Teori perdagangan internasional adalah teori yang menjelaskan arah dan komposisi
perdagangan antar negara serta bagaimana efeknya terhadap perekonomian suatu negara.
Disamping itu, teori perdagangan internasional juga dapat menunjukkan adanya keuntungan yang
timbul dari adanya keuntungan perdagangan (gain from trade). Teori yang menjelaskan tentang
perdagangan internasional pada dasarnya dibagi atas tiga kelompok besar, yaitu: teori praklasik
merkantilis, Teori Klasik, dan teori modern.
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara
dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat
berupa antar perorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu
negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Di banyak Negara.
Ini juga telah digunakan untuk menggambarkan bagaimana komputer pribadi (PC) melalui
siklus produknya. PC adalah produk baru pada tahun 1970 dan berkembang menjadi produk dewasa
selama tahun 1980-an dan 1990-an. Saat ini, PC sedang dalam tahap produk standar, dan sebagian
besar proses manufaktur dan produksi dilakukan di negara-negara berbiaya rendah di Asia dan
Meksiko.
Teori siklus hidup produk kurang mampu menjelaskan pola perdagangan saat ini di mana
inovasi dan manufaktur terjadi di seluruh dunia. Misalnya, perusahaan global bahkan melakukan
penelitian dan pengembangan di pasar berkembang di mana tenaga kerja dan fasilitas yang sangat
terampil biasanya lebih murah. Meskipun penelitian dan pengembangan biasanya terkait dengan
tahap produk pertama atau baru dan karena itu diselesaikan di negara asal, negara-negara
berkembang atau pasar berkembang, seperti India dan Cina, menawarkan tenaga kerja terampil dan
fasilitas penelitian baru dengan biaya besar keuntungan \ penarikan akhir nya yang terbagi ke dalam
beberapa tahapan atau fase.
Daur hidup produk–periode (product’s life cycle – period) pada umumnya terdiri dari
lima tahapan utama: Pengembangan produk, pengenalan produk, Pertumbuhan produk,
Kedewasaan produk dan akhirnya Kemunduran produk. Tahap ini dapat dibagi ke dalam
beberapa yang lebih kecil tergantung pada produk dan harus dipertimbangkan ketika suatu
produksi baru hendak diperkenalkan ke dalam suatu pasar karena mereka mendikte capaian
penjualan produk.
Tahap pertumbuhan menawarkan kepuasan untuk melihat produk memiliki tempat di pasar.
Ini menjadi waktu yang tepat untuk memusatkan pada peningkatan pangsa pasar. Jika produk telah
diperkenalkan pertama ke dalam pasar, (pengenalan ke pada pasar yang " virgin" atau pada pasar
yang sudah ada) maka produk tersebut sanggup memperoleh pangsa pasar yang relatif mudah.
Pasar yang baru tumbuh menandakan pentingnya berkompetisi. Perusahaan harus menunjukkan
semua penawaran produk dan berusaha untuk membedakan dirinya dari para pesaing. Suatu
modifikasi proses yang sering terhadap produk adalah suatu kebijakan efektif untuk menakut –
nakuti pesaing untuk memperoleh pangsa pasar dengan mengcopy atau menawarkan produk
serupa. Penghalang yang lain adalah hak cipta dan lisensi, kompleksitas produk dan ketersediaan
komponen produk rendah.
Ketika pasar menjadi penuh oleh berbagai variasi produk dasar, dan semua pesaing diwakili
produk – produk alternatif, maka tahap kedewasaan tiba. Dalam tahap ini, pertumbuhan pangsa
pasar merupakan biaya pengeluaran bisnis orang lain, disbanding pertumbuhan pasar itu sendiri.
Periode ini menjadi periode return tertinggi dari produk tersebur. Suatu perusahaan yang telah
mencapai tujuan pangsa pasarnya menikmati periode yang paling menguntungkan, sementara suatu
perusahaan yang tertinggal tujuan pangsa pasarnya, harus menyadari positioning pemasarannya ke
dalam pasar. Selama periode ini merek baru diperkenalkan bahkan ketika mereka bersaing dengan
produk perusahaan yang sudah ada dan perubahan model menjadi lebih sering (produk, merek,
model). Ini menjadi waktu untuk mempertahankan daur hidup produk.
Keputusan penarikan suatu produk sepertinya suatu tugas yang kompleks dan terdapat
banyak isu untuk dipecahkan sebelum memutuskan untuk menarik produk ke luar dari pasar itu.
Dilema seperti pemeliharaan, ketersediaan suku cadang, reaksi layanan bersaing dalam memenuhi
gap pasar adalah beberapa isu yang meningkatkan kompleksitas dari proses pengambilan keputusan
untuk menarik suatu produk dari pasar. Seringkali perusahaan mempertahankan kebijakan harga
mahal guna menangani kemerosotan produk, yang dapat meningkatkan margin keuntungan akan
tetapi pada akhirnya menakut–nakuti "sedikit" pelanggan setia untuk membeli produk tersebut,
contoh hal seperti itu adalah ketundukan pelanggan telegraf atas facsimile atau email.
Porter mengakui nilai teori proporsi faktor, yang mempertimbangkan sumber daya suatu
negara (misalnya, sumber daya alam dan tenaga kerja yang tersedia) sebagai faktor kunci dalam
menentukan produk apa yang akan diimpor atau diekspor suatu negara. Porter menambahkan
faktor-faktor dasar ini daftar baru faktor-faktor lanjutan, yang ia definisikan sebagai tenaga kerja
terampil, investasi dalam pendidikan, teknologi, dan infrastruktur. Dia merasakan faktor-faktor
canggih ini sebagai menyediakan negara dengan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.
Porter percaya bahwa pasar rumah yang canggih sangat penting untuk memastikan inovasi
yang sedang berlangsung, sehingga menciptakan keunggulan kompetitif yang
berkelanjutan. Perusahaan yang pasar domestiknya canggih, trendseting, dan menuntut kekuatan
inovasi yang berkelanjutan dan pengembangan produk dan teknologi baru.Banyak sumber memberi
kredit pada konsumen AS yang menuntut dengan memaksa perusahaan perangkat lunak AS untuk
terus berinovasi, sehingga menciptakan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan dalam produk
dan layanan perangkat lunak.
Agar tetap kompetitif, perusahaan global besar mendapat manfaat dari industri yang kuat,
efisien, dan terkait untuk menyediakan input yang dibutuhkan oleh industri. Industri tertentu
mengelompok secara geografis, yang memberikan efisiensi dan produktivitas.
Selain empat determinan berlian, Porter juga mencatat bahwa pemerintah dan kesempatan
memainkan peran dalam daya saing nasional industri. Pemerintah dapat, dengan tindakan dan
kebijakan mereka, meningkatkan daya saing perusahaan dan kadang-kadang seluruh industri. Teori
Porter, bersama dengan teori modern lainnya, berbasis perusahaan, menawarkan interpretasi yang
menarik tentang tren perdagangan internasional. Namun demikian, mereka tetap teori yang relatif
baru dan teruji secara minimal.
Model ‘Diamond’ dikembangkan oleh Porter dengan menganalisa data statistik industri di 10
negara, Denmark, Italy, Jepang, Singapura, Korea Selatan, Swedia, Swiss, Inggris, Amerika Serikat dan
Jerman. Dari masing–masing negara Porter mengelompokkan analisa industri dalam 16 kelompok.
Dalam perspectif Porter, faktor penentu dari ‘Internationally competitiveness’ adalah interaksi dari
empat faktor spesifik (country–specifis determinants) dan dua faktor eksternal, bauran ‘diamond’
domestic merupakan sumber competitive advantage bagi suatu perusahaan (Porter, 1990). Ke
empat faktor spesifik adalah :
1. Factor Conditions :
Kuantitas, skill dan biaya tenaga kerja, ketersediaan, kualitas, aksesibilitas sumber daya alam
suatu negara, ketersediaan sumber daya pengetahuan (knowledge resource), jumlah dan biaya dari
sumber capital (modal) dalam struktur industry keuangan suatu negara, ketersediaan dan kualitas
infrastruktur fisik suatu negara.
2. Demand Conditions :
komposisi dari permintaan dalam suatu pasar, (2) ukuran dan pertumbuhan pasar.
(1) keberadaan dan kualitas industry penunjang, (2) hubungan antar industri lokal dalam
koordinasi dan pembagian aktivitas dalam rantai nilai (value chain).
(1) metode bagaimana suatu perusahaan di manage, (2) tujuan yang ingin dicapai oleh suatu
perusahaan, (3) jumlah perusahaan pesaing dalam suatu industri lokal, (4) peta persaingan lokal.
Dua faktor eksternal yang juga ikut memberikan kontribusi dalam penciptaan nation
competitiveness, namun tidak langsung adalah :
(1) Penemuan baru, (2) peluang yang disebabkan oleh keputusan politik negara lain, (3) perang, (4)
perubahan yang signifikan dalam industri keuanngan dan nilai tukar.
Setelah itu Porter juga mengembangkan peralatan untuk memahami ‘national competitive
development’ yang mengikuti alur : factor driven, investment driven, innovation driven dan wealth
driven (Porter, 1990. p. 546).
Pada tahap, ‘innovation – driven’ perusahan tidak hanya membeli teknologi dan metode dari
perusahaan lain, namun mulai melakukan aktivitas inovasi dengan dukungan dari industri terkait.
Dan yang terakhir tahapan ‘wealth – driven’, dimana perusahaan mulai kehilangan ‘competitive
advantage’ dan ditandai dengan menurunnya motivasi dalam berinvestasi.
Dalam pandangan Porter, Singapura adalah ‘factor – driven’, Korea Selatan ‘investment –
driven’, Jepang ‘innovation driven’, Jerman dan Amerika Serikat antara ‘innovation dan wealth –
driven’ dan Inggris ‘wealth – driven’. Namun, ketika kita menggunakan kerangka Porter’s Diamond
untuk menganalisa dan melihat pengaruh dari globalisasi dan fenomena MNCs (Multinational
Companies).
D. Hyper Competitive
Proses liberalisasi perdagangan dunia, baik secara ragional maupun internasional yang
berlangsung hingga saat ini, telah menyebabkan persaingan global yang semakin ketat, bahkan
menuju kepada “hyper competitive”. Hal ini dibuktikan, antara lain oleh adanya persaingan dan
ancaman dari Korea, Taiwan. Singapura, dan lainnya. Persaingan dan ancaman tersebut dihadapi
oleh industri elektronik dan otomotif Jepang, AS dan Eropa yang selama ini menguasai pasar dunia.
Selain itu, persaingan yang sangat ketat juga terjadi di antara sesama negara yang sedang
berkembang (NSB), khususnya untuk produk-produk industri ringan, seperti tekstil dan produk tekstil
(TPT), sepatu, agro industri, dan lain-lain.
Sehubungan dengan pendapat Richard D’Aveni ini, perlu dikemukakan beberapa catatan (H.
Hady, 1996) sebagai berikut.
1. Pada situasi “hyper competitive”, keunggulan daya saing suatu perusahaan/negara tetap didasarkan
kepada keunggulan kompetitif dinamis, walaupun dengan periode/jangka waktu yang relatif pendek.
2. Pengertian SCA atau keunggulan daya saing berkelanjutan harus diartikan sebagai keunggulan yang
diperoleh larena invention dan innovation secara terus-menerus, sehingga tetap unggul dari pesaing.
3. Invention dan innovation diperoleh dari hasil research & development, baik yang bersifat scientific
maupun applied.
4. “Sustainable competitive advantage” ini relatif lebih tepat dan paling menguntungkan untuk
dilakukan dalam sektor agro industri karena sumber atau resource base-nya dapat diperbaharui atau
renewable.
Dengan demikian, selama suatu negara masih memiliki sustainable competitive advantage,
maka negara tersebut akan dapat terus mengekspor produknya, dan tentunya akan lebih baik untuk
mengimpor produk lainnya.
3. skala ekonomi,
4. proses atau metode bisnis yang unik serta pengalaman yang luas dalam industri, dan
Keinginan masing-masing negara untuk dapat bekerja secara produktif, efisien, dan efektif
agar dapat bersing di pasar global pada dekade terakhir ini, telah mendorong terjadinya
“competitive liberalization” terutama di kawasan Asia Pasifik, khususnya di bidang perdagangan dan
investasi.
Sumber : https://rikaaru.blogspot.com/2019/?m=1