Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Ekonomi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Riau
http://je.ejournal.unri.ac.id/

p-ISSN 0853-7593 e-ISSN 2715-6877 Maret 2019 Volume 27 Nomor 1

Green Banking dan Kinerja: Peran Kepemilikan Asing dan


Publik
JE-Vol.27-No.1-2019-pp.1-13

Dianah Septi Azizah


Universitas Islam Raden Intan Lampung
*Email: dianahsepti@gmail.com

ABSTRACT
This study aims at examining the effect of green banking practice on bank performance with foreign and public
ownerships as moderating variables. Data were collected from 14 Indonesian banking or 98 bank-year
observations. The sample banks were participated in the green banking pilot project and listed in investasi hijau
(or green investment) index between 2012 and 2018. Using the ordinary least square (OLS) model, this study
demonstrates that green banking practices have a negative impact on bank profitability, but a positive impact on
bank value. Meanwhile, public ownership strengthens the negative effect of green banking practice on
profitability. Foreign ownership weakens the positive impact of green banking practice on bank value. Thus,
stakeholders can use green banking practices as a consideration in making financial decisions as it has influence
for bank performance.

Keywords: Firm value, green banking, foreign bank,ownership, profitability

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh praktik Green Banking terhadap kinerja bank dan peran
kepemilikan asing dan publik sebagai variabel moderasi. Data dikumpulkan dari laporan keuangan 14 bank di
Indonesia atau 98 obsevasi. Sampel bank pada penelitian ini adalah bank yang berpartisiapsi di dalam proyek
percontohan Green Banking dan indeks investasi hijau untuk periode 2012 s.d.2018. Dengan menggunakan
metode ordinary least square (OLS), penelitian ini menemukan bahwa praktik Green Banking berpengaruh
negatif terhadap profitabilitas bank, sebaliknya berpengaruh positif terhadap nilai bank. Kepemilikan publik
memperkuat efek negatif praktik Green Banking terhadap profitabilitas. Sementara itu, kepemilikan asing
melemahkan pengaruhf positif praktik Green Banking terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian, para
pemangku kepentingan dapat mempertimbangkan praktik Green Banking tersebut dalam pembuatan keputusan
keuangan mereka karena faktor tersebut mempengaruhi kinerja bank.

Kata kunci: Bank asing, profitabilitas, nilai perusahaan, Green Banking

1. PENDAHULUAN
Kualitas lingkungan yang terus menurun secara substansial terkait dengan kegiatan ekonomi
dan bisnis saat ini. Dampak kegiatan ekonomi dan bisnis terhadap perubahan iklim misalnya, telah
memicu perdebatan panjang baik dalam skala internasional maupun nasional khususnya di negara-
negara maju. Dalam skala internasional, Forum Ekonomi Dunia menempatkan ekonomi dan
lingkungan sebagai risiko utama dunia sebagaimana dilaporkan dalam laporan tahun 2013. Kedua

1
faktor tersebut saling berkaitan yang diyakini bahwa kerusakan lingkungan akibat tata kelola industri
yang tidak berkelanjutan berdampak negatif terhadap perekonomian global. Oleh karena itu, industri
perbankan harus ikut serta dalam meningkatkan kualitas lingkungan yang mendorong kegiatan Green
Banking. Green banking memadukan empat unsur kehidupan yaitu alam, kesejahteraan, ekonomi dan
masyarakat untuk kemudian menciptakan kehidupan yang peduli terhadap ekosistem dan kualitas
hidup manusia. Hal ini diharapkan dapat menjadi strategi bisnis jangka panjang yang tidak hanya
berorientasi pada keuntungan, tetapi juga ke arah pemberdayaan dan pelestarian lingkungan di
masyarakat (Zu, 2019).
Di Indonesia, Bank Indonesia/BI (Bank Indonesia) menerbitkan Peraturan BI (PBI) No.
14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum Tahun 2012. Hal tersebut menangkap
kewajiban perbankan nasional untuk mempertimbangkan kelayakan lingkungan. faktor dalam
mengevaluasi prospek bisnis dan dampaknya terhadap lingkungan. Selanjutnya, Otoritas Jasa
Keuangan/OJK (atau otoritas jasa keuangan) juga menerbitkan peraturan nomor 51/POJK.03/2017
tentang penerapan keuangan berkelanjutan bagi lembaga jasa keuangan dan perusahaan publik.
Sebagai salah satu lembaga jasa keuangan, industri perbankan dituntut untuk berperilaku etis agar
dapat menjalankan bisnis yang ramah lingkungan, sehingga dianggap penting untuk melakukan
pengelolaan risiko sosial dan lingkungan.
Praktik green banking juga menjadi perhatian para akademisi. Industri perbankan yang sadar
lingkungan menunjukkan keuntungan yang lebih tinggi karena masyarakat telah menyadari pentingnya
menjaga kelestarian lingkungan sehingga mempengaruhi keputusan mereka untuk berinvestasi
(Weber, 2016; Rahaman et al., 2018; Ratnasari, 2018). Hasil juga menunjukkan bahwa pedoman
pinjaman hijau mensyaratkan bank untuk lebih aktif sehubungan dengan integrasi risiko lingkungan ke
dalam prosedur penilaian risiko kredit bank. Pengelolaan lingkungan juga dapat menjadi alat bagi
organisasi untuk meningkatkan daya saingnya (Hart & Ahuja, 1995; Porter & Linde, 1995). Miles &
Covin (2000) juga menyatakan bahwa kinerja lingkungan meningkatkan reputasi dan itikad baik
organisasi serta menciptakan tantangan dan tantangan.

peluang bagi organisasi bisnis (Thevanes & Arulrajah, 2016).


Konsep green banking memiliki 2 (dua) dimensi yaitu aktivitas penyaluran kredit dan
operasional. Kegiatan penyaluran kredit dilakukan oleh bank kepada pengusaha dengan
mempertimbangkan dampak yang diberikan terhadap lingkungan (Ramila & Gurusamy, 2016).
Meskipun regulasi green banking telah dikeluarkan oleh lembaga internasional maupun nasional,
namun pada praktiknya belum memuaskan seperti yang diharapkan terutama di negara berkembang
(lihat Islam & Das, 2013, Handajani et al., 2019). Oleh karena itu, penelitian ini akan menganalisis
kembali pengaruh green banking terhadap kinerja perbankan di Indonesia yang masih sangat terbatas.
Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa kontribusi. Pertama,
penelitian ini menganalisis perkembangan praktik green banking di Indonesia sejak tahun 2012,
regulasi green banking pertama kali dikeluarkan BI, dan mengkaji dampak praktik tersebut terhadap
kinerja bank. Kami menggunakan berbagai ukuran kinerja keuangan yang memungkinkan menangkap
respon dari pemangku kepentingan yang berbeda terhadap green banking. Kedua, sampel penelitian
adalah bank yang mengikuti pilot project green banking yang dibentuk pada tahun 2015.
Terakhir, penelitian ini memasukkan kepemilikan asing dan bank terdaftar sebagai variabel
moderasi, sejauh pengetahuan peneliti, yang belum banyak ditangkap oleh peneliti sebelumnya.
Sedangkan kedua variabel tersebut merupakan faktor penting dalam mempengaruhi strategi dan tujuan
perusahaan. Beberapa dari kontribusi ini diharapkan dapat mengisi kesenjangan penelitian yang
bermanfaat bagi pembuat kebijakan, praktisi, dan peneliti. Kim et al (2018) menyatakan bahwa
praktisi harus mempertimbangkan struktur kepemilikan dalam menguji hubungan antara Corporate
Social Responsibility (CSR) dan nilai perusahaan. Namun, Kim et al (2018), misalnya, tidak dapat
membuktikan efek tersebut. Di sisi lain, kepemilikan bank asing berpengaruh positif terhadap

2
Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola Perusahaan. (ESG) investasi (lihat Nyarku & Hinson, 2018; Doś,
2018). Menggunakan sampel perusahaan pemerintah yang terdaftar di pasar Eropa, Danford (2017)
menemukan bahwa ESG menurunkan kinerja perusahaan.
Makalah ini berlanjut sebagai berikut. Bagian 2 menyajikan landasan teoritis penelitian ini dan
mengembangkan hipotesis. Bagian 3 menjelaskan metodologi dan data. Bagian 4 menyajikan hasil dan
analisis. Bagian terakhir memberikan beberapa kesimpulan dan saran untuk studi lebih lanjut.

2. TINJAUAN PUSTAKA
Green Banking dan praktiknya di perbankan Indonesia
Secara praktis, akuntansi berkaitan dengan kegiatan yang melibatkan dua atau lebih individu
dalam konteks interaksi akuntansi yang dinamis dengan lingkungan; dilihat dari aspek sosial, budaya,
politik, atau ekonomi suatu masyarakat (Budiasih & Sukoharsono, 2012). Green banking merupakan
inisiatif terbesar yang dapat diambil bank sebagai upaya penyelamatan lingkungan di industri
perbankan. Green banking diyakini dapat menghentikan degradasi lingkungan dan membuat
lingkungan menjadi layak huni (Aubhi, 2016).
Green banking mengacu pada implementasi, dukungan dan penciptaan praktik ramah
lingkungan dan pengurangan jejak karbon dalam operasi internal dan eksternal bank (Schultz, 2010).
Menurut Islam & Das (2013) green banking didefinisikan sebagai bentuk dukungan terhadap praktik
ramah lingkungan yang melibatkan 2 (dua) pendekatan, yaitu: (1) green transformation yang
menitikberatkan pada aktivitas internal bank dengan mengadopsi langkah-langkah yang tepat dalam
memanfaatkan energi terbarukan. energi dan tindakan lain untuk meminimalkan jumlah karbon yang
dihasilkan oleh bank; dan (2) membebankan tanggung jawab perusahaan atau pelanggan terhadap
lingkungan melalui pembobotan risiko lingkungan sebelum mengambil keputusan pembiayaan dan
mendukung pertumbuhan inisiatif dan proyek berbasis lingkungan di masa depan.
Pada prinsipnya, pedoman terkait green banking di Indonesia telah disusun pada tahun 2012
dan diadopsi pada tahun 2014 secara eksplisit dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.
14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum, khususnya yang berkaitan dengan
terhadap aspek lingkungan. Penerbitan ini merupakan langkah awal untuk mendorong industri
perbankan Indonesia lebih mengutamakan pelestarian lingkungan dengan lebih banyak menyalurkan
kredit kepada nasabah ramah lingkungan dan membatasi penyaluran kredit kepada yang tidak ramah
lingkungan.
Berdasarkan United Nations Environment Programme (UNEP) (Lako, 2014), dirumuskan 3
(tiga) langkah untuk menuju bank yang berkelanjutan. Tiga (3) langkah dirumuskan untuk menuju
bank yang berkelanjutan. Pertama, defense banking yaitu bank mengikuti peraturan yang ditetapkan
pemerintah mengenai lingkungan hidup. Tahap kedua, preventive banking terkait penghematan biaya
dalam aktivitas bank seperti penggunaan kertas (sisi internal) dan pengurangan risiko investasi akibat
risiko lingkungan (sisi eksternal). Ketiga, perbankan ofensif yang merupakan peluang baru dalam
pangsa pasar, salah satunya mengadopsi praktik berkelanjutan dengan tetap memberikan keuntungan.
Beberapa bank telah menerapkan praktik green banking, namun perkembangannya cukup lambat
karena kemungkinan regulasi yang tidak memadai dan sukarela.
Prinsip dasar green banking adalah sebagai upaya untuk meningkatkan manajemen risiko
bank, khususnya yang terkait dengan lingkungan dan meningkatkan portofolio pembiayaan yang
ramah lingkungan. Misalnya, pembiayaan untuk energi terbarukan, efisiensi energi, pertanian organik,
ekowisata, transportasi ramah lingkungan, dan berbagai produk eco-label. Sehingga dapat
menimbulkan tingkat kesadaran bank terhadap risiko kemungkinan timbulnya masalah lingkungan
pada proyek yang dibiayai yang dapat berdampak negatif pada penurunan kualitas dan reputasi kredit
bank. Bank Danamon, misalnya, sebagai bank nasional memiliki peringkat tertinggi skor dalam
kebijakan pinjaman dan investasi yang terkait dengan masalah sosial dan lingkungan. Selain itu,
delapan bank nasional dikenal sebagai pelopor adopsi perbankan berkelanjutan karena memiliki

3
komitmen tinggi dalam menjalankan operasional Green Banking, yaitu Bank Mandiri, BRI, BCA,
BNI, Bank Muamalat, BRI Syariah, BJB dan Bank Internasional Artha Graha. Praktik Green Banking
dan kinerja bankBeberapa penelitian sebelumnya, meski masih terbatas, meneliti pengaruh green
banking practice terhadap kinerja keuangan atau sebaliknya, yang hasilnya masih ambigu. Chen &
Metcalf (1980); Nanda & Bihari (2012), Rajput dkk. (2013), misalnya, menunjukkan tidak adanya
pengaruh green banking practice terhadap kinerja keuangan. Sebaliknya, Hamilton (1995) menyatakan
kepatuhan itubiaya dengan menyediakan lingkungan informasi/pelaporan yang harus disiapkan agar
itu memiliki efek negatif pada profitabilitas perusahaan.
Walaupun tingkat penerapan green banking belum memuaskan, green banking sebagai bentuk
tanggung jawab sosial dapat meningkatkan reputasi bank di mata investor melalui citra positif
(Rosdwianti & Dzulkirom AR, 2016), menurunkan biaya konsumsi kertas sehingga bahwa
profitabilitas meningkat (Dialysa, 2015), dan memitigasi risiko lingkungan (Weber, 2016). Studi
Simpson & Kohers (2002); Carnevale (2014); Uwuigbe et al (2018) membuktikan bahwa
sustainability report berpengaruh positif terhadap kinerja saham karena merupakan upaya untuk
menjaga hubungan baik antara perusahaan dengan investornya agar tetap berinvestasi di perusahaan
tersebut. Selain itu, dapat mendorong peningkatan pendapatan dalam jangka panjang melalui
peningkatan basis nasabah dan pertumbuhan sumber daya manusia serta pendapatan bank dari waktu
ke waktu.
Studi ini didasarkan pada teori investasi tanggung jawab sosial (SRI) yang dapat menjelaskan
hubungan antara praktik Green Banking dan kinerja perbankan. Menurut Revelli & Viviani (2015),
SRI dimotivasi oleh kebutuhan berinvestasi secara etis. Teori ini juga dapat menjelaskan bahwa
praktik green banking berfokus pada investasi tanggung jawab sosial sebagai sarana untuk
meningkatkan kinerja keberlanjutan yang menguntungkan bagipembuat kebijakan dan manajer
(Korzeb&Samaniego-Medina, 2019). Bank yang mempraktikkan green banking harus bertanggung
jawab secara sosial dengan mempertimbangkan dampak proyek yang diinginkan atau penyelamatan
lingkungan dalam jangka pendek dan panjang sebelum menyetujui pinjaman. Ini adalah hasil dari
permintaan pemangku kepentingan, termasuk investor yang melampaui faktor-faktor seperti
pengembalian investasi dan risiko rendah. Dengan demikian, pernyataan hipotesis pertama adalah: H1:
Praktik Green Banking berpengaruh positif terhadap kinerja bank.
Peran struktur kepemilikan (asing dan publik) pada asosiasi antara praktik Green Banking dan
kinerja Struktur kepemilikan merupakan salah satu faktor utama yang dapat mempengaruhi aspek
strategis perusahaan (Porter, 1990), termasuk praktik green banking. Tujuan perusahaan ditentukan
oleh struktur kepemilikan, motivasi pemilik dan kreditur, tata kelola perusahaan yang membentuk
insentif atau motivasi manajer. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan variabel struktur
kepemilikan yaitu kepemilikan publik dan asing yang digunakan sebagai variabel moderasi.
Berdasarkan penelitian Perkebunan Prakara (2016), bank asing memiliki skor lebih tinggi
dibandingkan bank nasional dalam hal keterlibatan sosial dan lingkungan (green banking). Lebih
lanjut, penelitian yang dilakukan oleh Khanna & Palepu (2000) membuktikan adanya perbedaan
kinerja yang signifikan antara perusahaan asing dan domestik. Perusahaan yang diawasi oleh pihak
asing/investor memiliki kinerja yang lebih baik karena memiliki tingkat transparansi dan kemampuan
pengawasan yang lebih baik. Mereka juga memiliki pengalaman yang lebih tinggi terkait dengan
teknik manajemen, mekanisme tata kelola perusahaan dan teknologi informasi (Turner & Arun, 2004),
termasuk penerapan bank sustainability (Oh & Chang, 2011).
Dengan demikian, praktik green banking berpotensi memberikan dampak positif dalam jangka
panjang sehingga pasar akan bereaksi positif. Struktur kepemilikan merupakan salah satu faktor utama
yang dapat mempengaruhi aspek strategis perusahaan (Porter, 1990), termasuk praktik green banking.
Tujuan perusahaan ditentukan oleh struktur kepemilikan, motivasi pemilik dan kreditur, tata kelola
perusahaan yang membentuk insentif atau motivasi manajer. Oleh karena itu, penelitian ini
menggunakan variabel struktur kepemilikan yaitu kepemilikan publik dan asing yang digunakan
sebagai variabel moderasi.

4
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Nyarku dan Hinson (2018); Porter (1990); Kuada &
Hinson (2012); Doś (2018), terungkap bahwa bank asing memiliki skor lebih tinggi daripada bank
nasional dalam hal masalah sosial dan lingkungan (Green Banking). Lebih lanjut, Khanna & Palepu
(2000) menemukan adanya perbedaan kinerja yang signifikan antara perusahaan asing dan domestik.
Perusahaan yang diawasi oleh pihak asing/investor memiliki kinerja yang lebih baik karena memiliki
tingkat transparansi dan kemampuan pengawasan yang lebih baik. Mereka juga memiliki pengalaman
yang lebih tinggi terkait dengan teknik manajemen, mekanisme tata kelola perusahaan dan teknologi
informasi (Turner & Arun, 2004), termasuk penerapan bank sustainability (Oh & Chang, 2011). Jadi,
praktik hijau perbankan berpotensi memberikan dampak positif dalam jangka panjang sehingga pasar
akan bereaksi positif.

3. DATA DAN METODOLOGI


H2a: Kepemilikan asing memperkuat pengaruh positif praktik Green Banking terhadap kinerja
bank.
Bank yang terdaftar di bursa memiliki insentif untuk mengungkapkan praktik Green Banking
yang lebih transparan sebagai konsekuensi dari semakin banyaknya pemangku kepentingan. Dengan
demikian, perusahaan milik publik lebih tertekan dan terlibat dalam kegiatan lingkungan, sosial, dan
masyarakat (Hinson et al., 2010); Khan et al., 2012). Hipotesis berikut adalah:
H2b: Kepemilikan publik memperkuat pengaruh positif praktik Green Banking terhadap
kinerja bank.
Obyek penelitian ini adalah industri perbankan yang masuk dalam indeks investasi hijau tahun
2012 sampai dengan tahun 2018. Pemilihan periode tahun 2012 dimaksudkan untuk menganalisis
perkembangan praktik sejak diterbitkannya Peraturan BI (PBI) No.14/15/PBI/ 2012. Selanjutnya
penelitian ini akan dibagi menjadi dua kelompok sampel, yaitu sampel yang tercatat di BEI (listed)
dan seluruh sampel baik yang listing maupun yang tidak listing (all sample). Model empiris dan
definisi variabel dijelaskan sebagai berikut:

Model untuk semua sampel (semua sampel)


ROAi,t = α0 + α1GBi,t + α2FOREIGNi,t + α3LISTEDi,t + α4GB*FOREIGNi,t +
α5GB*LISTEDi,t
+ α6lnSIZEi,t-1 + α7CARi,t + εit

Model bank sampel yang terdaftar di BEI (sampel terdaftar)


TOBINdia=β 0 + β1GBi,t + β2FOREIGNi,t + β3GB*FOREIGNi,t + β4lnSIZEi,t-1 +
β5CARi,t + εit

Di mana ROA, adalah laba atas aset, dan TOBIN adalah Q Tobin, adalah variabel dependen.
Data diperoleh dari laporan tahunan. ROA adalah rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba dari penggunaan seluruh sumber daya atau asetnya, sedangkan
rasio Q atau Q Tobin mendefinisikan nilai perusahaan sebagai bentuk kombinasi nilai antara aset
berwujud dan tidak berwujud. Nilai Tobin's Q dianggap tinggi jika Tobin's Q > 1 yang menunjukkan
bahwa nilai perusahaan lebih besar dari nilai saham yang tercatat.
Aset perusahaan. Rumus yang digunakan adalah: (Total Nilai Pasar + Total Nilai
Ekuitas)/Total Aset.Greenbanking (GB) adalah independen variabel yang diukur menggunakan teknik
analisis isi dari laporan tahunan, sebagai teknik yang sejalan dengan literatur pengungkapan (lihat
Khan et al., 2012; Meng, Zeng, Xie, & Qi, 2016). Kegiatan GB mencakup 16 indikator seperti yang

5
dilakukan dalam kajian Shaumya & Arulrajah (2017), yaitu (1) pelatihan dan pendidikan kesadaran
lingkungan; (2) evaluasi kinerja lingkungan; (3) sistem penghargaan berbasis lingkungan; (4)
tabungan tanpa kertas; (5) penggunaan peralatan hemat energi; (6) pengelolaan/ daur ulang sampah;
(7) bank ramah lingkungan; (8) pinjaman hijau; (9) pembiayaan proyek hijau; (10) fasilitas perusahaan
hijau; (11) evaluasi kredit berbasis lingkungan; (12) manajemen cabang hijau; (13) kebijakan berbasis
lingkungan (green policy); (14)kemitraan berbasis lingkungan (hijau kemitraan); (15) perencanaan
strategis berbasis lingkungan; dan (16) pengadaan hijau.
Indikator-indikator tersebut kemudian diukur dengan menggunakan skala dikotomis, diberi
nilai 1 (satu) jika terdapat indikator pelaporan green banking seperti tersebut di atas, dan 0 (nol) jika
sebaliknya. Skala dikotomi digunakan untuk mengurangi subjektivitas penelitian. Selanjutnya, praktik
green banking masing-masing bank dihitung dengan rumus sebagai berikut:
𝑛
𝐺𝐵 = ∑ 𝑑𝑖
𝑖=1

Penelitian ini juga memasukkan dua variabel moderasi untuk menguji apakah emiten dan
kepemilikan asing memperkuat/melemahkan pengaruh GB terhadap akuntansi dan kinerja keuangan
berbasis pasar. Variabel TERDAFTAR dan ASING diukur dalam skala dikotomis.
Nilai 1 jika bank tersebut tercatat di BEI, dan 0 jika bank tersebut tidak tercatat di BEI,
sedangkan nilai 1 jika bank tersebut dimiliki oleh mayoritas investor asing (≥50%), dan 0 jika lainnya.
Dua variabel kontrol berikutnya digunakan untuk mengontrol efek spesifik perusahaan, yaitu
ukuran perusahaan (SIZE) dan rasio kecukupan modal (CAR). Menurut peraturan OJK No.
6/POJK.03/2016 bank dikategorikan menjadi 4 (empat) BUKU (bank umum berdasarkan kegiatan
usaha) disesuaikan dengan modal intinya. Oleh karena itu, ukuran perusahaan perlu dikendalikan agar
selisih modal bank dapat diminimalkan. Sedangkan CAR adalah untuk mengakomodir risiko kerugian
yang dihadapi bank atau untuk mengontrol kemampuan mengelola semua jenis risiko perbankan
(Oliveira, Rodrigues, & Craig, 2011).
Uji ketahanan
Penelitian ini melakukan uji robustness dengan mengganti variabel independen (ROA dan
TOBIN) dengan return on equity (ROE) dan price to book value (PBV). ROE adalah rasio
profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari investasi
pemegang saham perusahaan. Sedangkan PBV adalah perbandingan antara nilai pasar dengan nilai
buku suatu saham sehingga investor dapat mengetahui secara langsung berapa kali nilai pasar suatu
saham dinilai dari nilai bukunya.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis penelitian ini didasarkan pada data level bank yang berjumlah 14 bank selama 2012-
2018 (per 31 Desember) dengan hasil akhir observasi adalah 98 (firm years). Sampel meliputi 10 bank
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) atau sekitar 72% dan 5 bank milik perusahaan asing
(>50%) atau sekitar 35%. Data terkait karakteristik masing-masing variabel ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Rangkuman statistik variabel penelitian
Ber med Maksi Minim St. Kecon N
arti ian mum um dev. donga
n
ROA 0,0 0,02 0,051 -0,049 0,016 -1.259 9
24 5 8

6
TOBIN 0,3 0,32 0,953 0,140 0,175 1.261 7
57 8 1
GB 0,4 0,50 1 0,125 0,225 0,165 9
98 0 8
LUAR NEGERI 0,3 0 1 0 0,482 0,596 9
57 8
DAFTAR 0,7 1 1 0 0,449 -1,005 9
24 8
SIZE (dalam 36. 19.7 130.00 2.060 33.90 1.081 9
jutaan rupiah) 100 00 0 0 8
MOBIL 0,1 0,18 0,300 0,114 0,042 0,571 9
89 3 8

Keterangan: ROA adalah return on assets, TOBIN adalah tobin's Q, GB adalah green banking
practice, FOREIGN adalah kepemilikan asing, LISTED adalah bank yang terdaftar di BEI,
lnSIZE adalah logaritma natural dari total aset bank, dan CAR adalah rasio kecukupan modal.

Tabel 2 menggambarkan tingkat indeks GB yang dikelompokkan dalam 16 item


pengungkapan, hasil uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas menggunakan taraf signifikansi
5% dengan r-tabel sebesar 0,197 (98 observasi), sedangkan uji reliabilitas dilakukan dengan
menggunakan Cronbach's alpha dengan aturan jika nilai Cronbach's alpha > 0,6 (Clark &
Watson, 1995).

Tabel 2 Statistik deskriptif, uji validitas dan uji reliabilitas pada butir soal GB
T
Tida
I
k ada Kateg Y Uji
Berarti D (hitung-r)
bara ori a Validitas
A
ng
K
1 Kesadaran lingkungan 0,316 3 6 0,532 Sedang
1 7
pelatihan & pendidikan
2 Kinerja lingkungan; 0,173 1 8 0,538 Sedang
7 1
3 Penghargaan berbasis 0,214 2 7 0,442 Sedang
lingkungan 1 7
sistem;
4 Tanpa kertas 0,694 6 3 0,056 Sangat
8 0 rendah
5 Hemat energi 0,663 6 3 0,548 Sedang
5 3
6 Pengelolaan sampah/ 0,633 6 3 0,543 Sedang
2 6
mendaur ulang
7 Ramah lingkungan 0,684 6 3 0,655 Tinggi
7 1
8 Pinjaman hijau 0,551 5 4 0,668 Tinggi
4 4
9 proyek hijau 0,592 5 4 0,613 Tinggi
8 0

7
10 Perusahaan hijau 0,184 1 8 0,629 Tinggi
8 0
11 Kredit berbasis lingkungan 0,296 2 6 0,642 Tinggi
9 9
evaluasi
12 Cabang hijau 0,337 3 6 0,151 Sangat
3 5 rendah
13 Kebijakan hijau 0,980 9 2 0,079 Sangat
6 rendah
14 Kemitraan hijau 0,449 4 5 0,649 Tinggi
4 4
15 Strategi berbasis 0,827 8 1 0,522 Sedang
lingkungan 1 7
perencanaan
16 Pengadaan hijau 0,367 3 6 0,680 Tinggi
6 2
Jumlah Varianbarang: 3.160
TotalVarian: 12.978
Keandalan (r11-cronbach's alpha): 0,807 Sangat
tinggi
Keterangan: * Valid (r-hitung > r tabel), Tidak valid (r-hitung < r tabel)
Sumber: Hasil analisis data (2019)

Hasil uji validitas pada butir soal skala 16 GB menunjukkan bahwa 13 butir soal cukup baik/valid dan 3
item kurang baik (sangat rendah) yaitu item 4, 12, dan 13. Selanjutnya item yang tidak valid dikeluarkan karena
ini tidak cukup baik untuk membangun tepat. Sedangkan hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa koefisien
alpha Cronbach sebesar 0,807 (>0,6) atau nilai reliabilitas indeks GB sangat tinggi. Gambar 1 lebih lanjut
menjelaskan praktik GB pada 14 bank di Indonesia sejak diterbitkannya PBI No.14/15/PBI/2012. Padahal
regulasi ini belum bersifat wajib (voluntary) bagi bank, sekitar 30% bank telah mengimplementasikan semua
item praktik 16 GB. Praktik ini terus meningkat dari tahun ke tahun sehingga pada tahun 2018 mencapai 70%
dan rata-rata praktik green banking selama 7 tahun sekitar 0,498 atau 50% (lihat Tabel 1).

1.20
0
1.00
0
0,80
0
0,60
0 1 2 3 4 5 6 7 8 910 1 1 1 1 1 1
1 2 3 4 5 6
0,40 2012201320142015201620172018
0
0,20
0
-

Catatan:

8
Gambar 1 Praktik Green Banking di Indonesia (2012-2018) Sumber: Hasil Analisis Data (2019)

(1) pelatihan dan pendidikan kesadaran lingkungan; (2) evaluasi kinerja lingkungan; (3) sistem
penghargaan berbasis lingkungan; (4) tabungan tanpa kertas; (5) penggunaan peralatan hemat energi; (6)
pengelolaan/daur ulang sampah; (7) bank ramah lingkungan; (8) pinjaman hijau; (9) pembiayaan proyek hijau;
(10) fasilitas perusahaan hijau; (11) evaluasi kredit berbasis lingkungan; (12) manajemen cabang hijau; (13)
kebijakan berbasis lingkungan (green policy); (14) kemitraan berbasis lingkungan (green partnership); (15)
perencanaan strategis berbasis lingkungan; dan (16) pengadaan hijau.
Praktik kebijakan berbasis lingkungan (green policy) atau item ke-13 merupakan praktik yang paling
banyak dilakukan dari tahun 2012 dengan rata-rata 98%. Sedangkan evaluasi lingkungan kinerja (item 2) adalah
yang paling rendah dipraktikkan atau hanya sekitar 17% (tidak ditabulasikan). Item kedua ini juga baru
dilaksanakan pada tahun 2015 termasuk item 1 (pelatihan dan pendidikan kesadaran lingkungan).

Tabel 3 Matriks Korelasi Variabel

Korelasi ROA TOBIN GB1 LUAR LNSIZE MOBIL


NEGERI

ROA 1

TOBIN 0,528*** 1

GB1 0,194 0,309*** 1

LUAR -0,1268 -0,034 -0,319*** 1


NEGERI

LNSIZE 0,544*** 0,623*** 0,159 -0,059 1

MOBIL 0,141 0,444*** 0,580*** 0,0118 0,203* 1

Catatan:
Kesalahan standar *, **, *** menunjukkan signifikansi masing-masing sebesar 10%, 5% dan 1%
Sumber: Hasil analisis data (2019).
Tabel 3 menyajikan matriks korelasi antar variabel yang menunjukkan bahwa variabel green bond (GB)
berkorelasi positif dengan TOBIN.

Tabel tersebut juga menjelaskan bahwa semua koefisien korelasi antar variabel endogen tidak
menunjukkan kemungkinan masalah serius yang terkait dengan multikolinearitas dalam model yang diestimasi.

Hasil regresi
Tabel 4 dan 5 menyajikan perbedaan hasil regresi data panel dengan metode estimasi kuadrat terkecil
atau biasa disebut Ordinary Least Square (OLS). Pengujian diagnostik semua spesifikasi model konsisten dan
baik yang ditunjukkan dengan nilai adjusted R2 cukup tinggi dan tingkat signifikansi nilai F-statistik. Hasil yang
disajikan dalam tabel ini juga menegaskan bahwa

Faktor GB berperan dalam mempengaruhi tingkat kinerja berbasis pasar (TOBIN).

9
Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai koefisien variabel GB bertanda negatif signifikan (pada taraf 1%)
untuk semua model yang berarti GB berpengaruh negatif terhadap ROA. Efek negatif ini semakin besar setelah
dimoderasi oleh variabel TERDAFTAR. Sebaliknya, Tabel 5 menunjukkan bahwa GB berpengaruh positif dan
signifikan (pada level 1%) terhadap TOBIN untuk semua model. Selanjutnya tidak terdapat pengaruh
kepemilikan asing (FOREIGN) terhadap hubungan praktik GB dengan kinerja bank (ROA dan TOBIN).

Tabel 4 Hasil regresi model GB pada Perbankan Indonesia (ROA sebagai proksi kinerja)

MandiriVariabelPrediksiROA (semua
sampel)

GB + -0,014 *** -0,020 *** -0,042 ***

LUAR NEGERI +/- -0,006 *** -0,013 ***

DAFTAR +/- -0,002 -0,014 **

GB*ASING + 0,013

GB*DAFTAR + 0,022 **

LnSIZE + 0,008 *** 0,008 *** 0,007 ***

MOBIL + 0,107 *** 0,129 *** 0,099 ***

R-kuadrat 0,666 0,733 0,692

R-kuadrat yang disesuaikan 0,655 0,718 0,668

F-statistik 62.598 *** 50.492 *** 28.896 ***

N 98 98 98

Catatan:
Kesalahan standar *, **, *** menunjukkan signifikansi masing-masing 10%, 5% dan 1% Sumber: Hasil
analisis data (2019)

Tabel 5 Hasil regresi model green banking di Perbankan Indonesia (Tobin's Q sebagai proksi kinerja)

MandirivariabelPredictionTobin's Q
(sampel
terdaftar)

GB + 0,090 *** 0,101 *** 0,088 ***

LUAR NEGERI +/- 0,022 -0,068

GB*ASING + 0,241

10
LnSIZE + 0,064 *** 0,064 *** 0,065 ***

MOBIL + 1.011 *** 0,974 *** 0,860 ***

R-kuadrat 0,703 0,705 0,713

R-kuadrat yang disesuaikan 0,690 0,688 0,690

F-statistik 53.009 *** 39.576 *** 32.297 ***

N 71 71 71

Catatan:
Kesalahan standar *, **, *** menunjukkan signifikansi masing-masing 10%, 5% dan 1% Sumber: Hasil
analisis data (2019)
Studi ini menunjukkan bahwa implementasi praktik GB memerlukan beberapa biaya misalnya, biaya
kepatuhan sehingga akan mengurangi profitabilitas. Temuan ini konsisten dengan studi tentang
Hamilton (1995) bahwa perusahaan yang memilih pengendalian pencemaran dan pengungkapan
lingkungan cenderung kurang menguntungkan. Selain itu, karena fokus green banking berkaitan dengan peritel
ramah lingkungan seperti green card, green car loan, green mortgage (Mitic & Rakic, 2017).
Artinya, bank memberikan suku bunga kredit yang cukup rendah sehingga dapat mengakibatkan
terganggunya pendapatan dan profitabilitas bank. Hamilton (1995) juga menyatakan bahwa perusahaan yang
terdaftar cenderung mengalami kerugian yang lebih besar karena perusahaan publik memiliki potensi ekonomi
yang lebih besar di pasar modal daripada perusahaan swasta. Akibatnya, mereka dituntut untuk membuat
pelaporan yang lebih komprehensif, sementara biaya yang dikeluarkan mungkin lebih besar dari keuntungan
yang didapat.
Dengan demikian, semakin banyak informasi yang diungkapkan dan peningkatan investasi terkait
fasilitas lingkungan tidak serta merta meningkatkan daya tarik perusahaan (Hackston & Milne, 1996).
Peningkatan fasilitas ini sebenarnya lebih berdampak negatif pada profitabilitas. Hasil penelitian ini bertentangan
dengan temuan Nanda & Bihari (2012) yang membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara penerapan green
banking dan profitabilitas bank di India karena kurangnya inisiatif bank dalam menerapkan praktik green
banking. Selain itu, studi Dialysa (2015) membuktikan penurunan konsumsi kertas meningkatkan profitabilitas
perusahaan.
Tabel 5 menunjukkan bahwa GB berpengaruh positif terhadap kinerja saham (TOBIN) dan konsisten
dengan hasil yang ditunjukkan pada Tabel 4 bahwa FOREIGN tidak mempengaruhi hubungan antara GB dan
TOBIN. Sesuai dengan teori SRI bahwa pengungkapan laporan keuangan dan tanggung jawab sosial oleh
manajemen merupakan hal yang penting. Pemangku kepentingan perlu

mengevaluasi dan mengetahui sejauh mana perusahaan menjalankan perannya sesuai dengan keinginan
stakeholders. Selanjutnya, pengungkapan ini sebagai sinyal untuk mengkomunikasikan kinerja perusahaan di
masa mendatang kepada investor. Sejalan dengan temuan Klassen & Mclaughlin (1996) bahwa segala bentuk
informasi perusahaan yang berkaitan dengan lingkungan akan mempengaruhi nilai perusahaan. Selanjutnya,
investor di pasar saham menyadari pentingnya pencemaran lingkungan dan akan mengambil sikap terhadap
industri yang tidak mematuhi norma pencemaran (Gupta, 2003; Goldar & Banga, 2007). Dengan demikian,
lembaga keuangan harus membantu mengembangkan instrumen yang tepat untuk memenuhi kebutuhan industri
untuk mengendalikan dampak lingkungan. Misalnya, bank tidak ikut serta dalam pembiayaan proyek yang
diperkirakan akan berdampak buruk terhadap ekosistem atau kerusakan lingkungan. Sedangkan pengaruh
variabel kontrol (ukuran bank dan CAR) terhadap semua jenis kinerja keuangan adalah positif dan signifikan.
Hal ini berimplikasi bahwa semakin besar aset yang dimiliki bank, semakin banyak keuntungan yang
diperoleh dari skala ekonomi melalui akses fasilitas kredit untuk meminjamkan dan berinvestasi dalam proyek
permodalan untuk mewujudkan profitabilitas (Regehr & Sengupta, 2016). Bank-bank besar juga memiliki

11
market power dan akses ke pasar modal sehingga semakin besar pengaruhnya terhadap stakeholder perusahaan
(Velnampy, 2013). Kajian tersebut juga menunjukkan bahwa semakin tinggi CAR bank menunjukkan
kemampuan menanggung risiko dari setiap kredit/aset produktif yang berisiko sehingga dapat melindungi
deposan dan meningkatkan kepercayaan masyarakat (Mili et al., 2017). Hasil uji robustness selanjutnya
menunjukkan konsistensi dengan uji utama seperti terlihat pada Tabel 6 dan 7. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdapat stabilitas dan reliabilitas dari variabel utama yang digunakan.

Tabel 6 Hasil uji robustness (ROE sebagai proksi variabel kinerja)

MandirivariabelPredictionROE (semua
sampel)

GB + -0,114 *** -0,117 *** -0,229 ***

LUAR NEGERI - -0,043 *** -0,077 ***

DAFTAR - -0,075 *** -0,119 ***

GB*ASING + 0,068

GB*DAFTAR + 0,105 **

MandirivariabelPredictionROE (semua
sampel)

LnSIZE + 0,029 *** 0,044 *** 0,041 ***

MOBIL + 0,005 0,056 0,005

R-kuadrat 0,404 0,543 0,531

R-kuadrat yang disesuaikan 0,385 0,518 0,494

F-statistik 21.283 *** 21.855 *** 14.558 ***

N 98 98 98

Catatan:
Kesalahan standar *, **, *** menunjukkan signifikansi masing-masing 10%, 5% dan 1% Sumber: Hasil
analisis data (2019)

Tabel 7 Hasil uji robustness (PBV sebagai variabel kinerja)

MandirivariabelPrediksiPBV (sampel terdaftar)

12
GB + 1.017 *** 0,757 *** 0,719 ***

LUAR NEGERI- -0,290 *** -0,444 *

GB*ASING + 0,406

LnSIZE+ 0,539 *** 0,531 *** 0,534 ***

MOBIL + -3.313 -1.107 -1,577

R-kuadrat 0,704 0,705 0,705

R-kuadrat yang disesuaikan 0,691 0,687 0,683

F-statistik 53.204 *** 39.416 *** 31.191 ***

N 71 71 71

Catatan:

Kesalahan standar *, **, *** menunjukkan signifikansi masing-masing 10%, 5% dan 1% Sumber: Hasil
analisis data (2019).
Penelitian ini juga melakukan uji endogenitas untuk menguji kemungkinan adanya masalah endogenitas
pada persamaan regresi. Uji ini dilakukan bila satu atau lebih variabel penjelas dalam satu atau lebih persamaan
dijelaskan oleh variabel lain dalam persamaan yang sama atau dalam persamaan lain. Permasalahan endogenitas
dalam penelitian ini diuji melalui pengujian masalah simultan dan pengujian Two Stage Least Square (TSLS).
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel green banking practice berpengaruh terhadap kinerja bank dan
tidak terdapat hubungan terbalik yaitu kinerja bank berpengaruh terhadap green banking practice (hasil tersebut
tidak ditabulasikan). Dengan kata lain, persamaan yang diestimasi menggunakan OLS tidak bias.

5. KESIMPULAN
Studi ini menyelidiki sejauh mana dan bagaimana praktik Green Banking yang termasuk
dalam proyek percontohan Green Banking dan indeks investasi hijau di Indonesia selama 2012-2018.
Temuan mengungkapkan bahwa praktek Green Banking memiliki telah diadopsi oleh sebagian
besar bank sejak BI menetapkan aturan keberlanjutan pada tahun 2012, meskipun masih bersifat
sukarela, dan menunjukkan peningkatan aktivitas Green Banking setiap tahunnya. Praktik ini
berdampak negatif terhadap profitabilitas bank dan efek ini lebih kuat di bank-bank yang terdaftar.
Hal ini menegaskan bahwa semakin besar tekanan untuk mengungkapkan praktik green
banking, semakin besar kerugian yang harus ditanggung bank. Sedangkan praktik green banking
terdapat pengaruh positif terhadap nilai bank karena diharapkan dapat memberikan manfaat jangka
panjang bagi pemangku kepentingan.
Studi ini menawarkan implikasi yang mungkin untuk literatur tentang praktik Green Banking,
terutama dalam konteks negara berkembang. Temuan ini menjadi bukti lebih lanjut tentang peran
penting pasar modal yang dapat berperan dalam pengelolaan lingkungan, khususnya di Indonesia yang
lemah dalam pemantauan dan penegakan lingkungan. Dengan kata lain, dalam konteks ini
penekanannya adalah pada peningkatan kualitas lingkungan. Kemudian pemerintah diharapkan
menciptakan insentif lain bagi mereka untuk berpartisipasi dalam program lingkungan sukarela.
Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini dan kemungkinan penelitian lebih lanjut
diperlukan. Pertama, penelitian saat ini didasarkan pada proyek percontohan green banking dan

13
investasi hijau sehingga ukuran sampelnya sangat terbatas. Kedua, tulisan ini mengacu pada pedoman
green banking dari Shaumya & Arulrajah, (2017). Penelitian selanjutnya perlu menggunakan proksi
lain seperti penelitian Bose et al (2017) yang mengembangkan Green Banking Disclosure Index
(GBDI). Akhirnya, penelitian ini hanya menggunakan desain penelitian kuantitatif. Oleh karena itu,
penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan untuk mengumpulkan data yang lebih dalam dari
responden.

DAFTAR PUSTAKA
Aubhi, RUH (2016). Evaluasi Praktek Green Banking di Bangladesh. Jurnal Penelitian Keuangan
dan Akuntansi, 7(7), 93–125.

Bose, S., Podder, J., & Biswas, KK (2017). Pemberian Filantropi, Kinerja Berbasis Pasar, dan
Kepemilikan Institusional: Bukti dari Ekonomi Berkembang. Tinjauan Akuntansi Inggris.
49(4), 429-444.
Budiasih, IGAN, & Sukoharsono, EG (2012). Praktek Akuntansi dan Penggunaan Uang Pada
Masa Pemerintahan Raja Udayana di Bali : Suatu Pendekatan Etnoarkeologi. Simposium
Nasional Akuntansi XV, Banjarmasin, (September), 20–23.
Carnevale, C. (2014). Pelaporan Keberlanjutan dan Varietas Kapitalisme. Pembangunan
Berkelanjutan, 22.

Chen, KH, & Metcalf, RW (1980). Tinjauan Kembali Hubungan Antara Catatan Pengendalian
Polusi dan Indikator Keuangan. Tinjauan Akuntansi, 55, 168–177.
Clark, LA, & Watson, D. (1995). Membangun Validitas: Masalah Dasar dalam Pengembangan
Skala Objektif. Penilaian Psikologis.
Danford, C. (2017). Dampak Kepemilikan Pemerintah Nasional terhadap Kinerja ESG di UE.
Tesis. Sekolah Bisnis. https://aaltodoc.aalto.fi/bitstream.
Dialysa, F. (2015). Green Banking : Salah Satu Upaya Pencapaian Prinsip GCG. Konferensi
Internasional Pertama tentang Ekonomi dan Perbankan.
Doś, A. (2018). Pengaruh Kepemilikan Ekuitas Asing terhadap Corporate Social Responsibility:
Bukti Empiris dari Polandia. Keuangan Internet Triwulanan, 13(3), 66-75.
Goldar, B., & Banga, R. (2007). Dampak Liberalisasi Perdagangan terhadap Investasi Asing
Langsung di Industri India. Jaringan Penelitian dan Pelatihan Perdagangan Asia-Pasifik
(ARTNeT).
Laporan Green Banking. (2016). Apa Itu Green Banking?http://greenbankreport.com/eco-
friendly-banking/whatis-green-banking.
Gupta, RK (2003). Keberlanjutan Pertanian Pasca-Revolusi Hijau: Sistem Penanaman Padi-
Gandum di Dataran Indo-Gangga dan Cina. Publikasi Khusus ASA.
Hackston, D., & Milne, M. (1996). Beberapa Penentu Pengungkapan Sosial dan Lingkungan di
Perusahaan Selandia Baru. Audit Akuntansi & Jurnal Akuntabilitas, 9, 77–108.
Hamilton, JT (1995). Menguji Rasisme Lingkungan: Prasangka, Keuntungan, Kekuatan Politik?
Jurnal Analisis dan Manajemen Kebijakan, 14, 107–132.

14
Handajani, L., Rifai, A., & Husnan, LH (2019). Kajian Tentang Inisiasi Praktik Green Banking
Pada Bank BUMN. Jurnal Ekonomia, 15(1), 1–16.
Hart, SL, & Ahuja, G. (1995). Apakah Membayar Menjadi Hijau? Suatu Ujian Empiris Hubungan
Antara Pengurangan Emisi Dan Kinerja Perusahaan. Strategi Bisnis dan Lingkungan, 5(1),
30–37.
Hinson, R., Boateng, R., & Madichie, N. (2010). Pelaporan Kegiatan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan di Situs Web Bank di Ghana. Jurnal Internasional Pemasaran Bank, 28, 498–518.
Islam, S., & Das, PC (2013). Praktik Green Banking di Bangladesh. Jurnal Bisnis dan Manajemen
IOSR, 8(3), 39–44. https://doi.org/10.9790/487x-0833944
Khanna,T., & Palepu, K. (2000). Cara yang Tepat untuk Merestrukturisasi Konglomerat di
Emerging Pasar. Riset Bisnis untuk Pemimpin Bisnis.
Shaumya, & Arulrajah, A. (2017). Dampak Praktik Perbankan Hijau terhadap Kinerja Lingkungan
Bank: Bukti dari Sri Lanka. Jurnal Keuangan dan Manajemen Bank, 5(1), 77–
90.https://doi.org/10.15640/jfbm.v5n1a7
Simpson, WG, & Kohers, T. (2002). Keterkaitan Antara Kinerja Sosial dan Keuangan Perusahaan:
Bukti dari Industri Perbankan. Jurnal Etika Bisnis, 35, 97–109.
Schultz C. (2010). Apa Arti Perbankan Hijau? Laporan Bank Hijau, 2, 127–131.
Thevanes, & Arulrajah, A. (2016). Hubungan Antara Pelatihan Lingkungan, Sikap Lingkungan
Karyawan dan Orientasi Lingkungan Organisasi. Prosiding Konferensi Penelitian
Internasional Universitas Jaffna ke-3 (JUICE), 61–67.
Turner, JD, & Arun, TG (2004). Tata Kelola Bank di Negara Berkembang: Konsep dan Isu. Tata
Kelola Perusahaan Tinjauan Internasional, 12, 371–377.
Uwuigbe, U., Uwuigbe, ATAU, Teddy, O., & Emmanuel, O. (2018). Keberlanjutan Pelaporan dan
Kinerja Perusahaan: Pendekatan dua arah. Jurnal Akademi Manajemen Strategis, 17, 1–16.

15

Anda mungkin juga menyukai