Risiko suku bunga adalah risiko yang timbul bagi pemilik obligasi dari fluktuasi suku bunga.
Berapa banyak risiko suku bunga obligasi memiliki tergantung pada seberapa sensitif harganya terhadap
perubahan suku bunga di pasar. Sensitivitas tergantung pada dua hal, waktu obligasi hingga jatuh
tempo, dan tingkat kupon obligasi.
Terdapat 2 (dua) perspective paling umum untuk melakukan asesmen terhadap risiko sukubunga bank
yaitu :
- The Earning Perspective, yang difokuskan pada dampak perubahan suku bunga pada pendapatan bank
yang akan diterima dalam jangka pendek,
- The Economic Value Perspective, yang difokuskan pada nilai cash flow suatu bank
Akibat yang ditimbulkan risiko suku bunga :
1.Earnings perspective.
Dalam earning perspective, fokus analisa adalah pada akibat / dampak perubahan tingkat bunga pada
pendapatan yang dilaporkan (accrual). Hal ini merupakan pendekatan tradisional terhadap asesmen
risiko suku bunga yang dilakukan berbagai bank. Gejolak dalam pendapatan adalah point penting dalam
analisa risiko suku bunga, karena pengurangan pendapatan atau kerugian dapat mengancam stabilitas
keuangan suatu institusi dengan mengikis kecukupan modal dan mengurangi keyakinan pasar.
2. Economic value perspective.
Gejolak dalam suku bunga pasar dapat juga berakibat pada economic value dari posisi, asset, liability
dan Off Balance Sheet (OBF) bank.. Jadi sensitifitas terhadap economic value bank terhadap fluktuasi
dari suku bunga merupakan pertimbangan penting bagi shareholder, direksi serta otoritas pengawasan
bank.
3. Embedded Losses
Sejauh ini penjelasan tentang earning perspective dan economic value perspective difokuskan pada,
bagaimana perubahan suku bunga mendatang (future change) dapat membawa akibat pada kinerja
keuangan bank. Dalam melakukan evaluasi tingkat risiko suku bunga, dapat diasumsikan bahwa suatu
bank juga mempertimbangkan dampak dari suku bunga yang lalu terhadap kinerja mendatang (future
performance). Khususnya instrument instrument yang tidak dilakukan mark to market, mungkin
sudah mengandung keuntungan atau kerugian dari pergerakan diwaktu lalu.. Keuntungan atau kerugian
dimaksud mungkin tercermin seterusnya dalam pendapatan bank. Sebagai contoh, suatu pemberian
kredit jangka panjang, diperhitungkan dengan suku bunga tetap ketika suku bunga rendah, dan sekarang
harus didanai dari dana bersuku bunga lebih tinggi, maka pada sisa masa lakunya sudah tercermin
bahwa bank akan merugi.
Jika suku bunga turun, publik akan mengambil dananya di bank dan diinvestasikan untuk usaha.
Jika suku bunga naik maka publik cenderung menyimpan uangnya di bank karena aman.
Dari segi pemerintah menaikkan suku bunga kredit adalah sebagai antisipasi kredit macet.
Ini penting dibahas, karena ada banyak masyarakat kita yang membeli rumah dengan
mengambil utang bank, berupa KPR. Dan, tidak banyak KPR yang bersifat berbunga tetap selama
masa KPR tersebut, atau, akan ada waktunya penyesuaian tingkat suku bunga KPR. Jika suku
bunga patokan naik ke level yang tinggi, maka sudah dapat dipastikan bunga KPR juga akan ke
level yang tinggi juga. Kenaikan suku bunga KPR ke level yang tinggi, pada giliran akan
menaikkan cicilan bulanan, atau dengan kata lain akan menaikkan pengeluaran masyarakat.
2. Naiknya Beban Bunga Perusahaan
Hampir sama dengan KPR, sangat sedikit utang perusahaan yang berbunga tetap, sebab
perbankan memang tidak suka memberikan utang jangka panjang dengan bunga tetap.
Akibatnya, jika suku bunga naik ke lelvel yang tinggi, sudah dapat kita hitung bahwa beban
bunga perusahaan akan juga naik tinggi. Nah, semua perusahaan pasti akan berusaha untuk
menekan beban lainnya sebagai pengganti kenaikan beban bunga. Dan, sudah menjadi hal yang
pasti, kenaikan beban bunga akan diganti dengan penurunan beban umum & administrasi, jika
kenaikan bisnis tidak dapat mendukung kenaikan beban bunga tersebut. Dengan kata lain,
perusahaan akan berusaha tidak menambah karyawan atau malah mengurangi karyawan.
3. Turunnya Pasar Saham dan Obligasi
Penentuan harga saham juga terkait dengan tingkat suku bunga, semakin tinggi suku bunga
maka akan semakin rendah valuasi suatu saham. Apalagi pasar obligasi, sudah jelas bahwa
pergerakan harga obligasi itu berbanding terbalik dengan pergerakan suku bunga, atau, di saat
suku bunga naik maka harga obligasi akan turun, dan, sebaliknya. Valuasi saham yang rendah,
akan membuat para emiten keberatan untuk masuk menjual saham mereka dengan cara go
public. Harga obligasi yang rendah, dapat diartikan adalah tingkat yield yang tinggi, akan
membuat pihak yang membutuhkan dana harus membayar lebih tinggi, baik penerbitnya
korporasi maupun Pemerintah. Khusus bagi Pemerintah yang tiap tahun harus melakukan
penerbitan baru karena adanya oblgasi yang jatuh tempo, risikonya tidak hanya harus
membayar bunga yang lebih tinggi tetapi juga risiko tidak terserapnya obligasi yang diterbitkan.
4. Naiknya Kredit Macet
Kita semua juga dapat mengetahui bahwa tidak semua bisnis dan tidak semua orang dapat
mengakomodasi kenaikan suku bunga yang tinggi. Jika kenaikan tersebut sudah melebihi
kemampuannya, maka membiarkan kredit jadi macet sudah tidak terhindarkan lagi. Akibatnya,
struktur keuangan bank menjadi tidak sehat, akibat meningkatnya kredit macet.
Pengelolaan Risiko
PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk
B.
Aspek Struktural meliputi pengembangan visi manajemen risiko, misi, komitmen, tone at the top,
lingkungan internal yang kondusif, kebijakan, pengembangan kompetensi, IT tools dan kesisteman.
Aspek Operasional meliputi penentuan Risk Acceptance Criteria, pelaksanaan Risk Assessment dan
pengembangan manajemen risiko untuk fungsi spesifik.
Aspek Perawatan meliputi monitoring implementasi manajemen risiko, pelaporan berkala (risk
reporting), menjaga pengembangan kompetensi yang berkelanjutan. Serta
melakukan review melalui Risk Management Index, Survei Budaya Risiko maupun penilaian Tingkat
Maturitas Implementasi.
Saat ini implementasi manajemen risiko telah mencapai tingkatan dimana manajemen risiko telah
diintegrasikan di seluruh entitas Perusahaan. Ke depan kami telah menyusun road
map pengembangan Entity Risk Management sebagai berikut:
2013 : peningkatan ERM Maturity Level pada initial Stage Quantified Level.
2014 : peningkatan ERM Maturity Level pada intermediate Stage Quantified Level.
2015 : peningkatan ERM Maturity Levelpada advanced stage Quantified Level.
2016 : peningkatan ERM Maturity Level masuk ke Optimized Level.
Evaluasi atas Efektivitas Sistem Manajemen Risiko
Evaluasi atas efektivitas Sistem Manajemen Risiko dilakukan secara berkala meliputi aktivitas:
1. Review dan monitoring implementasi manajemen risiko unit secara berkala setiap tiga bulan.
2. Penyusunan Laporan Analisa Risiko dan Kepatuhan secara berkala setiap tiga bulan.
3. Rapat pembahasan terkait risiko di tingkat Direksi maupun Dewan Komisaris.
4. Melakukan pengukuran implementasi budaya risiko melalui survey kepada sejumlah responden.
5. Melakukan pengukuran tingkat kematangan implementasi manajemen risiko (ERM Maturity Level).
C. Risiko-Risko yang Dihadapi Perusahaan
Risiko-risiko yang kami dapat dilihat pada bagian Tinjauan Bisnis Faktor-Faktor Risiko, meliputi:
1. Risiko terkait Indonesia antara lain terkait perubahan situasi politik, sosial, ekonomi makro, bencana
alam dan sebagainya.
2. Risiko terkait Perusahaan meliputi:
Risiko operasi meliputi gangguan atas alat produksi, keamanan aset, potensi kebocoran pendapatan,
perubahan teknologi, pengoperasian bisnis satelit, dan sebagainya.
Risiko finansial meliputi perubahan suku bunga, perubahan nilai tukar rupiah, kesulitan pendanaan.
Risiko legal & compliance meliputi beberapa masalah yang dihadapi Perusahaan.
Risiko regulasi meliputi ketentuan regulasi yang harus dipatuhi oleh Perusahaan.
Risiko kompetisi meliputi potensi peningkatan kompetisi di seluruh portofolio bisnis
Upaya Pengelolaan Risiko
Untuk mengelola risiko-risiko tersebut, kami melakukan berbagai upaya antara lain Membangun dan
mengembangkan aspek struktural, operasional dan perawatan atas implementasi manajemen risiko di
seluruh entitas anak.
1. Peningkatan kualitas pengambilan keputusan berbasis risiko (six - eyes - principle).
2. Pengembangan manajemen kelangsungan usaha (Business Continuity Management) dan Crisis
Management.
3. Pengembangan Revenue Assurance untuk proteksi kebocoran dan program anti fraud/anti kecurangan.
4. Pengembangan Enterprise Security Governance untuk melindungi aset fisik dan non fisik
(misalnya Information System Security dengan mengembangkan ISO 27000).
5. Pengembangan Program Pengendalian Internal.
6. Pengembangan Regulatory Management.
http://ilmuasastra.blogspot.com/2014/03/makalah-manajemen-resiko-bank-tentang.html
http://www.telkom.co.id/UHI/CDInteraktif2013/ID/0082_manajemen_risiko.html