Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PANDEMI COVID-19 DAN PELUANG PENERAPAN


ETIKA BISNIS ISLAM
(Sebuah Tinjauan Dimensi Vertikal dan Horisontal )

Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. Gunawan Budiyanto M.P., IPM

Disusun Oleh :
Barori Budi Aji
(20221020008)

MAGSITER MANAGEMEN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Assakamualaikum Wr.Wb.

Puji Syukur hanya pantas dan sepantasnya kami haturkan kepada Allah SWT yang
atas perkenan dan Ridho-Nya kami bisa menyelesaikan penulisan artikel makalah
“ Pandemi Covid-19 dan Peluang Penerapan Etika Bisnis Islam” (sebuah
tinjauan dari dimensi Vertikal dan Horisontal), yang merupakan bagian
pengasahan ilmu pada mata kuliah Etika Bisnis Islam pada Program Pasca Sarjana
Magister Management Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Pandemi Covid-19 yang terjadi pada tahun 2020 hingga saat ini masih
memberikan dampak yang signifikan terhadap kehidupan manusia, termasuk juga
terhadap dunia bisnis. Tantangan yang dihadapi oleh dunia bisnis khususnya di
Indonesia cukup besar dalam menghadapi pandemi ini. Banyak perusahaan yang
mengalami kesulitan dalam menjalankan bisnisnya, bahkan beberapa di antaranya
terpaksa gulung tikar.

Dalam menghadapi situasi yang penuh ketidakpastian ini, etika bisnis menjadi
faktor penting bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Etika bisnis yang
diimplementasikan dengan baik dapat membantu perusahaan dalam mengelola
risiko yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19 dan menjaga hubungan baik
dengan para pemangku kepentingan, termasuk dengan pelanggan, karyawan, dan
masyarakat.

Dalam artikel ini, kami akan membahas mengenai penerapan etika bisnis Islam
dalam menghadapi pandemi Covid-19 di Indonesia. Kami akan menjelaskan
mengenai definisi etika bisnis Islam, tujuan etika bisnis Islam, prinsip-prinsip
etika bisnis Islam, serta bagaimana penerapan etika bisnis Islam dapat membantu
perusahaan dalam menghadapi pandemi Covid-19. Kami berharap artikel ini dapat
memberikan wawasan yang bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi pelaku
bisnis di Indonesia dalam menghadapi situasi yang tidak pasti ini.

Wassalamu alaikum Wr.wb.

2
Daftar isi

Halaman Judul …………………………………………………………………..


Kata Pengantar …………………………………………………………………2
Daftar isi ………………………………………………………………………...3
BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………………4
BAB II. LANDASAN TEORI ………………………………………………….6
a. Definisi Etika dan Etika secara Islami ……………………………………….6
b. Definisi Bisnis dan Bisnis Secara Islami …………………………………….8
c. Definisi Etika Bisnis dan Etika Bisnis Secara Islami ………………………..10
d. Tujuan Etika Bisnis Islami …………………………………………………..12

BAB III. PRAKTIK BISNIS DIMASA PANDEMI DI INDONESIA …….14

a. Praktik Etika Bisnis Secara Umum …………………………………………15


- Perilaku berika terhadap pekerja ………………………………………..15
- Perilaku Bisnis Beretika terhadap Organisasi Tempat Bekerja …………15
- Perilaku Bisnis Beretika Terhadap Pelaku Bisnis Lainnya ……………..16
b. Menerapkan Perilaku Bisnis Beretika ………………………………………16
c. Penilaian Etika Bisnis ………………………………………………………18

BAB IV. PEMBAHASAN (Praktik Bisnis di Masa Pandemic dari Sudut


Pandang Etika Bisnis Islam)……………………………………………………
21

BAB V. KESIMPULAN ………………………………………………………..24

Daftar Pustaka ………………………………………………………………….26

3
BAB I
PENDAHULUAN

Pandemi Covid-19 telah mengubah lanskap bisnis secara signifikan di seluruh dunia, dengan
perusahaan-perusahaan menghadapi tantangan besar dalam menjaga kelangsungan operasi
mereka. Namun, dalam mengatasi situasi ini, banyak perusahaan telah memperhatikan
pentingnya penerapan etika bisnis Islam dalam mengelola risiko yang diakibatkan oleh
pandemi Covid-19. Dalam menghadapi situasi yang penuh ketidakpastian ini, banyak
perusahaan mulai mencari cara untuk menghadapi dampak pandemi yang kompleks secara
etis dan berkelanjutan. Di tengah perubahan paradigma bisnis global, etika bisnis Islam telah
menjadi topik yang semakin relevan dan menarik minat banyak pihak.

Di dunia ini ada beberapa sistem ekonomi, ada sistem ekonomi kapitalis yang lebih
terdesentralisasi, ada pula sistem ekonomi terpusat atau tersentralisasi, dan ada sistem
ekonomi yang didasarkan pada prinsip-prinsip syariah. Dalam Islam, etika bisnis memiliki
peran penting dalam memandu perilaku perusahaan dan individu dalam memastikan bahwa
mereka beroperasi dengan cara yang adil, jujur, dan transparan. Konsep seperti keadilan,
tanggung jawab sosial, dan ketaatan terhadap hukum dan regulasi sangat penting dalam etika
bisnis Islam. Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk muslim terbanyak di
dunia. Dari 1998 hingga saat ini ekonomi Indonesia terus bertumbuh dan di dalamnya tidak
lepas dari sektor bisnis. Dewasa ini, perkembangan praktik ekonomi syariah di Indonesia juga
terus meningkat yang terlihat juga dari sektor perbankan syariah yang mulai bertumbuh,
begitu pula pengembangan produk-produk investasi berbasis syariah.

Etika bisnis Islam adalah konsep yang didasarkan pada prinsip-prinsip Islam yang melibatkan
nilai-nilai seperti keadilan, kejujuran, keberlanjutan, dan tanggung jawab sosial. Pandemi
Covid-19 telah menyoroti pentingnya penerapan prinsip-prinsip etika bisnis Islam dalam
menghadapi tantangan sosial, ekonomi, dan lingkungan yang kompleks.

Dalam menghadapi pandemi Covid-19, penerapan etika bisnis Islam dapat membantu
perusahaan dalam mengelola risiko dan meminimalkan dampak negatifnya pada operasi
bisnis. Misalnya, prinsip keadilan dapat membantu perusahaan memastikan bahwa keputusan
bisnis yang diambil selama pandemi tidak merugikan kelompok tertentu atau mengambil
keuntungan dari situasi sulit yang dihadapi oleh orang lain.

4
Selain itu, tanggung jawab sosial juga menjadi penting dalam konteks pandemi, di mana
banyak orang terdampak secara ekonomi dan sosial. Dalam hal ini, perusahaan dapat
membantu meringankan beban masyarakat melalui berbagai inisiatif, seperti
menyumbangkan sebagian keuntungan untuk membantu orang yang terdampak, atau
memberikan bantuan finansial dan sumber daya untuk membantu dalam penanganan
pandemi.

Banyak penelitian dan literatur yang telah membahas tentang penerapan etika bisnis Islam
dalam konteks pandemi Covid-19. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa penerapan
prinsip-prinsip etika bisnis Islam dapat memberikan manfaat bagi perusahaan dalam
menghadapi tantangan pandemi ini.

Menurut Abdullah dan Rahim (2020), penerapan etika bisnis Islam dapat membantu
perusahaan menghadapi dampak ekonomi pandemi Covid-19 dengan cara yang adil dan
berbasis pada prinsip keadilan sosial Islam. Dalam penelitian mereka, Abdullah dan Rahim
menggarisbawahi pentingnya integritas, transparansi, dan kebijakan yang berbasis pada
keadilan dalam pengelolaan sumber daya perusahaan serta pemberdayaan stakeholders yang
terdampak oleh pandemi.

Selain itu, studi lain oleh Wibisono (2020) menyatakan bahwa etika bisnis Islam dapat
mempromosikan konsep keberlanjutan dalam menghadapi pandemi Covid-19. Konsep
keberlanjutan dalam etika bisnis Islam melibatkan tanggung jawab terhadap lingkungan,
masyarakat, dan generasi masa depan. Dalam konteks pandemi, Wibisono berargumen bahwa
perusahaan yang menerapkan prinsip-prinsip etika bisnis Islam dapat berkontribusi pada
peningkatan keberlanjutan bisnis dengan menghadapi tantangan lingkungan, mengelola risiko
sosial, dan berperan aktif dalam membantu masyarakat yang terdampak.

Penerapan etika bisnis Islam juga dapat membantu perusahaan dalam mengelola risiko yang
diakibatkan oleh pandemi Covid-19. Dalam studi yang dilakukan oleh Elamin et al. (2021),
mereka menekankan pentingnya etika bisnis Islam dalam pengelolaan risiko dan mitigasi
dalam konteks pandemi. Etika bisnis Islam mengedepankan prinsip kehati-hatian dan prinsip
saling menolong antar anggota masyarakat yang dapat membantu perusahaan dalam
menghadapi risiko yang tidak pasti dan mengurangi dampak negatif pada masyarakat.

Terakhir, ketaatan terhadap hukum dan regulasi juga sangat penting dalam mengelola risiko
pandemi Covid-19. Dalam hal ini, perusahaan harus memastikan bahwa mereka mematuhi

5
semua peraturan dan panduan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan badan kesehatan terkait,
serta memastikan keselamatan dan kesehatan karyawan dan pelanggan mereka.

BAB II

LANDASAN TEORI

a. Definisi Etika dan Etika secara Islami


Etika adalah cabang filsafat yang membahas mengenai prinsip-prinsip moral dan
bagaimana cara mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Etika dapat
diartikan sebagai kajian mengenai apa yang benar dan salah, baik dan buruk, atau hal
yang layak dan tidak layak dalam kehidupan manusia. Etika memiliki peran penting
dalam menjaga moralitas manusia dan mengatur tindakan mereka agar sesuai dengan
prinsip-prinsip moral yang diakui secara luas.

Etika merupakan kata yang secara etimologi berasal dari Bahasa Yunani ethikos yang
berarti aplikasi ke dalam watak moralitas suatu tindakan moral, aktualisasi kehidupan
yang baik secara moral, serata analisis terhadap konsep yang harus dilakukan
berdasarkan aturan moral. Berdasarkan Ebert dan Griffin (2017), Etika didefinisikan
sebagai kepercayaan terhadap apa yang baik dan apa yang buruk.

Sedang etika islam adalah cabang ilmu yang membahas tentang moralitas Islam dan
prinsip-prinsip Islam yang berkaitan dengan tindakan manusia. Etika Islam
merupakan bagian integral dari ajaran Islam dan mencakup prinsip-prinsip moral yang
harus diikuti oleh umat Muslim dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Etika Islam
berlandaskan pada ajaran-ajaran Al-Quran dan hadis Nabi Muhammad, dan
menekankan pada nilai-nilai seperti keadilan, kesederhanaan, kerja keras, kejujuran,
kasih sayang, dan keteladanan.

Pengertian etika yang lain adalah (1) etika merupakan pedoman nilai moral
bagi seseorang atau suatu kelompok untuk mengatur tingkah lakunya, (2) etika adalah
kumpulan asas atau nilai-nilai moral kode etik, dan (3) etika merupakan ilmu tentang
watak baik dan buruk. Sedang definisi-definisi penting dalam Etika meliputi:

6
1. Moralitas: Merupakan seperangkat prinsip-prinsip atau aturan tentang apa
yang dianggap benar dan salah dalam tindakan manusia. Moralitas
berfungsi sebagai panduan bagi individu dalam mengambil keputusan dan
bertindak.
2. Etika normatif: Merupakan cabang etika yang berfokus pada
pengembangan prinsip-prinsip moral yang ideal dan mendorong manusia
untuk bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut.
3. Etika deskriptif: Merupakan cabang etika yang mempelajari perilaku
manusia dalam kehidupan sehari-hari, tanpa menentukan mana yang benar
atau salah. Etika deskriptif menggambarkan perilaku manusia berdasarkan
faktor-faktor sosial, budaya, dan psikologis yang mempengaruhinya.
4. Etika terapan: Merupakan aplikasi prinsip-prinsip etika dalam situasi
kehidupan nyata. Etika terapan membahas bagaimana prinsip-prinsip
moral dapat diterapkan dalam lingkungan kerja, bisnis, politik, atau dalam
hubungan sosial.

Dalam Etika Islam, definisi-definisi tersebut juga berlaku dengan beberapa tambahan.
Etika Islam menekankan pentingnya pengembangan prinsip-prinsip moral yang ideal
yang berkaitan dengan ajaran-ajaran Islam dan mendorong individu untuk bertindak
sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut. Etika Islam juga mempelajari perilaku manusia
dalam kehidupan sehari-hari, namun berdasarkan panduan Al-Quran dan hadis Nabi
Muhammad. Etika Islam mendorong penerapan prinsip-prinsip moral dalam situasi
kehidupan nyata sesuai dengan ajaran Islam, seperti dalam bisnis, politik, atau
hubungan sosial.

Menurut Ebert dan Griffin (2017), hal-hal yang mempengaruhi etika seseorang adalah
nilai-nilai dan norma yang dimiliki oleh seseorang dan konteks sosial dalam perilaku
seseorang. Suatu perilaku disebut beretika apabila perilaku tersebut sesuai dengan
kepercayaan individu dan norma sosial yang dianut di tempat tersebut, sedangkan
perilaku disebut tidak beretika apabila perilaku tersebut tidak sesuai dengan
kepercayaan seseorang dan norma sosial yang ada. Mengingat Indonesia adalah
negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, maka nilai, norma, dan moralitas
yang berdasarkan pendekatan Islam juga dijunjung tinggi di banyak tempat di
Indonesia.

7
Di dalam Islam, istilah yang paling dekat dengan etika adalah Khuluq yang berarti apa
yang diusahakan manusia untuk mencapai kemuliaan sesuai dengan penciptanya.
Khuluq juga dapat diartikan sebagai tabiat atau budi pekerti dan sifat yang satria.

b. Definisi Bisnis dan Bisnis Secara Islami

Bisnis adalah suatu kegiatan ekonomi yang dilakukan dengan tujuan memperoleh
keuntungan dengan cara menjual barang atau jasa kepada pelanggan. Definisi bisnis
ini juga mencakup kegiatan pengelolaan sumber daya dan perencanaan strategis
dalam rangka mencapai tujuan bisnis yang telah ditetapkan.

Terdapat beberapa definisi bisnis. Menurut Grifin dan Ebert (2017) bisnis adalah
organisasi yang menyediakan barang atau jasa untuk dijual untuk memperoleh
keuntungan. Menurut Sukirno (2010) bisnis adalah suatu keseluruhan kegiatan untuk
memperoleh keungungan yang di dalamnya juga termasuk individu atau kelompok.
Sedangkan menurut Madura (2010), bisnis adalah suatu bada yang diciptakan untuk
menghasilkan produk barang dan jasa kepada pelanggan.

Dalam perspektif Islam, bisnis bukan sekedar mencari keuntungan semata, tetapi juga
mencakup aspek moral dan etika. Oleh karena itu, bisnis Islam lebih menekankan
pada nilai-nilai kejujuran, transparansi, tanggung jawab sosial, dan keseimbangan
antara aspek materi dan spiritual dalam kegiatan bisnis. Dan menurut pandangan
Islam, kata-kata yang digunakan untuk mendefinisikan bisnis adalah al-tijarah,
tadayantum, dan isytara dan dari ketiganya, al-tijarah-lah yang paling sering
digunakan. Kata dasar al-tijarah adalah tajara, tajra wa tijarata, yang bermakna
sebagai kegiatan berdagang atau niagra. Al-tijarah sendiri berarti pengelolaan harta
benda untuk mencari keuntungan. Walaupun kata-kata ini semata terkesan seperti
mencari untung semata, tetapi kegiatan berbisnis dalam Islam tidak boleh hanya
melibatkan perniagaan di antara kaum manusia tetapi juga merupakan hal yang
melibatkan Allah SWT. Dan berdasarkan ilmu fikih, cara-cara yang diperbolehkan
dalam berbisnis harus mencakup 3 hal ini :

8
1. Perdagangan ialah suatu bagian muamalat yang berbentuk transaksi antara
seseorang dengan oran glain
2. Transaksi perdangangan tersebut dilaksanakan dalam bentuk jual beli yang
diwujudkan dalam bentuk ijab dan qabul.
3. Perdagangan yang dilaksanakan bertujuan atau disertai motif untuk mencari
keuntungan.

Menurut Abdullah (2013), bisnis Islam merupakan bentuk bisnis yang memperhatikan
nilai-nilai etika Islam dan berlandaskan pada prinsip-prinsip Islam dalam aktivitas
bisnisnya. Bisnis Islam bertujuan untuk membawa kesejahteraan bagi umat manusia
di dunia dan akhirat, dengan menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan etika yang
diajarkan dalam Islam.

Sementara itu, Kamali (2003) menjelaskan bahwa bisnis Islam mencakup segala
aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh individu atau perusahaan, yang dilandasi oleh
prinsip-prinsip hukum Islam dan etika yang tinggi. Bisnis Islam juga berupaya untuk
mencapai tujuan ekonomi dengan cara yang tidak merugikan kepentingan masyarakat,
memenuhi hak-hak karyawan dan konsumen, serta menjaga kelestarian lingkungan
hidup.

Konsep bisnis Islam ini sejalan dengan pandangan Al-Quran dan Hadis Nabi
Muhammad. Dalam Al-Quran (QS. Al-Maidah: 2), Allah SWT berfirman, "Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran (kebenaran)". Hal ini
menunjukkan bahwa bisnis harus dilakukan dengan cara yang baik dan halal, serta
tidak merugikan pihak lain.

Dalam Hadis Nabi Muhammad (HR. Bukhari dan Muslim), beliau bersabda, "Barang
siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata baik atau
diam". Hadis ini menunjukkan bahwa dalam berbisnis, seorang muslim harus selalu
berbicara dengan kata-kata yang baik dan sopan, serta menjaga kehormatan dan
martabat orang lain. Bisnis Islam juga memperhatikan prinsip-prinsip muamalah,
yaitu prinsip-prinsip yang berkaitan dengan hubungan antara manusia dalam aktivitas
ekonomi. Kamali (2003) menjelaskan bahwa prinsip-prinsip muamalah dalam Islam
9
mencakup hal-hal seperti jual beli, pinjam meminjam, perjanjian, dan tanggung jawab
sosial. Dalam Islam, kegiatan bisnis juga harus memperhatikan nilai-nilai
kemanusiaan dan kesejahteraan sosial. Hal ini sesuai dengan prinsip keadilan sosial
dalam Islam, yang menekankan pentingnya pemerataan kekayaan dan keadilan dalam
berbagai aspek kehidupan.

Bisnis Islam juga memperhatikan prinsip-prinsip tazkiyah al-nafs, yaitu prinsip-


prinsip yang berkaitan dengan penyucian jiwa dan moral. Prinsip ini mencakup aspek-
aspek seperti kejujuran, integritas, tanggung jawab sosial, serta keseimbangan antara
kepentingan pribadi dan kepentingan masyarakat. Dalam perspektif Islam, bisnis yang
baik adalah bisnis yang dilakukan dengan niat yang ikhlas, tidak merugikan pihak
lain, dan memberikan manfaat yang luas bagi masyarakat.

Dalam mempraktikkan bisnis Islam, perusahaan dapat menerapkan konsep-konsep


seperti zakat, sedekah, dan wakaf. Zakat adalah salah satu rukun Islam yang wajib
dikeluarkan oleh umat Muslim yang mampu, sebagai bentuk kewajiban sosial dalam
memperoleh keberkahan dari Allah SWT. Sedekah dan wakaf juga merupakan amalan
yang dianjurkan dalam Islam, sebagai bentuk kepedulian sosial dan kemanusiaan.

Selain itu, bisnis Islam juga memperhatikan aspek lingkungan hidup dan
keberlanjutan bisnis. Perusahaan yang menerapkan prinsip-prinsip bisnis Islam harus
memperhatikan dampak dari kegiatan bisnisnya terhadap lingkungan hidup, serta
menjaga keberlangsungan bisnis dengan cara yang berkelanjutan dan bertanggung
jawab.

Dalam menghadapi pandemi Covid-19, perusahaan yang menerapkan prinsip bisnis


Islam juga dapat lebih mudah dalam mengelola risiko yang diakibatkan oleh pandemi.
Prinsip bisnis Islam yang berorientasi pada kesejahteraan umat manusia dan
keseimbangan antara aspek materi dan spiritual dapat membantu perusahaan dalam
mengambil keputusan yang tepat, serta memperhatikan dampak sosial dan lingkungan
dari kegiatan bisnisnya.

c. Definisi Etika Bisnis dan Etika Bisnis Secara Islami

10
Etika bisnis adalah seperangkat nilai dan prinsip yang mengatur perilaku bisnis dalam
masyarakat. Etika bisnis membahas tentang bagaimana sebuah perusahaan harus
berperilaku secara etis, termasuk di dalamnya bagaimana memperlakukan karyawan,
pelanggan, dan lingkungan. Etika bisnis juga berkaitan dengan keputusan yang
diambil oleh perusahaan dalam menghadapi masalah dan situasi yang kompleks.

Menurut Ebert dan Griffin (2017), etika bisnis adalah suatu istilah yang merujuk pada
perilaku beretika oleh pelaku bisnis yang dalam hal ini adalah pekerja dan manajer
dalam konteks melakukan pekerjaannya.

Sementara itu, etika bisnis secara Islami adalah seperangkat nilai dan prinsip yang
berkaitan dengan ajaran Islam. Etika bisnis Islam didasarkan pada prinsip-prinsip
ajaran Islam, seperti kejujuran, keadilan, kepercayaan, tanggung jawab sosial, dan
keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat. Etika bisnis Islam juga
menempatkan Tuhan sebagai pusat dari segala aktivitas bisnis.

Dalam perspektif Islam, bisnis yang baik adalah bisnis yang dijalankan dengan niat
yang baik, memperhatikan kepentingan umum, tidak merugikan orang lain, dan
memberikan manfaat yang luas bagi masyarakat. Prinsip-prinsip etika bisnis Islam
juga mencakup aspek moral, seperti menjaga kejujuran, integritas, dan keadilan dalam
melakukan bisnis.

Dalam konteks bisnis Islam, penting untuk memahami prinsip-prinsip syariah yang
mengatur aktivitas bisnis. Syariah memberikan panduan dalam mengatur kegiatan
bisnis, seperti dalam hal pengelolaan keuangan, produk dan layanan, hubungan
dengan konsumen dan karyawan, serta aspek sosial dan lingkungan. Dalam bisnis
Islam, konsep seperti zakat, sedekah, dan wakaf juga diterapkan sebagai bentuk
kepedulian sosial dan kemanusiaan. Dalam Pandangan Islam, perilaku beretika dalam
berbisnis ini tidak melupakan bahwa dalam melaksanakan praktik bisnis juga
melibatkan praktik mencari keridhaan Allah SWT oleh karena bisnis tidak semata
hanya mencari tujuan jangka pendek di dunia ini yaitu memperoleh keuntungan
berdasarkan kalkulasi matematika, tetapi juga untuk mencari tujuan jangka panjang
yaitu pertanggung jawaban pribadi dihadapan Allah SWT.

Dalam surah An Nisa ayat 29, dituliskan suatu surah yang dalam Indonesia dikutip
sebagai berikut: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
11
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh
dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Larangan
membunuh diri sendiri mencakup juga larangan membunuh orang lain, sebab
membunuh orang lain berarti membunuh diri sendiri, karena umat merupakan suatu
kesatuan”.

d. Tujuan Etika Bisnis Islami


Tujuan utama dari penerapan etika bisnis Islam adalah untuk memastikan bahwa
bisnis dilakukan dengan cara yang halal, adil, dan bermanfaat bagi masyarakat secara
keseluruhan. Dalam konteks bisnis Islam, tujuan utama adalah untuk mencapai
keuntungan melalui cara-cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan etika
bisnis Islam. Hal ini memastikan bahwa perusahaan tidak hanya fokus pada
keuntungan finansial semata, tetapi juga memperhatikan tanggung jawab sosial dan
lingkungan mereka serta memberikan manfaat yang luas bagi masyarakat.

Velasquez (2005:74) berpendapat bahwa Etika bisnis adalah studi yang difokuskan
tentang moral yang benar dan salah, dan berkonsentrasi pada standar moral
sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Di dalam etika
bisnis keuntungan bukanlah satu-satunya tujuan organisasi, maka dari itu etika
memiliki peranan yang sangat penting di dalam dunia bisnis. Menurut Kerin et al,
etika adalah prinsip-prinsip moral dan nilai-nilai yang mengatur tindakan dan
keputusan dari seorang individu atau kelompok (dalam Story & Hess, 2010:61)

Selain itu, tujuan dari etika bisnis Islam adalah untuk menghindari praktik-praktik
bisnis yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam, seperti riba, gharar, maysir, dan
ribut. Etika bisnis Islam juga mendorong perusahaan untuk berkontribusi pada
pembangunan sosial dan ekonomi yang berkelanjutan, sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Hal utama dari tujuan dilakukannya kode etik bisnis secara islam adalah sebagai
berikut:

1. Mengatur, mengembangkan dan menancapkan metode berbisnis dalam kerangka


ajaran agama. Kode etik ini juga menjadi simbol arahan agar melindungi pelaku
bisnis dari risiko.

12
2. Kode ini dapat menjadi dasar hukum dalam menetapkan tanggungjawab para
pelaku bisnis, terutama bagi diri mereka sendiri, antara komunitas bisnis,
masyarakat, dan diatas segalanya adalah tanggungjawab di hadapan Allah SWT.
3. Kode etik ini dipersepsi sebagai dokumen hukum yang dapat menyelesaikan
persoalan yang muncul, daripada harus diserahkan kepada pihak peradilan.
4. Kode etik dapat memberi kontribusi dalam penyelesaian banyak persoalan yang
terjadi antara sesama pelaku bisnis dan masyarakat tempat mereka bekerja.
Sebuah hal yang dapat membangun persaudaraan (ukhuwah) dan kerja sama
antara mereka semua.

Selain tujuan-tujuan tersebut, etika bisnis Islam juga memiliki beberapa tujuan
khusus, antara lain:

1. Meningkatkan kualitas produk dan layanan yang diberikan oleh perusahaan. Dalam
bisnis Islam, perusahaan diharapkan untuk memberikan produk dan layanan yang
berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat.
2. Menjaga kepercayaan dan integritas perusahaan. Dalam bisnis Islam, integritas dan
kepercayaan sangat penting. Perusahaan harus memastikan bahwa mereka tidak
terlibat dalam praktik-praktik bisnis yang merugikan masyarakat dan
mempertahankan integritas mereka sebagai perusahaan yang berkomitmen pada
prinsip-prinsip etika bisnis Islam.
3. Meningkatkan kesejahteraan karyawan. Dalam bisnis Islam, perusahaan diharapkan
untuk memperhatikan kesejahteraan karyawan mereka, baik dari segi upah, fasilitas,
maupun keamanan dan kesehatan kerja.
4. Berkontribusi pada pembangunan sosial dan ekonomi yang berkelanjutan. Dalam
bisnis Islam, perusahaan harus berkontribusi pada pembangunan sosial dan
ekonomi yang berkelanjutan, dengan memperhatikan dampak bisnis mereka
terhadap lingkungan dan masyarakat.

Dengan menerapkan etika bisnis Islam, perusahaan dapat mencapai tujuan-tujuan


tersebut dan meningkatkan kinerja mereka secara keseluruhan. Penerapan etika bisnis
Islam juga dapat membantu perusahaan dalam mengelola risiko yang diakibatkan oleh
berbagai faktor, termasuk pandemi Covid-19, dan memastikan bahwa mereka
beroperasi dengan cara yang bertanggung jawab dan bermanfaat bagi masyarakat.

13
BAB III

PRAKTIK BISNIS DIMASA PANDEMI DI INDONESIA

Di Indonesia, pandemi COVID-19 telah memberikan dampak yang signifikan


terhadap sektor bisnis. Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan untuk
mengendalikan penyebaran COVID-19, seperti lockdown wilayah dan pembatasan
aktivitas bisnis, yang berdampak pada penurunan pertumbuhan ekonomi dan kenaikan
angka pengangguran.

Namun, di tengah situasi sulit ini, ada beberapa praktik bisnis yang dapat dilakukan
oleh perusahaan untuk tetap bertahan dan mendukung upaya pemerintah dalam
menangani pandemi COVID-19, antara lain:

1. Adaptasi ke arah digitalisasi

Pandemi COVID-19 telah mempercepat proses transformasi digital pada sektor bisnis
di Indonesia. Perusahaan harus mampu beradaptasi dan memanfaatkan teknologi
digital untuk mempertahankan operasi bisnis mereka dan memenuhi kebutuhan
konsumen. Hal ini juga dapat membuka peluang baru bagi perusahaan untuk
mengembangkan model bisnis yang lebih inovatif dan efisien.

2. Perhatikan kesejahteraan karyawan

Kesejahteraan karyawan sangat penting selama masa pandemi COVID-19.


Perusahaan harus memastikan bahwa karyawan memiliki lingkungan kerja yang aman
dan sehat, serta mendapatkan akses ke layanan kesehatan yang memadai. Selain itu,
perusahaan harus memberikan dukungan yang cukup kepada karyawan, seperti
pelatihan dan pengembangan, agar mereka dapat bertahan dalam situasi sulit ini.

14
3. Mengambil langkah-langkah untuk membantu masyarakat

Perusahaan dapat membantu masyarakat yang terkena dampak pandemi COVID-19


dengan memberikan bantuan atau sumbangan ke organisasi kemanusiaan atau institusi
yang terkait. Hal ini dapat membantu memperkuat citra perusahaan di mata
masyarakat dan membangun hubungan yang baik dengan konsumen dan mitra bisnis.
Namun begitu, ada beberapa hal yang mendasar yang harus kita ketahui, yaitu :

A. Praktik Etika Bisnis Secara Umum

Etika bisnis adalah seperangkat prinsip dan nilai yang mengatur perilaku bisnis yang
baik dan bertanggung jawab. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa bisnis
dijalankan dengan cara yang adil, jujur, dan bertanggung jawab terhadap masyarakat,
karyawan, dan pemegang saham. Praktek etika bisnis yang baik dapat membantu
meningkatkan reputasi perusahaan dan membangun hubungan yang baik dengan
pemangku kepentingan.

Dalam praktik bisnis di suatu perusahaan atau suatu organisasi keewirausahaan maka
di dalamnya akan terdapat etika bisnis yang dilakukan oleh pekerja dan manajer.

Perilaku Beretika Terhadap Pekerja


Perilaku beretika terhadap pekerja merupakan bagian dari perilaku etik seorang
manajer. Hal ini mengatur perihal mengenai penerimaan pekerja, pemberhentian
pekerja, upah pekerja, kondisi tempat kerja, privasi, dan penghormatan terhadap
pekerja. Suatu norma dan nilai yang perlu dijunjung tinggi adalah bahwa
keputusan untuk menerima dan memberhentikan pekerja harus didasarkan
berdasarkan kemampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan. Dalam hal ini
tidak disarankan untuk membedakan orang berdasarkan ras serta tidak
menjunjung praktik nepotisme.

Terkait upah pekerja, jam kerja, dan tempat kerja sebaiknya mengikuti aturan
di mana bisnis tersebut dilakukan. Sebagai contoh, apabila bisnis tersebut
dilakukan di Sleman, maka hendaknya upah yang diberikan juga tidak lebih
rendah dari upah minimum regional (UMR).

15
Perilaku Binis Beretika Terhadap Organisasi Tempat Bekerja
Setiap orang yang bekerja di dalam suatu organisasi hendaknya memiliki prinsip
etik untuk loyal terhadap perusahaan. Prinsip loyal ini termasuk tidak memberikan
informasi internal perusahaan terhadap orang lain atau kompetitor perusahan.
Selain itu, setiap orang yang bekerja di suatu organisasi tidak disarankan untuk
membicarakan kejelekan perusahaan di depan orang lain di luar lingkungan
organisasi tersebut. Selain itu, praktik menerima gratifikasi di dalam organisasi
tempat bekerja untuk memperoleh kenaikan pangkat juga tidaklah disarankan.

Perilaku Bisnis Beretika Terhadap Pelaku Bisnis Lainnya


Selain perilaku beretika secara internal, perilaku beretika terhadap perilaku bisnis
lainnya juga disarankan. Pelaku bisnis yang dimaksud dapat berupa penyuplai,
customer, kompetitor, penyalur, pemegang saham, dan juga pekerja di
pemerintahan. Dalam hal ini segala bentuk gratifikasi dan penyalahgunaan
wewenang dan kekuasaan tidak disarankan untuk dilakukan. Penipuan dan skema
ponzi juga tidak disarankan untuk dilakukan. Menggelapkan dana serta membuat
laporan palsu untuk melarikan pajak yang seharusnya dibayarkan juga tidak
disarankan. Pembayaran hutang juga disarankan untuk mengikuti perjanjian yang
sudah disepakati kedua belah pihak dan bila ada permasalahan sebaiknay
dikomunikasikan terlebih dahulu.

B. Menerapkan Perilaku Bisnis Beretika

Untuk membantu seseorang berperilaku etik dalam segala situasi dan skenario bisnis,
terdapat 3 hal yang perlu diterapkan.

1. Kumpulkanlah semua informasi berbasis fakta terkait kondisi atu skenario


tersebut
2. Analisis fakta-fakta tersebut dan tentukan pilihan-pilihan tindakan yang berbasis
nilai dan normal di lingkungan sekitar
3. Tentukan keputusan etik terhadap situasi tersebut

16
Meskipun ketiga hal ini tampaknya mudah secara teori, dalam praktiknya hal
tersebut belum tentu berjalan dengan mulus. Terkadang seorang individu tersebut juga
dihadapkan pada situasi untuk mengambil keputusan secara cepat sehingga ketiga hal
tersebut tidak dapat ditelaah dengan lebih mendalam.

Prinsip dan norma-norma Islami yang harus diterapkan adalah sebagai berikut.
Terdapat lima dasar prinsip dalam etika Islam, yaitu kesatuan (unity), keseimbangan
(equilibrium), kehendak bebas (free will), tanggung jawab (responsibility), kebenaran,
kebajikan, dan kejujuran (truth, goodness, honesty).

Tauhid berarti kesatuan yang memadukan keseluruhan aspek-aspek kehidupan


muslim baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial menjadi keseluruhan yang
homogen, serta mementingkan konsep konsistensi dan keteraturan yang menyeluruh.
Dari konsep tersebut, Islam menawarkan keterpaduan agama, ekonomi, dan sosial
demi membentuk kesatuan. Atas dasar pandangan ini pula maka etika dan bisnis
menjadi terpadu, vertikal maupun horisontal, membentuk suatu persamaan yang
sangat penting dalam sistem Islam.

Islam sangat mengajurkan untuk berbuat adil dalam berbisnis, dan melarang
berbuat curang atau berlaku dzalim. Rasulullah diutus Allah untuk membangun
keadilan. Kecelakaan besar bagi orang yang berbuat curang, yaitu orang-orang yang
apabila menerima takaran dari orang lain meminta untuk dipenuhi, sementara kalau
menakar atau menimbang untuk orang selalu dikurangi. Kecurangan dalam berbisnis
pertanda dan mengukur dengan cara yang benar dan jangan sampai melakukan
kecurangan dalam bentuk pengurangan takaran dan timbangan.

Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis islam, tetapi
kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolektif. Kepentingan individu dibuka
lebar. Tidak adanya batasan pendapatan bagi seseorang mendorong manusia untuk
aktif berkarya dan bekerja dengan segala potensi yang dimilikinya. Kecenderungan
manusia untuk terus menerus memenuhi kebutuhan pribadinya yang tak terbatas
dikendalikan dengan adanya kewajiban setiap individu terhadap masyarakatnya
melalui zakat, infak dan sedekah.

Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan oleh manusia
karena tidak menuntut adanya pertanggungjawaban dan akuntabilitas. untuk
memenuhi tuntunan keadilan dan kesatuan, manusia perlu mempertaggungjawabkan

17
tindakanya secara logis prinsip ini berhubungan erat dengan kehendak bebas. Ia
menetapkan batasan mengenai apa yang bebas dilakukan oleh manusia dengan
bertanggungjawab atas semua yang dilakukannya.

Kebenaran dalam konteks ini selain mengandung makna kebenaran lawan dari
kesalahan, mengandung pula dua unsur yaitu kebajikan dan kejujuran. Dalam konteks
bisnis kebenaran dimaksudkan sebagia niat, sikap dan perilaku benar yang meliputi
proses akad (transaksi) proses mencari atau memperoleh komoditas pengembangan
maupun dalam proses upaya meraih atau menetapkan keuntungan. Dengan prinsip
kebenaran ini maka etika bisnis Islam sangat menjaga dan berlaku preventif terhadap
kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak yang melakukan transaksi, kerjasama
atau perjanjian dalam bisnis.

Selain itu hal-hal lain sesuai panduan Rasulullah dalam berbisnis secara Islami
adalah sebagai berikut :

1. Tidak boleh menjual aib


2. Tidak boleh berbisnis dengan mengucapkan sumpah palsu
3. Tidak boleh menjual barang yang hasilnya tidak berkah
4. Hendaknya bersikap ramah dan toleran dalam berbisnis
5. Tidak boleh menjelakkan apa yang dijual orang lain
6. Tidak boleh melakukan praktik ihtikar (menumpuk dan menyimpan barang di
masa tertentu agar harganya menjadi naik)
7. Hendaknya memberikan upah kepada karyawantepat waktu
8. Tidak melakukan monopoli
9. Tidak boleh melakukan bisnis yang mudharat yang dapat merusak kehidupan
sesorang dan kelangsungan hidup bermasyarakat
10. Tidak boleh menjual barang halal ke produsen yang akan memproduksi barang
tidak halal (anggur kepada pordusen minuman keras)
11. Tidak boleh bisnis miras, bangkai, babi, dan patung-patungan
12. Melakukan bisnis dengan sukarela tanpa paksaan
13. Segera bayar hutang
14. Tidak memaksa orang yang diberikan piutang untuk membayar utang
15. Melaksanakan bisnis yang bebas dari unsur riba

18
C. Penilaian Etika Bisnis
Untuk menilai apakah suatu perilaku dalam bisnis ini secara umum beretika atau
tidak, terdapat 4 hal yang perlu dinilai. Keempat hal tersebut adalah utility, rights,
justice, dan caring. Utility menggarisbawahi terhadap konsep “Apakah semua pihak
yang terlibat mendapatkan keuntungan yang adil?”. Rights menggarisbawahi “Apakah
perilaku tersebut menghargai hak-hak masing-masing individu yang terlibat?”.
Justice menggarisbawahi “Apakah keadilan tersebut konsisten dari waktu ke waktu?”.
Sedangkan, caring menggarisbawahi “Apakah setiap pihak sudah bertanggungjawab
satu terhadap yang lain?”.

Bila dari keempat pertanyaan ini, semuanya terpenuhi, maka tindakan atau
perilaku tersebut disebut perilaku yang beretika. Bila keempat pertanyaan ini
semuanya tidak terpenuhi, maka perilaku bisnis tersebut disebut sebagai perilaku yang
tidak beretika. Sedangkan apabila sebagian pertanyaan teresebut tidak terpenuh, maka
harus dilakukan analisis lebih lanjut mengenai alasan dibalik melakukan hal tersebut,
apakah ada suatu paksaan, apakah ada norma lain yang harus dipenuhi melebihi
norma diri sendiri. Hal seperti ini bisanya diputuskan oleh komite etik di suatu
perusahaan untuk menentukan apakah kebijakan atau perilaku yang diambil ini laik
secara etik atau tidak.

Untuk memastikan suatu perusahaan atau organisasi menerapkan prinsip etik


dalam etika bisnis, ada baiknya etika-etika bisnis tersebut ditulis dan ditempel di
ruangan-ruangan yang dapat dilihat oleh seluruh pekerja di perusahaan tersebut. Di
Amerika Serikat, hal ini disebut sebagai written codes.6 Dalam hal ini, kode etik
Islami seperti yang sudah dipaparkan di atas dapat ditulis agar semua pekerja dapat
melihat. Selain itu, pelatihan terkait perilaku etik juga sebaiknya diterapkan untuk
mengingatkan kembali terhadap para pekerja dan petinggi mengenai tindakan-
tindakan apa yang masuk ke dalam perilaku bisnis yang beretika dan mana yang tidak.

19
Gambar 1. Prinsip Bisnis

Dalam suatu bisnis, tujuan bisnis dapat berganti, strategi dan praktik bisnis dapat
berganti lebih sering, tetapi inti dan nilai-nilai dasar sebaiknya tidak berubah, dan
dalam praktik bisnis islami, nilai-nilai Silamnya yang menjadi inti dari kegiatan
berbisnis.

20
Gambar 2. Alur Penentuan Perilaku Bisnis Beretika Atau Tidak

21
BAB IV
PEMBAHASAN
(Praktek Bisnis Di Masa Pandemi dari sudut pandang Etika Bisnis Islam)

Salah satu prinsip dasar dalam etika bisnis Islam adalah keadilan dan kesetaraan.
Dalam konteks pandemi ini, prinsip ini dapat diterapkan dengan memastikan
kesehatan dan keselamatan karyawan dan pelanggan diutamakan. Hal ini dapat
dilakukan dengan memberikan fasilitas dan perlindungan yang memadai bagi
karyawan, seperti menyediakan sarana cuci tangan, masker, dan pelindung wajah,
serta memberikan ruang bekerja yang aman dan memadai.

Selain itu, perusahaan juga dapat menerapkan prinsip transparansi dalam bisnisnya.
Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan informasi yang jelas dan akurat
mengenai kondisi bisnis dan dampak pandemi terhadap bisnis tersebut, baik kepada
karyawan maupun kepada pelanggan. Perusahaan juga dapat memberikan laporan
keuangan secara transparan dan terbuka, sehingga masyarakat dapat memahami
kondisi bisnis dan dapat memberikan dukungan.

Prinsip berkelanjutan atau keberlanjutan juga dapat diterapkan dalam praktek bisnis di
masa pandemi. Perusahaan dapat mempertimbangkan dampak jangka panjang dari
keputusan bisnis yang diambil, termasuk dampak pada lingkungan, kesejahteraan
karyawan, dan keberlanjutan bisnis itu sendiri. Dalam hal ini, perusahaan dapat
mempertimbangkan untuk memperkenalkan bisnis yang lebih berkelanjutan dan
ramah lingkungan.

Selain itu, prinsip kerjasama dan saling membantu juga sangat penting dalam etika
bisnis Islam. Di masa pandemi ini, perusahaan dapat memberikan kontribusi dalam
membantu masyarakat atau kelompok yang terdampak pandemi. Hal ini dapat
dilakukan dengan memberikan bantuan kepada karyawan atau keluarganya yang
terdampak, memberikan bantuan kepada kelompok masyarakat yang membutuhkan,
atau memberikan sumbangan untuk membantu penanganan pandemi.

Dalam menerapkan etika bisnis Islam, perusahaan juga dapat mempertimbangkan


prinsip kehati-hatian dalam bisnisnya. Dalam hal ini, perusahaan dapat melakukan
penilaian risiko dengan seksama terkait dengan keputusan bisnis yang diambil di

22
masa pandemi. Perusahaan dapat mempertimbangkan risiko kesehatan dan
keselamatan kerja bagi karyawannya.

Pada pandemi COVID-19, banyak perusahaan di Indonesia terpaksa melakukan


tindakan pengurangan biaya dan pengurangan tenaga kerja untuk mempertahankan
kelangsungan bisnisnya. Namun, sebagai perusahaan yang menerapkan prinsip-
prinsip etika bisnis Islam, tindakan tersebut harus dilakukan dengan memperhatikan
aspek moral dan kemanusiaan.

Salah satu prinsip etika bisnis Islam adalah menjaga keadilan dan keseimbangan.
Dalam konteks pandemi COVID-19, hal ini bisa diterapkan dengan memberikan
perlindungan dan keamanan bagi seluruh stakeholders perusahaan, termasuk
karyawan, mitra bisnis, dan pelanggan. Perusahaan juga harus memperhatikan
kesejahteraan karyawan dan memberikan keadilan dalam melakukan pengurangan
biaya dan pengurangan tenaga kerja.

Selain itu, perusahaan juga harus mempertimbangkan pengaruh keputusan mereka


terhadap masyarakat sekitar. Pandemi COVID-19 tidak hanya memengaruhi dunia
bisnis, tetapi juga berdampak pada kesejahteraan sosial dan kesehatan masyarakat.
Oleh karena itu, perusahaan harus memperhatikan tanggung jawab sosial mereka dan
memberikan kontribusi dalam memerangi pandemi.

Dalam menerapkan prinsip-prinsip etika bisnis Islam di masa pandemi, perusahaan


juga dapat mempertimbangkan penggunaan teknologi. Teknologi dapat membantu
perusahaan untuk tetap beroperasi secara efektif dan efisien, sehingga mengurangi
dampak pandemi pada bisnis. Namun, penggunaan teknologi juga harus dilakukan
dengan memperhatikan prinsip-prinsip etika, seperti keamanan data dan privasi.

Penerapan prinsip-prinsip etika bisnis Islam di masa pandemi tidak hanya


memberikan manfaat jangka pendek, tetapi juga jangka panjang. Dalam jangka
panjang, perusahaan yang menerapkan prinsip-prinsip etika bisnis Islam dapat
membangun reputasi yang baik dan memperkuat hubungan dengan stakeholders,
sehingga meningkatkan keberlanjutan bisnis.

Beberapa contoh perusahaan di Indonesia yang telah menerapkan prinsip-prinsip etika


bisnis Islam di masa pandemi antara lain PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank
Muamalat Indonesia Tbk. Kedua perusahaan tersebut memberikan relaksasi

23
pembayaran kredit bagi nasabah yang terdampak pandemi, serta memberikan
dukungan dan sumbangan dalam penanggulangan pandemi COVID-19.

24
BAB V

KESIMPULAN

Sebagai negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia di mana praktik ekonomi
syariah terus berkembang, etika bisnis Islami tidak dapat dilepaskan. Dalam melaksanakan
etika bisnis untuk memastikan perilaku bisnis ini benar sesuai dengan nilai-nilai dan norma
Islam, maka prinsip tauhid/kesatuan (unity), keseimbangan (equilibrium), kehendak bebas
(free will), tanggung jawab (responsibility), kebenaran, kebajikan, dan kejujuran (truth,
goodness, honesty) harus diterapkan. Prinsip praktik berbisnis sesuai dengan ajaran Al-
Qur’an dan Hadits juga perlu dipraktikan.

Dalam menentukan suatu aksi bisnis terhadap skenario bisnis tertentu perlu dilakukan analisis
terhadap fakta-fakta yang sudah dikumpulkan dan pilihan tindakan yang didasarkan nilai dan
norma Islami, sedangkan apakah perilaku yang dilakukan ini sudah sesuai dengan etika bisnis
atau belum, analisis terhadap 4 pertanyaan mengenai utility, rights, justice, dan caring harus
dilakukan. Written codes yang meliputi kode etik prinsip bisnis Islam dapat ditulis dan di
tempel dalam ruangan agar dapat dilihat oleh semua pelaku bisnis. Pelatihan berkala
mengenai etika bisnis juga perlu untuk dilakukan kepada seluruh pekerja.

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pandemi Covid-19 telah


memberikan dampak signifikan pada dunia bisnis dan ekonomi global. Di tengah situasi yang
sulit ini, penerapan etika bisnis Islam dapat membantu perusahaan dalam mengelola risiko
yang diakibatkan oleh pandemi ini.

Etika bisnis Islam sendiri memiliki prinsip-prinsip yang didasarkan pada nilai-nilai Islam
yang mencakup kejujuran, keadilan, tanggung jawab sosial, dan keterlibatan dalam kegiatan
yang membawa manfaat bagi masyarakat. Penerapan prinsip-prinsip ini dapat membantu
perusahaan dalam menjalankan bisnisnya secara bertanggung jawab dan berkelanjutan, serta
memperkuat hubungan dengan para pemangku kepentingan, seperti konsumen, karyawan,
dan masyarakat.

Di Indonesia, praktek bisnis di masa pandemi Covid-19 telah menunjukkan adanya berbagai
tantangan dan kesulitan, seperti penurunan permintaan dan peningkatan biaya operasional,
namun ada pula peluang dan potensi yang dapat dimanfaatkan. Dalam konteks etika bisnis
Islam, perusahaan dapat menjawab tantangan ini dengan cara memperkuat komitmen pada

25
nilai-nilai Islam dan memperluas praktek bisnis yang mencakup kegiatan sosial dan
kemanusiaan, seperti donasi dan bantuan bagi masyarakat terdampak Covid-19.

Dalam hal ini, landasan teori yang digunakan meliputi pandangan Islam tentang pandemi dan
kesehatan, etika bisnis Islam, dan praktek bisnis di masa pandemi. Beberapa sumber referensi
yang dapat digunakan untuk mendukung pembahasan ini antara lain Al-Quran, hadits,
literatur tentang etika bisnis Islam, dan artikel serta laporan terkait dengan praktek bisnis di
masa pandemi Covid-19 di Indonesia.

Dalam kesimpulannya, penerapan etika bisnis Islam dapat membantu perusahaan dalam
mengelola risiko yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19 dan memperkuat hubungan
dengan para pemangku kepentingan, serta memperluas praktek bisnis yang mencakup
kegiatan sosial dan kemanusiaan. Dengan demikian, perusahaan dapat memainkan peran
yang lebih bertanggung jawab dalam masyarakat dan membantu mengatasi dampak negatif
pandemi ini.

26
Daftar Pustaka

1. Abdullah, N. I., & Rahim, A. R. A. (2020). Islamic Business Ethics in Managing


COVID-19 Impact. Al-Shajarah: Journal of the International Institute of Islamic
Thought and Civilization (ISTAC), 25(2), 541-562.
2. Wibisono, Y. (2020). Sustainability and Islamic Business Ethics during COVID-19
Pandemic. Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan, 7(9), 864-881.
3. Elamin, A. M., Azam, M., & Mohammed, A. (2021). The Role of Islamic Business
Ethics in Managing Risks and Mitigating Impacts of COVID-19. Journal of Islamic
Accounting and Business Research, 12(3), 670-693.
4. Abdullah, M. A. (2013). Islamic Business Ethics: An Analytical Study of Some
Selected Issues in the Light of Maqasid al-Shariah. International Journal of Business
and Social Science, 4(5).
5. Kamali, M. H. (2003). Principles of Islamic Jurisprudence. The Islamic Texts Society.
6. Fakhruddin, F. (2014). Islamic Business Ethics. Journal of Business Ethics, 123(1), 1-
3. https://doi.org/10.1007/s10551-013-1823-3
7. Saleh, N. M., & Rahman, A. A. (2013). The practice of Islamic ethics in business:
The perspectives of Muslim business practitioners in Malaysia. Journal of Business
Ethics, 114(2), 183-195. https://doi.org/10.1007/s10551-012-1339-1
8. Kusnadi, Y. (2020). Peran Digitalisasi dalam Menghadapi Pandemi COVID-19.
Jurnal Ilmu Manajemen dan Bisnis, 6(1), 30-37.
9. Yulianto, A., & Rahman, S. (2021). Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam
Menghadapi Pandemi Covid-19: Studi pada PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.
Jurnal Manajemen Dan Pemasaran Jasa, 14(1), 21-34.
10. Rostiani, R., & Yusup, M. (2021). Corporate social responsibility in the context of
COVID-19 pandemic in Indonesia. Journal of Physics: Conference Series, 1786(1),
012096.
11. Syafrudin, M., Yusup, M., & Sari, I. M. (2020). Islamic business ethics in the era of
digital technology. Journal of Islamic Business and Management, 10(2), 233-245.

27
12. Hamza H. Sharia governance in Islamic banks: effectiveness and supervision model.
International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management. 2013
Aug 23.
13. Muslichah I, Ibrahim KA. Antecedents of Intention to Buy Non-Muslim Halal Fast
Foods: Evidence from the Biggest Muslim Population Country. JBTI: Jurnal Bisnis:
Teori dan Implementasi. 2021 Sep 22;12(2):115-28.
14. Kusumatrisna AL, Sugema I, Pasaribu SH. Threshold effect in the relationship
between inflation rate and economic growth in indonesia. Buletin Ekonomi Moneter
Dan Perbankan. 2022 Jun 20;25(1):117-26.
15. Barata A. Strengthening national economic growth and equitable income through
sharia digital economy in Indonesia. Journal of Islamic Monetary Economics and
Finance. 2019 May 16;5(1):145-68.
16. Darmawati D. Etika Bisnis Islam. Bening Media Publishing. 2020.
17. Ebert RJ and Griffin, RW. Business Esssential. Upper Saddle River: NJ: Pearson
Prentice Hall, Global Edition. 2017.
18. Sukirno Sadono. Makroekonomi: Teori Pengantar. 3rd Ed. PT. Raja Grasindo
Perseda. Jakarta. 2010
19. Madura J. Pengantar Bisnis. Edisi Pertama. Salemba Empat, Jakarta. 2001

28

Anda mungkin juga menyukai