Anda di halaman 1dari 8

TEORI LEONTIF PARADOX

Teori-teori dalam Perdagangan Internasional

Perdagangan Internasional adalah suatu proses tukar


menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela yang
dilakukan antar negara yang satu dengan yang lain
melalui ekspor-import.
Suatu negara melakukan perdagangan internasional
dengan
negara
lain
didorong
adanya
motif
berdagang. Motif
berdagang
tersebut
yaitu
memanfaatkan/keuntungan tambahan yang diperoleh dari
perdagangan internasional itu sendiri, yang dikenal
dengan istilah gains from trade .
Ada
beberapa
teori
diantaranya adalah :

perdagangan

internasional,

Pandangan Aliran Merkantilism

Merkantilisme pada prinsipnya merupakan suatu paham


yang menganggap bahwa penimbunan uang, atau logam
mulia yang akan ditempa menjadi uang emas ataupun
perak haruslah dijadikan tujuan utama kebijakan nasional.
Pada saat itu sistem masyarakat berdasarkan feodalisme.
Dimana sistem inilah yang melahirkan tuan tanah,
bangsawan, kaum petani, dan para vassal yaitu raja-raja
kecil yang diharuskan untuk membayar upeti terhadap raja

besar. Ketika merkantilisme mulai berkembang, sistem


feodalisme yang usang sedikit demi sedikit mulai terkikis,
hak-hak istimewa yang dimiliki oleh para tuan tanah dan
para bangsawan mulai dihapus, lapisan-lapisan sosial
yang melekat pada sistem feodal mulai dihilangkan, cara
produksi dan distribusi gaya feodal pun mulai ditinggalkan.

Keunggulan Mutlak Adam


Advantage / Absolute Cost)

Smith

(Absolute

Adam Smith mengajukan teori perdagangan internasional


yang dikenal dengan teori keunggulan absolut. Ia
berpendapat
bahwa,
sebaiknya
semua
negara
berspesialisasi dalam komoditi-komoditi di mana ia
mempunyai keunggulan yang absolut dan mengimpor saja
komoditi-komoditi lainnya.
Apa yang dimaksud dengan keunggulan yang absolut?
Maksudnya begini, jika negara A dapat memproduksi
kentang untuk 8 unit per tenaga kerja sedangkan negara
B untuk komoditi yang sama hanya dapat memproduksi 4
unit per tenaga kerja, sedangkan untuk komoditi lain
misalnya gandum, negara A hanya dapat memproduksi 6
unit per tenaga kerja sedangkan untuk negara B dapat
memproduksi 12 unit per tenaga kerja, maka dapat
disimpulkan bahwa negara A mempunyai keunggulan
absolut dalam produksi kentang dibandingkan dengan
negara B, sedangkan negara B dapat dikatakan
mempunyai keunggulan absolut dalam produksi gandum
dibandingkan negara A.Perdagangan internasional yang
saling menguntungkan antara kedua negara tersebut jika

negara A mengekspor kentang dan mengimpor gandum


dari negara B, dan sebaliknya negara B mengekspor
gandum dan mengimpor kentang dari negara A. Dalam
teori inilah gains from trade dalam perdagangan
internasional mulai muncul.

Keunggulan komparatif JS Mill dan David Ricardo


(Comparative Cost)

Berbeda dengan teori keunggulan absolut yang


mengutamakan keunggulan absolut dalam produksi
tertentu yang dimiliki oleh suatu negara dibandingkan
dengan negara lain, teori ini berpendapat bahwa
perdagangan internasional dapat terjadi walaupun satu
negara tidak mempunyai keunggulan absolut, asalkan
harga komparatif di kedua negara berbeda.
Ricardo berpendapat sebaiknya semua negara lebih baik
berspesialisasi dalam komoditi-komoditi di mana ia
mempunyai keunggulan komparatif dan mengimpor saja
komoditi-komoditi lainnya.
Teori ini menekankan bahwa perdagangan internasional
dapat saling menguntungkan jika salah satu negara tidak
usah memiliki keunggulan absolut atas suatu komoditi
seperti yang diungkapkan oleh Adam Smith, namun cukup
memiliki keunggulan komparatif di mana harga untuk
suatu komoditi di negara yang satu dengan yang lainnya
relatif berbeda.

Keunggulan Kompetitif M.E Porter

Teori Porter tentang daya saing berangkat dari


keyakinannya bahwa teori ekonomi klasik yang
menjelaskan tentang keunggulan komparative tidak
mencukupi, atau bahkan tidak tepat. Menurut Porter, suatu
negara memperoleh keunggulan daya saing jika
perusahaan (yang ada di negara tersebut) kompetitif.
Daya saing suatu negara ditentukan oleh kemampuan
industri
melakukan
inovasi
dan
meningkatkan
kemampuannya.
Porter menawarkan Diamond Model sebagai tool of
analysis sekaligus kerangka dalam membangun resep
memperkuat daya saing. Diamond Model (DM) terdiri dari
empat determinan (faktor faktor yang menentukan)
National Competitive Advantage (NCA), yaitu :

Factor Conditions, yaitu keadaan mengacu pada


input yang digunakan sebagai faktor produksi, seperti
tenaga kerja, sumber daya alam, modal dan
infrastruktur. Argumen Poter, kunci utama faktor
produksi adalah diciptakan bukan diperoleh dari
warisan. Lebih jauh, kelangkaan sumber daya
(factor disadvantage) seringkali membantu negara
menjadi kompetitif. Terlalu banyak (sumber daya)
memiliki kemungkinan disia-siakan, ketika langka
dapat mendorong inovasi.
Demand conditions, dimana mengacu pada
tersedianya pasar domestik yang siap berperan
menjadi elemen penting dalam menghasilkan daya
saing. Pasar seperti ini ditandai dengan kemampuan
untuk menjual produk-produk superior, hal ini

didorong oeh adanya permintaan barang-dan jasa


berkualitas serta adanya kedekatana hubungan
antara perusahan dan pelanggan

Related and Supporting Industries, dimana


mengacu pada tersedianya serangkaian dan adanya
keterkaitan kuat antara industri pendukung dan
perusahaan, hubungan dan dukungan ini bersifat
positif yang berujung pada penngkatan daya saing
perusahaan. Porter mengembangkan model dari
faktor kondisi semacam ini dengan industrial
clusters atau agglomeration, yang memberi manfaat
adanya potential technology knowledge spillover,
kedekatan dengan konsumen sehingga semakin
meningkatkan market power.
Firm strategy, Structure and Rivalry, mengacu
pada strategi, struktur, dan persaingan pada sebagian
besar perusahaan atau industri tertentu. Faktor ini
dapat terdiri dari setidaknya dua aspek, yaitu : pasar
modal dan pilihan karir individu. Pasar modal
domestik mempengaruhi strategi perusahaan,
sementara individu seringkali membuat keputusan
karir berdasarkan peluang. Suatu negara akan
memiliki daya saing pada suatu industri di mana
personel kuncinya dianggap memiliki keahlian
strategi. Struktur dibangun guna menjalankan
strategi. Intensitas persaingan (rivalry) yang tinggi
mendorong inovasi.

Porter
juga
menambahkan
faktor
lain;
peran government dan chance, yang dikatakan memiliki

peran penting dalam menciptakan NCA. Peran dimaksud,


bukan sebagai pemain di industri, namun melalui
kewenangan yang dimiliki memberikan fasilitasi, katalis,
dan tantanan bagi industri.
Pemerintah menganjurkan dan mendorong industri agar
mencapai level daya saing tertentu. Hal hal tersebut
dapat dilakukan pemerintah melalui kebijakan insentif
berupa subsidi, perpajakan, pendidikan, fokus pada
penciptaan dan penguatan factor conditions, serta
menegakkan standar industri.
Poin utama dari DM, Porter mengemukakan model
penciptaan daya saing yang self-reinforcing, di mana
persaingan domestik men-stimulasi tumbuhnya industri
dan secara bersamaan membentuk konsumer yang maju,
menghendaki peningkatan, dan inovasi.

Paradoks Leontief.

Wassily Leontief, seorang pelopor utama dalam analisis


input-output matriks. Melalui study empiris yang
dilakukannya pada tahun 1953 dia menemukan fakta.
Fakta tersebut mengenai struktur perdagangan luar negeri
( X dan M ) Amerika Serikat tahun 1947 yang
bertentangan dengan teori H-O sehingga teori ini disebut
sebagai Paradox Leontief.
Adapun teori yang dikemukakan Leontief, yaitu : Teori
Paradoks Leontief merupakan kebalikan dari teori H-O
yang menyebutkan bahwa eksport Amerika Serikat akan
terdiri atas barang-barang yang padat modal (capital
intensive). Sebaliknya, import akan terdiri atas barangbarang yang padat karya atau tenaga kerja (labor
intensive). Sedangkan menurut teori Leontief bahwa
eksport Amerika Serikat justru terdiri atas barang-barang
padat karya (labour intensive) dan import terdiri atas
barang-barang padat modal (capital intensive).
Berdasarkan penelitian lebih lanjut yang dilakukan ahli
ekonomi perdagangan Paradox Liontief dapat terjadi
karena empat sebab utama, yaitu :

Intensitas faktor produksi yang berkebalikan

Tarif and Non tarif barrier

Perbedaan dalam skill dan human capital

Perbedaan dalam faktor sumberdaya alat.

Kelebihan dari teori ini adalah jika suatu negara memiliki


banyak tenaga kerja terdidik maka eksport-nya akan lebih

banyak. Sebaliknya jika suatu negara kurang memiliki


tenaga kerja terdidik maka eksport-nya akan lebih sedikit.
Walaupun teori ini dianggap bertentangan dengan teori HO. Tapi, ada penjelasan lain yang menyatakan bahwa
penemuan Leotief tidak sepenuhnya bertentangan dengan
teori H-O.
Karena, eksport Amerika Serikat yang padat karya (labor
intensif) tersebut sangat logis. Amerika Serikat memang
merupakan negara yang mempunyai banyak tenaga kerja
terdidik (skilled labor) dibandingkan dengan negara lain.
Sehingga, eksport-nya lebih banyak terdiri atas barang
yang padat karya namun terdidik. Oleh karena itu,
penemuan Leontief tersebut dalam batasan tertentu justru
sesuai dan mendukung teori H-O.

Anda mungkin juga menyukai