bergerak dalam arah yang merugikan organisasi.Misal, suatu perusahaan mempunyai portofolio sekuritas saham yang dibeli dengan harga Rp 1 miliar.Misalkan harga saham jatuh, sehingga nilai pasar saham tersebut turun menjadi Rp 800 juta Perusahaan tersebut mengalami kerugian karena nilai portofolio sahamnya turun sebesar Rp 200 juta.Kerugian tersebut disebabkan karena harga saham bergerak kearah yang kurang menguntungkan (dalam hal ini turun). Risiko pasar merupakan kondisi yang dialami oleh suatu perusahaan yang disebabkan oleh perubahan kondisi dan situasi pasar di luar dari kendali perusahaan.Risiko pasar sering disebut juga sebagai risio yang menyeluruh, karena sifat umumnya adalah bersifat menyeluruh dan di alami oleh seluruh perusahaan. RISIKO PASAR PADA BANK MANDIRI
Kondisi pasar keuangan selama tahun 2016
bergejolak terutama pada semester II masih dipengaruhi oleh beberapa issue global seperti perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia termasuk Cina dan pemulihan ekonomi Amerika Serikat yang diiringi dengan meningkatnya ketidakpastian terutama pasca terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat yang baru. Issue global tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung sangat mempengaruhi dinamika ekonomi dan pasar keuangan Indonesia pada tahun 2016. Strategi investasi selama tahun 2016 secara umum adalah menerapkan strategi portofolio yang sustain dan stabil dalam jangka panjang dengan langkah-langkah sebagai berikut : Strategi penurunan risiko pasar dan risiko kredit dengan melakukan penurunan nilai investasi pada instrument saham dan reksadana serta melakukan penjualan obligasi yang meningkat risiko kreditnya Strategi untuk antisipasi tren penurunan bunga : Penempatan deposito, prioritas tenor 1 tahun atau 6 bulan Pemenuhan minimal SBN dilakukan awal tahun (YTM tinggi), sebagian besar dibuku NPA/HTM. Memperpanjang durasi obligasi korporasi dari 1 tahun menjadi 3 - 10 tahun (terutama emiten sektor financial/perbankan dan BUMN) Diversifikasi instrumen investasi yaitu antara lain EBA SP dan Tanah Bangunan Monitoring perkembangan performance issuer obligasi dan koordinasi dengan MI. RISIKO PASAR PADA BANK BNI Melakukan perhitungan Kewajiban Pemenuhan Modal Minimum (KPMM) dengan menggunakan metode standar sesuai ketentuan Bank Indonesia yang berlaku. Selain itu, mengkaji dan mengembangkan kemungkinan penerapan Metode Internal dalam menghitung KPMM dengan memperhitungkan risiko pasar. Mengembangkan sistem pengelolaan risiko yang terintegrasi dan diaplikasikan ke segenap unit bisnis termasuk risiko pasar di cabang-cabang luar negeri. Menyusun dan menerbitkan laporan dan analisis risiko pasar secara berkala (harian, mingguan, bulanan dan triwulanan). Mengembangkan sistem pengelolaan risiko yang terintegrasi ke dalam Treasury Management Information System untuk pengendalian risiko nilai tukar, risiko tingkat bunga dan risiko likuiditas. Melakukan evaluasi secara berkala terhadap limit risiko pasar yang terdiri dari limit VaR dan budget loss limit untuk trading book serta banking book bagi unit bisnis Tresuri dan dealing room cabang luar negeri. Sementara limit yang terkait dengan likuiditas antara lain SR (secondary reserve) Ideal, limit Asset Liability Gap dan limit on-shore loan. Limit-limit tersebut dipantau secara harian, mingguan dan bulanan. Menyempurnakan sistem pengendalian risiko pasar untuk transaksi treasury (dealing room) dan melengkapinya dengan sistem pemantauan limit (Market Limit System) serta penetapan harga pasar (Market Conformity Modul) yang terintegrasi dengan front office system. MANAJEMEN RISIKO PASAR BNI Sebagian besar resiko pasar trading book bersumber dari aktivitas bisnis tresuri, sementara risiko pasar bankiong book, khususnya interest rate risk in banking book (IRRBB) dan posisi devisa Neto(PDN) bersumber dari seluruh aktivitas bank . Untuk mengelola eksposur risiko pasar yang dinamis sesuai perkembangan pasar domestik dan pasar global, bank memantau dan mengelola risiko pasar secara kontinu dan ketat. Dalam rangka pengelolaan risiko pasar yang efektif dan independen, organisasi treasury dibagi menjadi 3 bagian yaitu Front office, middle office, dan back office . Front office melakukan aktivitas bisnis dan berhubungan dengan nasabah . Dalam melakukan aktivitasnya, bisnis tresury dibatasi dengan risk appetite, risk tolerance, dan risk limit yang ditetapkan oleh unit independen yaitu divisi manajemen risiko bank, divisi tata kelola kebijakan dan divisi risiko bisnis korporasi. Fungsi pemantauan risiko pasar dilakukan oleh divisi manajemen risiko bank . Pemantauan eksposur risiko dan kepatuhan terhadap limit- limit risiko menjadi semakin independen setelah berpindahnya unit middle office dari unit bisnis ke divisi manajemen risiko bank . Untuk aktivitas pembukuaan dan settlement dilakukan oleh divisi operasional sebagai back office . KEBIJAKAN DAN PROSEDUR Dalam rangka mendukung target bisnis dengan tetap memperhatikan prinsip ke hati-hatian, BNI telah memiliki kebijakan dari prosedur bisnis tresuri dan international . Selain itu agar pengelolaan risiko pasar berjalan efektif, BNI berpedoman pada penerapan Manajemen risiko pasar serta prosedur risiko pasar(trading book) dan risiko suku bunga pada banking book. Identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko pasar dilakukan oleh unit yang independen dari unit bisnis . Identifikasi risiko pasar terutama dilakukan untuk setiap produk atau aktivitas baru. BNI melakukan pengukuran risiko pasar dengan menggunakan metode standar dan metode internal. Metode standar digunakan untuk menghitung KPMM risiko pasar, sementara pengelolaan risiko pasar harian menggunakan metode internalyaitu Value at Risk (VAR) . Cakupan portofolio yang dihitung dalam KPMM dengan menggunakan metode standar adalah portofolio trading book dan banking book untuk risiko nilai tukar. eksposur risiko pasar bank secara individu dan konsolidasi dengan menggunakan metode standar. Eksposur risiko pasar yang diukur dengan Var senantiasa dipantau secara harian dan disampaikan kepada manajemen secara mingguan dan bulanan. Valuasi harga untuk instrumen yang aktif menggunakan harga pasar( mark to market) sedangkan untuk instrumen yang kurang aktif menggunakan harga wahar dari sumber yang independen. UNTUK MENGELOLA POTENSI KERUGIAN RISIKO PASAR TELAH DITETAPKAN LIMIT-LIMIT SBB :
A. VaR limit, yang merupakan maksimum
potensi kerugian yang mungkin terjadi pada waktu tertentu di masa datang dengan tingkat kepercayaan tertentu B. Budget Loss limit yang dipergunakan untuk membatasi realisasi kerugian aktivitas bisnis C. Limit pembeliaan surat berharga yangdigunakan untuk membatasi konsentrasi pembelian surat berharga korporat berdasarkan rating dan jenis mata uang surat berharga D. Limit asset & liability repricing gap untuk membatasi risiko suku bunga dalam banking book RISIKO PASAR PADA BANK SYARIAH Pengelolaan risiko nilai tukar bagi perbankan dan nasabah syariah menjadi semakin penting. Hal ini tidak terlepas dari tingginya pertumbuhan aset bank syariah beberapa tahun terakhir serta potensi peningkatan transaksi valas baik oleh perbankan maupun nasabah syariah seperti dana haji dan umroh. Salah satu upaya untuk mitigasi risiko nilai tukar tersebut adalah melalui transaksi lindung nilai (hedging) sesuai prinsip syariah. Oleh karena itu, Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 18/2/2016 tentang Transaksi Lindung Nilai Berdasarkan Prinsip Syariah pada tanggal 26 Februari 2016 lalu dan Surat Edaran (SE) ekstern BI terkait repo syariah No. 18/11/DEKS tanggal 12 Mei 2016 sebagai petunjuk teknis pelaksanaan PBI dimaksud. Untuk meningkatkan efektivitas implementasinya, pada hari ini, 17 Juni 2016, Bank Indonesia menyelenggarakan acara Sosialisasi Ketentuan Bank Indonesia tentang Transaksi Lindung Nilai Berdasarkan Prinsip Syariah (Hedging Syariah) di Jakarta. Acara yang dibuka langsung oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia, Hendar, tersebut, dihadiri oleh kalangan perbankan, lembaga jasa keuangan, pelaku usaha, asosiasi, pemerintah dan lembaga terkait lainnya. Hedging syariah ini diharapkan dapat menjadi stimulus perkembangan industri keuangan syariah Indonesia, demikian harapan yang disampaikan Deputi Gubernur, Hendar dalam sambutannya. Dari sisi korporasi maupun nasabah perorangan khususnya yang memiliki preferensi produk yang memenuhi prinsip syariah, hedging syariah menjadi solusi untuk mitigasi risiko nilai tukar. Sedangkan dari sisi perbankan, dengan memiliki instrumen ini akan membantu dalam pengelolaan risiko likuiditas dan risiko nilai tukar. Hedging syariah juga diharapkan akan mendukung pendalaman pasar keuangan syariah Indonesia sehingga mendorong penerbitan sukuk valas di masa mendatang. Pada akhirnya, pembiayaan syariah juga diharapkan dapat meningkat khususnya pada sektor-sektor produktif maupun proyek infrastruktur yan sedang digalakkan pemerintah, jelasnya. Hedging Syariah memiliki karakteristik yang unik. Pertama, hedging syariah tidak boleh dilakukan untuk tujuan yang bersifat spekulatif sehingga wajib memiliki underlying. Kedua, transaksi ini hanya boleh dilakukan apabila terdapat kebutuhan nyata untuk mengurangi risiko nilai tukar di masa mendatang terhadap mata uang asing yang tidak dapat dihindarkan. Dan terakhir adanya penggunaan akad muwaadah. Akad ini mengatur bahwa transaksi lindung nilai syariah akan didahului oleh forward agreement atau rangkaian forward agreement untuk melakukan transaksi spot dalam jumlah tertentu di masa yang akan datang dengan nilai tukar atau perhitungan nilai tukar yang disepakati pada saat saling berjanji. Perjalanan munculnya instrumen lindung nilai syariah ini cukup panjang. Pada tahun 2012, instrumen ini pertama kali diusulkan oleh Bank Indonesia. Pada periode tahun 2012 sampai 2015, usulan tersebut dibahas bersama Working Group Perbankan Syariah dan Dewan Syariah Nasional, Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dan akhirnya pada tanggal 2 April 2015, fatwa atas Transaksi Lindung Nilai Syariah atas Nilai Tukar diterbitkan MUI. Ketersediaan instrumen pasar valas yang sesuai dengan prinsip syariah, merupakan salah satu bentuk dukungan BI terhadap pengembangan dan pendalaman pasar keuangan syariah di Indonesia. Dukungan lainnya ditunjukkan dengan kesetaraan kebijakan/regulasi BI baik kepada keuangan syariah maupun keuangan konvensional dan tersedianya operasi moneter syariah untuk pengelolaan likuditas valas. Risiko nilai tukar valuta asing (foreign exchange rate risk) timbul apabila bank mengambil posisi terbuka (open position). Di saat bank berada pada posisi beli (overbought position / long position), kerugian akan terjadi bila nilai tukar mata uang lokal (currency base) cenderung naik (menguat), dan sebaliknya pada saat bank berada pada posisi jual (oversold position / short position), kerugian akan terjadi apabila mata uang lokal cenderung turun (melemah). Risiko nilai tukar valuta asing ini dapat ditekan dengan cara membatasi atau memperkecil posisi, atau bahkan dapat dihindari sama sekali bila bank selalu mengambil posisi squaire. Bagi Perbankan Islam, pada umumnya lebih mampu menghindari risiko nilai tukar valuta asing, karena mereka dituntut untuk mematuhi norma-norma syariah yang antara lain adalah: Bank Islam hanya melakukan transaksi komersil dan tidak akan pernah melakukan transaksi arbitrage;. Bank Islam hanya akan melakukan pertukaran valuta asing secara tunai; Bank Islam tidak melakukan short selling; dan Bank Islam tidak akan pelakukan pertukaran tanpa penyerahan (non delivery trading). TERIMA KASIH