Anda di halaman 1dari 9

MODUL PERKULIAHAN

Manajemen
Investasi
Short Selling

Fakultas

Program Studi

Ekonomi dan Bisnis

Manajemen

Tatap Muka

Kode MK

Disusun Oleh

84011

Esterrina F, SP, MM, CMA

Abstract

Kompetensi

Dalam modul ini dibahas mengenai


pengertian short selling, proses short
selling, margin account, short selling
dengan margin account.

Mampu memahami dan menjelaskan


pengertian short selling.

Pengertian Short Selling


Short selling adalah transaksi jual beli yang dilakukan investor meskipun investor tidak
memiliki saham tersebut. Cara yang dilakukan perusahaan sekuritas meminjamkan
sahamnya atau saham investor lain buat investor yang akan bermain short selling, namun
investor harus mengembalikan saham tersebut kepada pemiliknya sesuai perjanjian, jika
melanggar dapat dikenakan denda atau jaminan disita.

Bagaimana Aturan Baru BAPEPAM


Penyempurnaan Peraturan No. V.D.6 dilatarbelakangi komitmen Pemerintah dalam
rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas penerapan dan pengawasan margin trading
sebagaimana tertuang dalam Inpres No. 5 Tahun 2008 tentang Fokus Program Ekonomi
Tahun 2008-2009, meningkatkan likuiditas transaksi Efek dan kualitas pembiayaan
penyelesaian transaksi Efek oleh Perusahaan Efek bagi nasabah serta meningkatkan
kepastian hukum atas transaksi Efek.
Peraturan yang disempurnakan ini tidak hanya mengatur pembiayaan Perusahaan
Efek kepada nasabah berupa Efek (transaksi short selling nasabah) namun juga short
selling yang dilakukan oleh Perusahaan Efek. Sedangkan penyempurnaan Peraturan no
IX.H.1 dilatarbelakangi upaya meningkatkan likuiditas pasar dengan tetap memberikan
kesempatan kepada investor pasar modal untuk tetap memiliki saham Perusahaan Terbuka
walaupun telah terjadi pengambilalihan terhadap Perusahaan Terbuka.
Pokok-pokok perubahan dari kedua peraturan tersebut adalah sebagai berikut:
1.

Perusahaan Efek yang memberikan fasilitas pembiayaan Transaksi Marjin dan atau
Transaksi Short Selling dari memiliki Modal Kerja Bersih Disesuaikan (MKBD) sekurangkurangnya Rp 5 M dan memperoleh persetujuan dari Bursa Efek untuk melakukan
Transaksi Marjin dan atau Transaksi Short Selling.

2.

Nasabah yang menerima fasilitas pembiayaan Transaksi Marjin atau Transaksi Short
Selling wajib memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 1M dan memiliki

pendapatan

tahunan lebih dari Rp 200 juta serta membuka rekening Efek marjin pada Perusahaan
Efek. Untuk nasabah yang akan melakukan transaksi short selling pada Perusahaan
Efek wajib menyetorkan jaminan awal dengan nilai minimal Rp 200 juta khusus nasabah
yang menerima fasilitas pembiayaan transaksi short selling.
3.

Saham

yang

dapat

ditransaksikan

dengan

pembiayaan

transaksi

efek

diperdagangkan setiap hari bursa untuk periode 6 bulan terakhir dengan nilai rata-rata
16

Manajemen Investasi
Esterrina F, SP, MM, CMA

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

per hari sekurang-kurangnya Rp 1 M dan dimiliki oleh lebih dari 4.000 pihak untuk 6
bulan terakhir.
4.

Pengaturan secara rinci atas transaksi short selling yang dilakukan oleh nasabah
dan pengaturan baru terkait dengan transaksi short selling yang dilakukan oleh
perusahaan Efek sendiri, antara lain nasabah atau perusahaan Efek yang akan
melakukan transaksi short selling mempunyai sumber untuk mendapatkan Efek yang
ditransaksikan secara short selling untuk memenuhi kewajiban dalam transaksi tersebut
antara lain. Nilai jaminan pembiayaan yang wajib dipelihara oleh nasabah minimal
135% dari nilai pasar wajar Efek yang ditransaksikan secara short selling (posisi short).
Jika nilai jaminan tersebut mengalami penurunan sehingga kurang dari 135%, maka
nasabah wajib menambah jaminan dalam waktu 3 hari bursa sehingga nilai jaminan
minimal 135%. Jika dalam waktu 3 hari bursa nasabah tidak menyetor tambahan
jaminan maka pada hari bursa ke-4 sejak kondisi tersebut terjadi Perusahaan Efek wajib
melakukan pembelian Efek pada posisi short sehingga nilai jaminan minimal 135%.
Selanjutnya jika nilai jaminan kurang dari 120%, maka perusahaan Efek wajib
melakukan pembelian Efek pada posisi short sehingga nilai jaminan minimal 135% dari
nilai pasar wajar Efek pada posisi short dimaksud. Ketentuan yang setara dengan hal ini
juga berlaku bagi Perusahaan Efek yang melakukan transaksi short selling.

Short Selling
Short selling merupakan transaksi dengan risiko yang cukup tinggi, karena penurunan
harga suatu sekuritas hanya dapat terjadi sejauh tertentu (paling tidak sama atau hampir
sama nol). Dilain pihak kenaikan harganya tidak terbatas (jika harga sekuritas naik, short
selling rugi)
Short Selling tidak pernah memperoleh dividen (karena jangka waktunya cukup
pendek). Namun jika dividen dibayarkan dalam periode transaksi short sell, maka short
seller harus menyerahkannnya kepada pemberi pinjaman saham.

Peminjaman Sekuritas
16

Manajemen Investasi
Esterrina F, SP, MM, CMA

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Sekuritas untuk short selling bisa dipinjam dari broker atau investor individual lainnya.
Broker meminjamkan sekuritas yang dipegang dalam portofolionya atau dikenal dengan
sebagai Street Name Account. Street Name Account adalah sekuritas yang dipegang oleh
broker untuk pelanggannya; saham dikeluarkan atas nama kantor broker tetapi dipegang
untuk kepentingan (in trust) account dari kliennya.
Broker meminjamkan sekuritas untuk transaksi short sale sebagai pelayanan kepada
kliennya; sedangkan individu meminjamkan sekuritas karena mendapatkan pinjaman tanpa
bunga. Tetapi individu yang meminjamkan hanya mereka yang memegang sekuritas atas
namanya sendiri.
Bila transaksi short sale dilakukan, pemberi pinjaman berhak menerima pinjaman
tanpa bunga sebesar nilai kolateral/ jaminan dari sekuritas yang digunakan dalam short sale.
Nilai kolateral ini merupakan jumlah uang yang dapat dipinjam dalam margin trading.
Contoh :
Bila Margin Requirement /MR 60% nilai kolateral akan berjumlah 40% yang merupakan
pinjaman maksimum dalam transaksi margin. Jadi bila seseorang meminjamkan sekuritas
bernilai Rp 10 juta dan MR yang berlaku 60%, maka ia dapat menerima pinjaman tanpa
bunga 40% x Rp 10 juta = Rp 6 juta.
Pinjaman tanpa bunga tersebut merupakan windfall, karena dapat diinvestasikan untuk
memperoleh keuntungan dan biasanya dalam bentuk tabungan, karena tidak ada kepastian
kapan short seller akan membeli kembali sekuritas dan menarik pinjamannya.
Misal:
Jika short sale tersebut diatas berlaku selama 8 bulan dan bunga tabungan 6%/tahun maka
investor dapat memperoleh tambahan penghasilan Rp 10 juta x 6% x 8/12 = Rp 400.000.

Perlindungan bagi Peminjam (lender)


16

Manajemen Investasi
Esterrina F, SP, MM, CMA

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Lender, yaitu pihak yang memberi pinjaman sekuritas dalam transaksi short sale dan
memiliki seluruh manfaat dan hak kepemilikan sekuritas (kecuali hak suara/voting right)
selama short sale, yaitu :
Pembayaran dividen
Hak atas saham pre-emptive, jika dikeluarkan
Saham split atau saham dividen, jika dikeluarkan
Hak-hak tersebut tidak diterima langsung dari perusahaan yang menerbitkan
sekuritas, tetapi melalui short seller yang telah berjanji menjadi pihak surogasi (surrogate
firm).

Penggunaan Short Selling


Alasan investor melakukan short selling:
a. Mencari laba spekulatif apabila harga suatu sekuritas mengalami penurunan.
b. Melindungi laba dan menangguhkan pajak (hedging)
Semua short sale dilakukan atas margin, yaitu besarnya penggunaan modal sendiri
(equity deposit) yang harus dilakukan investor untuk dapat memulai transaksi, karena
adanya MR. Dalam short sale tidak diperlukan dana pinjaman , sehingga tidak ada
pembayaran bunga.
1.

Margin dalam Short Sale :


Rumus :
Margin (%) = (Hasil Penjualan + Equity deposit) Nilai Sekuritas
Nilai Sekuritas
Contoh :
Investor ingin melakukan short sale atas 100 saham @ Rp 60 dengan menggunakan
margin yang berlaku 70%.
- Nilai Saham (NS) dan Hasil Penjualan (HP) :
100 x Rp 60 = Rp 6.000
- Equity Deposit (ED) : 70% x Rp 6.000 = Rp 4.200
Jika harga saham naik menjadi Rp 70, maka :
Margin (%) = (Rp 6.000 + 4.200 -7.000 ) : 7.000 = 46%
- Nilai HP dan ED tetap yaitu Rp 6.000 dan Rp 4.200 tetapi nilai kolateral berubah
naik menjadi Rp 7.000. Oleh karena harga saham naik, besarnya margin turun,
sebab investor menderita kerugian yang mengakibatkan nilai equity turun.

16

Manajemen Investasi
Esterrina F, SP, MM, CMA

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

- Karena besarnya margin (46%) turun dibawah M/R (70%) investor menghadapi
restricted account.
Jika harga saham turun menjadi Rp 50, maka :
Margin (%) = (Rp 6.000 + 4.200 -5.000 ) : 5.000 = 104%
- Investor memperoleh kelebihan equity yang dapat digunakan untuk piramidasi.
2.

Hasil atas Modal yang Ditanam :


Dalam short sale tidak ada dana yang dipinjam dan tidak ada bunga yang harus
dibayar, sehingga hasil yang diperoleh berasal dari equity deposit. Hanya saja short
seller harus membayar dividen kepada lender yang akibatnya mengurangi laba .
Rumus hasil atas modal yang ditanam:
ROIC = ( HP BP D) : ED
Keterangan:
- HP = Hasil Penjualan
- BP = Biaya Pembelian Sekuritas
-D

= Dividen yang dibayar short seller

Contoh :
Seorang investor ingin menggunakan 70% margin untuk short sale saham seharga Rp
60 yang diprediksi akan turun menjadi Rp 40 dalam waktu 6 bulan. Perusahaan
membayar dividen Rp 2 per-saham setahun atau Rp 1 per saham untuk 6 bulan
- Perhitungan hasil persaham menghasilkan :
ROIC = Rp 60 Rp 40 (6/12 x Rp 2) : (70% x Rp 60)
= Rp 19 /42 x 100% = 45%
- Hasil perhitungan ini tidak akan berubah, berapapun jumlah saham dalam transkasi
ini.
3.

Spekukasi
Karena short seller bertaruh terhadap perilaku pasar maka short selling
merupakan teknik spekulasi yang tinggi dan menghadapi risiko yang cukup besar.
Contoh :
Seorang investor telah menemukan suatu saham yang diprediksi akan merosot
harganya dari Rp 50 menjadi Rp 30 dalam waktu 8 bulan mendatang. Ia memutuskan
untuk melakukan short selling 300 saham dengan menggunakan margin 50%
Spekulasi dengan short Sale :

16

Short sale awal : 300 saham dijual @ Rp 50 .

Rp 15.000

Short sale tutup : 300 saham dibeli @ Rp 30 ...

Rp 9.000

Manajemen Investasi
Esterrina F, SP, MM, CMA

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Laba bersih.....

Rp 6.000

Equity deposit 50% x Rp 15.000 Rp 7.500


ROIC : Rp 15.000 9.000 : 7.500 = 80%
Apabila harga saham memang turun menjadi Rp 30 investor akan memperoleh
ROIC sebesar 80% . Tetapi jika ternyata harga saham naik, maka seluruh atau
sebagian besar investasinya Rp 7.500 akan habis.
4.

Melindungi laba yang telah diperoleh


Short sale bisa digunakan untuk melindungi laba yang telah diperoleh dari
transaksi sebelumnya Teknik ini disebut hedging.
Transaksi I :
Membeli 100 saham @ Rp 20 = Rp 2.000. Harga saham naik menjadi Rp 50
Laba dalam transaksi ini :
- Nilai saham saat ini 100 saham x Rp 50 Rp 5.000
- Biaya transaksi 100 saham x Rp 20 .

Rp 2.000

Laba Bersih ..

Rp 3.000

Transaksi II:
Short Sale 100 saham @ Rp 50
A. Harga saham naik menjadi Rp 80
Laba dalam transaksi I dan II :
- Nilai saham saat ini 100 saham x Rp 80 Rp 8.000
- Biaya transaksi 100 saham x Rp 20

(Rp 2.000)

Laba ..

Rp 6.000

Kurang : Rugi Short Sale :


Short Sale awal 100 saham x Rp 50 = Rp 5.000
Short sale tutup 100 saham x Rp 80 = (8.000) = Rp 3.000
Laba Bersih ..

Rp 3.000

B. Harga saham turun menjadi Rp 30


Laba dalam transaksi I dan II :
- Nilai saham saat ini 100 saham x Rp 30 Rp 3.000
- Biaya transaksi 100 saham x Rp 20 (Rp 2.000)
Laba .

Rp 1.000

Tambah : Laba Short Sale :


Short Sale awal 100 saham x Rp 50 = Rp 5.000
Short sale tutup 100 saham x Rp 30 = ( 3.000) =
Laba Bersih Rp 3.000
16

Manajemen Investasi
Esterrina F, SP, MM, CMA

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Rp 2.000

Dalam transaksi pertama diperoleh capital gain Rp 3.000. Investor tidak ingin menjual
saham itu sekarang, tetapi ia juga tidak mau kehilangan laba itu. Dengan melakukan short
sale, investor dapat mengunci laba Rp 3.000 tersebut. Meskipun harga saham naik atau
turun, investor tetap terjamin akan laba itu.

Daftar Pustaka
1.
16

Bodie, Zvi, et al. (2005). Investment. 6th Edition, McGraw-Hill.

Manajemen Investasi
Esterrina F, SP, MM, CMA

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

2.

Brigham, Eugene F dan Ehrhardt, Michael, (2005), Finance management. Theory and
Practice. Edisi ke-8, South Wester Cengage Learning.

3.

Farah, Margaretha. (2007), Manajemen Keuangan Bagi Industri Jasa. Grasindo.

4.

Stephen A.Ross.Randolph W.Westerfield, Jeffrey Jaffe, (2010), Corporate Finance, 9th


edition, Mc Graw Hill, Singapore.

5.

Tandelilin, Eduardus, (2010), Portfolio dan Investasi : Teori dan aplikasi, Kanisius,
Yogyakarta.

6.

Warren, Reeve, Fees, (2008), Accounting, 22 ed, South Western Publishing Co.

7.

Zvi Bodie, Alex Kane, Alan J. Markus, Investment, Mc Graw Hill International.

16

Manajemen Investasi
Esterrina F, SP, MM, CMA

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai