lebih tinggi daripada yang terdapat di
negara 1 (OC), maka sebagian modal di negara 1 akan berpindah ke
negara 2 (sebanyak AB), dan perpindahan modal ini lambat laun akan
menyamakan tingkat hasil modal di kedua negara tersebut sebesar BE
12
(=ON=O’T). Total produksi dosmetik di negara 1 berubah menjadi OFEB.
Namun karena sebagian modalnya berada di negara lain, maka hasil
investasi diluar negeri itu juga harus ditambahkan, yakni sebanyak ABER,
sehingga total pendapatan nasional negara 1 adalah OFERA. Tingkat
produksi itu lebih tinggi ketimbang yang ada sebelum berlangsungnya
investasi antar negara tersebut. Berkat perpindahan sebagian modalnya ke
negara lain yang tingkat hasilnya lebih tinggi, maka total pendapatan
nasional negara 1 meningkat sebanyak ERG. Disamping itu berkat adanya
arus modal internasional secara bebas tersebut, total tingkat hasil modal di
negara 1 meningkat memjadi ONRA, sedangkan tingkat hasil bagi faktor-
faktor produksi lainnya menjadi NFE.
Arus masuk modal ke negara 1 sebanyak AB ke negara 2 akan
menurunkan tingkat hasil modal di negara itu dari O’H menjadi O’T.
Karena modalnya kini lebih banyak, maka total domestik di negara 2 akan
bertambah dari O’JMA menjadi O’JEB.
Berdasarkan sudut pandang dunia (yakni jika kedua negara tersebut
digabung), maka total produksi meningkat dari OFGA + O’JEB, atau
bertambah ERG + ERM = EGM. Dengan demikian terjadinya arus modal
internasional tersebut meningkatkan efisiensi alokasi sumber daya secara
internasional dan memperbesar output dunia, serta sekaligus
meningkatkan kesejahteraan bagi kedua negara yang terkait.
13
kerja dinegara sumber investasi mengalami penurunan. Jadi meskipun
negara sumber investasi itu secara keseluruhan memperoleh keuntungan
dari berlangsungnya transfer modal kenegara lain, ada sebagian warga
(yakni para pekerja) yang mengalami kerugian. Itu berarti transfer modal
tadi juga mengakibatkan redistribusi pendapatan domestik dari para
pemilik faktor produksi tenaga kerja buruh diberbagai negara sumber
investasi, seperti di Amerika Serikat, acapkali menentang dilakukakannya
investasi oleh perusahaan-perusahaan amerika serikat ke luar negeri.
Dilain pihak, reditribusi pendapatan domestik juga terjadi di negara tuan
rumah atau penerima investasi itu. Meskipun negara penerima investasi
secara keseluruhan diuntungkan oleh adanya modal dari negara lain,
namun adapula sebagian warganya yang mengalami kerugian, yakni para
pemilik modal (krena hasil tingkat modal domestik menjadi berkurang
setelah masuknya modal asing itu). Jika asumsi pengerahan sumber daya
secara penuh (full employment) kita tinggalkan, maka dari sisi lain
cederung meningkatkan kebutuhan tenaga kerja dinegara penerima
invesatsi. Dalam kalimat lain, tenaga kerja dinegara sumber investasi akan
dirugikan sedangkan tenaga kerja dinegara penerima investasi
diuntungkan.
Transfer modal internasional juga mempengaruhi rencana pembayaran
kedua negara tersebut. Pada dasarnya, neraca pembayaran suatu negara
mengitung total penerimaan suatu negara dari negara-negara lain dan total
pembayaran atau pengeluarannya kepada negara-negara lain. pada saat
suatu negara menerima investasi dari negara lain, maka pengeluaran luar
negeri bagi negara sumber investasi akan menurun sehinggga ia akan
mengalami defisit neraca pembayaran (kelebihan pengeluaran luar negeri
dan penerima luar negeri). Dalam kenyataannya, lonjakan investasi
mancanegara memang merupakan salah satu penyebab besarnya defisit
pembayaran neraca Amerika Serikat selama dasawarsa 1960an sehinggga
14
hal ini mendorong pemerintah Amerika Serikat untuk membatasi arus
keluar modal kenegara-negara lain pada periode antara tahunn 1965
hingga tahun 1974. Di pihak lain, memburuknya neraca pembayaran
negara yang menerima investasi dari negara lain.
Meskipun demikian, defisit neraca pembayaran yang dialami oleh negara
sumber investasi itu tidak berlangsung lama. Meskipun pada awalnya
transfer modal dan meningktnya pengeluaran luar negeri akan
menciptakan defisit, namun peningkatan ekspor barang-barang modal,
suku cadang dan berbagai produk pendukung lainnya ke negara penerima
investasi, akan menciptakan pemasukan sehingga defisit neraca
pembayaran negara sumber investasi itu akan berkurang, atau bahkan
lenyap (bisa pula menjadi surplus). Diperkirakan bahwa periode
pengembalian transfer modal itu belangsung antara 5 hingga 10 tahun
(rata-rata).
Dampak kesejahteran yang penting lainnya dari berlangsungnya
penanaman modal asing baik bagi negara sumber investasi maupun negara
penerima investasi bertolak dari tingkat perpajakan dan tingkat hasil
modal di masing-masing negara. Dengan demikian, jika pajak perusahaan
yang ditetapkan oleh pemerintah Amerika Serikat 48% sedangkan
pemerintah swiss hanya memungut 40%, maka adalah wajar seandainya
perusahaan-perusahaan Amerika Serikat berbondong-bondong
menanamakan modalnya di swiss atau mengubah letak pijakan ekspornya
disalah satu cabang atau anak perusahaannya di luar negeri, agar mereka
dapat menghemat pengeluaran pajak. Secara relatif, peruahaan-perusahaan
itupun memperoleh peningkatan kesejahteraan. Namun karena sebagian
negara, termasuk Amerika Serikat, sudah menjadi pihak atau
penandatanganan perjanjian pencegahan pajak ganda, maka pihak negara
asal investasi menjadi lebih dirugikan. Sebagai contoh, dalam kasus tadi,
pemerintah Amerika Serikat hanya dapat memungut pajak sebesar 8%
15
(karena 40% pajak sudah disetorkan oleh pemerintah asing, dalam hal ini
pemerintah swiss). Jadi, jelas bahwa transfer modal internasional itu
cenderung menurunkan penerimaan pajak bagi pemerintah negara sumber
penerima investasi, dan disisi lain cederung memperbesar pemasuk pajak
bagi pemeritah dinegara penerima investasi.
Sehubungan dengan tingginya pengaruh investasi asing terhadap output
dan volume perdagangan di negara sumber investasi dan negara penerima
investasi, maka transfer modal international juga cederung mempengaruhi
nilai tukar perdagangan mereka. Meskipun demikian, sejauh mana nilai
tukar perdagangan itu akan berubah akibat adanya transfer modal, turut
ditentukan oleh berbagai kondisi lainnya dikedua negara, dan mana yang
dominan ternyata berbeda dari satu kasus ke kasus lainnya. Penanaman
modal asing juga dapat mempengaruhi tingkat kemajuan teknologi yang
ada dinegara sumber investasi maupun dinegara penerima invetasi. Lebih
jauh, investasi asing itu juga mempengaruhi kemampuan pemerintah
disuatu Negara (khususnya negara penerima investasi) dalam
mengendalikan perekonomian nasionalnya dan kemampuannya dalam
memberlakukakan kebijakan ekonomi secara independen.
C.Perusahaan Multinasional
16
perdagangan intra perusahaan (yakni perdagangan yang berlangsung antara
perusahaan induk dengan cabang-cabang perusahannya yang tersebar di berbagai
negara) mencapai 25% dari seluruh nilai perdagangan manufaktor di dunia. Beberapa
perusahaan maltinasional, seperti General Motor dan Exxon benar-benar berukuran
raksasa dan nilai penjualan tahunannya mencapai puluhan miliar dolar. Perusahaan
multinasional menguasai sejumlah besar perusahaan yang tersebar di berbagai negara,
baik negara maju maupun negara berkembang. Perusahaan multinasional kadangkala
sekedar menghimpun dana untuk keperluan perluasan anak-anak perusahaannya
dimana di negara dimana anak-anak perusahaan tersebut beroperasi, sebagai
alternatif dari perluasan operasi bisnis dari perusahaan induk di negara asalnya
sendiri.
17
jumlah yang nyaris tidak terbatas sehingga kemampuan mereka menyelenggarakan
proyek-proyek berskala besar sangat sulit ditandingi.
18
pabrik di salah satu negara yang paling banyak memberikan insentif, baik itu berupa
pembebasan pajak, subsidi, kemudahan akses perdagangan, dsb.
Semua faktor itulah yang menjadikan perusahaan begitu unggul dan sulit untuk
disaingi oleh perusahaan nasional, apalagi yang berasal dari Negara-negra
berkembang. Faktor-faktor itu pula yang dapat menjelaskan terjadinya proliferasi atau
19
pembiakan jumlah serta lonjakan peranan perusahaan multinasonal dalam
perekonomian internasional dewasa ini.
20
pada akhirnya nanti dapat dimanifestasikan dan diajarkan kepada
pengusaha-pengusaha domestik.
d. Dampak positif keempat adalah, perusahaan multinasional juga berguna
untuk mendidik para manajer local agar mengetahui strategi dalam rangka
membuat relasi dengan bank-bank luar negeri, mencari alternative
pasokan sumber daya, serta memperluas jaringan-jaringan pemasaran
sampai ke tingkat internasional.
e. Dampak positif kelima adalah, perusahaan multinasional akan membawa
pengetahuan dan teknologi yang tentu saja dinilai sangat maju dan maju
oleh Negara berkembang mengenai proses produksi sekaligus
memperkenalkan mesin-mesin dan peralatan modern kepada Negara-
negara dun ia ketiga.
Selain dampak positif yang telah dikatakan diatas, tentu saja dalam pelaksanaan
kegiatan ekonominya, perusahaan multinasional juga mempunyai dampak negatif
yang terjadi pada Negara tamu. Pada umumnya pasar yang menjadi sasaran
pemasaran perusahaan multinasional ini memang adalah Negara-negara yang
notabenenya adalah Negara-negara yang sedang berkembang atau Negara-negara
dunia ketiga. Hal ini mereka lakukan karena Negara-negara dunia ketiga ini dinilai
belum mempunyai perlindungan yang baik atau belum mempunyai “kekuatan” yang
cukup untuk menolak “kekuatan” daripada perusahaan-perusahaan raksasa
multinasional ini sehingga bukan tidak mungkin mereka bisa melakukan intervensi
terhadap pemerintahan yang dilangsungkan oleh Negara yang bersangkutan, atau
dengan kata lain Negara-negara ini menghadapi dilema di mana sebagian besar
negara terlalu lemah untuk menerapkan prinsip aturan hukum, dan juga perusahaan-
perusahaan raksasa ini sangat kuat menjalankan kepentingan ekonomi untuk
keuntungan mereka sendiri.
21
mereka hanya tertuju kepada upaya maksimalisasi keuntungan atau tingkat hasil
finansial atas setiap sen modal yang mereka tanamkan. Perusahaan-perusahaan multi
nasional ini senantiasa mencari peluang ekonomi yang paling menguntungkan, dan
mereka tidak bisa diharapkan untuk memberi perhatiam kepada soal-soal kemiskinan,
ketimpangan pendapatan dan lonjakan pengangguran. Pada umumnya, perusahaan-
perusahaan multinasional hanya sedikit memperkerjakan tenaga-tenaga setempat.
Operasi mereka cenderung terpusat di sektor modern yang mampu menghasilkan
keuntungan yang maksimal yaitu di daerah perkotaan.
22
b. Mempengaruhi kebijakan moneter negara yang bersangkutan.
c. Budaya konsumsi yang dibawa perusahaan tersebut bisa mengubah
budaya konsumsi konsumen local dan pada akhirnya mematikan unit-unit
usaha tradisional.
d. Dan tentu saja dampak-dampak lainnya masih banyak mengingat masalah
ini adalah masalah yang kompleks. Mulai dari politik yang
mempengaruhinya, belum lagi bidang lainnya yang mempengaruhi dan
dipengaruhi baik di bidang sosial, budaya, pendidikan dan sebagainya.
DUNKIN DONUTS
23
Indonesia[10]. Saat pertama kali Dunkin’Donuts membuka gerai pertamanya di
Indonesia (pada tahun 1980-an), tidak ada reaksi keras dari masyarakat yang
menentang perusahaan tersebut untuk masuk. Masyarakat cenderung menganggap
positif atas upaya perusahaan tersebut dalam memperluas jaringan pasarnya. Mereka
justru cenderung merasa senang atas hadirnya Dunkin’Donuts di Indonesia.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
25
DAFTAR PUSTAKA
Multinasional,http://id.scribd.com/document/500224763/PERGERAKAN-
SUMBER-DAYA-INTERNASIONAL-DAN-PERUSAHAAN-MULTINASIONAL-
TUGAS-KELOMPOK-docx,diakses pada tanggal 22November 2021,pukul:12:01
Putra,Wuriyanto,2011,Ekonomi Internasional,http://agitpraditya.blogspot.com/2011/
04/ekonomi-intenasional-pendahuluan-pada.html?m=1.diakses pada 23
November 2021, pukul:14:10
26
27