Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

EKONOMI INTERNASIONAL

PERDAGANGAN BEBAS, HAMBATAN PERDAGANGAN DAN


LEMBAGA PERDAGANGAN INTERNASIONAL

DOSEN PENGAMPU:

Prof. Dr. Chalid Imran Musa, M.Si

Dwi Anugrah Letari Musa, S.E., MM.

DISUSUN OLEH :

* Nurul Rahmi Fadilla * Rezky Ramadhani

* Nur Dina Amaliah * Muhammad ILham Thamrin

* Putri Alfiana Tinggi * Rahmadani * Farah Ramadhani Taufiq

* Hasriani * Miranda

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


KATA PENGANTAR

                  Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Ekonomi Internasional.
            Semoga makalah ini dapat memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi
Internasional dan menambah pengetahuan serta wawasan mengenai Lembaga
Perdagangan Internasional.
            Kami menyadari bahwasanya makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kami menerima kritik dan saran yang membangun agar makalah kami dapat lebih baik
lagi dimasa mendatang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Makassar, 6 September 2020

Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................

1.1   Latar Belakang.....................................................................................................

1.2   Rumusan Masalah................................................................................................

1.3   Tujuan Penulisan.................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................

Bab 6 Perdagangan Bebas dan Hambatan Perdagangan..............................

2.1 Efek Perdagangan Bebas terhadap Kesejahteraan.......................................

2.2 Pedagangan Bebas, Tarif dan Kouta............................................................

2.3 Dampak Kebijakan Perdagangan Tarif Terhadap Perekonomian.................

2.3.1 Biaya dan Manfaat Tarif..................................................................

2.3.2 Analisis Keseimbangan Umum Terhadap Pemberlakuan Tarif di Negara

Kecil................................................................................................

2.3.3 Tarif Optimum.................................................................................

2.4 Dampak Kebijakan Perdagangan Non-Tarif pada Perekonomian................

2.4.1 Kouta Impor.....................................................................................


2.4.2 Hambatan Non-Tarif Lainnya yang Menghambat Impor..................

2.4.3 Kartel Internasional..........................................................................

2.4.4 Dumping..........................................................................................

2.4.5 Subsidi Ekspor.................................................................................

2.5 Strategi Perdagangan Sederhana untuk Pembangunan : Promosi Ekspor versus

Substitusi Impor..........................................................................................

Bab 7 Lembaga Perdagangan Internasional..................................................

2.1   Perdagangan Internasional...................................................................................

2.2   Kritik Terhadap Teori Perdagangan.....................................................................

2.3   Organisasi Perdagangan Internasional.................................................................

2.4   Putaran-Putaran...................................................................................................

2.5   Perjanjian Perdagangan Internasional..................................................................

BAB III PENUTUP...................................................................................................

3.1   Kesimpulan..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1        Latar Belakang

Selama beberapa dekade terakhir, perekonomian dunia telah menjadi lebih


terhubung melalui ekspansi di bidang perdagangan internasional jasa serta barang
primer dan manufaktur, melalui investasi portofolio seperti pinjaman internasional dan
pembelian saham, dan melalui investasi langsung dari asing. Globalisasi adalah
sebuah proses dimana perekonomian dunia menjadi lebih terintegrasi menuju sebuah
perekonomian global dan meningkatkan pembuatan kebijakan ekonomi global,
misalnya, melalui lembaga internasional seperti World Trade Organization (WTO).

Globalisasi juga mengacu pada timbulnya “Budaya Global” dimana masyarakat


mengonsumsi barang dan jasa yang homogen dimanapun mereka berada dan
menggunakan bahasa ang sama dalam bisnis, dalam hal ini Bahasa Inggris. Perubahan
tersebut memfasilitasi terintegrasinya ekonomi dan pada gilirannya akan
mempromosikan globalisasi. Untuk sebagian orang, kata globalisasi memberi kesan
adanya peluang bisnis yang menarik, keuntungan efisiensi dari perdagangan,
prtumbuhan yang lebih cepat di bidan pengetahuan dan inovasi, serta adanya transfer
pengetahuan ke negara berkembang untuk memfasilitasi pertumbuhan ang lebih cepat.

Sebagian yang lainnya menganggap globalisasi dapat meningkatkan


kekhawatiran akan timbulnya masalah-masalah seperti ketidaksetaraan ang mungkin
akan lebih menonjol di berbagai negara, terjadinya degradasi lingkungan yang akan
lebih cepat, ada dominan internasional oleh negara-negara yang kaya, serta adanya
sebagian daerah dan masyarakat yang mungkin akan tertinggal lebih jauh. Kebijakan
yang tepat dan perjanjian-perjanjian sangat dibutuhkan untuk mencegah terjadinya
masalah.
1.2        Rumusan Masalah
1.          Bagaimanakah Isu Kunci tentang Perdagangan Internasional?
2.         Bagaimanakah Kritik Terhadap Teori Perdagangan? 
3.         Apa yang dimaksud Organisasi Perdagangan Internasional? 
4.         Apa yang dimaksud dengan Putaran-putaran dalam Perdagangan Internasional?
5. Bagaimanakah yang dimaksud dengan Perjanjian Perdagangan Internasional?

1.3        Tujuan Penulisan
Menambah wawasan dan mengetahui tentang Perdagangan Bebas, Hambatan
Perdagangan, dan Lembaga Perdagangan Internasional. Serta untuk memenuhi tugas mata
kuliah Ekonomi Internasional.
BAB II

PEMBAHASAN

BAB 6 PERDAGANGAN BEBAS DAN HAMBATAN PERDAGANGAN

2.1 Efek Perdagangan Bebas Terhadap Kesejahteraan

Pada bab ini kita akan membahas isu-isu perdagangan terkini, yaitu perdagangan
bebas dan hambatan perdagangan. Perdagangan yang lebih terbuka merupakan dasar
pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya dapat mengurangi
kemiskinan. Batas perdagangan yang terbuka sangat berperan dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi, perbaikan mikroekonomi, efisiensi alokasi sumberdaya, dan
peningkatan tingkat persaingan di antara industri. Selain itu, perdagangan bebas juga
dapat meningkatkan variasi produk intermediate dan barang-barang modal yang yang
tersedia serta keterbukaan jaringan komunikasi untuk pertukaran metode produksi dan
praktek bisnis. Efek perdagangan bebas terhadap perdagangan terhadap kesejahteraan
dapat dijelaskan melalui kurva permintaan dan penawaran.

Hal ini mumbuktikan bahwa dengan adanya perdagangan bebas maka arus barang dan
jasa srta mobilitas faktor dan adopsi teknologi semakin lancar melewati batas-batas
negara. Begitu pula hasil penelitian Bank Dunia (2001) melaporkan bahwa langkah-
langkah liberalisasi perdagangan internasional yang dijalnkan sejumlah negara
berkembang di kawasan frika, Amerika latin, dan Asia pasca-putaran GTT mulai beranjak
menjadi perekonomian industri baru dengan tingkat pertumbuhan ekspor dan impor
manufaktur yang cukup tinggi dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat bagi
yang sungguh-sungguh melaksanakannya.

2.2 Perdagangan Bebas, Tarif dan Kuota

Kebijakan perdagangan bebas dianjurkan oleh teori klasik dengan


memanfaatkan prinsip keunggulan mutlak dan keunggulan komparatif. Menurut
mereka, liberalisasi perdagangan dapat memacu kinerja ekspor dan pertumbuhan
karena beberapa alasan sebagai berikut.
1. Perdagangan bebas cenderung meningkatkan persaingan, sehingga
menyempurnakan skala ekonomis dan alokasi sumber daya.
2. Perdagangan bebas cnderung meningkatkan efisiensi, perbaikan mutu
produk,dan perbaikan kemajuan teknologi, sehingga memacu produktivitasnya
faktor produksi.
3. Perdagangan bebas merangsang pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan
serta memupuk tingkat laba, tabungan, dan investasi.
4. Perdagangan bebas akan lebih mudah menarik modal asing, tenaga ahli, laba,
tabungan dan investasi.
5. Perdagangan bebas memungkinkan konsumen menghadapi ruang lingkup
pilihan yang lebih luas atas barang-barang yang tersedia.

Analisis keseimbangan parsial merupakan instrumen analisis yang paling


sesuai untuk mempelajari kasus pemberlakuan tarif oleh sebuah negara kecil (kecil di
diartikan sebagai keterbatasan kemampuan negara yang bersangkutan sehingga ia
tidak mampu mempengaruhi harga dunia (karena negara tersebut kecil) maupun
harga-harga domestik yang berlaku di setiap negara lain (krena industriannya juga
kecil). Hubungan kegiatan ekspor di suatu negara dengan negara importirnya di
tunjukkan.

Selain alasan di atas, kebijakan proteksi perdagangan juga didasarkan pada


beberapa alasan sebagai berikut.

1. Untuk melindungi industri dalam negeri yang baru tumbuh (infant industry).
Dengan membuat rintangan terhadap impor barang sejenis yang diproduksi di
dalam negeri maka industri dalam negeri diharapkan bisa tumbuh semakin
kuat dan akhirnya mampu bersaing dengan industri luar negeri.
2. Menciptakan lapangan kerja. Apabila suatu negara mengandalkan sebagian
besar kebutuhan komsumsinya dari impor, proses produksi di negara tersebut
akan tergantung pada berbagai factor yang dapat menjadi penghambat.
3. Meningkatkan sumber penerimaan negara. Kebijakan perdagangan proteksi
yang dianut oleh sebagian negara juga doharapkan dapat menjadi sumber
penerimaan negara
2.3 Dampak Kebijakan Perdagangan Tarif Terhadap Perekonomian

Kabijakan-kebijakan perdagangan yang terjadi di era globalisasi yang


berkembang ada dua macam yaitu kebijakan Tarif dan Non Tarif. Kabijakan Tarif
disebut juga dengan import duty. Kebijakan tarif akan menyebabkan peningkatan
penerimaan dan juga perlindungan terhadap pasar domestik. Salah satu kebijakan Non
Tarif yaitu pembatasan kuota impor, dimana negara-negara importir mempunyai batas
kuota maksimum setiap tahunnya.Perbedaan anatara tarif san kuota berada pada efek
distribusi. Dalam tarif, penerimaan dari tarif jatuh ke tangan pemerintah sedangkan
dalam kebijakan kuota, penerimaan dari tarif jatuh ke tangan pemegang kuota dan
tergantung bagaimana kuota itu dibagikan :
1. Penerimaan kuota jatuh ke importir bila kuota itu dibagikan secara lotere atau
first come first serve. Bila diteruskan ke konsumen melalui harga yang lebih
murah lalu akan mengurangi kehilangan Consumer Surplus.
2. Penerimaan kuota jatuh ke pemerintah sehingga sama seperti kasus taril
apabila kuota dilelang oleh pemerintah dan importir berani membeli seharga
penerimaan tersebut.

Dampak penegenaan tarif impor terhadap suatu komoditi akan menyebabkan


komsumsi dalam negeri atas komoditi tersebut. Seperti dijelaskan diatas, hal ini
terjadi karena tarif impor akan menaikkan harga komoditi tersebut dibandingkan
sebelum dinaikkan tarif impor (cinsumption effect of the tariff) Sedangkan bagi
pemerintah, pengenaan tarif impor akan meningkatkan penerimannya (revenue effect
of the tariff). Dari kurva 6.8, terlihat bahwa semakin elastis (semakin mendatar suatu
kurva permintaan), maka pengenaan tarif impor atas komoditi tersebut akan
menyebabkan dampak komsumsi yang semakin besar.

Tarif ad valorem merupakan pajak yang dikenakan berdasarkan angka prosentase


tertentu dari nilai barang. Misalkan untuk impor lateks ke indonesia, dikenakan beban
bea masuk sebesar 5% dari nilai kelas yang diimpor ke indonesia. Sedangkan tarif
gabungan merupakan gabungan dari kedua jenis tarif di atas.

Pengenaan tarif dalam perdagangan internasional dalam bentuk pajak impor


khususnya terhadap barang-barang mentah biasanya lebih rendah dibandingkan
barang jadi atau setengah jadi. Hal ini didasari pada keinginan pemerintah untuk
mendukung dunia usaha dalam negeri yang akan meningkatkan lapangan kerja dan
nilai tambah ekonomis produk dalam negeri.

2.3.3 Biaya dan Manfaat Tarif

Tarif mendatangkan biaya sekaligus manfaat pada perdagangan. Untuk


membandingkan biaya dan manfaat, kita perlu menghitung stuasi ini secara cermat
agar kita dapat memutuskan apakah tarif ini secara keseluruhan cenderung
menguntungkan atau merugikan. Pendekatan yang biasa ditempuh untuk mengukur
biaya dan manfaat tarif bergantung pada dua konsep yang lazim digunakan di dalam
analisis mikro ekonomi, yakni surplus konsumen dan surplus produsen.

2.3.2 Analisis Keseimbangan Umum Terhadap Pemberlakuan Tarif di Negara


Kecil
Ketika sebuah negara kecil memberlakukan tarif terhadap barang-barang
impornya, hal tersebut tidak akan mempengaruhi harga-harga barang itu di pasaran
internasional. Yang berubah hanyalah harga barang tersebut di pasar domestiknya
sendiri, sehingga pihak yang harus menghadapi segala implikasi kanaikan harga itu
adalah konsumen dan produsen di negara kecil yang bersangkutan. Kita sekarang
menggunakan analisis keseimbangan umum guna mempelajari dampak pemberlakuan
tarif terhadap tingkat produksi, komsumsi, perdagangan, dan kesejahteraan di sebuah
negara kecil yang hubungan dagang atau kekuatan ekonominya terbatas sehingga
tidak mampu mempegaruhinya harga yang berlaku di pasaran internasionalnya.
Di sini kita akan mengilustrasikan dampak-dampak yang akan ditimbulkan
oleh pemberlakuan tarif terhadap keseimbangan umum (geberal equilibrium). Untuk
contoh kasusnya, kita gunakan saja Indonesia dan Asmerix sebagaimana yang telah
diceritakan pada bab sebelumnya. Kita awali dengan menyimak batas-batas
kemungkinan produksi (production possibility frontier) di Asmerix yang bentuknya
lebih cocok dengan analisis yang akan kita lakukan dalam bab ini.
Asmerix menggunakan kebijakan tarif tersebut dalam rangka
meredistribusikan pendapatan yang diperolehnya bagi warganya (agar beban pajak
mereka tidak terlalu besar), maka tingkat komsmsi setelah tarif dikenakan akan
bergeser ke kurva indiferen II; tepatnya di titik H (titik perpotongan antara dua garis
putus-putus). Itu tingkat komsumsi dan kesejahteraan (titik E) dalam perdagangan
bebas lebih tinggi ketimbang tingkat konsumsi dan kesejahteraan (titik H) yangada
setelah tarif tersebut diberlakukan.

2.3.3 Tarif Optimum

Tarif optimum adalah tingkat tarif yang dapat memaksimalkan manfaat netto
yang bersumber dari perbaikan nilai tukar perdagangan sehingga dapat melunturkan
dampak negatif yang diakibatkan oleg berkurangnya volume berdagangan. Begitu
sebuah negara besar beranjak dari perdagangan bebas dan memberlakukan tarif, maka
sampai batas tertentu kesejahteraannya akan meningkat hingga ke titik maksimal.
Pada titik itulah tarifnya disebut sebagai tarif optimum. Jika pemerintah negara yang
bersangkutan mengubah tarif itu, (baik menaikkan atau menurunkannya), maka tarif
tersebut tidak lagi optimum sehingga negara yang bersangkutan tidak lagi dapat
meningkatkn kesejahteraannya secara maksimal melalui pemberlakuan tarif; ia akan
merugi. Pada akhirnya negara tersebut justru terdorong untuk mengenakan tarif
prohibitif (prohibitive tarif) yang hanya akan membuatnya terjerumus ke dalam
kondisi autarki yang sangat merugikannya sendiri.

2.4 Dampak Kebijakan Perdagangan Non-Tarif Pada Perekonomian

Hanya semua negara menggunakan alat-alat kebijakan produksi oleh karena


beberapa alasan sebagaimana telah disebutkan diatas. Beberapa alat kebijakan
proteksi perdagangan itu antara lain tarif atau bea masuk, kuota,subsidi, dan larangan
impor. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai masing-masing kebijakan proteksi
terutama untuk non-Tarif perdgangan.
1. Kuota. Kuota adalah batas maksimum jumlah barang tertentu yang bisa
diimpor dalam periode tertentu, biasanya satu tahun. Jadi, apabila jumlah
barang yang diimpor sudah encapai jumlah tertentu, impor barang tersebut
tidak diizinkan lagi. Impor boleh dilakukan kembali pada periode berikutnya.
2. Subsidi. Cara lain yang efektif untuk membatasi perdagangan internasional
adalah dengan mensubsidi barang domestik. Subsidi biaya produksi barang
domestik akan menurunkan harga, sehingga produksi domestik dapat bersaing
dengan barang impor dan akan mendorong konsumen membelinya.
3. Lapangan Impor. Karena alasan-alasan tertentu, baik yang bersifat ekonomi
maupun politik, suatu negar mungkin tidak menghendaki impor barang
tertentu. Untuk itu beberapa peraturan yang berlebihan, seperti dalih
keamanan dan kesehatan sering diberlakukan.
4. Dumping. Selain beberapa bentuk kebijakan di atas, kebijakan perdagangan
internasional yag juga dipraktikkan adalah politik dumping. Politik dumping
adalah kebijakan menjual produk lebih murah di luar negeri dari pada di dalam
negeri.

2.4.1 Kuota Impor

Kuota impor dapat digunakan untuk melindungi setor industri domestik


tertentu bisa juga melindungi sektor pertanian. Kuota impor juga sering dimanfaatkan
untuk melindungi neraca pembayaran suatu negara. Praktis semua negara industri
maju dan sekarang masih berusaha melindungi sektor pertaniannya melalui
pemberlakuan impor. Sedangkan negara-negara berkembang juga menerapkan hal ini
demi melindungi sektor industri manufakturnya atau untuk melindungi kondisi neraca
pembayarannya acapkali direndung defisit akibat lebih besarnya impor ketimbang
ekspornya. Dan dampak keseimbangan parsial ditimbulkan oleh pemberlakukan kuota
impor diilustrasikan.

2.4.2 Hambatan Non-Tarif Lainnya yang Menghambat Impor

Selain peranan kuota, masih banyak cara lainnya yang digunakan oleh
pemerintah untuk mempengaruhi kemampuan perdagangan internasionalnya.
Beberapa di antaranya dapat kita kemukakan secara singkat sebagai berikut:

1. Subsidi kredit ekspor. Ini semacam subsidi ekspor, tetapi wujudnya berupa
pinjaman yang disubsidi kepada pihak importir pembeli. Pemerintah Amerika
Serikat, seperti juga kebanyakan pemerintah dari berbagai negara lain, memiliki
suatu lembaga, yakni Export-import Bank (Bank Ekspor-Impor), yang diarahkan
untuk memberikan pinjaman-pinjaman yang disubsidi kepada perusahaan-
perusahaan swastanya dalam membantu kegiatan mereka di bidang ekspor.
2. Hambatan-hambatan biolrasi (red-tape barriers). Terkadang pemerinth ingin
membatasi impor tanpa mengumumkannya secara formal (misalnya karena ia
khawatir terkena tindakan pembalasan standar kesehatan, keamanan dan prosedur
pabean yang serba berbelit-belit sedemian rupa sehingga merupakan perintang
efektif dalam perdagangan.
3. Kebijakan Pengutamaan Produk. Produk Dalam Negeri (national/government
procurement policy). Semua pembelian oleh pihak pemerintah atau pun
perusahaan-perusahaan yang mendapat dana dari pemerintah, dapat digunakan
sebagai instrumen untuk menganakemaskan barang-barang yang diproduksi di
dalam negeri, meskipun barangkali barang-barang tersebut sebenarny lebih mahal
dari pada barang sejenis yang diimpor.
4. Pajak-pajak perbatasan (border taxes). Apa ayang disebut sebagai pihak
perbatasan adalah suatu pajak tak langsung yang dibebankan kepada para
pengekspor (di luar tarif) yang dimasukkan untuk meringankan kewajiban pajak
bagi pihak importir domestik.
5. Perjanjian-perjanjian komoditi internasional (international commadity
agreements) dan pemberlkuan kurs majemuk (multiple exchange rates) pada
dasarnya juga merupakan suatubentuk hambatan perdagangan.

2.4.3 Kartel Internasional

Kartel internasional (international cartel) adalah sebuah produsen komoditi


tertentu dari berbagai negara (atau organisasi yang menghimpun pemerintahannya).
Mereka sepakat untuk membatasi outputnya dan juga mengendalikan ekspor komoditi
tersebut dengan tujuan memaksimalkan atau meningkatkan total keuntungan mereka.
Meskipun kartel-kartel domestik dinyatakan ilegal oleh Amerika Serikat dan juga
sangat terbatas di Eropa, namun kekuatan-kekuatan internasional sulit dibendung
karena mereka tidak termasuk dalam yurisdiksi negara mana pun.

Kartel internasional yang paling berpengaruh sampai saat ini adalah


Organisasi Negra-negara Pengekspor Minyak (OPEC, Organization of Potroleum
Exporting Countries). Antara tahun 1973 dan 1974 mereka senagaja membatasi
produksi ekspor minyak sehingga mereka berhasil melipatgandakan harga minyak
mentah (sehingga empat kali lipat).

2.4.4 Dumping

Salah satu hambatan perdagangan juga dapat bersumber dari ekspor komoditi
yang harganya jauh di bawah standar sedemikian sehingga sulit untuk dicapai
eksportir lainnya, disebut sebagai dumping. Dumping adalah ekspor dari suatu
komoditi dengan harga jauh di bawah pasaran, atau penjualan suatu komoditi ke luar
negeri dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan harga penjualan
domestiknya. Dumping diklasifikasikan menjadi tiga golongan, yakni dumping terus-
menerus, dumping predator dan dumping sporadis.

1. Dumping terus menerus atau praktik “banting harga” secara permanen


istilah lainnya adalah dikriminasi harga internasional kecenderungan terus
menerus dari sebuah perusahaan monopolis domestik untuk
memaksimalkan total keuntungannya dengan menjual suatu komoditi
dengan harga yang lebih tinggi di pasar domestik (berlindung dari biaya
transportasi dan berbagai hambatan perdagangan dunia).
2. Diskriminasi harga yang bersifat predator (predatory dumping) adalah
praktik penjualan komoditi di bawah harga atau dengan harga yang jauh
lebih murah ketimbang harga di masyarakat. Proses damping predator
hanya berlangsung untuk sementara, namun diskriminasi atau penentuan
selisih harga sangat tajam, sehingga benar-benar dapat menggusur atau
bahkan ematikan produk pesaing dalam waktu singkat (oleh karena itu
disebut “predator”).
3. Dumping sporadis adalah penjualan suatu komoditi di bawah harga atau
penjualan komoditi keluar negeri dengan harga yang sedikit lebih murah
dibandingkan harga domestik, namun hal itu hanya terjadi sekali-kali saja,
dan tujuannya pun sekedar untuk mengatasi siplus komoditi yang sesekali
terjadi tanpa harus menurunkan harga domestik.

2.4.5 Subsidi Ekspor

Subsidi ekspor adalah pembayaran langsung atau pemberian keringanan pajak


dan bantuan subsidi kepada para eksportir atai calon eksportir nasional, dan/
pemberian pinjaman berbunga rendah kepada para pengimpor asing dalam rangka
memacu ekspor suatu negara (ini juga disebut subsidi kredit ekspor). Berdasarkan
karakternya, subsidi ekspor itu merupakan suatu hal yang ilegal menurut perjanjian
internasional, sampai sekarang masih banyak negara yang melakukannya baik secara
terang-terangan maupun secara terselubung.

Dengan demikian, maka pemberian subsidi ekspor ini akan menguntungkan


produsen dalam negeri namun merugikan konsumen domestik. Keuntungan yang
dinikmati oleh produsen dalam negeri bertambah sebesar luas bidang trapesium
RDCQ. Sedangkan bagi perekonomian negara tersebut akan mengalami kerugian
karena harus memikul biaya pemberian subsidi ekspor. Besarnya kerugian akibat
biaya subsidi ekspor yang harus ditanggung oleh negara tersebut adalah seluas bidang
segi panjang APDF.

2.5 Strategi Perdagangan Sederhana Untuk Pembangunan : Promosi Ekspor Versus


Substitusi Impor

Terdapat cara sederhana pendekatan kebijakan perdagangan untuk


pembangunan yakni kebijakan outward-looking atau inward-looking. Kebijakan
pembangunan outward-looking adalah kebijakan yang dapat mendorong nilai ekspor,
bahkan juga pergerakan bebas pada sumber daya modal, pekerja, perusahaan, dan
pelajar; membuka kesempatan kerja sama multinasional; dan komunikasi terbuka.
Sedangkan, kebiajakan pembangunan inward-looking adalh kebiajakm yang
mendorong atau berpihak pada barang domestik, termasuk pengembangan teknologi
domestik, membatasi impor, dan melemahkan investsi asing.

Pada dasarnya, hubungan strategi pembangunan sederhana ini adalah


berkenaan dengan subsitusi impor atau promosi ekspor. Subsitusi impor adalah usaha
pemerintah untuk menggantikan komsumsi barang impor dengan cara mengekspansi
barang lokal atau domestik.

Promosi ekspor adalah upaya pemerintah untuk meningkatkan nilai ekspor


melalui peningkatan intensif ekspor, penurunan disinsentif ekspor, dan cara lain
dalam rangka untuk meningkatkan nilai tukar asing dan tujuan-tujuan tertentu.
Mungkin pada awalnya promosi ekspor terasa lebih sulit dan hanya dengn sedikit
keuntungan relatif pada substitusi impor, akan tetapi pada jangka panjang pada saat
tertentu, promosi ekspor akan mendatangkan keuntungan/ manfaat jauh lebih besar
dari pada substitusi impor yang mana akan mengalami diminishing return secara
dratis.
BAB 7 LEMBAGA PERDAGANGAN INTERNASIONAL

2.1         Perdagangan Internasional: Beberapa Isu Kunci


Perdagangan internasional sering kali memai nkan peran penting dalam sejarah negara
berkembang. Baru-baru ini banyak perhatian tertuju pada perdagangan dan isu
pembangunan, dan difokuskan ntuk memahami suksesnya ekspor Asia Timur lainnya
merpakan pioneer dari strategi ini, yang juga telah berhasil diikuti oleh tetangganya yang
lebih besar yait Tiongkok. Lima bertanyaan mendasar mengenai perdagangan dan
pembangunan.
1. Bagaimana perdagangan inernasional memengaruhi rasio, struktur dan karakter
dari prtumbuhan ekonomi? Hal ini merupakan “Perdagangan sebagai sebuah
mesin pertmbuhan” kontroversi ang tradisional.
2. Bagaimana perdagangan mengubah distribusi pendapatan dan kekayaan dalam
suatu negara ang berbeda dengan negara lain? Apakah perdagangan adalah
sebuah paksaan internasional dan setara atau tidak setara dengan domestik?
Dengan kata lain, bagaimana keuntungan dan kerugian terdistribusi, dan siapa
yang mendapatkan benefit?
3. Dalam kondisi apa sebuah perdagangan dapat menolong suatu negara untk
mecapai tujuan-tujuan pembangunanya?
4. Bisakah suatu negara berkembang menentukan berapa banyak negara itu
melakukan perdagangan ata prodk dan servis mana yang akan dijual sesuai
dengan kemauan negara itu sendiri?
5. Dengan mengingat pengalaman masa lalu dan penilaian calon, haruskan negara
berkembang mengadopsi kebijakan ang beroruentasi keluar(perdagangan bebas,
arus diperluasmodal dan sumber daya manusia, dll) atau sebuah kebijakan yang
berorientasi ke dalam (proteksionism untk kepentingan kemandirian), atau
gabungan kombinasi dari keduanya, misalmya, dalam bentuk kerjasama ekonomi
regional dan kebijakan ekspor strategis? Apa argumen yang mendukung dan
menentang strategi perdagangan alternatif untk pembangunan?

2.2 Kritik Terhadap Teori Perdagangan Tradisional Neoklasik pada Negara Berkembang
Terdapat 6 aumsi dasar model perdagangan tradisional neolasik yang perlu dikasi
apabila dikaitkan dengan negara berkembang:
1. Sumber daya tetap atau sama di negara manapun dan asumsi full employment,
North-South trade models menjelaskan tentang perdaganga yang dilakukan negara
kaya (negara maju/North) dan miskin (negara berkembang/south) disebabkan oleh
adanya perbedaan sumber daya yang mana negara maju memiliki sumber daya modal,
kemampuan enterpreneur, dan tenaga kerja ahli yang baik, sedangkan di negara
berkembang sumber daya modal terbatas sehingga hanya mampu mempekerjakan
tenaga kerja yang kurang ahli ditambah kurangnya kemampuanenterpreneur. Keadaan
ini membuat negara maju meiliki keuntungan komparatif sehingga tingkat profit leboh
tinggi.
Awalnya suatu negara hanya mampu prodksi pada titik V , yakni primary
product diproduksi dan dikonsumsi sebesar OX dan manufactures yang diproduksi
dan dikonsumsi sebesar OY. Setelah adanya perdagangan internasional (dengan rasio
harga sebesar yang telah ditentukan) maka pemanfaatan sumber daa (lahan dan tenaga
kerja) yang belum dimanfaatkan akan dimanfaatkan secara optimal. Dengan begit,
jumlah primary-products akan meningkat ke X’. Hal ini memngkinkan kita
mengekspor sebanyak XX’ dan mengimpor sebanyak YY’.
2. Teknologi produksi yang sama dan tersedia secara terbatas secara bebas di
negara mana pun serta selera konsumen yang tidak dipengaruhi produsen.
Kenyataan negara maju lebih memiliki kesempatan yang jauh lebih besar untk
menemukan/mengembangan teknologi. Oleh hal demikian, maka banyak negara yang
cenderung berinvestasi pada kemajuan teknologi negara maju. Dengan begitu, negara
berkembang akan semakin tertinggal. Asumsi ang mengatakan bahwa selera
konsumen tidak dipengaruhi oleh produsen tidak dapat diterima karena iklan terbukti
dapat mempengaruhi selera konsumen yang mana informasi terbatas dan tidak
sempurna.
3. Faktor produksi di dalam negeri dapat bergerak dengan mudah pada aktifitas
produksi serta karakteristik pasar persaingan sempurna.
Pada kenyataannnya, dinegara berkembang faktor produkdi tidak bergerak sempurna
ata dengan udahnya. Hal ini disebabkan oleh ketergantungan terhadap jumlah output,
keseluruhan perekonomian, dan infrastruktur sosial, seperti jalan, rel, komunikasi, dll.
Di sisi lain, negara maju yang memiliki keuntungan dalam hal teknologi dapat
menekan biaya produksi mereka sehingga negara-negara berkembang sulit bersaing.
Hal ini dapat diatasi dengan menekan harga atau jumlah output barang lokal maupun
dengan mengurangi biaya produksi. Akan tetapi, produsen negara berkembang
senderung memiliki untk bersatu daripada menurunkan harga atau output atau sumber
daya yang digunakan. Dengan melakukan hal tersebut maka produk tetap dapat
bersaing dengan produk asing dengan memanfaatkan kelangkaan. Ini menunjukkan
adanya karakteristik pasar yang cenderung oligopoli atau bahkan monopoli. Oleh
karena itu, asumsi bahwa karakteristik pasar persaingan sempurna tidak dapat
diterima.
4. Tidak ada peran pemerintah dalam perekonomian internasional.
Seperti yang kita ketahui, pemerintah jelas berperan dalam hal perekonomian
internasional. Terhadap beberapa kebijakan yang dilakukan pemerintah untk
mempengaruhi perekonian internasional, di antaranya pengenaantarif impor, kouta
impor, dan subsidi impor.
5. Neraca perdagangan seimbang dan negara manapun dianggap mampu
menyesuaikan diri dengan perubahan harga dan perekonian dunia.
Neraca perdagangan seimbang adalah suatu kondisi dimana nilai ekspor sama dengan
nilai impor. Asumsi ini juga tidak dapat diterima apabila diakitkan dengan negara
berkembang yang mana sebagian besar mengalami neraca perdagangan yang defisit
atau dapat dikatakan bahwa negara berkembang cenderng lebih banyak melakukan
impor.
6. Keuntungan dari perdagangan diterima secara nasional atau negara yang
melakukan perdagangan tersebut.
Kita semua tahu bahwa asumsi ini tidak sepenuhya benar dan ini merupakan isu atau
masalah yang sulit dipecahkan. Hal ini berkenaan dengan siapa pemilik dan siapa
pekerja. Seperti yang kita ketahui, bahwa negara maju turut membantu dengan siapa
pekerja. Seperti yang kita ketahui, banyak negara maju turut membantu menyediakan
fasilitas untuk mengolah sumber daya di negara-negara berkembang, tapi yang
melakukan perdagangan tetap atas nama instuisi nasional sehingga keuntungan yang
diperoleh akan dibagi dua dalam porsi yang sesuai kesepakatan.

2.3 Organisasi Perdagangan Internasional


World Trade Organization (WTO) atau Organisasi Perdagangan Dunia
merupakan satu-satunya badan internasional yang secara khusus mengatur masalah
perdagangan antar negara. Sistem perdagangan multilateral WTO diatur melali suatu
persetujuan yang berisi aturan-aturan dasar perdagangan internasional sebagai hasil
perundingan yang ditandatangani oleh negara-negara anggota. Persetujuan tersebut
merupakan kontrak antar negara-anggota yang mengikat pemerintah untuk
mematuhinya dalam pelaksaan kebijakan perdagangannya. Walaupun ditandatangani
oleh pemerintah, tujuan utamanya adalah untuk membantu para produsen barang dan
jasa, eksportir dan importir dalam kegiatan perdagangan. Indonesia merupakan salah
satu negara pendiri WTO dan telah meratifikasi Perstujuan Pembentukan WTO melalui
UU NO.7/1994.
WTO secara resmi berdiri pada tanggal 1 Januari 1995 Tetapi sistem perdagangan
itu sendiri telah ada setengah abad yang lalu. Sejak tahun 1948, abad yang lalu. Sejak
tahun 1948, General Agreement on Tariffs and Trade (GAAT). Persetujuan umum
mengenai Tarif dan Perdagangan telah membuat aturan-atran untuk sistem ini. Sejak
tahun 1948-1994 sistem GAAT memuat peraturan-peraturan mengenai perdagangan
dunia dan menghasilkan pertumbuhan perdagangan internasional tertinggi.
Pada awalnya GAAT ditujukan untuk membentuk International Trade
Organization (ITO), suatu badan khusus PBB yang merupakan bagian dari sistem
Bretton Woods (IMF dan bank Dunia). Meskipun Piagam ITO akhirnya disetuji dalam
UN Conference on Trade and Development di Havana pada bulan Maret 1948,
prosesratifikasi oleh lembaga-lembaga legislatif negara tidak berjalan lancar. Tantangan
paling serius berasal dari kongres Amerika Serikat, yang walaupun sebagai pencetus,
AS tidak meratifikasi Piagam Havana sehingga ITO secara efektif tidak dapat
dilaksanakan. Meskipun demikian, GAAT tetap merupakan instrumen multilateral yang
mengatur perdagangan internasional.
Hampir setengah abad teks legal GAAT masih teap sama sebagaimana pada
tahun 1948 dengan beberapa penambahan diantaranya bentuk persetujuan “plulirateral”
(disepakati oleh beberapa negara saja) dan upaya upaya pengatran tarif. Masalah-
masalah perdagangan diselesaikan melalui serangkaian perundingan multilateral yang
dikenal dengan nama “Putaran Perdagangan” (trade round), sebagai upaya untuk
mendorong liberalisasi perdagangan internasional.
2.4 Putaran-putaran
Pada tahn-tahun awal, Putaran Perdagangan GAAT mengkonsentrasikan negoisasi
pada upaya pengurangan tarif. Pada Putaran Kennedy (Pertengan tahun 1960-an)
dibahas mengenai tarif dan Persetujuan Anti Dumping (Anti Dumping Agreement).
Putaran Tokyo (1973-1979) meneruskan upaya GATT mengrangi tarif secara
progresif. Hasil yang diperoleh rata-rata mencakup sepertiga pemotongan dari bea impor/
ekspor terhadap 9 negara industri utama, yang mengakibatkan tarif rata-rata atas produk
industri turun menjadi 4,7%. Pengurangan tarif, yang berlangsung selama 8 tahun,
mencakup unsur “harmonisasi”-yakni semakin tinggi tarif, semakin luas pemotongannya
secara proporsional. Dalam isu lainnya, putaran Tokyo gagal menyelesaikan masalah
produk utama yang berkaitan dengan perdagangan produk pertanian dan penetapan
persetujuan baru mengenai “safeguards” (emergency import measures). Meskipun
demikian, serangkaian persetujuan mengenai hambatan non tatif telah muncul di
berbagai perundingan, yang dalam beberapa kasus menginterpretasikan peraturan GATT
yang sudah ada.
Selanjutnya adalah putaran Uruguay (1986-1994) yang mengarah kepada
pembentukan WTO. Putaran Uruguay memakan waktu 7,5 tahun. Putaran tersebut
hampir mencakup semua bidang perdagangan. Pada saat itu putaran tersebut nampaknya
akan berakhir dengan kegagalan. Tetapi pada akhirnya Putaran Urguay memberikan hasil
yang nyata. Hanya dalm waktu 2 tahun, para peserta telah menyetujui suatu paket
pemotongan atas bea masuk terhadap produk-produk tropis dari negara berkembang,
penyelesaian sengketa, dan menyepakati agar para anggota memberikan laporan reguler
mengenai kebijakan perdagangan. Hal ini merupakan langkah penting bagi peningkatan
transparansi aturan perdagangan di seluruh dunia.
Hasil dari Putaran Uruguay berupa the Legal Text teridiri adari sekitar 60
persetujuan, lampiran (annexes), keputusan dari kesepakatan. Persetujuan-persetujuan
dalam WTO mencakup barang, jasa, dan kekayaan intelektual yang mengandung prinsip-
prinsip utama liberalisasi.
Struktu dasar persetujuan WTO, meliputi :
1. Barang/ goods (General Agreement on Tariff and Trade/ GAAT)
2. Jasa/ services (General Agreement on Trade and Services/ GAAT)
3. Kepemilikan intelektual (Trade-Related Aspects of Intellectual Properties/ TRIPs)
4. Penyelesaian sengketa (Dispute Settlements)
Persetujusn-persetujuan di atas dan annexnya berhubungan antara lain dengan
sektor-sektor di bawah ini:
 Pertanian, Sanitary and Phytosanitary/SPS, Badan Pemantau Tekstil (Textiles and
Clothing), Standa Produk, Tindakan investasi yang terkait dengan perdagangan
(TRIMs), Tindakan anti-dumping, Penilaian Pabean (Customs Valuations Mathods),
Pemeriksaan sebelum pengapalan (Preshipment Inspection), Ketentuan asal barang
(Rules of Origin), Lisensi Impor (Imports Licencing), Subsidi dan Tindakan Imbalan
(Subsidies and Countervailing Measures), Tindakan Pengamanan (safegards).

Untuk jasa (dalam Annex GATS)


 Pergerakan tenaga kerja (movement of natural persons), Transportasi udara (air
transport), Jasa keuangan (financial services), Perkapalan (shipping) dan
Telekomunikasi (telecommunication).

Prinsip-prinsip Perdagangan Multilateral


 MFN (Most-Favoured Nation): Perlakuan yang sama terhadap semua mitra dagang.
Dengan berdasarkan prinsip MFN, negara-negara anggota tidak dapat begit saja
mendiskriminasikan mitra-mitra dagangnya. Keinginan tarif impor yang diberikan
pada produk baru suatu negara hars diberikan pla kepada produk impor dari mitra
dagang negara anggota lainnya.
 Perlakuan Nasional (National Ttreatment)
Negara anggota diwajibkan untuk memberikan perlakuan sama atas barang-barang
impor dan lokal paling tidak setelah barang impor memasuki pasar domestik.
 Transparansi (Transparency)
Negara anggota diwajibkan untk bersikap terbuka/transparan terhadap berbagai
kebijakan perdagangannya sehingga memudahkan para pelaku usaha untuk
melakukan kegiatan perdagangan.
Sejak terbentuknya WTO awal tahun 1995 telah diselenggarakan lima kali Konferensi
Tingkat Menteri (KTM) yang merpakan forum pengambil kebijakan tertinggi dalam
WTO. KTM-WTO pertama kali diselenggarakan di Singapura tahun 1996, kedua di
Jenewa tahun 1998, ketiga di Seantle tahun 1999 dan KTM keempat di Doha, Qatar tahun
2001. Sementara itu KTM kelima diselenggarakan di Cancun, Mexico tahun 2003.
KTM ke-4 (9-14 November 2001) yang dihadiri oleh 142 negara menghasilkan
dokumen utama berupa Deklarasi Menteri (Deklarasi Doha) yang menandai
diluncurkannya putaran perndingan baru mengenai perdagangan jasa, produk pertanian,
tarif industri, lingkungan, isu-isu implementasi. Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI),
penyelesaian sengketa dan peratran WTO.
Delarasi tersebut mengamatkan kepada para anggota untk mencari jalan bagi
tercapainya konsensus mengenai Singapore Issues yang mencakup isu-isu: investasi,
kebijakan kompetisi (competition policy), transparansi dalam pengadaan pemerintah
(goverment procurement), dan fasilitasi perdagangan. Namun perundingan mengenai isu-
isu tersebut ditunda hingga selesainya KTM V WTO pada tahun 2003, jika terdapat
konsensus yang jelas (explicit concensus) dimana para anggota menyetujui dilakukannya
perundingan. Deklarasi juga memuat mandat untuk meneliti program-program kerja
mengenai electronic commerce, negara-negara kecil (small economies), serta hubungan
antara perdagangan, hutang dan alih teknologi.
Deklarasi Doha juga telah memberikan mandat kepada para anggota WTO untuk
melakukan negoisasi di berbagai bidang, termasuk isu-isu yang berkaitan dengan
pelaksaan persetujuan yang ada. Perundingan dilaksanakan di Komite Perundingan
Perdagangan (Trade Negotiations Committee/TNC) dan badan-badan dibawahnya
(subsidiaries body). Selebihnya, dilakukan melalui program kerja yang dilaksanakan oleh
Councils dan Commitee yang ada di WTO.
Keputusan-keputusan ang telah dihasilkan KTM IV ini dikenal pula dengan sebutan
“Agenda Pembangunan Doha” (Doha Development Agenda) mengigngat didalamnya
termuat isu-isu pembangunan yang menjadi kepentingan negara-negara berkembang
paling terbelakang (Least developed countries/LDCs), seperti: kerangka kerja kegiatan
bantuan teknik WTO, program kerja bagi negara-negara terbelakang, dan program kerja
umtuk mengintegrasikan sevara penuh negara-negara kecil di dalam WTO.
Mengenai perlakuan khusus dan berbeda (special and differential treatment),
Deklarasi tersebut telah mencatat proposal negara berkembang untuk merundingkan
Persetujuan mengenai Perlakuan khusus dan berbeda (Framework Agreement of Special
and Differential Treatment), namun tidak mengusulkan suatu tindakan konkrit mengenai
isu tersebut. Para menteri setuju bahwa masalah S&D ini akan ditinjau kembali agar lebih
efektif dan operasional.
Deklarasi Doha mencanangkan segera dimulaina perundingan lebih lanjut mengenai
beberapa bidang spesifik, antara lain di bidang pertanian. Perundingan di bidang pertanian
telah dimulai sejak bulan Maret 2000. Sudah 126 anggota (85% dari 148 anggota) telah
menampaikan 45 proposal dan 4 dokumen teknis mengenai bagaimana perundingan yang
seharusnya dijalankan. Salah satu keberhasilan besar negara-negara berkembang dan
negara eksportir produk pertanian adalah dimuatnya mandat mengenai “pengurangan
dengan kemungkinan penghapusan, sebagai bentuk subsidi ekspor”.
Mandat lain yang sama pentingna adalah kemajuan dalam hal akses pasar,
pengurangan substansi dalam hal program dan dukungan/subsidi domestik yang
menganggu perdagangan (trade-distorting domestic suport programs), serta memperbaiki
perlakuan khusu yang berbeda di bidang pertanian bagi negara-negara berkembang.
Paragraf 13 dari Deklarasi KTM Doha juga menekankan mengenai kesepakatan agar
perlakuan khusu dari berbeda untuk negara berkembang akan menjadi bagian integral dari
perundingan di bidang pertanian. Dicatat pula pentingnya memperlihatkan kebutuhan
negara berkembang termasuk pentingna ketahanan pangan dan pembangunan pedesaan.

2.4 Perjanjian-perjanjian Perdagangan Internasional


TPT dalam Ketentuan GATT (General Agreement on Tariff and Trade)

Free Trade Agreement dan free trade area, secara sederhana diartikan sebagai
kesepakatan dua negara atau lebih melakukan hubungan perdagangan dan menghapuskan
berbagai hambatan dalam lalu lintas barang, baik yang berkaitan dengan tarif bea masuk
maupun hambatan lainnya dalam bentuk ree trade agreement (dua negara) dan free trade
area (lebih dari dua negara atau dalam suatu kawasan), dimana masing-masing pihak
diberikan kebebasan dalam menetapkan ketentuan yang bersifat khusus terhadap negara
nonanggota.

General Agreement on Tariff and Trade (GATT) sebagai wadah perdagangan luar
negeri terus diperbaharui untuk mencapai perjanjian ang menunjang perkembangan
perdagangan luar negeri. Berawa di Geneva 1947 dengan 23 negara anggota, GATT terus
beruaha menurunkan tarif negara anggotanya unuk berbagai produk, diantaranya produk
tekstil. Prinsip utama dari isi perjanjian TPT adalah bahwa perdagangan TPT dunia ang
selama ini diatur MFA (Multifiber Arrangement) yang memperbolehkan adanya
pembatasan impor melalui sistem kouta akan dikembalikan ke dalam aturan GATT dengan
masa perlaihan 10 tahun sejak 1 Januari 1995. Setelah tahun kesepuluh perdagangan TPT
dunia menjadi bebas dari sistem kouta. Pada tangga 1 Januari 1993 GATT telah
menghapus perjanjian MFA dan memasukkan perdagangan tekstil pada agenda GATT.
Selanjutnya pada 15 April 1994 dalam pertemuan di Maroko kesepakatan ini
ditandatangani.
ATC (Agreement on Textiles and Clothing) merupakan program pengganti MFA
yang mulai berlaku 01-01-1995 dengan masa transisi sepuluh tahun. Berdasarkan
perjanjian ini, sektor garmen dan tekstil sepenuhna terintegrasi dengan WTO pada tanggal
01-01-2005. Setelah tanggal tersebut ATC akan tidak berlaku lagi dan yang berlaku hana
perjanjian WTO.
Pada intinya, ATC adalah perjanjian penghapusan kouta. Tujuan utama dari ATC
adalah untuk membawa sektor ini sesuai dengan peraturan GATT/WTO yang melarang
adanya hambatan kuantitatif dalam perdagangan. Berdasarkan data dari sekretariat GATT,
pengaruh dari dimasukkanna Putara Uruguay pada tahun 2005 akan meningkatkan nilai
perdagangan menjadin US$ 500 miliar. Hal itu berarti jauh diatas angka perdagangan
1994, yakni US$ 129 miliar untuk tekstil dan US$ 140 miliar untuk garmen. Selain itu,
penerapan ATC juga menimpan potensi pertumbuhan tambahan yang mencapai US$ 100
miliar. Dampak keseluruhan dari ATC adalah behwa negara-negara dengan nilai ekspor
tekstil dan garmen cukup besar kemungkinan besar akan memperoleh keuntungan dari
ATC tersebut, terutama adalah beberapa eksportir dinamis di Asia.

BAB III

PENUTUP
3.1         Kesimpulan

 Sebagaimana materi yang telah dipaparkan diatas di atas dapat di simpulkan bahwa
perdaganagan internasional adalah perdangan yang di lukan lintas negara.

Negara berdagang kapan mereka berbeda satu sam lain dan Untuk mencapai skala
ekonomis dalam produksi begitu pula dalam perdaganagan internasional tersebut memilki
beberapa sumber-sumber:

 keragaman sumber daya alam


 perbedaan selera
 perbedaaan biaya
 Perbedaan produksi

Keuntungan dalam perdagangan yaitu menguntungkan bagi kedua belah pihak.


Adapun pengaruh dari perdagangan internasional terhadap prekonomian salah satunya adalah
saling menguntungkan dan saling melengkapi satu sama lain dimana dengan adanya
perdagangan internasional maka prekonomian negara akan semakin berkembang dan saling
bersentuhan serta di setiapnegara-negara merasakan kesejahteraan.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Perdagangan_internasional

http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_perekonomian
http://qyki.blogspot.com/2010/01/peranan-perdagangan-internasional-dalam.html

http://azthreenancy.blogspot.com/2010/01/efek-perdagangan-internasional-terhadap.html

Anda mungkin juga menyukai