“Liberalisasi Perdagangan”
Disusun Oleh:
Suharni (105721110218)
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Ekonomi
Internasional dengan judul “Liberalisasi Perdagangan” tanpa ada kendala suatu apapun.
Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari zaman jahiliyah hingga zaman yang terang benderang seperti sekarang
ini. Seperti halnya manusia yang tidak sempurna di mata manusia lain ataupun di mata
Allah SWT, penyusunan makalah ini tidak terlepas dari kesalahan penulisan dan
penyajiannya mengingat akan keterbatasan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kami
selalu mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi
penyempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberi manfaat untuk
kita semua. Amin
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan penulisan
PEMBAHASAN
Prinsip dasar utama dari GATT tersebut adalah apa yang disebut dengan Most
Favoured Nation (MFN) yakni mengharuskan setiap contracting parties memberikan
perlakuan yang sama dalam kebijaksaan perdagangan internasional kepada negara
penandatangan yang lain kelonggaran yang diberikan kepada negara lain atas dasar
perjanjian bilateral haruslah diberikan pula kepada semua anggota yang lain tanpa
perjanjian terlebih dahulu. Di samping itu GATT sejauh mungkin menggunakan tarif
sebagai hambatan perdagangan dan bukan nontarif. Apabila terjadi perselisihan dapat
diselesaiakan melalui proses konsultasi/konsiliasi secara terus-menerus. Dengan
demikian GATT disamping merupsksn kumpulan peraturan juga merupakan forum
untuk mencapai konsilisasi/menyelesaikan perselisihan perdagangan.
Perubahan-perubahan yang besar tidak terjadi dalam perdagangan internasioan
semenjak GATT berdiri dan ini memberikan tekanan terhadap bekerjanya mekanisme
GATT sehingga perlu perubahan di san-sini. Masalah yang dirasa sangat mendesak
adalah prosedur penyelesaian perselisihan (dispute settlement) dan pengawasan
(survveilance), dan mungkin diperlukan satu badan internasional yang mengawasi
bekerjanya mekanisme GATT serta menjamin bahwa contracting parties memenuhi
kewajibannya. Perundingan pertama di Jenewa tahun 1947 ditandatangani oleh
negara-negara yang ikut merumuskan Havana charter berisi pemotongan tarif di mana
pada saat itu tarif merupakan hambatan yang cukup besardalam perdagangan
internasional. Negara-negara yang selanjutnya di Annecy, Torquay dan Jenewa
terutama menyangkut masalah pengurangan tarif dengan negara-negara yang telah
menyatakan minatnya bergabung dalam GATT. Dillon Round tahun 1961/1962 berisi
keharusan Customs Union dan daerah perdagangan bebas (free trade area) diperiksa oleh
GATT untuk menjamin bahwa pendiriannya tidak menimbulkan proteksi bagi negara di
luar anggota customs union dan free trade area. Bersamaan ini diusulkan oleh Douglas
Dillon, Wakil Menlu AS tentang penurunan tarif. Kennedy Round mencakup pemotongan
tarif yang bersifat multi lateral dan berlaku bagi semua pihak (across the board) untuk
produk-produk industri. Di samping itu dibicarakan pula tentang anti dumping code yang
berisi tentang arti dumping dan faktor-faktor yang harus diperhitungkan dalam menilai
akibat negatif dumping terhadap industri dalam negeri. Untukitu suatu negara
diperkenankan mengenakan bea khusus (anti dumping) atas barang impor. Tokyo Round
menghasilkan serangkaian codes tentang berbagai masalah, seperti tentang standar
teknis, lisensi impor, dumping, subsidi serta beberapa komoditi (seperti daging dan
susu). Kode-kode ini hanya merupakan tambahan dari general agreement sehingga
setiap negara contracting bebas untuk menganut/memilih kode mana yang akan diikuti.
Banyak negara berkembang yang tidak menyetujui liberalisasi di dalam perdagangan jasa,
mengingat sektor jasa mereke belum kuat. Perundingan ini diawasi oleh Trade
Negotiations Committee (TNC). Di bawah TNC ini, ada dua komite sesuai dengan
isideklarasi Punta del Este, yakni Group of Negotiations on Goods (GNG) dan Group of
Negotiations on Services (GNS). Akhirnya, dapat disebutkan bahwa tujuan utama
perundingan GATT,seperti juga yang telah disepakati di Punta del Este adalah:
1) Globalisasi Ekonomi
Globalisasi merupakan satu proses untuk meletakkan dunia dibawah satu unit
yang sama tanpa dibatasi oleh sempadan dan kedudukan geografi sesebuah negara.
Melalui proses ini, dunia akhirnya tidak lagi mempunyai sempadan dengan ruang udara
dan langit sesebuah negara itu terbuka luas untuk dimasuki oleh berbagai maklumat
yang disalurkan menerusi berbagai perantaraan media komunikasi seperti internet,
media elektronik, dan teknologi siber. Perkembangan ini memungkinkan perhubungan
diantara sesebuah negara dengan negara yang lain dan perhubungan sesama manusia
dapat dilakukan dalam tempoh yang singkat. Proses globalisasi ekonomi adalah
perubahan perekonomian dunia yang bersifat mendasar atau struktual dan proses ini
akan berlangsung terus dengan laju yang akan semakin cepat mengikuti perubahan
teknologi yang juga akan semakin cepat dan peningkatan serta perubahan pola kebutuhan
masyarakat dunia.
a. Globalisasi Produksi
b. Globalisasi Pembiayaan
e. Globalisasi Perdagangan
2) Liberalisasi Perdagangan
c. Mendorong berlangsungny
a) Perjanjian umum tentang tarif-tarif dan perdagangan didirikan pada tahun 1948 di
Genewa, Swiss. Pada waktu didirikan, GATT beranggotakan 23 negara, tetapi pada saat
sidang terakhir di Marakesh pada 5 April 1994 jumlah negara penandatangan
sebanyak 115 negara.Kesepakatan dalam GATT yang mulai berlaku sejak 1 Januari
1948a) Tiga prinsip GATT, yaitu:
1. Prinsip resiprositas, yaitu perlakuan yang diberikan suatu negara kepada negara lain
sebagai mitra dagangnya harus juga diberikan juga oleh mitra dagang negara tersebut.
2. Prinsip most favored nation, yaitu negara anggota GATT tidak boleh memberikan
keistimewaan yang menguntungkan hanya pada satu atau sekelompok negara tertentu.
3. Prinsip transparansi, yaitu perlakuan dan kebijakan yangdilakukan suatu negara harus
transparan agar diketahui olehnegara lain.
b) Misi GATT Sebagai lembaga yang selalu mengupayakan terciptanya Pasar Bebas.
Dengan senantiasa mengedepankan konsep Keunggulan Komparatif atau
memaksimalkan potensi (David Ricardo-1772/1823). Keunggulan Komparatif : Negara
menjadi makmur melalui konsentrasi terhadap produk apa yang bisa diproduksi oleh
negara dengan sebaikbaiknya.
c) Tujuan GATT
3. Larangan Restriksi Kuantitatif Larangan RK terhadap ekspor atau impor dalam apapun
(misalnya penetapan kuota exim, restriksi penggunaan lisensi exim).
5. Resipositas Perundingan tarif yang didasarkan atas dasar timbal balik dan saling
menguntungkan kedua belah pihak.
Perdagangan yang lebih liberal memang menjadi tujuan hampir sebagian besar
negara di dunia, dengan harapan liberalisasi dapat meningkatkan volume dan nilai
perdagangan yang pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraab masyarakat. Saat ini Pemerintah sedang melakukan proses liberalisasi
perdagangan yang lebih komperehensif, yaitu lewat Comprehensive Econornic Partnership
Agreement (CEPA). Semua perjanjian tersebut berkaitan dengan tujuan untuk
mendapatkan keuntungan, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi
melalui surplus neraca perdagangan. Namun perlu diingat, bahwa proses liberalisasi
perdagangan itu sendiri berhubungan erat dengan pembukaan akses pasar produk
ekspor Indonesia ke dunia. Begitu sebaliknya, terbukanya akses pasar dunia, dalam arti
bahwa pasar domestik Indonesia juga akan semakin terbuka bagi produk dari negara lain,
alias dibanjiri perdagangan yang sudah berjalan melalui China-Asean Free Trade
Agreement (CAFTA) merupakan mimpi buruk untuk industri. Sebab, mengakibatkan
produksi industri nasional menurun hingga 50% karena kalahnya persaingan,
khususnya pada produk usaha kecil dan menengah di pasar dalam negeri. Akibatnya
adalah sector industri terpaksa memangkas jumlah tenagakerja hingga 20%, bahkan ada
beberapa pelaku usaha mengalami kerugiandan harus menutup usahanya. Penelitian dari
Lembaga Pengkajian Penelitian dan Pengembangan Ekonomi (LP3E) Kamar Dagang dan
Industri perdagangan adalah melihat peluangmakses pasar karena akibat krisis yang
melanda negara-negara tersebut. Liberalisasi perdagangan salah satunya ditandai dengan
penurunanatau bahkan penghapusan hambatan perdagangan, baik berupa tariff
maupunnon tarif. Hambatan perdagangan penting untuk dihapuskan karena tanpa
hambatan dapat mendorong arus pergerakan barang dan jasa. Dampak CAFTA
memperlihatkan secara jelas bahwa neraca perdagangan Indonesiase makin memburuk
dalam 5 tahun terakhir, disebabkan pertumbuhan impor 2-3 kali lebih tinggi dari
pertumbuhan ekspor.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan