EKONOMI INTERNASIONAL
DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH :
* Hasriani * Miranda
FAKULTAS EKONOMI
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Ekonomi Internasional.
Semoga makalah ini dapat memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi
Internasional dan menambah pengetahuan serta wawasan mengenai Lembaga
Perdagangan Internasional.
Kami menyadari bahwasanya makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kami menerima kritik dan saran yang membangun agar makalah kami dapat lebih baik
lagi dimasa mendatang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................
Kecil................................................................................................
2.4.4 Dumping..........................................................................................
Substitusi Impor..........................................................................................
2.1 Perdagangan Internasional...................................................................................
2.4 Putaran-Putaran...................................................................................................
BAB III PENUTUP...................................................................................................
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.3 Tujuan Penulisan
Menambah wawasan dan mengetahui tentang Perdagangan Bebas, Hambatan
Perdagangan, dan Lembaga Perdagangan Internasional. Serta untuk memenuhi tugas mata
kuliah Ekonomi Internasional.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada bab ini kita akan membahas isu-isu perdagangan terkini, yaitu perdagangan
bebas dan hambatan perdagangan. Perdagangan yang lebih terbuka merupakan dasar
pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya dapat mengurangi
kemiskinan. Batas perdagangan yang terbuka sangat berperan dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi, perbaikan mikroekonomi, efisiensi alokasi sumberdaya, dan
peningkatan tingkat persaingan di antara industri. Selain itu, perdagangan bebas juga
dapat meningkatkan variasi produk intermediate dan barang-barang modal yang yang
tersedia serta keterbukaan jaringan komunikasi untuk pertukaran metode produksi dan
praktek bisnis. Efek perdagangan bebas terhadap perdagangan terhadap kesejahteraan
dapat dijelaskan melalui kurva permintaan dan penawaran.
Hal ini mumbuktikan bahwa dengan adanya perdagangan bebas maka arus barang dan
jasa srta mobilitas faktor dan adopsi teknologi semakin lancar melewati batas-batas
negara. Begitu pula hasil penelitian Bank Dunia (2001) melaporkan bahwa langkah-
langkah liberalisasi perdagangan internasional yang dijalnkan sejumlah negara
berkembang di kawasan frika, Amerika latin, dan Asia pasca-putaran GTT mulai beranjak
menjadi perekonomian industri baru dengan tingkat pertumbuhan ekspor dan impor
manufaktur yang cukup tinggi dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat bagi
yang sungguh-sungguh melaksanakannya.
1. Untuk melindungi industri dalam negeri yang baru tumbuh (infant industry).
Dengan membuat rintangan terhadap impor barang sejenis yang diproduksi di
dalam negeri maka industri dalam negeri diharapkan bisa tumbuh semakin
kuat dan akhirnya mampu bersaing dengan industri luar negeri.
2. Menciptakan lapangan kerja. Apabila suatu negara mengandalkan sebagian
besar kebutuhan komsumsinya dari impor, proses produksi di negara tersebut
akan tergantung pada berbagai factor yang dapat menjadi penghambat.
3. Meningkatkan sumber penerimaan negara. Kebijakan perdagangan proteksi
yang dianut oleh sebagian negara juga doharapkan dapat menjadi sumber
penerimaan negara
2.3 Dampak Kebijakan Perdagangan Tarif Terhadap Perekonomian
Tarif optimum adalah tingkat tarif yang dapat memaksimalkan manfaat netto
yang bersumber dari perbaikan nilai tukar perdagangan sehingga dapat melunturkan
dampak negatif yang diakibatkan oleg berkurangnya volume berdagangan. Begitu
sebuah negara besar beranjak dari perdagangan bebas dan memberlakukan tarif, maka
sampai batas tertentu kesejahteraannya akan meningkat hingga ke titik maksimal.
Pada titik itulah tarifnya disebut sebagai tarif optimum. Jika pemerintah negara yang
bersangkutan mengubah tarif itu, (baik menaikkan atau menurunkannya), maka tarif
tersebut tidak lagi optimum sehingga negara yang bersangkutan tidak lagi dapat
meningkatkn kesejahteraannya secara maksimal melalui pemberlakuan tarif; ia akan
merugi. Pada akhirnya negara tersebut justru terdorong untuk mengenakan tarif
prohibitif (prohibitive tarif) yang hanya akan membuatnya terjerumus ke dalam
kondisi autarki yang sangat merugikannya sendiri.
Selain peranan kuota, masih banyak cara lainnya yang digunakan oleh
pemerintah untuk mempengaruhi kemampuan perdagangan internasionalnya.
Beberapa di antaranya dapat kita kemukakan secara singkat sebagai berikut:
1. Subsidi kredit ekspor. Ini semacam subsidi ekspor, tetapi wujudnya berupa
pinjaman yang disubsidi kepada pihak importir pembeli. Pemerintah Amerika
Serikat, seperti juga kebanyakan pemerintah dari berbagai negara lain, memiliki
suatu lembaga, yakni Export-import Bank (Bank Ekspor-Impor), yang diarahkan
untuk memberikan pinjaman-pinjaman yang disubsidi kepada perusahaan-
perusahaan swastanya dalam membantu kegiatan mereka di bidang ekspor.
2. Hambatan-hambatan biolrasi (red-tape barriers). Terkadang pemerinth ingin
membatasi impor tanpa mengumumkannya secara formal (misalnya karena ia
khawatir terkena tindakan pembalasan standar kesehatan, keamanan dan prosedur
pabean yang serba berbelit-belit sedemian rupa sehingga merupakan perintang
efektif dalam perdagangan.
3. Kebijakan Pengutamaan Produk. Produk Dalam Negeri (national/government
procurement policy). Semua pembelian oleh pihak pemerintah atau pun
perusahaan-perusahaan yang mendapat dana dari pemerintah, dapat digunakan
sebagai instrumen untuk menganakemaskan barang-barang yang diproduksi di
dalam negeri, meskipun barangkali barang-barang tersebut sebenarny lebih mahal
dari pada barang sejenis yang diimpor.
4. Pajak-pajak perbatasan (border taxes). Apa ayang disebut sebagai pihak
perbatasan adalah suatu pajak tak langsung yang dibebankan kepada para
pengekspor (di luar tarif) yang dimasukkan untuk meringankan kewajiban pajak
bagi pihak importir domestik.
5. Perjanjian-perjanjian komoditi internasional (international commadity
agreements) dan pemberlkuan kurs majemuk (multiple exchange rates) pada
dasarnya juga merupakan suatubentuk hambatan perdagangan.
2.4.4 Dumping
Salah satu hambatan perdagangan juga dapat bersumber dari ekspor komoditi
yang harganya jauh di bawah standar sedemikian sehingga sulit untuk dicapai
eksportir lainnya, disebut sebagai dumping. Dumping adalah ekspor dari suatu
komoditi dengan harga jauh di bawah pasaran, atau penjualan suatu komoditi ke luar
negeri dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan harga penjualan
domestiknya. Dumping diklasifikasikan menjadi tiga golongan, yakni dumping terus-
menerus, dumping predator dan dumping sporadis.
2.2 Kritik Terhadap Teori Perdagangan Tradisional Neoklasik pada Negara Berkembang
Terdapat 6 aumsi dasar model perdagangan tradisional neolasik yang perlu dikasi
apabila dikaitkan dengan negara berkembang:
1. Sumber daya tetap atau sama di negara manapun dan asumsi full employment,
North-South trade models menjelaskan tentang perdaganga yang dilakukan negara
kaya (negara maju/North) dan miskin (negara berkembang/south) disebabkan oleh
adanya perbedaan sumber daya yang mana negara maju memiliki sumber daya modal,
kemampuan enterpreneur, dan tenaga kerja ahli yang baik, sedangkan di negara
berkembang sumber daya modal terbatas sehingga hanya mampu mempekerjakan
tenaga kerja yang kurang ahli ditambah kurangnya kemampuanenterpreneur. Keadaan
ini membuat negara maju meiliki keuntungan komparatif sehingga tingkat profit leboh
tinggi.
Awalnya suatu negara hanya mampu prodksi pada titik V , yakni primary
product diproduksi dan dikonsumsi sebesar OX dan manufactures yang diproduksi
dan dikonsumsi sebesar OY. Setelah adanya perdagangan internasional (dengan rasio
harga sebesar yang telah ditentukan) maka pemanfaatan sumber daa (lahan dan tenaga
kerja) yang belum dimanfaatkan akan dimanfaatkan secara optimal. Dengan begit,
jumlah primary-products akan meningkat ke X’. Hal ini memngkinkan kita
mengekspor sebanyak XX’ dan mengimpor sebanyak YY’.
2. Teknologi produksi yang sama dan tersedia secara terbatas secara bebas di
negara mana pun serta selera konsumen yang tidak dipengaruhi produsen.
Kenyataan negara maju lebih memiliki kesempatan yang jauh lebih besar untk
menemukan/mengembangan teknologi. Oleh hal demikian, maka banyak negara yang
cenderung berinvestasi pada kemajuan teknologi negara maju. Dengan begitu, negara
berkembang akan semakin tertinggal. Asumsi ang mengatakan bahwa selera
konsumen tidak dipengaruhi oleh produsen tidak dapat diterima karena iklan terbukti
dapat mempengaruhi selera konsumen yang mana informasi terbatas dan tidak
sempurna.
3. Faktor produksi di dalam negeri dapat bergerak dengan mudah pada aktifitas
produksi serta karakteristik pasar persaingan sempurna.
Pada kenyataannnya, dinegara berkembang faktor produkdi tidak bergerak sempurna
ata dengan udahnya. Hal ini disebabkan oleh ketergantungan terhadap jumlah output,
keseluruhan perekonomian, dan infrastruktur sosial, seperti jalan, rel, komunikasi, dll.
Di sisi lain, negara maju yang memiliki keuntungan dalam hal teknologi dapat
menekan biaya produksi mereka sehingga negara-negara berkembang sulit bersaing.
Hal ini dapat diatasi dengan menekan harga atau jumlah output barang lokal maupun
dengan mengurangi biaya produksi. Akan tetapi, produsen negara berkembang
senderung memiliki untk bersatu daripada menurunkan harga atau output atau sumber
daya yang digunakan. Dengan melakukan hal tersebut maka produk tetap dapat
bersaing dengan produk asing dengan memanfaatkan kelangkaan. Ini menunjukkan
adanya karakteristik pasar yang cenderung oligopoli atau bahkan monopoli. Oleh
karena itu, asumsi bahwa karakteristik pasar persaingan sempurna tidak dapat
diterima.
4. Tidak ada peran pemerintah dalam perekonomian internasional.
Seperti yang kita ketahui, pemerintah jelas berperan dalam hal perekonomian
internasional. Terhadap beberapa kebijakan yang dilakukan pemerintah untk
mempengaruhi perekonian internasional, di antaranya pengenaantarif impor, kouta
impor, dan subsidi impor.
5. Neraca perdagangan seimbang dan negara manapun dianggap mampu
menyesuaikan diri dengan perubahan harga dan perekonian dunia.
Neraca perdagangan seimbang adalah suatu kondisi dimana nilai ekspor sama dengan
nilai impor. Asumsi ini juga tidak dapat diterima apabila diakitkan dengan negara
berkembang yang mana sebagian besar mengalami neraca perdagangan yang defisit
atau dapat dikatakan bahwa negara berkembang cenderng lebih banyak melakukan
impor.
6. Keuntungan dari perdagangan diterima secara nasional atau negara yang
melakukan perdagangan tersebut.
Kita semua tahu bahwa asumsi ini tidak sepenuhya benar dan ini merupakan isu atau
masalah yang sulit dipecahkan. Hal ini berkenaan dengan siapa pemilik dan siapa
pekerja. Seperti yang kita ketahui, bahwa negara maju turut membantu dengan siapa
pekerja. Seperti yang kita ketahui, banyak negara maju turut membantu menyediakan
fasilitas untuk mengolah sumber daya di negara-negara berkembang, tapi yang
melakukan perdagangan tetap atas nama instuisi nasional sehingga keuntungan yang
diperoleh akan dibagi dua dalam porsi yang sesuai kesepakatan.
Free Trade Agreement dan free trade area, secara sederhana diartikan sebagai
kesepakatan dua negara atau lebih melakukan hubungan perdagangan dan menghapuskan
berbagai hambatan dalam lalu lintas barang, baik yang berkaitan dengan tarif bea masuk
maupun hambatan lainnya dalam bentuk ree trade agreement (dua negara) dan free trade
area (lebih dari dua negara atau dalam suatu kawasan), dimana masing-masing pihak
diberikan kebebasan dalam menetapkan ketentuan yang bersifat khusus terhadap negara
nonanggota.
General Agreement on Tariff and Trade (GATT) sebagai wadah perdagangan luar
negeri terus diperbaharui untuk mencapai perjanjian ang menunjang perkembangan
perdagangan luar negeri. Berawa di Geneva 1947 dengan 23 negara anggota, GATT terus
beruaha menurunkan tarif negara anggotanya unuk berbagai produk, diantaranya produk
tekstil. Prinsip utama dari isi perjanjian TPT adalah bahwa perdagangan TPT dunia ang
selama ini diatur MFA (Multifiber Arrangement) yang memperbolehkan adanya
pembatasan impor melalui sistem kouta akan dikembalikan ke dalam aturan GATT dengan
masa perlaihan 10 tahun sejak 1 Januari 1995. Setelah tahun kesepuluh perdagangan TPT
dunia menjadi bebas dari sistem kouta. Pada tangga 1 Januari 1993 GATT telah
menghapus perjanjian MFA dan memasukkan perdagangan tekstil pada agenda GATT.
Selanjutnya pada 15 April 1994 dalam pertemuan di Maroko kesepakatan ini
ditandatangani.
ATC (Agreement on Textiles and Clothing) merupakan program pengganti MFA
yang mulai berlaku 01-01-1995 dengan masa transisi sepuluh tahun. Berdasarkan
perjanjian ini, sektor garmen dan tekstil sepenuhna terintegrasi dengan WTO pada tanggal
01-01-2005. Setelah tanggal tersebut ATC akan tidak berlaku lagi dan yang berlaku hana
perjanjian WTO.
Pada intinya, ATC adalah perjanjian penghapusan kouta. Tujuan utama dari ATC
adalah untuk membawa sektor ini sesuai dengan peraturan GATT/WTO yang melarang
adanya hambatan kuantitatif dalam perdagangan. Berdasarkan data dari sekretariat GATT,
pengaruh dari dimasukkanna Putara Uruguay pada tahun 2005 akan meningkatkan nilai
perdagangan menjadin US$ 500 miliar. Hal itu berarti jauh diatas angka perdagangan
1994, yakni US$ 129 miliar untuk tekstil dan US$ 140 miliar untuk garmen. Selain itu,
penerapan ATC juga menimpan potensi pertumbuhan tambahan yang mencapai US$ 100
miliar. Dampak keseluruhan dari ATC adalah behwa negara-negara dengan nilai ekspor
tekstil dan garmen cukup besar kemungkinan besar akan memperoleh keuntungan dari
ATC tersebut, terutama adalah beberapa eksportir dinamis di Asia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sebagaimana materi yang telah dipaparkan diatas di atas dapat di simpulkan bahwa
perdaganagan internasional adalah perdangan yang di lukan lintas negara.
Negara berdagang kapan mereka berbeda satu sam lain dan Untuk mencapai skala
ekonomis dalam produksi begitu pula dalam perdaganagan internasional tersebut memilki
beberapa sumber-sumber:
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Perdagangan_internasional
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_perekonomian
http://qyki.blogspot.com/2010/01/peranan-perdagangan-internasional-dalam.html
http://azthreenancy.blogspot.com/2010/01/efek-perdagangan-internasional-terhadap.html