Anda di halaman 1dari 21

RESIKO PASAR BANK MANDIRI,

BNI DAN PERBANKAN SYARIAH

Anggota
Fatanilam

Riska kusuma

Rina maghfirah

Ilham muttaqin

Subi wijayanto
DEFINISI RISIKO PASAR

Risiko pasar muncul karena harga pasar


bergerak dalam arah yang merugikan
organisasi.Misal, suatu perusahaan mempunyai
portofolio sekuritas saham yang dibeli dengan
harga Rp 1 miliar.Misalkan harga saham jatuh,
sehingga nilai pasar saham tersebut turun
menjadi Rp 800 juta
Perusahaan tersebut mengalami kerugian
karena nilai portofolio sahamnya turun sebesar
Rp 200 juta.Kerugian tersebut disebabkan
karena harga saham bergerak kearah yang
kurang menguntungkan (dalam hal ini turun).
Risiko pasar merupakan kondisi yang dialami
oleh suatu perusahaan yang disebabkan oleh
perubahan kondisi dan situasi pasar di luar dari
kendali perusahaan.Risiko pasar sering disebut
juga sebagai risio yang menyeluruh, karena sifat
umumnya adalah bersifat menyeluruh dan di
alami oleh seluruh perusahaan.
RISIKO PASAR PADA BANK MANDIRI

Kondisi pasar keuangan selama tahun 2016


bergejolak terutama pada semester II masih
dipengaruhi oleh beberapa issue global seperti
perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia
termasuk Cina dan pemulihan ekonomi Amerika
Serikat yang diiringi dengan meningkatnya
ketidakpastian terutama pasca terpilihnya
Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat
yang baru. Issue global tersebut baik secara
langsung maupun tidak langsung sangat
mempengaruhi dinamika ekonomi dan pasar
keuangan Indonesia pada tahun 2016.
Strategi investasi selama tahun 2016 secara umum adalah
menerapkan strategi portofolio yang sustain dan stabil
dalam jangka panjang dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
Strategi penurunan risiko pasar dan risiko kredit dengan
melakukan penurunan nilai investasi pada instrument
saham dan reksadana serta melakukan penjualan obligasi
yang meningkat risiko kreditnya
Strategi untuk antisipasi tren penurunan bunga :
Penempatan deposito, prioritas tenor 1 tahun atau 6
bulan
Pemenuhan minimal SBN dilakukan awal tahun (YTM
tinggi), sebagian besar dibuku NPA/HTM.
Memperpanjang durasi obligasi korporasi dari 1 tahun
menjadi 3 - 10 tahun (terutama emiten sektor
financial/perbankan dan BUMN)
Diversifikasi instrumen investasi yaitu antara lain EBA SP
dan Tanah Bangunan
Monitoring perkembangan performance issuer obligasi dan
koordinasi dengan MI.
RISIKO PASAR PADA BANK BNI
Melakukan perhitungan Kewajiban Pemenuhan Modal Minimum (KPMM)
dengan menggunakan metode standar sesuai ketentuan Bank Indonesia
yang berlaku. Selain itu, mengkaji dan mengembangkan kemungkinan
penerapan Metode Internal dalam menghitung KPMM dengan
memperhitungkan risiko pasar.
Mengembangkan sistem pengelolaan risiko yang terintegrasi dan
diaplikasikan ke segenap
unit bisnis termasuk risiko pasar di cabang-cabang luar negeri.
Menyusun dan menerbitkan laporan dan analisis risiko pasar secara
berkala (harian, mingguan, bulanan dan triwulanan).
Mengembangkan sistem pengelolaan risiko yang terintegrasi ke dalam
Treasury Management Information System untuk pengendalian risiko nilai
tukar, risiko tingkat bunga dan risiko likuiditas.
Melakukan evaluasi secara berkala terhadap limit risiko pasar yang terdiri
dari limit VaR
dan budget loss limit untuk trading book serta banking book bagi unit bisnis
Tresuri dan dealing room cabang luar negeri. Sementara limit yang terkait
dengan likuiditas antara lain SR (secondary reserve) Ideal, limit Asset
Liability Gap dan limit on-shore loan. Limit-limit tersebut dipantau secara
harian, mingguan dan bulanan.
Menyempurnakan sistem pengendalian risiko
pasar untuk transaksi treasury (dealing room)
dan melengkapinya dengan sistem pemantauan
limit (Market Limit System) serta penetapan
harga pasar (Market Conformity Modul) yang
terintegrasi dengan front office system.
MANAJEMEN RISIKO PASAR BNI
Sebagian besar resiko pasar trading book
bersumber dari aktivitas bisnis tresuri,
sementara risiko pasar bankiong book,
khususnya interest rate risk in banking book
(IRRBB) dan posisi devisa Neto(PDN) bersumber
dari seluruh aktivitas bank . Untuk mengelola
eksposur risiko pasar yang dinamis sesuai
perkembangan pasar domestik dan pasar global,
bank memantau dan mengelola risiko pasar
secara kontinu dan ketat.
Dalam rangka pengelolaan risiko pasar yang
efektif dan independen, organisasi treasury
dibagi menjadi 3 bagian yaitu Front office,
middle office, dan back office .
Front office melakukan aktivitas bisnis dan
berhubungan dengan nasabah . Dalam
melakukan aktivitasnya, bisnis tresury dibatasi
dengan risk appetite, risk tolerance, dan risk
limit yang ditetapkan oleh unit independen yaitu
divisi manajemen risiko bank, divisi tata kelola
kebijakan dan divisi risiko bisnis korporasi.
Fungsi pemantauan risiko pasar dilakukan oleh
divisi manajemen risiko bank . Pemantauan
eksposur risiko dan kepatuhan terhadap limit-
limit risiko menjadi semakin independen setelah
berpindahnya unit middle office dari unit bisnis
ke divisi manajemen risiko bank . Untuk
aktivitas pembukuaan dan settlement dilakukan
oleh divisi operasional sebagai back office .
KEBIJAKAN DAN PROSEDUR
Dalam rangka mendukung target bisnis dengan
tetap memperhatikan prinsip ke hati-hatian,
BNI telah memiliki kebijakan dari prosedur
bisnis tresuri dan international . Selain itu agar
pengelolaan risiko pasar berjalan efektif, BNI
berpedoman pada penerapan Manajemen risiko
pasar serta prosedur risiko pasar(trading book)
dan risiko suku bunga pada banking book.
Identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan
pengendalian risiko pasar dilakukan oleh unit
yang independen dari unit bisnis . Identifikasi
risiko pasar terutama dilakukan untuk setiap
produk atau aktivitas baru.
BNI melakukan pengukuran risiko pasar dengan
menggunakan metode standar dan metode
internal. Metode standar digunakan untuk
menghitung KPMM risiko pasar, sementara
pengelolaan risiko pasar harian menggunakan
metode internalyaitu Value at Risk (VAR) .
Cakupan portofolio yang dihitung dalam KPMM
dengan menggunakan metode standar adalah
portofolio trading book dan banking book untuk
risiko nilai tukar.
eksposur risiko pasar bank secara individu dan
konsolidasi dengan menggunakan metode
standar. Eksposur risiko pasar yang diukur
dengan Var senantiasa dipantau secara harian
dan disampaikan kepada manajemen secara
mingguan dan bulanan. Valuasi harga untuk
instrumen yang aktif menggunakan harga pasar(
mark to market) sedangkan untuk instrumen
yang kurang aktif menggunakan harga wahar
dari sumber yang independen.
UNTUK MENGELOLA POTENSI KERUGIAN RISIKO
PASAR TELAH DITETAPKAN LIMIT-LIMIT SBB :

A. VaR limit, yang merupakan maksimum


potensi kerugian yang mungkin terjadi pada
waktu tertentu di masa datang dengan tingkat
kepercayaan tertentu
B. Budget Loss limit yang dipergunakan untuk
membatasi realisasi kerugian aktivitas bisnis
C. Limit pembeliaan surat berharga
yangdigunakan untuk membatasi konsentrasi
pembelian surat berharga korporat berdasarkan
rating dan jenis mata uang surat berharga
D. Limit asset & liability repricing gap untuk
membatasi risiko suku bunga dalam banking
book
RISIKO PASAR PADA BANK SYARIAH
Pengelolaan risiko nilai tukar bagi perbankan dan nasabah syariah
menjadi semakin penting. Hal ini tidak terlepas dari tingginya
pertumbuhan aset bank syariah beberapa tahun terakhir serta
potensi peningkatan transaksi valas baik oleh perbankan maupun
nasabah syariah seperti dana haji dan umroh. Salah satu upaya
untuk mitigasi risiko nilai tukar tersebut adalah melalui transaksi
lindung nilai (hedging) sesuai prinsip syariah. Oleh karena itu, Bank
Indonesia menerbitkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.
18/2/2016 tentang Transaksi Lindung Nilai Berdasarkan Prinsip
Syariah pada tanggal 26 Februari 2016 lalu dan Surat Edaran (SE)
ekstern BI terkait repo syariah No. 18/11/DEKS tanggal 12 Mei 2016
sebagai petunjuk teknis pelaksanaan PBI dimaksud. Untuk
meningkatkan efektivitas implementasinya, pada hari ini, 17 Juni
2016, Bank Indonesia menyelenggarakan acara Sosialisasi
Ketentuan Bank Indonesia tentang Transaksi Lindung Nilai
Berdasarkan Prinsip Syariah (Hedging Syariah) di Jakarta. Acara
yang dibuka langsung oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia,
Hendar, tersebut, dihadiri oleh kalangan perbankan, lembaga jasa
keuangan, pelaku usaha, asosiasi, pemerintah dan lembaga terkait
lainnya.
Hedging syariah ini diharapkan dapat menjadi stimulus
perkembangan industri keuangan syariah Indonesia,
demikian harapan yang disampaikan Deputi Gubernur,
Hendar dalam sambutannya. Dari sisi korporasi maupun
nasabah perorangan khususnya yang memiliki preferensi
produk yang memenuhi prinsip syariah, hedging syariah
menjadi solusi untuk mitigasi risiko nilai tukar.
Sedangkan dari sisi perbankan, dengan memiliki
instrumen ini akan membantu dalam pengelolaan risiko
likuiditas dan risiko nilai tukar. Hedging syariah juga
diharapkan akan mendukung pendalaman pasar keuangan
syariah Indonesia sehingga mendorong penerbitan sukuk
valas di masa mendatang. Pada akhirnya, pembiayaan
syariah juga diharapkan dapat meningkat khususnya pada
sektor-sektor produktif maupun proyek infrastruktur yan
sedang digalakkan pemerintah, jelasnya.
Hedging Syariah memiliki karakteristik yang unik.
Pertama, hedging syariah tidak boleh dilakukan
untuk tujuan yang bersifat spekulatif sehingga wajib
memiliki underlying. Kedua, transaksi ini hanya
boleh dilakukan apabila terdapat kebutuhan nyata
untuk mengurangi risiko nilai tukar di masa
mendatang terhadap mata uang asing yang tidak
dapat dihindarkan. Dan terakhir adanya penggunaan
akad muwaadah. Akad ini mengatur bahwa
transaksi lindung nilai syariah akan didahului oleh
forward agreement atau rangkaian forward
agreement untuk melakukan transaksi spot dalam
jumlah tertentu di masa yang akan datang dengan
nilai tukar atau perhitungan nilai tukar yang
disepakati pada saat saling berjanji.
Perjalanan munculnya instrumen lindung nilai syariah ini
cukup panjang. Pada tahun 2012, instrumen ini pertama
kali diusulkan oleh Bank Indonesia. Pada periode tahun
2012 sampai 2015, usulan tersebut dibahas bersama
Working Group Perbankan Syariah dan Dewan Syariah
Nasional, Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dan akhirnya
pada tanggal 2 April 2015, fatwa atas Transaksi Lindung
Nilai Syariah atas Nilai Tukar diterbitkan MUI.
Ketersediaan instrumen pasar valas yang sesuai dengan
prinsip syariah, merupakan salah satu bentuk dukungan
BI terhadap pengembangan dan pendalaman pasar
keuangan syariah di Indonesia. Dukungan lainnya
ditunjukkan dengan kesetaraan kebijakan/regulasi BI baik
kepada keuangan syariah maupun keuangan konvensional
dan tersedianya operasi moneter syariah untuk
pengelolaan likuditas valas.
Risiko nilai tukar valuta asing (foreign exchange rate risk)
timbul apabila bank mengambil posisi terbuka (open position).
Di saat bank berada pada posisi beli (overbought position /
long position), kerugian akan terjadi bila nilai tukar mata
uang lokal (currency base) cenderung naik (menguat), dan
sebaliknya pada saat bank berada pada posisi jual (oversold
position / short position), kerugian akan terjadi apabila mata
uang lokal cenderung turun (melemah). Risiko nilai tukar
valuta asing ini dapat ditekan dengan cara membatasi atau
memperkecil posisi, atau bahkan dapat dihindari sama sekali
bila bank selalu mengambil posisi squaire. Bagi Perbankan
Islam, pada umumnya lebih mampu menghindari risiko nilai
tukar valuta asing, karena mereka dituntut untuk mematuhi
norma-norma syariah yang antara lain adalah: Bank Islam
hanya melakukan transaksi komersil dan tidak akan pernah
melakukan transaksi arbitrage;. Bank Islam hanya akan
melakukan pertukaran valuta asing secara tunai; Bank Islam
tidak melakukan short selling; dan Bank Islam tidak akan
pelakukan pertukaran tanpa penyerahan (non delivery
trading).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai