Anda di halaman 1dari 20

1.

(dari power point week 1) jelaskan kenapa kita harus memakai konsep
ekonomi dalam menentukan international business strategy. Jelaskan
pengaruh konsep ekonomi terhadap international business.
2. Hafalin tipe2 dari international business dan penjelasannya
3. Apa advantages dan disadvantages dari multinational corporation
4. Hafalin international monetary system yang digunakan pada saat ini (bisa
ditemukan di slide week 4)
5. Perdalam alasan serta referensi kenapa kalian pro (bagi yg kelompoknya pro)
maupun yg kontra (bagi yg kontra) terhadap topic debat kita.

3. Salvatore paling tidak menyebutkan 6 dampak negatif ini di dalam bukunya,

Terhadap negara asal

1. Hilangnya sejumlah lapangan kerja domestik. Ini karena perusahaan multinasional


mengalihkan sebagian modal dan aktivitas bisnisnya ke luar negeri.

2. Ekspor teknologi, yang oleh sebagian pengamat, secara perlahan-lahan akan melunturkan
prioritas teknologi negara asal dan pada akhirnya mengancam perekonomian negara
bersangkutan.

3. Kecenderungan praktik pengalihan harga sehingga mengurangi pemasukan perpajakan

4. Mempengaruhi kebijakan moneter domestik.

Terhadap negara tuan rumah:

1. Keengganan cabang perusahaan multinasional untuk mengekspor suatu produk karena


negara tersebut bukan mitra dagang negara asalanya.

2. Mempengaruhi kebijakan moneter negara yang bersangkutan.

3. Budaya konsumsi yang dibawa perusahaan tersebut bisa mengubah budaya konsumsi
konsumen local dan pada akhirnya mematikan unit-unit usaha tradisional.

Dan tentu saja dampak-dampak lainnya masih banyak mengingat masalah ini adalah masalah
yang kompleks. Mulai dari politik yang mempengaruhinya, belum lagi bidang lainnya yang
mempengaruhi dan dipengaruhi baik di bidang sosial, budaya, pendidikan dan sebagainya.

keuntungan
meningkatkan pelayanan terhadap konsumen dengan mendirikan MNC di
negara-negara lain
ekspor luar negeri yang sering dihambat oleh kebijakan atau deregulasi tarif
negara, sehingga dengan MNC masalah hambatan tarif dapat di atasi. Atau
masalah perubahan kurs mata uang atau nilai valuta asing
efisiensi biaya-biaya di berbagai negara menjadi pertimbangan utama
efisiensi tarif transportasi
Good luck all! Fighting :*
1. Konsep rasionalitas di bidang ekonomi banyak disalahpahami

Rasionalitas memiliki arti khusus dalam ekonomi yang berbeda dari konotasinya
dalam penggunaan sehari-hari. Kritikus sering mengabaikan ini. Rasionalitas
ekonomi menegaskan bahwa setiap orang memiliki seperangkat preferensi yang
koheren yang memungkinkan mereka menempatkan tindakan tindakan alternatif
dalam urutan yang konsisten sesuai dengan keinginan hasil yang diharapkan.
Bila seseorang memilih satu tindakan, alih-alih tindakan orang lain, hal itu
karena hasil yang diharapkan dari tindakan yang dipilih lebih baik (Casson,
2016)
Ekonomi internasional mempelajari masalah-masalah yang berkaitan
dengan hubungan ekonomi antara satu negara dengan negara lain. Perkataan
hubungan ekonomi di sini mencakup paling tidak tiga bentuk hubungan yang
berbeda, meskipun antara satu dengan yang lain saling berkaitan.
Pertama, hubungan ekonomi bisa berupa pertukaran hasil atau output negara
satu dengan negara lain. Sebagai contoh, Indonesia mengekspor minyak, kayu,
karet, hasil kerajinan, menjual jasa angkutan penerbangan Garuda dan jasa
turisme kepada orang asing, dan mengimpor beras, gandum, bijih besi, bahan
plastik, benang tenun, jasa angkutan laut dan angkutan udara dan jasa turisme
(misalnya, package tour bagi orang Indonesia ke Singapura, Hongkong dan
sebagainya). Hubungan semacam ini dikenal sebagai hubungan perdagangan. Yang
dimaksud dengan output termasuk di dalamnya output barang dan output
jasa.
Kedua, hubungan ekonomi bisa berbentuk pertukaran atau aliran sarana produksi
(atau faktor produksi). Termasuk dalam kelompok sarana produksi adalah tenaga
kerja, modal, teknoogi dan kewiraswastaan. Sarana produksi bisa mengalir
dari satu negara ke negara lain karena berbagai sebab, misalnya karena imbalan
yang lebih tinggi, karena lewat program bantuan luar negeri, dan karena adanya
faktor ketakutan (misalnya: ancaman perang, takut dinasionalisasi, takut
adanya devaluasi atau karena menghindari inflasi yang terlalu tinggi di suatu
negara). Sarana produksi tanah merupakan satu-satunya sarana produksi yang
tidak bisa mengalir ke negara lain, karena sifatnya yang terikat pada
lokasinya. Tetapi bahkan tanah pun tidak mutlak terikat pada lokasinya,
bila kita ingat bahwa definisi dari sarana produksi tanah mencakup kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya.
Peraturan-peraturan pembatasan imigrasi antar negara seringkali begitu
ketatnya sehingga tidak memungkinkan bagi manusia untuk secara bebas pindah ke
negara lain. Namun masih ada contoh-contoh yang menggambarkan aliran faktor
produksi ini, misalnya pengiriman tenaga kerja Indonesia ke Saudi Arabia,
Malaysia untuk bekerja di proyek-proyek pembangunan atau di tempat-tempat lain
di sana.
Saat ini, yang paling mudah berpindah melampaui perbatasan negara adalah
faktor produksi modal (beserta teknologi dan kewiraswastaan yang
mengikutinya). Modal, berupa penanaman modal asing atau bantuan/pinjaman luar
negeri, mengalir dalam jumlah yang besar dari satu negara ke negara lain, baik
antara negara maju sendiri atau antara negara maju dengan negara sedang
berkembang.
Ketiga, seperti halnya dengan hubungan ekonomi antara perorangan, hubungan
ekonomi antara negara bisa dilihat dari segi konsekuensinya terhadap posisi
hutang-piutangnya, atau singkat-nya dari segi hubungan kreditnya. Seperti
halnya dengan hubungan antar perorangan, suatu negara bisa mempunyai hutang
atau piutang dengan negara lain. Biasanya hubungan hutang-piutang ini timbul
sebagai konsekuensi dari adanya dua bentuk hubungan ekonomi yang lain, yaitu
hubungan perdagangan dan hubungan faktor produksi yang diuraikan di atas.
Sebagai misal, Indonesia mengimpor kapal dari Jepang dengan kredit dari
penjualnya. Di sini hubungan perdagangan (impor kapal) adalah penyebab
timbulnya hutang Indonesia kepada pengusaha kapal di Jepang.
Pembelian pesawat jumbo-jet oleh PN Garuda yang dibiayai dengan kredit
komersial dari bank-bank di luar negeri adalah contoh lain lagi di mana impor
(pembelian pesawat) menimbulkan hutang. Pada asasnya, semua pinjaman luar
negeri (baik yang berupa bantuan luar negeri maupun pinjaman komersial)
mempunyai konsekuensi terhadap posisi kredit suatu negara). Namun Ada satu
bentuk bantuan luar negeri yang tidak mempunyai konsekuensi terhadap posisi
kredit suatu negara, yaitu bantuan berupa grants atau hibah. Hibah adalah
pemberian dari negara lain yang tidak perlu dikembalikan. Tetapi jumlah hibah
biasanya kecil. Sebagian besar dari bantuan luar negeri yang diterima
Indonesia adalah pinjaman yang harus dikembalikan. Makna kata bantuan
terletak pada syarat-syarat pinjaman yang lunak (misalnya, bunga yang rendah
dan jangka pengembalian yang panjang).

2. type2 dari bisnis internasional


Perdagangan luar Negeri. Benda atau barang fisik yang terlihat bergerak di
antara negara-negara sebagai ekspor atau impor.
Perdagangan jasa, seperti asuransi, perbankan, hotel, konsultasi, dan
perjalanan dan transportasi.
Investasi portofolio adalah investasi finansial yang dilakukan di luar negeri.
Investor membeli hutang atau ekuitas dengan harapan tidak lebih dari laba atas
investasi. Sumber daya seperti peralatan, waktu, atau personil tidak
memberikan kontribusi terhadap usaha di luar negeri.
Investasi langsung dibedakan oleh tingkat kontrol yang jauh lebih besar atas
proyek atau perusahaan oleh investor. Tingkat kontrol dapat bervariasi dari
kontrol penuh, ketika perusahaan memiliki anak perusahaan asing sepenuhnya,
untuk kontrol parsial, seperti dalam pengaturan seperti usaha patungan dengan
perusahaan domestik atau asing lainnya atau pemerintah asing.

4 .INTERNATIONAL MONETARY SYSTEM

PENGERTIAN SISTEM MONETER INTERNASIONAL


System moneter internasional adalah satu perangkat kebijakan, institusi, praktisi,
regulasi, mekanisme yang menentukan tingkat dimana mata uang satu di tukarkandengan mata
uang yang lain. Setelah kurs dibiarkan mengambang, fluktuasi kurs mata uang dunia
menjadisemakin tinggi dan semakin sulit diprediksi. Kejadian penting pertama setelahBretton
Woods berakhir adalah embargo minyak negara OPEC yang cukup sukses (Oktober 1973).
Pada tahun 1974 harga minyak cenderung melakukan kebijakansangat tajam.Kurs dollar
dan juga kurs mata uang lainnya, di masa mendatang akan berfluktuasisama seperti sekitar dua
puluh tahun terakhir ini. Selama tidak ada patokan yangpasti, kurs mata uang di masa mendatang
akan mengalami fluktuasi yang tidakbisa diprediksi.Beberapa ekonom mulai menganjurkan
kembali ke sistem kurs tetap. Tetapi sampaisaat ini belum ada model yang ideal yang sesuai
dengan kondisi saat ini, yang bisamenjamin stabilitas kurs. Sistem yang ideal akan mencakup
dua hal :
1. Sistem harus kredibel (bisa dipercaya)
2. Sistem harus mempunyai mekanisme stabilitas harga yang otomatis (built in).

SEJARAH SINGKAT INTERNATIONAL MONETARY SYSTEM (IMS)


Sistem Moneter Internasional (IMS) adalah pengaturan atau kesepakatan formal
antarnegara atas nilai tukar masing-masing mata uang negara-negara dunia terhadap mata uang
lainnya. Sistem / ketentuan tersebut mengatur cara-cara/metode pembayaran yang dapat diterima
antara pembeli (konsumen) dan penjual (produsen) dalam batas negara yang berbeda. Agardapat
berfungsi, sistem ini membutuhkan kepercayaan dari setiap partisipan di dalamnya, dan tentu
saja setiap negara (bank sentral) harus dapat menyediakan cadangan kapital atau likuiditas yang
cukup akibat fluktuasi perdagangan internasional sehingga ekuilibrum ekonomi global, terutama
nilai setiap entitas ekonomi bisa dikoreksi sewaktu-waktu sesuai nilai riilnya.
Menurut sejarawan perekonomian dunia, perjalanan perekonomian/sistem moneter global
dapat dirunut mulai tahun 1870-an, terutama merujuk pada hegemoni Inggris pada abad itu dan
perannya terhadap perekonomian global. Dalam bidang manufaktur/industry misalnya, Inggris
Raya merupakan produsen dari sekitar setengah cadangan besi dan batu bara global, sementara
hanya mengonsumsi kurang dari setengah kapas yang diproduksinya.
Dalam bidang finansial, pada periode 1870 1913 Inggris Raya merupakan negara yang
memiliki stok emas global terbesar dan membiayai sekitar 60% kredit jangka pendek
perdagangan global. Pada sekitar era tersebut para sejarawan menemukan bahwa terdapat
jaringan keuangan antarnegara yang cukup luas sehingga pantas disebut sebagai sistem keuangan
internasional atau International Monetary System (IMS).
Pada saat itu, terdapat penyatuan mata uang-mata uang di beberapa kawasan (regional),
seperti Latin Monetary Union (Belgia, Italia, Swiss, dan Perancis) danScandinavian Monetary
Union (Denmark, Norwegia, Swedia, dan lain-lain). Jika terdapat transaksi internasional di
antara negara-negara yang tidak termasuk anggota moneter itu maka sistem pembayaran yang
berlaku adalah dengan menggunakan sistem standar emas. Hal tersebut juga berlaku bagi negara-
negara induk maupun negara-negara koloni/jajahan. Inilah yang kemudian merujuk sebagai abad
globalisasi pertama.
Secara garis besar, selama satu abad lebih dari tahun 1870 hingga sekarang, periodisasi
IMS dapat dibagi menjadi tiga, yaitu masa praperang dunia, masa perang dunia, dan masa
pascaperang dunia. Pengelompokan/periodisasi dilakukan berdasarkan perbedaan karakteristik
sistem moneter internasional dengan ciri khasnya masing-masing, sesuai dengan keadaan
ekonomi-politik dunia dari tiga periode waktu yang berbeda. Dengan pengelompokan tersebut,
subbab ini akan menguraikan secara garis besar tentang perkembangan IMS selama kurun waktu
dua belas dasawarsa atau lebih tersebut.

IMS: MASA PRAPERANG DUNIA


Terbentuknya sistem keuangan berstandar emas sejak 1875 atas inisiasi Inggris yang
kemudian diikuti oleh negara-negara dunia lainnya, terutama Eropa menandai salah satu penting
dalam sejarah pasar mata uang dunia. Sebelum standar emas berjalan secara luas, negara-negara
dunia menggunakan emas dan perak sebagai alat pembayaran internasional (bimetal). Ide dasar
di balik standar emas (atau gold standard) adalah pemerintah masing-masing negara menjamin
pertukaran mata uang ke jumlah tertentu dalam hitungan emas (fixed weight) dan sebaliknya
(konvertibilitas). Dengan kata lain, mata uang akan didukung oleh emas (backed by gold). Sudah
barang tentu, akibatnya pemerintah membutuhkan cadangan emas yang cukup untuk memenuhi
permintaan pertukaran mata uang. Pada akhir abad 19, seluruh negara ekonomi utama telah
menentukan nilai mata uangnya dalam ons emas. Perbedaan nilai ons emas antara dua mata uang
menjadi nilai tukar (exchange rate) bagi dua mata uang tersebut. Hal ini menjadi alat
standardisasi pertama mata uang dalam sejarah. Masalah utama dalam penggunaan emas dan
perak ini adalah nilainya yg dipengaruhi oleh external supply and demand. Sebagai contoh,
penemuan tambang emas baru di tempat lain akan membuat harga emas global cenderung
menurun.
Penting untuk diketahui bahwa suatu negara yang menggunakan standar emas sebenarnya
dapat dikatakan tidak memiliki perjanjian formal khusus antarnegara dalam kaitannya dengan
sistem pembayaran internasional. Dalam kegiatan perdagangan internasional pada masa itu yang
digunakan adalah aturan yang tidak tertulis (hukum pasar) di mana bank-bank dan bank sentral
yang beroperasi dimiliki oleh swasta dan/atau semiprivat. Sistem tersebut dimulai pada tahun
akhir abad ke-18, dan tidak lahir atas prakarsa seseorang atau satu negara atau satu institusi
tertentu, melainkan atas hasil evolusi praktikpraktik pelaksanaan transaksi ekonomi internasional
pada umumnya, dan traksaksi antarnegara pada khususnya. Negara yang menggunakan sistem
standar emas menentukan sendiri mata uangnya dalam nilai emas tertentu, dan kemudian bank
sentral diperbolehkan membeli atau menjual emas secara bebas sesuai dengan kurs yang telah
ditetapkan. Penetapan tersebut dengan catatan bahwa negara terkait memiliki stok emas yang
cukup dengan mata uang yang dicetaknya. Contohnya, Amerika menetapkan bahwa US$ 4 = 0,5
gram emas, dan Inggris menetapkan bahwa 1 = 0,5 gram emas maka kurs antara dollar dan
poundsterling adalah 1 = US$ 4. Kurs ini akan stabil selama syarat-syarat di atas dipenuhi dan
lalu-lintas emas bebas. Dalam realitanya, kurs ini akan berubah-ubah di dalam batas-batas yang
ditentukan oleh besarnya ongkos angkut emas. Sebagai contoh: ongkos angkut setiap 0,5 gram
emas adalah US$ 0,05 maka batas tertinggi kurs poundsterling adalah 1 = US$ 4,50 (titik emas
ekspor), dan batas terendahnya adalah 1 = US$ 3,50 (titik emas impor). Apabila kurs di pasar
99 melebihi 1 = US$ 4,50 maka akan terjadi aliran emas keluar Amerika. Artinya, pembayaran
transaksi ke Inggris akan lebih murah bila dibayar dengan emas sehingga kurs poundsterling
tidak akan lebih tinggi dari 1 = US$ 4,50. Sebaliknya, bila kurs di bawah titik emas impor
(misalnya 1 = US$ 3,00) maka terjadi aliran emas masuk ke Amerika. Artinya, bila Amerika
surplus di dalam neraca perdagangan luar negerinya maka surplus tersebut akan lebih
menguntungkan bagi Amerika bila diterima dalam bentuk emas.
Standar emas berbeda dengan mata uang fiat (fiat money). Dalam mata uang fiat, nilai
mata uang ditentukan berdasarkan kepercayaan terhadap kemauan pemerintah menjaga integritas
mata uang tersebut. Seringkali kepercayaan tersebut disalahgunakan. Pemerintahtertentu selalu
tergoda menerbitkan uang baru karena biaya produksi penerbitan tersebut praktis nol.
Denganmenggunakan standar emas, nilai mata uang didasarkan pada stok emas. Pemerintah
tidak bisa seenaknya menambah jumlah uang yang beredar karena suplai uang dibatasi oleh
suplai emas. Mekanisme penyesuaian kurs dalam standar emas bisa digambarkan melalui (uang
emas). Dengan proses tersebut, kurs mata uang bisa terjaga selama negara-negara di dunia
memakai emas sebagai standar nilai uangnya. Inflasi yang berkepanjangan tidak akan terjadi
dalam situasi semacam itu. Sistem ini dapat berjalan baik hingga meletusnya Perang Dunia I
(1914-1918).

DANA MONETER INTERNASIONAL


Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) adalah organisasi
internasional yang bertanggungjawab dalam mengatur sistem finansial global dan menyediakan
pinjaman kepada negara anggotanya untuk membantu masalah-masalah keseimbangan neraca
keuangan masing-masing negara. Salahsatu misinya adalah membantu negara-negara yang
mengalami kesulitan ekonomiyang serius, dan sebagai imbalannya, negara tersebut diwajibkan
melakukan kebijakan-kebijakan tertentu, misalnya privatisasi badan usaha milik negara.Setelah
melalui pertimbangan panjang dan hati-hati, sebuah system moneter disepakati di Bretton
Woods. Negara-negara anggota sepakat untuk mengontrol batas kurs mereka dengan cara yang
sudah ditentukan.

SISTEM MONETER INTERNASIONAL


1. Standar Emas (1821-1914)
Terdapat dua konsep tradisional mengenai konvertibilitas mata uang :
a. Nilai mata uang yang tertera (nilai nominal) sama dengan nilai logam pembuatnya (nilai
intrinsik)
b. Nilai mata uang yang tertera tidak ada hubungannya dengan nilai logam pembuatnya.
2. Standard Kurs Tetap.
Standar ini identik dengan Sistem Bretton Woods yang menerapkan standar dolar emas
Bank sentral secara aktif akan menarik atau melepaskan cadangan mata uang pada saat mata
uang mengalami depresiasi atau apresiasi

3. Standar Kurs Mengambang


Kurs ditentukan berdasarkan interaksi permintaan dan penawaran dari mata uang
Ada dua macam kurs mengambang; free floating yang tidak memerlukan cadangan devisa dan
managed floating yang memerlukan cadangan devisa.
4. Standars Kurs Alternatif
Pegged exchange rate mendasarkan nilai mata uang dengan suatu mata uang atau sekelompok
mata uang yang merupakan mitra dagang utamanya.
Basket exchange rate, nilai mata uangnya ditetapkan berdasarkan sistem paket pengumpulan
yang berperan untuk membiaya perdagangannya, denga tujuan stabilitas mata uangnya
Sistem dewan mata uang (CBS), yaitu manajemen nilai tukar mata uang oleh satu lembaga
keuangan resmi yang diberikan wewenang mutlak untuk menerbitkan atau mencetak mata uang
dasar.

BIMETALISM
Bimetalism: Sebelum 1875
Bimetalism: penggunaan standar ganda dalam pembuatan uang logam bebas yang meliputi emas
dan perak.
Inggris: menggunakan bimetalism hingga 1816 (setelah perang Napoleon).
AS: mengadopsi bimetalism dengan Coinage Act of 1792, dan mempertahankannya sampai
1873.
Prancis: menggunakan bimetalism dan memper-tahankannya dari Revolusi Prancis hingga 1878.
China, India, Jerman, dan Belanda menggunakan standar perak.
Dalam bimetalism, emas dan perak digunakan sebagai alat pembayaran internasional dan kurs
tukar di antara mata uang ditentukan dengan isi emas dan peraknya.
1870: Pound Inggris vs Franc Prancis (standar emas); Franc Prancis vs Mark Jerman (standar
perak).

STANDAR EMAS KLASIK


1. Standar Emas Klasik: 1875-1914
Columbus: Emas merupakan kekayaan, dan siapa yang menguasainya mempunyai semua yang
ia butuhkan di dunia.
Inggris: penggunaan standar emas pertama kali, namun, tidak menetapkan sampai 1921, ketika
wesel Bank Inggris dibuat secara penuh dapat ditebus dengan emas.
Prancis: menggunakan standar emas secara efektif mulai 1850-an dan secara formal pada 1875.
Jerman: mengganti dengan standar emas pada 1875, dan menghentikan pembuatan uang perak.
AS: mengadopsi standar emas pada 1879.
Rusia dan Jepang: mengadopsinya pada 1897.
Standar emas internasional dikatakan ada jika kebanyakan negara utama memenuhi tiga syarat:
a. Hanya emas yang dijamin dalam pembuatan uang logam yang tidak dibatasi;
b. Ada dua cara konvertabilitas antara emas dan mata uang nasional pada rasio yang stabil;
c. Emas mungkin secara bebas diekspor dan diimpor.
Di bawah standar emas, ketidakselarasan kurs tukar secara otomatis akan dikoreksi dengan arus
emas lintas batas.
Ketidakseimbangan pembayaran internasional juga akan terkoreksi secara otomatis (price-
specie-flow mechanism).
2. Periode Selama Perang: 1915-1944
Pada Agustus 1914 standar emas klasik berakhir, karena negara-negara utama (Inggris, Prancis,
Jerman, dan Rusia) menghentikan penebusan wesel bank dalam emas dan mengembargo ekspor
emas.
Setelah perang Dunia I, beberapa negara menderita hiperinflasi.
Kurs tukar antar mata uang berfluktuasi pada awal 1920-an. Selama periode ini, negara2 secara
luas menggunakan depresiasi yang ganas atas mata uangnya untuk mendapatkan keunggulan
dalam pasar ekspor dunia.
Pada akhir 1920-an terjadi kesalahan dalam menerapkan standar emas: negara2 utama
memprioritaskan pada stabilisasi ekonomi domestik (dengan kebijakan sterilisasi emas).
Akibat tidak mematuhi aturan main, mekanisme penyesuaian otomatis standar emas tidak dapat
bekerja.
Pengembalian ke standar emas diperburuk oleh terjadinya Depresi Besar pada 1929.
Akibat Depresi Besar bank-bank di Austria, Jerman, dan AS mengalami penurunan nilai
portofolionya, & terjadi penghindaran atas bank.
Inggris mengalami arus keluar emas besar-besaran, yang dihasilkan dari defisit neraca
pembayaran yang kronis dan hilangnya kepercayaan terhadap pound sterling.
AS meninggalkan standar emas setelah bank mengalami kesulitan dan arus keluar emas.
Prancis meninggalkan standar emas pada 1936, karena pelarian dari franc, yang merefleksikan
ketidakstabilan ekonomi dan politik.

SISTEM BRETTON WOODS (SBW)


1. Sistem Bretton Woods (SBW): 1945-1972
SBW dihasilkan dari pertemuan 44 wakil negara di Bretton Woods, New Hampshire, pada Juli
1944.
Lembaga yang dihasilkan: IMF dan IBRD/World Bank, yang keduanya mempunyai tanggung
jawab berbeda.
SBW berusaha mencegah berulangnya nasionalisme ekonomi dengan kebijakan destruktif
memiskinkan negara tetangga dan mengarah pada kekurangan peraturan2 yang jelas atas
terganggunya permainan selama perang.
Standar tukar dollar berdasarkan emas menjadi tidak efektif karena menghadapi kebijakan
moneter ekspansif dan meningkatnya inflasi di AS.
Pada 1970 US$ overvalued, khususnya relatif terhadap GDM dan JP.
Pada Agustus 1971, Presiden Nixon menghentikan konvertibilitas US$ ke dalam emas dan
memberlakukan biaya tambahan impor sebesar 10%.
Untuk mengatasi retaknya SBW, 10 negara utama (Kelompok Sepuluh) bertemu di Smitsonian
Institute di Washington D.C. pada Desember 1971.
2. Regim Kurs Tukar Fleksibel: 1973-Sekarang
Dengan matinya SBW, pada Januari 1976 anggota IMF bertemu di Jamaika untuk menyetujui
peraturan SMI yang baru.
Tiga elemen kunci Persetujuan Jamaika:
a. Kurs fleksibel dideklarasikan bagi anggota IMF.
b. Emas secara resmi dibebaskan sebagai aset cadangan internasional.
c. Negara-negara nonpengekspor minyak dan negara kurang berkembang diberi akses lebih besar
terhadap dana IMF.
IMF menyediakan bantuan kepada negara-negara yang menghadapi kesulitan neraca pembayaran
dan kurs tukar
Kondisi nilai tukar US$ terhadap 21 negara industri: menurun, meningkat, dan puncak.
Pada September 1985, negara-negara G-5 (Prancis, Jepang, Jerman, Inggris, dan AS) bertemu di
Hotel Plaza, New York. Untuk membahas persetujuan bahwa anggota G-5 akan mendepresiasi
US$ terhadap mata uang paling utama untuk memecahkan masalah defisit perdagangan AS.
IMF menyediakan bantuan kepada negara-negara yang menghadapi kesulitan neraca pembayaran
dan kurs tukar
Kondisi nilai tukar US$ terhadap 21 negara industri: menurun, meningkat, dan puncak.
Pada September 1985, negara-negara G-5 (Prancis, Jepang, Jerman, Inggris, dan AS) bertemu di
Hotel Plaza, New York. Untuk membahas persetujuan bahwa anggota G-5 akan mendepresiasi
US$ terhadap mata uang paling utama untuk memecahkan masalah defisit perdagangan AS.
Hasilnya berupa Louvre Accord, yang meliputi:
a. Negara-negara G-7 akan bekerjasama untuk mencapai stabilitas kurs tukar yang lebih besar;
b. Negara-negara G-7 menyetujui untuk berkonsultasi dan berkoordinasi lebih erat atas kebijakan-
kebijakan makro-ekonomi.
Louvre Accord menandai lahirnya sistem mengambang terkendali dalam mana negara-negara G-
7 akan bekerjasama mengintervensi dalam pasar valas untuk mengkoreksi over atau under
valuation atas mata uang.

PENETAPAN-PENETAPAN KURS TUKAR SEKARANG


Tiga persyaratan mata uang ideal (trinitas yang tidak mungkin):
a. Stabilitas kurs tukar.
b. Integrasi keuangan penuh, dan
c. Kebebasan moneter.
Mayoritas mata uang di dunia ditambatkan terhadap mata uang tunggal, terutama US$ dan ,
atau sekeranjang mata uang seperti SDR.
Mengambang terkendali dengan tidak menerabas pengumuman sebelumnya untuk kurs tukar:
otoritas moneter mempengaruhi pergerakan kurs tukar melalui intervensi aktif di pasar valas
tanpa pengkhususan, atau komitmen sebelumnya terhadap, terabasan yang diumumkan
sebelumnya untuk kurs tukar.
Mengambang bebas: kurs tukar ditentukan pasar, dengan intervensi valas ditujukan pada kurs
moderat atas perubahan dan mencegah fluktuasi dalam kurs tukar daripada mempertahankan
suatu levelnya.
Pada Juli 2005, jumlah terbesar negara (36), termasuk Australia, Kanada, Jepang, Inggris, dan
AS, mengijinkan mata uangnya untuk mengambang secara independen terhadap mata uang lain.
40 negara, termasuk Cina, India, Rusia, dan Singapura, mengadopsi bentuk sistem
mengambang terkendali.
41 negara tidak mempunyai mata uang nasionalnya.
7 negara, termasuk Bulgaria, Hong Kong, & Estonia, mempertahankan mata uangnya tetapi
secara permanen menetap pada mata uang keras, seperti US$ atau .
Negara-negara sisanya mengadopsi mengkombinasikan regim kurs tukar tetap dan
mengambang.

SISTEM MONETER EROPA


Sistem Moneter Eropa (SME), awalnya diusulkan oleh Kanselir Jerman Helmut Schmidt, dan secara
formal diperkenalkan pada Maret 1979.
Tujuannya adalah:
a. Memantapkan zona stabilitas moneter di Eropa
b. Mengkoordinasi kebijakan-kebijakan kurs tukar terhadap mata uang-mata uang non EMS
c. Membuka jalan untuk akhirnya menjadi uni moneter Eropa.
Mata uang: Euro, pada awalnya melibatkan 11 negara anggota.
Peralihan ke Euro
Menurut perjanjian (Maastricht Treaty) peralihan dari mata uang nasional dan ECU ke Euro akan
dimulai 1 Januari 1999. Dalam sebuah skenario, mata uang nasional dan euro akan ada bersama
hingga tahun 2002 dan studi seorang Perancis meramalkan periode transisi yang sangat rumit.
Studi itu melihat berbagai masalah bagi banyak perusahaan apabila mereka diminta untuk
membayar para pemasok dalam euro sementara pelanggan mereka membayarnya dalam franc.
Euro berpengaruh atas Dolar AS
Pada saat Euro muncul, maka kondisinya sama pentingnya dalam sistem moneter dan keuangan
internasional seperti dolar AS. Dalam sebuah estimasi, dolar akan menjadi lebih lemah terhadap
euro dalam skala global.
Akan ada diversifikasi portofolio sekitar $500 miliar sampai $1 triliun kedalam euro yang
dampaknya akan sangat berarti atas kurs selama periode transisi yang agak panjang.

KONVERTIBILITAS MATA UANG


Faktor-faktor yang mempengaruhinya:
1. Tingkat fleksibilitas suatu mata uang untuk dikonversikan ke dalam mata uang lain.
2. Ada tidaknya pasar yang bebas dan aktif bagi suatu mata uang.
3. Besarnya hambatan dalam transfer mata uang ke dalam dan ke luar negara asalnya.

2 JENIS MATA UANG


1. Mata Uang Kuat (hard currency); dapat diterima secara luas sebagai bukti pembayaran
internasional atau sebagai media dalam transaksi internasional (mata uang dari negara-negara
maju)
2. Mata Uang Lemah (soft currency); tidak dapat diterima secara luas sebagai bukti pembayaran
internasional atau sebagai media dalam transaksi internasional (mata uang dari negara-negara
berkembang).

SIKLUS BISNIS INTERNASIONAL


1. Ekspor
2. Lisensi/Franchising
3. Distributor/Trader
4. Representatif/Branch
5. Kontrak Manajemen/Manufaktur
6. Foreign Direct Investment (FDI); ada tiga strategi, yaitu merebut pangsa pasar yang lebih besar,
efisiensi biaya produksi dan meningkatkan daya siang

KURS (Nilai Tukar)


1. Definisi Nilai Tukar
Nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya atau nilai dari suatu mata
uang terhadap nilai mata uang lainnya (Salvatore 1997:9).
Kenaikan nilai tukar mata uang dalam negeri disebut apresiasi atas mata uang asing. Penurunan
nilai tukar uang dalam negeri disebut depresiasi atas mata uang asing.
2. Sejarah Nilai Tukar
Sistem nilai tukar yang digunakan untuk pertukaran mata uang asing pada awalnya adalah Gold
Standard.
Dikarenakan terdapat beberapa kekurangan terhadap Gold Standar, maka selanjutnya
diberlakuan sistem kurs tetap, dan kemudian menjadi sistem kurs mengambang.
3. Gold Standar
Dari tahun 1876 sampai 1913, kurs tukar ditentukan oleh gold standard, dimana setiap mata
uang dapat ditukar ke emas pada harga tertentu.
Oleh karena itu, kurs tukar antara dua mata uang ditentukan oleh tingkat pertukaran relatif per
ons emas mereka. Setiap negara menggunakan emas untuk menjaga mata uangnya.
Sistem ini disuspensi ketika Perang Dunia I dimulai pada tahun 1914. Beberapa Negara kembali
pada gold standard pada tahun 1920-an, tetapi kemudian meninggalkan sistem tersebut akibat
kepanikan perbankan di Amerika dan Eropa selama Great Depression.
Pada tahun 1930-an, beberapa negara berupaya mengikat mata uang mereka ke dolar atau
poundsterling, namun seringkali perubahan dilakukan. Ketidakstabilan di pasar mata uang asing
dan banyaknya pembatasan transaksi internasional selama periode ini telah menurunkan volume
perdagangan internasional.
4. Penggolongan Tingkat Tukar mata Uang Gold Standar
a. Kurs Mint Parity
Menunjukkan perbandingan berat emas yang dikandung mata uang mata uang yang berbeda
b. Kurs ekspor emas
Nilai tukar pada titik ini merupakan kurs tertinggi dalam sistem standar emas yang ditandai
adanya aliran emas keluar dari negara tersebut
c. Kurs titik impor emas
Ditandai adanya aliran emas masuk ke negara tersebut dan merupakan kurs terendah dalam
sistem ekonomi.
d. Kurs valuta asing yang terjadi
5. Penentu Nilai Tukar Mata Uang
Yang perlu diingat adalah bahwa nilai tukar ini relatif, dan diekspresikan sebagai sebuah
perbandingan dari mata uang dua negara. Faktor-faktor ini juga tidak dalam susunan tertentu,
seperti banyak aspek di ekonomi, kepentingan relatif dari faktor-faktor ini masih menjadi subyek
dari banyak debat ahli ekonomi. Banyak faktor yang menentukan nilai tukar mata uang, dan
kesemuannya berkaitan dengan hubungan perdagangan antara dua negara, antara lain:
a. Laju Inflasi Relatif
Dalam pasar valuta asing, perdagangan internasional baik dalam bentuk barang atau jasa
menjadi dasar yang utama dalam pasar valuta asing, sehingga perubahan harga dalam negeri
yang relatif terhadap harga luar negeri dipandang sebagai faktor yang mempengaruhi pergerakan
kurs valuta asing. Misalnya, jika Amerika sebagai mitra dagang Indonesia mengalami tingkat
inflasi yang cukup tinggi maka harga barang Amerika juga menjadi lebih tinggi, sehingga
otomatis permintaan terhadap barang dagangan relatif mengalami penurunan.
b. Tingkat Pendapatan Relatif
Faktor lain yang mempengaruhi permintaan dan penawaran dalam pasar mata uang asing
adalah laju pertumbuhan riil terhadap harga-harga luar negeri. Laju pertumbuhan riil dalam
negeri diperkirakan akan melemahkan kurs mata uang asing. Sedangkan pendapatan riil dalam
negeri akan meningkatkan permintaan valuta asing relatif dibandingkan dengan supply yang
tersedia.
c. Suku Bunga Relatif
Kenaikan suku bunga mengakibatkan aktifitas dalam negeri menjadi lebih menarik bagi
para penanam modal dalam negeri maupun luar negeri. Terjadinya penanaman modal cenderung
mengakibatkan naiknya nilai mata uang yang semuanya tergantung pada besarnya perbedaan
tingkat suku bunga di dalam dan di luar negeri, maka perlu dilihat mana yang lebih murah, di
dalam atau di luar negeri. Dengan demikian sumber dari perbedaan itu akan menyebabkan
terjadinya kenaikan kurs mata uang asing terhadap mata uang dalam negeri.
d. Kontrol pemerintah
Menurut Madura (2003:114), bahwa kebijakan pemerintah bisa mempengaruhi
keseimbangan nilai tukar dalam berbagai hal termasuk:
Usaha untuk menghindari hambatan nilai tukar valuta asing.
Usaha untuk menghindari hambatan perdagangan luar negeri.
Melakukan intervensi di pasar uang yaitu dengan menjual dan membeli mata uang.
Alasan pemerintah untuk melakukan intervensi di pasar uang adalah :
Untuk memperlancar perubahan dari nilai tukar uang domestik yang bersangkutan.
Untuk membuat kondisi nilai tukar domestik di dalam batas-batas yang ditentukan.
Tanggapan atas gangguan yang bersifat sementara.
Mempengaruhi variabel makro seperti inflasi, tingkat suku bunga dan tingkat pendapatan.
e. Ekspektasi
Faktor kelima yang mempengaruhi nilai tukar valuta asing adalah ekspektasi atau nilai
tukar di masa depan. Sama seperti pasar keuangan yang lain, pasar valas bereaksi cepat terhadap
setiap berita yang memiliki dampak ke depan. Dan sebagai contoh, berita mengenai bakal
melonjaknya inflasi di AS mungkin bisa menyebabkan pedagang valas menjual Dollar, karena
memperkirakan nilai Dollar akan menurun di masa depan. Reaksi langsung akan menekan nilai
tukar Dollar dalam pasar.
Kemudian menurut Madura (2003:111-123), untuk menentukan perubahan nilai tukar
antar mata uang suatu negara dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terjadi di negara yang
bersangkutan yaitu selisih tingkat inflasi, selisih tingkat suku bunga, selisih tingkat pertumbuhan
GDP, intervensi pemerintah di pasar valuta asing dan expectations (perkiraan pasar atas nilai
mata uang yang akan datang).
6. Sistem-Sistem Nilai Tukar
a) Fixed Exchange Rate System
Pada tanggal 27 Desember 1945, Articles of Agreement ini ditandatangani oleh 29 negara.
Berdasarkan Articles of Agreement tentang IMF atau yang dikenal sebagai Bretton Woods System
yang berlaku efektif sejak tanggal 1 Maret 1947 hingga 15 Agustus 1971 (Dekrit Nixon) telah
ditetapkan suatu sistem moneter internasional (SMI) dengan beberapa ketentuan pokok sebagai
berikut:
(1) Sistem moneter internasional didasarkan kepada standar emas dengan pengertian bahwa setiap
mata uang negara anggota IMF dikaitkan dengan konvertibel dengan emas atau gold exchange
standart. Dengan hal ini, sebagai standar ditetapkan bahwa uang dolar AS senilai $35 ekuivalen
dengan satu ounce atau 28,3496 gram emas. Disamping itu, USD juga digunakan sebagai
numeraire atau standar kesatuan hitung di mana mata uang negara anggota IMF lainnya
dikaitkan (pegged) dengan USD. Dengan sistem pegged ini maka secara tidak langsung mata
uang setiap negara anggota IMF dikaitkan dengan emas.
(2) Sistem nilai tukar (foreign exchange rate) antara negara anggota IMF harus tetap atau stabil.
(3) Kurs nilai tukar hanya boleh berfluktuasi atau bervariasi antara 1 sampai 2,5% diatas atau di
bawah kurs resmi.
(4) Setiap negara anggota IMF pada prinsipnya dilarang menggunakan kebijakan devaluasi, yaitu
penurunan nilai mata uangnya terhadap valas untuk memperbaiki posisi atau mengatasi defisit
balance of payment atau BOP-nya.
(5) Negara anggota IMF yang mengalami kesulitan BOP dapat meminta bantuan IMF dalam bentuk
Special Drawing Right (SDR). SDR adalah Ung kertas emas yang dikeluarkan oleh IMF pada
tahun 1969 sebagai reserve currency dan likuiditas internasional disamping USD semenjak
timbulnya krisis moneter internasional pada akhir dekade 1960-an karena adanya krisis
kepercayaan terhadap USD. Pada tanggal 18 Desember 1971, setelah empat bulan mengadakan
negosiasi, IMF berhasil melahirkan Smithsonian Agreement yang isinya antara lain:
Mengatur kembali (realignment) mata uang negara-negara industri.
Kenaikan harga emas
Menetapkan regime sementara untuk kurs tengah dengan margin yang lebih besar.
Pada tanggal 19 Maret 1973, secara praktis mulai berlaku sistem kurs mengambang
(generalized floating) karena negara-negara anggota European Community memberlakukan mata
uang mereka dengan kurs mengambang terhadap USD.
Dalam sistem kurs tetap, kurs ditetapkan berdasarkan keputusan pemerintah. Kelebihan
dari sistem ini adalah adanya kepastian nilai tukar yang dapat meningkatkan ekspektasi. Tetapi
kelemahannya adalah kurs yang berlaku tidak selalu menggambarkan tingkat kelangkaan yang
sebenarnya. Bisa terjadi nilai tukar yang ditetapkan pemerintah terlalu tinggi dibanding dengan
kurs pasar (overvalued). Atau sebaliknya, nilai tukar yang ditetapkan pemerintah terlalu rendah
dibanding dengan kurs pasar (undervalued).
Bila selisih kurs yang ditetapkan dianggap terlalu jauh, maka pemerintah melakukan
koreksi. Koreksi atas nilai tukar yang dinilai terlalu tinggi disebut devaluasi (devaluation),
dedangkan koreksi untuk nilai tukar yang dinilai terlalu rendah disebut revaluasi (revaluation).
Jadi revaluasi dan devaluasi pada prinsipnya juga merupakan koreksi atas niali tukar, seperti
halnya dengan apresiasi dan depresiasi. Perbedaannya, revaluasi dan devaluasi dilakukan
berdasarkan keputusan pemerintah. Sedangkan apresiasi dan depresiasi berdasarkan mekanisme
pasar.

b) Floating Exchange Rate System


Floating exchange rate adalah sistem kurs mengambang yang ditetapkan melalui
mekanisme kekuatan permintaan dan penawaran pada bursa valas. Sistem kurs mengambang ini
dibagi ats hal-hal berikut:
(1) Sistem kurs mengambang secara murni atau cleanfloat atau freely floating system, yaitu
penentuan kurs valas di bursa valas terjadi tanpa campur tangan pemerintah.
(2) Sistem kurs mengambang terkendali atau dirty float atau managed float system, yaitu penentuan
kurs valas di bursa valas terjadi dengan campur tangan pemerintah yang mempengaruhi
permintaan dan penawaran valas melalui berbagai kebijakannya dibidang moneter, fiskal, dan
perdagangan luar negeri.
Sistem ini banyak digunakan oleh berbagai negara di dunia pada saat ini, termasuk
Indonesia.
Telah dikatakan dalam sistem nilai tukar mengambang, harga mata uang ditentukan
berdasarkan mekanisme pasar (interaksi permintaan-penawaran). Pergerakan nilai tukar semata-
mata dintentukan oleh pergerakan sisi permintaan dan penawaran. Bila pertumbuhan permintaan
lebih cepat dari pertumbuhan penawarannya maka mata uang tersebut akan semakin mahal
(mengalami apresiasi). Bila nilai tukarnya melemah, atau mengalami depresiasi, maka artinya
pertumbuhan permintaan lebih lambat dari pertumbuhan penawaran.
Kebalikan dari sistem nilai tukar mengambang adalah pemerintah tidak perlu campur
tangan dalam penentuan nilai tukar, sedangkan nilai tukar yang berlaku mencerminkan tingkat
kelangkaan yang sebenarnya. Keunggulan lainnya dari sistem tukar mengambang ini adalah
pemerintah tidak perlu menyediakan dana cadangan untuk mengintervensi pasar, jika pergerakan
kurs tidak sesuai dengan yang diharapkan. Tetapi sistem kurs mengambang mempunyai
kelemahan bagi mata uang lemah, yaitu fluktuatifnya nilai tukar yang dapat menurunkan
ekspektasi.

c) Managed Floating Exchange Rate System


Sistem nilai tukar yang terletak diantara fixed system dan freely floating, tetapi
mempunyai kesamaan dengan fixed exchange system, yaitu pemerintah bisa melakukan
intervensi untuk menjaga supaya nilai mata uang tidak berubah terlalu banyak dan tetap dalam
arah tertentu. Sedangkan bedanya dengan free floating, managed float masih lebih
fleksibel terhadap suatu mata uang. Lalu menurut Krugman dan Obstfeld (2000:485), managed
floating exchange rate system adalah sebuah sistem dimana pemerintah mengatur perubahan
nilai tukar tanpa bermaksud untuk membuat nilai tukar dalam kondisi tetap.
d) Pegged Exchange Rate System
Sistem nilai tukar ini ditetapkan dengan cara mengaitkan nilai tukar mata uang suatu
negara dengan nilai tukar mata uang negara lain atau sejumlah mata uang tertentu. Sistem ini
antara lain diterapkan oleh beberapa negara Afrika yang mengaitkan mata uangnya dengan mata
uang Prancis (FRF) dan beberapa negara lain yang mengaitkan nilai mata uangnya dengan GBP,
USD, dan SDR. Selain negara-negara Afrika, beberapa negara Eropa yang tergabung dalam EEC
sejak April 1972 juga menjalankan pegged system ini dikenal sebagai snake system yang
kemudian diubah menjadi European Monetary System (EMS). Dalam snake system dan EMS
setiap mata uang anggota EEC dikaitkan nilainya dengan European Currency Unit (ECU) dab
dapat berfluktuasi dalam batas 2,25% di atas atau di bawah kurs tengah.
Salah satu variasi dari pegged system dikenal sebagai Currency Board System (CBS) yang
diterapkan oleh beberapa negara yang mengalami kesulitan moneter seperti Argentina dan
Rumania. CBS yang dilaksanakan dengan cara mengaitkan dan menetapkan nilai tukar tetap
antara mata uang suatu negara dan hard currency tertentu didasarkan kepada jumlah mata
uangnya yang beredar dan cadangan devisa yang dimilikinya (cadangan dalam bentuk hard
currency).
Kesulitan moneter terakhir ini dialami pula oleh negara-negara dikawasan Asia, terutama
Asia Tenggara, khususnya Indonesia sejak Juli 1997. Keadaan ini tampaknya merupakan suatu
rangkaian dari kesulitan moneter yang dialami oleh beberapa negara anggota IMF semenjak
dihapuskannya sistem kurs tetap (fixed exchange rate) berdasarkan Bretton Woods System atau
yang dikenal sebagai krisis moneter internasional pada tahun 1971.

SUMBER
Hady, Hamdy. 2004. Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan Keuangan Internasional. Jakarta:
Ghalia Indonesia.
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/133589-T%2027885-Kerjasama%20G-20-Literatur.pdf
http://www.scribd.com/doc/59404145/Pengertian-Sistem-Moneter-Internasional#scribd
http://www.scribd.com/doc/59404145/Pengertian-Sistem-Moneter-Internasional#scribd
Manurung, Mandala dan Rahardja, Prathama. 2004. Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter Kajian
Kontekstual Indonesia. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
www.mdp.ac.id/materi/.../ek301-121074-784-6.ppt

Anda mungkin juga menyukai