Di susun Oleh
Muhammad Maula Razak
P2102214006
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR LAMPIRAN
iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
1.2.
Latar Belakang
Rumusan Masalah
4
5
10
11
12
14
14
Pendirian
Perubahan Anggaran Dasar
Perubahan Status Menjadi Perusahaan Publik
Kegiatan Usaha dan Produk Perseroan
14
14
16
16
16
16
19
BAB IV PENUTUP
23
DAFTAR PUSTAKA
25
DAFTAR TABEL
Tabel 1
17
Tabel 2
19
Tabel 3
21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
4
Pembahasan mengenai struktur keuangan telah ramai diperbincangkan dalam
periode-periode sebelumnya. Hal yang paling sering dibahas yaitu apakah
perusahaan mendanai aktivitasnya dengan menggunakan porsi utang yang lebih
banyak atau menggunakan ekuitas? Perusahaan tentunya akan menggunakan laba
ditahan sebagai modal untuk membiayai aset yang mereka miliki. Laba ditahan
merupakan pendanaan yang paling tidak beresiko yang segera dapat digunakan
oleh perusahaan untuk membiayai aktivitasnya. Namun, penggunaan laba ditahan
akan mengancam para pemegang saham karena porsi laba yang digunakan untuk
membayar para pemegang saham akan lebih sedikit dari yang digunakan untuk
kelangsungan usaha. Yang harus diingat adalah bahwa selain meningkatkan
profitabilitas, perusahaan juga wajib memperhatikan kesejahteraan para pemegang
saham.
Ketika pendanaan eksternal tidak cukup ubtuk membiayai, maka perusahaan
akan berfokus pada sumber dana eksternal yang dapat digunakan untuk membiayai
aktivitas investasinya. Pilihannya ada dua, apakah menggunakan utang atau
melepas
saham.
Penggunaan
keduanya
akan
membebankan
biaya
bagi
5
Makalah ini akan membahas tentang teori-teori struktur modal yang biasanya
digunakan. Selain itu, makalah ini juga akan melihat pada tingkat utang berapa
yang perusahaan dapat tetapkan dalam struktur modalnya. Hal ini menjadi penting
karena beban utang yang terus meningkat akan menambah resiko kegagalan bayar
perusahaan hingga berujung kebangkrutan.
Makalah ini juga akan mengambil laporan keuangan PT. Asihimas Flat Glass
Tbk. sebagai contoh kasus untuk dilakukan analisa atas struktur modal yang
ditetapkan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari pembahasan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa
rumusan masalah, yaitu:
1
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Struktur Modal (capital structure) mengacu pada bagaimana sebuah
6
perusahaan membiayai assetnya melalui kombinasi utang jangka panjang, saham
ataupun sekuritas lainnya sedangkan struktur pembiayaan (financial structure)
merupakan kombinasi semua komponen yang berada pada sisi kanan neraca
sebuah perusahaan.
7
pendapatan operasional tidak terpengaruhi oleh besarnya jumlah
hutang yang digunakan perusahaan dalam struktur modalnya.
tentang apa saja yang dibutuhkan agar struktur modal menjadi relevan
sehingga mempengaruhi nilai perusahaan.
deviden
dan
karena
deviden
tidak
harus
bahwa
pajak
individu
juga
Pembayaran
bunga
yang
dapat
mengurangi
pajak
yang
harus
lebih baik.
Pengenaan pajak yang rendah pada penerbitan saham berbanding
dengan pajak pada
yang
berhubungan
dengan
kebangkrutan
sering
9
2.5 Teori Leverage Trade Off
Teori
yang
diungkapkan
stuart myers
ini
menjelaskan
bagaimana
menerbitkan
saham,
utang lebih
karena
dengan
secara
otomatis
perusahaan tersebut.
akan
meningkatkan
nilai
saham
10
Di dunia nyata, perusahaan jarang sekali menggunakan 100%
hutang dalam
struktur
modalnya
dengan
alasan
utama
optimal sebagai
11
Pecking order theory menyatakan bahwa Perusahaan dengan tingkat
profitabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya rendah, dikarenakan perusahaan
yang profitabilitasnya tinggi memiliki sumber dana internal yang berlimpah. Dalam
pecking order theory ini tidak terdapat struktur modal yang optimal. Secara spesifik
perusahaan mempunyai urut-urutan preferensi (hierarki) dalam penggunaan dana.
Terdapat skenario urutan (hierarki) dalam memilih sumber pendanaan, yaitu :
Perusahaan lebih memilih untuk menggunakan sumber dana dari dalam atau
pendanaan internal daripada pendanaan eksternal. Dana internal tersebut diperoleh
dari laba ditahan yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan.
Jika pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan memilih
pertama kali mulai dari sekuritas yang paling aman, yaitu hutang yang paling
rendah risikonya, turun ke hutang yang lebih berisiko, sekuritas hybrid seperti
obligasi konversi, saham preferen, dan yang terakhir saham biasa.
Terdapat
kebijakan
deviden
yang
konstan,
yaitu
perusahaan
akan
Dalam
kenyataannya,
terdapat
perusahaan-perusahaan
yang
12
dalam
secara
legal.
Risiko
pembiayaan
yang
berlebih
dapat
rasio
tertimbang
bisnis
oleh
yang
Altman
umum
untuk
menggunakan
menentukan
sistem
kemungkinan
kalkulasi
kebangkrutan.
13
perusahaan jasa.
Z-Score awal yang dibuat Altman adalah:
Z = 1.2T1 + 1.4T2 + 3.3T3 + .6T4 + .999T5. dengan
Mengukur tingkat
Value
of
Total
Liabilities).
Penambahan
dimensi
pasar
dapat
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Profil Perusahaan
3.1.1 Pendirian
Perseroan adalah sebuah perusahaan yang berstatus Penanaman Modal Asing
(PMA), didirikan berdasarkan Akta Notaris No.4 tanggal 7 Oktober 1971 dan Akta No.9
tanggal 6 Januari 1972 dengan nama PT Asahimas Flat Glass Co., Ltd., oleh
Koerniatini Karim, notaris di Jakarta. Akta Notaris tersebut telah mendapat persetujuan
dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. J.A.5/5/19
tanggal 17 Januari 1972 serta telah diumumkan dalam Berita Negara No. 18 tanggal 3
Maret 1972 dan Tambahan No. 83/1972.
3.1.2 Perubahan Anggaran Dasar
Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami beberapa perubahan berkenaan dengan
hal-hal tersebut di bawah ini:
Perubahan nama Perseroan dari PT Asahimas Flat Glass Co., Ltd., menjadi PT
Asahimas Flat Glass Tbk berdasarkan Akta Notaris No. 73 tanggal 26 Juni 1998 oleh
Amrul Partomuan Pohan SH, LL.M, notaris di Jakarta dan telah mendapat Persetujuan
dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C212065.HT.01.04. TH.98 tanggal 25 Agustus 1998 serta telah diumumkan dalam Berita
Negara No. 6510 tanggal 24 Nopember 1998 dan Tambahan No. 94/1998. Perluasan
bidang usaha Perseroan dalam bidang industri kaca dan ekspor impor, berdasarkan
Akta Notaris No. 54 tanggal 28 Mei 2003 oleh Amrul Partomuan Pohan SH, LL.M,
notaris di Jakarta, dan telah mendapat Persetujuan dari Menteri Hukum dan HAM
utang dari bank. Konsistensi PT. Asahimas yang tidak mengandalkan utang jangka
panjang dalam membiayai investasinya telah di mulai sejak tahun 2008. Di mana utang
yang dimiliki oleh PT. Asahimas terdiri dari utang jangka pendek atau utang usaha dan
utang jangka panjang dalam bentuk liabilitas imbalan kerja. Kondisi struktur modal PT.
Asahimas sejak tahun 2010 kemudian dijelaskan pada tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1 Struktur Modal PT. Asahimas
Tahu
n
201
0
201
1
201
2
201
3
Total
Asset
2,372,6
57
2,690,5
95
3,115,4
21
3,539,3
93
6.3
%
7.3
%
6.4
%
Curren
t
liabiliti
es
325,8
54
333,1
32
426,6
69
473,9
60
201
4
3,724,6
01
2.5
%
437,2
16
%
1.1
%
12.3
%
5.3
%
4.0
%
Long
term
liabiliti
es
203,8
78
212,2
63
231,6
63
304,7
06
2.0
%
4.4
%
13.6
%
Total
Liabiliti
es
529,73
2
545,39
5
658,33
2
778,66
6
314,6
83
1.6
%
751,89
9
%
1.5
%
9.4
%
8.4
%
1.7
%
Total
Equity
1,842,9
25
2,145,2
00
2,457,0
89
2,760,7
27
2,972,7
02
%
7.6
%
6.8
%
5.8
%
DER
0.28
74
0.25
42
0.26
79
0.28
21
DAR
0.2232
65
0.2027
04
0.2113
14
3.7
%
0.25
29
0.2018
74
0.22
Dari data rasio utang asset (DAR) di atas kita menemukan bahwa pembiayaan asset
PT. Asahimas dengan menggunakan utang sebanyak 22% dari total asetnya. Meski
mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya, tingkat utang PT. Asahimas masih dalam
batas wajar. Selebihnya, sebanyak 78% pendanaan di ambil dari modal perusahaan.
Hal ini diperjelas dengan rasio utang-modal pada tahun 2013. Angka 0.28 menunjukkan
bahwa total utang PT. Asahimas merupakan 28% dari modal sendiri yang digunakan
untuk mendanai aktiva-aktivanya. Dari total ekuitas yang dilakukan untuk mendanai
asset-aset PT. Asahimas, sebanyak 86% berasal dari laba ditahan. Maka dapat
disimpulkan bahwa PT. Asahimas memilih menggunakan pendanaan yang sama sekali
tidak mengandung resiko karena laba ditahan merupakan hasil keuntungan perusahaan
di periode sebelumnya yang disisihkan sebagai modal bagi investasi di tahun 2013.
Meski secara kasat mata PT. Asahimas sangat jauh dari resiko default, namun kita
dapat mengukur resiko default PT. Asahimas dengan lebih tepat menggunakan Altman
Z-score. model ini digunakan untuk menghitung klasifikasi resiko default dari sebuah
perusahaan ketika melakukan pinjaman. Metode ini dilakukan dengan melakukan
pengamatan terhadap berbagai rasio keuangan dari peminjam (borrower) yang
diformulasikan sebagai berikut:
Z =1.2 X 1+1.4 X 2+3.3 X 3+0.6 X 4+ 0.999 X 5
Dimana:
X1 merupakan perbandingan antara working capital terhadap total asset
X2 merupakan perbandingan antara laba ditahan terhadap total asset
X3 merupakan perbandingan antara Earning before Interenst and Taxes terhadap total
asset
X4 merupakan perbandingan antara market value of equity terhadap long term
liabilities, dan
X5 merupakan perbandingan antara sales terhadap total asset
Berdasarkan Altman Z-score tersebut, semua perusahaan dengan nilai Z kurang dari
1.81 akan dipertimbangkan sebagai sebuah perusahaan dengan resiko default yang
tinggi. Jika nilai Z di antara 1.81 dan 2.99, maka perusahaan dianggap tidak bisa
ditentikan resiko kegagalannya. Sedangkan perusahaan dengan nilai Z di atas 2.99
dianggap sebagai perusahaan dengan resiko default yang kecil (Sanders and Cornett,
2011). Di bawah ini disajikan tabel penghitungan Altman Z-score untuk tahun 2013.
1,980,1
16
473,96
0
3,539,3
93
2,378,6
44
450,75
3
3,038,0
00
304,70
6
3,216,4
80
0.5594
51
0.6720
49
0.1273
53
9.9702
66
0.9087
66
8.9224
91
Perhitungan Z-score untuk tahun 2013 menunjukkan nilai di atas 2.99. Artinya, resiko
default untuk PT. Asahimas sangat kecil bahkan PT. Asahimas dapat mengambil utang
lagi untuk meningkatkan nilai perusahaannya.
Pada RUPST Perseroan tanggal 31 Mei 2013 para pemegang saham telah menyetujui
pembayaran dividen tunai sebesar Rp 34.720.000.000,- atau 10,02% dari jumlah laba
bersih Perseroan tahun buku 2012. Setiap pemegang saham memperoleh dividen tunai
sebesar Rp 80 per saham. Dividen tunai tersebut telah dibayarkan kepada pemegang
saham pada tanggal 15 Juli 2013.
3.2.2 Tahun 2014
Pada tahun 2014 PT. Asahimas memiliki ikatan material dengan beberapa vendor
terkait untuk membangun pabrik kaca lembaran dengan total kapasitas produksi
sebesar 210.000 ton per tahun dengan nilai investasi sebesar USD.154,9 juta di
Cikampek, Karawang, Jawa Barat. Pembangunan pabrik tersebut akan dimulai pada
awal tahun 2015 dan diperkirakan akan selesai pada semester kedua tahun 2016.
Sumber dana yang digunakan untuk investasi, direncanakan menggunakan kas internal
Perseroan, pinjaman bank dan/atau institusi pembiayaan lainnya dengan menggunakan
mata uang USD. Untuk melindungi risiko dari posisi mata uang asing yang terkait,
Perseroan telah mempunyai deposito berjangka dalam mata uang USD. Perseroan juga
menerima pendapatan dalam bentuk mata uang asing dari penjualan ekspor yang
dinilai cukup mendanai pengeluaran impor dan kebutuhan mata uang asing.
PT. Asahimas sendiri memang konsisten untuk menjaga tingkat utangnya dibawah 25%
dari total asetnya. Jika menilik laporan keuangan tahun 2014, rasio Debt to Equity-nya
adalah 0.2529. maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan utang hanya 25% dari total
ekuitasnya. Sebenarnya, PT Asihimas tidak menggunakan utang bank sama sekali di
tahun 2014. Utang yang dimiliki PT. Asahimas hanya merupakan utang jangka pendek
dan untuk utang jangka panjangnya merupakan utang imbalan kerja. Maka, dapat
disimpulkan bahwa Pt. Asihimas berkomitmen untuk tidak menggunakan utang jangka
panjang dalam mengerjakan proyek-proyek investasinya.
22034
56
43721
6
37246
01
23786
44
31294
4
33635
00
31468
3
17848
42
0.5915
95
0.6386
31
0.0840
21
10.688
53
0.4792
04
8.7731
11
Dengan nilai Z-score berada jauh di atas 2.99 maka perusahaan menanggung resiko
default yang sangat kecil. Dengan kondisi seperti ini sebenarnya PT. Asahimas masih
mampu untuk menambah pinjamannya jika ingin mendanai investasi di masa datang.
BAB IV
PENUTUP
Teori MM menjelaskan tentang pentingnya penggunaan utang dalam struktur
modal untuk meningkatkan nilai perusahaan. Penggunaan utang akan memberikan tax
shield bagi perusahaan hingga perusahaan dapat menggunakan 100% utang untuk
terus mengurangi pajak. Namun, teori trade off memperingatkan tentang pentingnya
menjaga tingkat utang pada taraf tertentu. Pengurangan pajak yang terus menerus
akibat utang membuat perusahaan menerima resiko kebangkrutan dalam jumlah yang
tinggi pula. Perusahaan akan menanggung financial distress sebagai trade off atas
penggunaan utang berlebih. Maka, struktur modal ditetapkan berdasarkan komposisi
atas tax shield maksimal yang didapatkan oleh perusahaan dibandingkan dengan
financial distress yang akan dialami ketika meminjam sejumlah utang tertentu.
Namun, PT. Asihimas tidak melihat tax shield, sebagaimana yang didapatkan
ketika mendanai melalui utang, sebagai strategi untuk meningkatkan nilai perusahaan.
PT. Asihimas tidak pernah melakukan pinjaman bank sejak tahun 2008. Dari srruktur
modal yang dimiliki PT. Asihimas pada tahun 2013 dan 2014 kita memperoleh informasi
tentang tidak terdapatnya utang bank dalam pendanaan utangnya. Utang jangka
panjang perusahaan hanya berasal dari utang imbalan kerja dimana utang ini sama
sekali tidak memiliki interest bearing yang dapat menurunkan pembayaran pajak.
Selebihnya, perusahaan hanya meminjam dalam jangka pendek untuk kelangsungan
operasionalnya. Lebih jauh ketika kita melihat rasio utang-modal PT. Asihimas pada dua
tahun tersebut, kita menemukan bahwa total hutang perusahaan tidak pernah lebih dari
28% terhadap total ekuitasnya. Begitupun jika kita melihat komposisi utang untuk
mendanai asetnya dimana kita dapat jelaskan melalui rasio utang-aset perusahaan.
Pada tahun 2013 dan 2014 aset mereka didanai tidak lebih dari 22% atas utang.
Artinya, PT. Asihimas menggunakan ekuitas lebih banyak untuk mendanai asetasetnya. Dari total ekuitas yang dimiliki oleh PT. Asihimas, perusahaan cenderung
mengandalkan laba ditahan yang ditunjukkan dari proporsinya yang berada di atas 80%
atas total ekuitas yang dimiliki.
DAFTAR PUSTAKA
Asahimas Flat Glass Tbk. Company Report: July 2014. Juni 2015
Brealey., Myers., Marcus.(2001). Fundamentals of corporate finance. New Jersey:
Prentice Hall, inc.
PT. Asahimas Flat Glass Tbk. Laporan Tahunan 2013. Juni 2015.
PT. Asahimas Flat Glass Tbk. Laporan Tahunan 2014. Juni 2015.
Saunders, Anthony and Cornett, Marcia M. (2011). Financial Institution Management (7 th
edition). Singapore: McGraw-Hill.
http://setiawanzenegger10.blogspot.com/2011/06/teori-struktur-modal.html (23062015 /
22:01)
LAMPIRAN