Anda di halaman 1dari 3

Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pasar Bebas

Adapun faktor-faktor keberhasilan pasar bebas, diantaranya:

1. Kualitas Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia


Menurut hasil survei yang dikemukakan oleh Tim Lembaga Penelitian IPB dalam
Lokakarya pengembangan kelembagaan Ekonomi Lokal dalam rangka otonomi
daerah, di Jakarta pasca bulan Februari 2001 menyatakan bahwa kualitas pengelolaan
usaha oleh sumber daya manusia yang berkip[rah di dunia usaha kecil masuk kedalam
kategori baik. Yang perlu mendapat perhatian adalah tentang adanya perilaku bisnis
yang kurang mendukung.
2. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Terjadinya pengerahan dana yang sangat besar untuk pemilikan peralatan, modal,
tidak mendukung input produksi industri kecil. Sehingga produk- produk yang kita
miliki tadinya memiliki keunggulan komparative tidak tidak tereksploitir seperti argo
industri pertanian dan perkebunan, perikanan, peternakan, dan juga industri kerajinan.
3. Prasarana
Penyiapan prasarana merupakan partisipasi pemerintah dalam upaya mendorong
lancarnya aktivitas ekonomi terutama menyangkut pembuka jalan-jalan ke sentra
produksi pasar, dan juga prasarana lain yang mendukung agar produk dalam negeri
tidak kalah saing dengan produk impor.

Perrtanian Indonesia dalam Pasar Bebas

Petani Indonesia mayoritas dikategorikan sebagai peasant. Peasant diartikan oleh Eric
R. Wolf sebagai petani pedesaan, sebagai orang desa yang bercocok tanam di pedesaan Tidak
didalam ruangan-ruangan tertutup (greenhouse) di tengah-tengah kota.1

Kalau dahulu ketika kita ingin membeli buah-buahan ke pasar tradisional dan hanya
terdapat beberapa jenis buahan lokal hasil petani lokal. Namun, di era globalisasi saat ini kita
dapat membeli buah-buahan dengan berbagai macam jenis lokal maupun impor, karena buah-

1
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/67663/Chapter%20II.pdf?sequence=3&isAllowed=y,
diakses pada 25 September 2018, 22:57
buahan yang diimpor dari luar negeri sudah beredar di pasar dan harganya pun tidak jauh
berbeda dengan buah-buahan lokal. Hal seperti ini merupakan salah satu gambaran
bagaimana pertanian dalam negeri sudah mulai memasuki era pasar bebas.

Sesungguhnya perdagangan dunia digerakan oleh hukum penawaran dan permintaan


dalam pasar. Tata niaga perdagangan lintas negara diatur oleh sebuah aturan perdagangan
yang mekanisme nya disepakati oleh negara-negara yang terlibat didalamnya. Secara
multilateral, aturan perdagangan lintas negara tersebut diatur oleh organisasi perdagangan
dunia atau World Trade Organization (WTO). Yang berupaya untuk mengurangi hambatan
perdagangan.

Indonesia meratifikasi WTO pada tahun 1994, sehingga Indonesia harus tunduk pada
aturan WTO. Aturan WTO mengikat secara hukum atau legally binding, sehingga
pelanggaran aturan bisa berimplikasi pada sangsi perdagangan. Selain terikat pada aturan
WTO, Indonesia juga terikat pada kesepakatan aturan perdagangan tingkat regional dalam hal
ini ASEAN. Pada tahun 1992, ASEAN menyepakati pembentukan kawasan perdagangan
bebas ASEAN, atau ASEAN Free Trade Area (AFTA). AFTA memiliki prinsip sama dengan
WTO yaitu promosi pasar bebas.

Ratifikasi berbagai perjanjian perdagangaan bebas tersebut yang membuat pertanian


kita menjadi semakin liberal, pasar kita menjadi semakin terbuka dengan berbagai hambatan
perdagangan yang semakin minim. Sehingga menjadi sangat wajar jika petani dalam negeri
banyak mengeluh saat panen raya karna produk impor yang membanjiri pasar, dan diperparah
dengan konsumen yang cenderung memilih produk impor.

Tantangan liberalisasi perdagangan yang semakin berat ternyata juga belum


diimbangi dengan penguatan kelembagaan pada tingkat lokal. Jika menganalisis rantai
pasokan produk, maka petani selalu menjadi pihak yang paling sedikit mendapatkan
keuntungan sementara memiliki resiko yang paling besar. Berbagai masalah tingkat produksi
masih membelenggu pertanian kita, seperti persoalan kualitas dan kuantitas produk,
rendahnya sarana dan prasaraan, kerentanan terhadap hama dan penyakit, dan juga iklim.

Karena pertanian merupakan sektor yang sangat berpengaruh terhadap pendapatan


nasional suatu negara, maka pemerintah pun melakukan berbagai cara agar pertanian
negaranya mampu bersaing di pasar bebas. Saat ini, Indonesia dalam kepemimpinan presiden
Jokowidodo dalam NAWA CITA atau agenda prioritas Kabinet Kerja mnegarahkan
pembangunan pertanian kedepan untuk mewujudkan kedaulatan pangan, agar Indonesia dapat
mnegatur dan memenuhi kebuituhan pangan rakyatnya secara berdauat.

Adapun dampak pasar bebas terhadap pertanian Indonesia dengan dibanjirinya


Indonesia dengan produk-produk pertanian impor di pasar tradisional maupun swalayaan
tentunya dirasakan oleh petani-petani dalam negeri.

Dapat digambarkan kondisi petani Indonesia diantaranya: (1) tidak memiliki lahan
yang luas sehingga menghasilakan produk dalam kuantitas yang sedikit, (2) kondisi petani
poin pertama diperparah dengan berbagai kebijakan pemerintah yang terkesan tidak berpihak
kepada petani kecil, seperti industrialisasi serta pencabutan subsidi bahan pertanian, (3)petani
dihadapkan pada raksasa globalisasi berupa perdagangan bebas yang menuntut petani harus
bersaing dengan produk-produk luar negeri, selain itu biaya produksi yang tinggi tidak
diimbangi dengan harga jual yang tinggi pula.

Anda mungkin juga menyukai