1
pembayaran dividen. Perusahaan mengirimkan cek kepada pemegang saham pada
tanggal pembayaran.
Peraturan yang mempengaruhi kebijakan dividen meliputi dividen harus
dibayarkan dari laba ditahan saat ini atau periode yang lalu. Selain itu dividen tidak
dapat dibayarkan dari modal saham. Pembayaran dividen tidak dapat dilakukan
apabila perusahaan dalam keadaan insolvency.
2
Menurut Sundjaja dan Barlian (2003 : 387) faktor-faktor yang mempengaruhi dividen
adalah :
1. Peraturan Hukum
a) Mengenai laba bersih menentukan bahwa dividen dapat dibayar dari laba tahun-
tahun yang lalu dan laba tahun berjalan.
b) Peraturan mengenai tindakan yang merugikan modal. Melindungi para direktur,
dengan melarang pembayaran dividen yang berasal dari modal (membagikan
investasinya bukan membagikan dividennya)
c) Peraturan mengenai tidak mampu bayar. Perusahaan tidak boleh membayar jika
tidak mampu (bangkrut).
2. Posisi Likuiditas
Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam bentuk aktiva yang diperlukan
untuk menjalankan usaha. Laba ditahan dari tahun ke tahun terdahulu sudah
diinvestasikan dalam bentuk mesin dan peralatan, persediaan serta barang-barang
lainnya, bukan disimpan dalam bentuk uang tunai. Oleh karena itu suatu perusahaan
yang keuntungannya luar biasa mungkin saja tidak dapat membayar dividen karena
keadaan likuiditasnya. Memang perusahaan yang sedang tumbuh biasanya betul-betul
kurang dana dalam situasi seperti ini mungkin perusahaan memutuskan untuk tidak
membayar dividen dalam bentuk tunai.
3. Membayar Pinjaman
Jika perusahaan telah melakukan pinjaman untuk memperluas usahanya atau
untuk pembiayaan lainnya maka ia dapat melunasi pinjamannya pada saat jatuh tempo
atau ia dapat menyisihkan cadangan-cadangan untuk melunasi pinjaman itu nantinya.
Jika diputusakan bahwa pinjaman itu akan dilunasi, maka biasanya harus ada laba
ditahan.
4. Kontrak Pinjaman
Kontrak pinjaman apabila menyangkut pinjaman jangka panjang, seringkali
membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen tunai. Pembatasan yang
dimaksudkan untuk melindungi para kreditur yaitu dividen yang akan datang hanya
akan boleh dibayar dari keuntungan yang diperoleh sesuai ditandatanganinya kontrak
pinjaman (artinya tidak boleh dibayarkan pada laba tahun yang ditahan).
5. Pengembalian Aktiva
Semakin cepat pertumbuhan perusahaan, semakin besar kebutuhannya untuk
membiayai pengembangan aktiva perusahaan, semakin banyak dana yang dibutuhkan
3
dikemudian hari, semakin banyak laba apabila ingin menambah modal dari luar maka
sumber alami yang tersedia adalah para pemegang saham sekarang yang sudah
mengenal perusahaan. Jika keuntungannya dibayarkan kepada mereka sebagai dividen
dan terkena tarif pajak perorangan yang tinggi, maka hanya sebagian laba saja yang
dapat ditanam kembali.
6. Tingkat Pengembalian
7. Stabilitas Keuntungan
8. Pasar Modal
Perusahaan besar yang sudah mantap dengan profitabilitas yang tinggi dan
keuntungan yang teratur dapat dengan mudah dapat masuk ke pasar modal atau
memperoleh macam-macam dana dari luar untuk pembiayaannya. Perusahaan yang
sudah mantap akan mempunyai tingkat dividen yang lebih tinggi dibandingkan
perusahaan kecil atau yang masih baru.
9. Kendali Perusahaan
4
berkuasa. Selain itu penjualan saham tambahan akan memperbesar risiko fluktuasinya
keuntungan bagi para pemegang saham. .
Dimana:
5
Apabila dividen yang dibagikan (Divident Payout Ratio) misalnya hanya 40%
dari EAT, maka ini berarti bahwa yang 60% dipergunakan untuk menambah dana
untuk penyusutan untuk investasi pada aktiva tetap dan penambahan modal kerja.
6
Kebijakan yang terakhir merupakan kebijakan yang moderat yaitu merupakan
kompromi atas dua kebijakan satu dan tiga yang lebih fleksibel.
Teori dividen tidak relevan dikemukakan oleh Miller dan Modigliani (1961),
yang selanjutnya disebut MM, yang berpendapat bahwa di dalam kondisi bahwa
keputusan investasi yang given, pembayaran dividen tidak berpengaruh terhadap
kemakmuran pemegang saham, lebih lanjut MM berpendapat bahwa nilai perusahaan
ditentukan oleh earning power dari aset perusahaan. Dengan demikian nilai
perusahaan ditentukan oleh keputusan investasi. MM membuktikan pendapatanya
dengan asumsi:
Teori ini dikemukakan oleh Gordon (1962) dan Lintner (1956, 1963), dimana
beliau berpendapat bahwa biaya ekuitas (Ke) perusahaan akan mengalami kenaikan
7
disebabkan oleh penurunan pembayaran dividen, karena investor lebih yakin terhadap
penerimaan dan pembagian dividen dibandingkan dengan kenaikan nilai modal
(capital gain) yang dihasilkan laba tersebut.
Investor lebih suka untuk menerima capital gain yang tinggi dibanding dengan
dividen tinggi. Dengan kata lain investor menghendaki perusahaan untuk menahan
laba setelah pajak dan dipergunakan untuk pembiayaan investasi dari pada
pembayaran dividen dalam bentuk kas. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa investor
akan meminta tingkat kuntungan setelah pajak yang lebih tinggi terhadap saham yang
memiliki dividen yield yang lebih tinggi daripada saham dengan dividen yield yang
lebih rendah. Oleh karenanya kelompok ini cenderung menyarankan bahwa
perusahaan sebaiknya menentukan dividend payout ratio yang rendah atau bahkan
tidak membagikan dividen.
8
Berikut merupakan teori mengenai kebijakan dividen menurut Sartono (2001 : 288)
yaitu :
1. Irrelevant Dividend
Modigliani-Miller berpendapat bahwa kebijakan dividen tidak relevan, berarti
bahwa tidak ada kebijakan dividen yang optimal karena kebijakan dividen tidak
mempengaruhi nilai perusahaan
2. Bird-In-The Hand Theory
Gordon-Lintner mempunyai pendapat lain bahwa dividen lebih kecil resikonya
dibanding degan capital gain, sehingga Gordon- Lintner menyarankan perusahaan
untuk menentukan dividend payout ratio atau bagian laba setelah pajak yang
dibagikan dalam bentuk dividen yang tinggi dan menawarkan dividend yield yang
tinggi untuk meminimumkan biaya modal the-bird-in-the-hand fallacy
Tax Differential Theory
Kelompok ketiga berpendapat bahwa karena dividen cenderung dikenakan pajak
yang lebih tinggi daripada capital gain, maka invesor akan meminta tingkat
keuntungan yang lebih tinggi untuk saham dengan dividend yield yang tinggi.
Kelompok terakhir ini menyarankan bahwa perusahaan lebih baik menentukan
dividend payout ratio yang rendah atau bahkan tidak membagikan dividen sama
sekali untuk meminimumkan biaya modal dan memaksimumkan nilai perusahaan.
Berikut ini beberapa bentuk kebijakan dividen menurut Sutrisno (2003) adalah:
tetap perlembarnya untuk jangka waktu tertentu walaupun laba yang diperoleh
perusahaan berfluktuasi. Dividen stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun, dan
kemudian bila laba yang diperoleh meningkat dan peningkatannya baik dan stabil,
beberapa tahun. Kebijakan pemberian dividen yang stabil ini banyak dilakukan oleh
9
perusahaan, karena beberapa alasan yakni (1) bisa meningkatkan harga saham, sebab
dividen yang stabil dan dapat diprediksi dianggap mempunyai resiko yang kecil, (2)
bisa memberikan kesan kepada para investor bahwa perusahaan mempunyai prospek
yang baik dimasa yang akan datang, (3) akan menarik investor yang memanfaatkan
saham dengan jumlah yang selalu meningkat dengan pertumbuhan yang stabil.
3. Kebijakan dividen dengan rasio yang kostan
Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba yang
diperoleh perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh semakin besar dividen yang
dibayarkan, demikian pula sebaliknya bila laba kecil dividen yang dibayarkan juga
kecil. Dasar yang digunakan sering disebut dividend payout ratio (DPR).
4. Kebijakan pemberian dividen regular yang rendah ditambah ekstra
Kebijakan pemberian dividen dengan cara ini, perusahaan menentukan jumlah
pembayaran dividen per lembar yang dibagikan kecil, kemudian ditambahkan dengan
10
MM berkesimpulan bahwa reaksi investor terhadap perubahan dividen tidak
berarti sebagai indikasi bahwa investor lebih menyukai dividen dibanding dengan laba
ditahan. Kenyataan bahwa harga saham mengikuti perubahan dividen semata-mata
karena adanya Information Content dalam pengumuman dividen. Banyak penelitian
telah dilakuan untuk menguji hopotesis ini, namun demikian hingga saat ini untuk
menentukan apakah perubahan harga saham yang mengikuti perubahan dividen
disebabkan karena: (a) kebijakan dividen satu tanda bagi investor disebut juga dengan
signaling, (b) karena memang investor lebih menyukai dividen daripada Capital gain
disebut juga dengan preference effect, (c) atau karena kombinasi keduanya.
7 Clintile Effect
Jika perusahaan menahan laba setelah pajak yang diperoleh, investor yang
menyukai pembayaran dividen akan kecewa. Memang para investor tersebut akan
menerima capital gain, tetapi untuk memenuhi kebutuhannya mereka terpaksa harus
menjual sebagian sahamnya. Sementara investor yang memilih untuk
menginvestasikan kembali pendapatannya, menghendaki perusahaan untuk membayar
dividen yang rendah, karena bagi mereka pembayaran dividen yang besar berarti
pajak dibayar juga semakin besar. ini terjadi karena mungkin kenaikan dividen
mengakibatkan kenaikan tarif pajak pendapatan sehingga dividen tidak begitu
menguntungkan dibandingkan dengan kenaikan pajak yang harus dibayar. Dengan
demikian paling tidak terdapat dua kelompok investor dengan dua kepentingan yang
bertentangan.
11
Dengan kata lain biarlah melakukan pemindahan investasi dari satu perusahaan ke
lain. Tetapi perlu diingat bahwa transaksi ini berlangsung efisien karena adanya biaya
transaksi dan pembayaran sebagai akibat penjualan saham.
12
Berikut diuraikan persamaan, perbedaan serta identifikasi karakteristik antara stock
dividen dengan stock split.
1) Stock dividen adalah hanya merupakan pemindahan bukuan saja dari rekening
laba yang ditahan ke dalam rekening modal saham. Stock dividend merupakan
pembayaran dividen dengan saham.
2) Stock split merupakan pemecahan nilai saham ke dalam nilai nominal yang lebih
kecil sehingga jumlah lembar saham yang beredar meningkat.
Identifikasi karakteristik :
9 Repurchase of stock
13
Untuk melakukan pembelian kembali ini dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu perusahaan memberikan penawaran atau dengan cara membeli langsung ke
pasar. Dengan tender penawaran, perusahaan membuat penawaran formal kepada
pemegang saham untuk membeli sejumlah sahamnya pada tingkat harga tertentu.
Harga itu biasanya sedikit di atas harga pasar saat ini, kemudian pemegang saham
dapat mengumpulkan sahamnya untuk kemudian dibeli perusahaan. Cara lain adalah
dengan membeli langsung di pasar modal dalam hal ini peran pialang akan membantu.
Sebagai imbalannya perusahaan memberikan fee sebesar persentase tertentu. Sebelum
perusahaan melakukan pembelian saham sebaiknya perusahaan memberikan
informasi terlebih dahulu kepada pemegang saham mengenai tujuan dan diadakannya
pembelian kembali saham perusahaan.
14
Kerugian Repurchase of Stock
Kas 200.000.000
Aktiva Lain 1.800.000.000 Modal Sendiri 2.000.000.000
Kas 50.000.000
PV investasi 200.000.000 Modal sendiri 2.050.000.000
Aktiva lain 1.800.000.000
15
Sekarang misalkan para pemegang saham menginginkan membagi deviden Rp
200 juta tetapi tetap ingin mengambil investasi dengan NPV Rp 50 juta tersebut, maka
perusahaan perlu menerbitkan saham baru. Misalnya Floatation cost, 3%, maka
jumlah saham baruyang harus dikeluarkan adalah sebesar Rp 206.185.567, dimana
yang Rp 6.185.567 merupakan floatation cost.
16
11. Kasus
Saham Biasa
Perusahaan menentukan stock deviden 5%, harga Pasar saham Rp 7.000/lbr, jadi ada
tambahan saham sebesar :
= Rp 245.000.000
=Rp 175.000.000
Setelah stock deviden, maka struktur modal perusahaan adalah sebagai berikut:
Saham Biasa
17
Modal Sendiri Rp 10.000.000.000
Misalkan:
Investor semula 6.000 lbr saham, maka nilai saham nya yaitu
= 42.000.000
Setelah stock deviden, maka nilai pasar saham akan turun sebesar
Jadi modal sendiri perusahaan tidak mengalami perubahan, oleh karena itu stock
deviden tidak memberikan pengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham kecuali
tambahan saham.
18
C. Soal (Repurchases)
EAT Rp 500.000.000
= Rp10.500
D. Soal 1
19
Laba Setelah Pajak Rp 8.000.000
Deviden Rp 4.800.000
E. Soal 2
Perusahaan B memperoleh laba setelah pajak sebesar Rp 13.000.000 tahun yang
lalu dan membagikannya dalam bentuk deviden sebesar Rp 4.000.000 laba
tersebut telah tumbuh dengan tingkat pertumbuhan sebesar 6% per tahun selama
10 tahun. Pada waktu ini perusahaan memperoleh laba sebesar Rp 17.000.000
kesempatan investasi yang tersedia sebesar Rp 9.000.000 hitunglah deviden untuk
tahun ini dibawah setiap kebijakan berikut ini.
a. Payout yg konstan?
b. Pertumbuhan deviden yg stabil?
c. Residual deviden policy (anggap perusahaan berharap akan
mempertahankan debt to total assets ratio 50%)
Jawab:
c. Investasi Rp 9.000.000
Persentase equity financing 50%
Equity Financing Rp 4.500.000
Laba yang diperoleh Rp 17 .000.000
Deviden yang dibagikan Rp 12.500.000
20
21
DAFTAR REFERENSI
Agus Sartono. 2001. Manajemen Keuangan Dan Teori Aplikasi. Edisi Keempat.BPFE
Jakarta, Yogyakarta.
Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian, 2002, Manajemen Keuangan Satu, Edisi Keempat,
Prenhallindo, Jakarta.
Sutrisno, 2003, Manajemen Keuangan (Teori, Konsep, dan Aplikasi), Edisi Pertama, Cetakan
Kedua, EKONISIA, Yogya
22
23