Anda di halaman 1dari 64

BAB 1

SEJARAH DAN EKONOMI ISLAM

A. Pengertian Sejarah
Sejarah berasal dari bahasa Arab “syajara”, artinya terjadi, “syajaratun” (baca:
syajarah) artinya pohon kayu. Pohon menggambarkan pertumbuhan terus-menerus dari
bumi ke udara dengan mempunyai cabang, dahan dan daun, kembang atau bunga serta
buahnya lalu layu dan sama halnya seperti sejarah. Sejarah memang tumbuh hidup,
berkembang dan bergerak terus dan akan berjalan terus tiada hentinya sepanjang masa.
Perkataan sejarah dalam bahasa Belanda ialah "geshciedenis" (dari kata geschieden
terjadi), dalam bahasa Jerman “geschichte" (dari kata geschehen terjadi). Sedangkan
dalam bahasa Inggris ialah "history" (berasal dari bahasa Yunani “historia” = apa yang
diketahui karena penyelidikan) sehingga hampir berarti "ilmu pengetahuan". Jadi,
berhubungan dengan segala macam peristiwa yang terjadi dalam masyarakat
manusia.Menurut definisi yang umum, kata history berarti “masa lampau umat
manusia”. Sedangkan dalam bahasa Arab disebut tarikh, berasal dari akar
kata tarikh dan taurikh yang berarti pemberitahuan tentang waktu dan kadang
kala kata tarikhus syai’i menunjukkan arti pada tujuan dan masa berakhirnya suatu
peristiwa. Dalam pengertian yang lebih saksama sejarah adalah kisah dan
peristiwa masa lampau umat manusia. Sejarawan muslim Ibnu Khaldun
mendefinisikan, sejarah adalah catatan tentang masyarakat umat manusia atau
peradaban dunia tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada watak
masyarakat, seperti keliaran, keramahtamahan, dan solidaritas golongan, tentang
revolusi dan pemberontakan oleh segolongan rakyat melawangolongan yang lain
dengan akibat timbulnya kerajaan-kerajaan dan negaranegara, dengantingkat
bermacam-macam; tentang bermacam-macam kegiatan dan kedudukan orang, baik
untuk mencapai penghidupannya, maupun dalam bermacam-macam cabang
ilmu pengetahuan dan pertukangan dan pada umumnya, tentang segala perubahan yang
terjadi dalam masyarakat karena watak masyarakat itu sendiri. Selanjutnya dapatlah
kita telaah rumusan sejarah menurut Muhammad Yamin yang berbunyi sebagai
berikut. "Sejarah ialah ilmu pengetahuan dengan umumnya yang berhubungan dengan
cerita bertarikh sebagai hasil penafsiran kejadian-kejadian dalam masyarakat manusia
pada waktu yang lampau, yaitu susunan hasil penyelidikan bahan-bahan tulisan atau
tanda-tanda yang lain

B. Kegunaan dan Peran Sejarah


Sejarah mencakup perjalanan hidup manusia dalam mengisi perkembangan
dunia dari masa ke masa.Setiap sejarah mempunyai arti dsn bernilsi, sehingga manusia
dapat membuat sejarah sendiri dan sejarahpun membentuk manusia, menggunakan
sejarah sebagai bahan hidup akan menimbulkan berbagai macam analisis dalam
suasana budaya sejarah tersebut.Sejarah itu kembali berulang membawa peristiwa
lama dan sama. Sejarah mempunyai arti dan memberi arti dimana manusia itu
bagaikan dunia yang berputar di sekeliling dirinya sendiri. Sejarah ditulis dijadikan
sebagai gambaran atau sebagai guru yang memberikan penuntun.

• Kegunaan Sejarah
Fungsi sejarah antara lain :

1. Fungsi Inspiratif
2. Fungsi Edukasi
3. Fungsi Rekreasi
4. Fungsi Instruktif
• Fungsi Sejarah menurut Al Quran :

Al-quran antara lain menjelaskan kisah-kisah sebagai tauladan (uswatun


hasanah) untuk dijadikan dasar pertimbangan bagi umat manusia dalam setiap
tindakan maupun sikap. Ada kalanya sejarah merupakan laporan, teguran,
yang lembut dan keras bagi umat manusia yang membacanya; menjadi sesuatu
yang mengecewakan atau merugikan agar tidak terulang lagi. Oleh karena itu,
sejarah tersebut hendaknya diinterpretasikan ke dalam zaman sekarang apakah sesuai
atau tidak sebagai bahan pertimbangan untuk berpegang pada sejarah. Sejarah
islam sangat erat dengan islam sebagai aama penuntun, maupun petunjuk bagi
umat islam sehingga islam dalam sejarah memberikan arti lebih penting bahkan
menentukan kehidupan umat manusia. Peranan agama dalam kehidupan manusia
mempunyai artisebagai peraturan dalam kehidupan, baik kehidupna dunia
maupun akhirat. Oleh karena itu, sejarah Islam yang sebenarnya berpangkal dan
bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits.

• Peran Sejarah
hal yang menyangkut kegunaan, sejarah juga mempunyai peran. Peran utama
sejarah yaitu sebagai pelajaran. Manusia dianugerahi akal dan pikiran sehingga mampu
mengambil pelajaran dari pengalaman yang dialaminya atau juga belajar dari
pengalaman orang lain baik berupa keberhasilan maupun kegagalan dari generasi
sebelumnya. Melalui sejarah, manusia dapat mengembangkan segenap potensinya
sekaligus menghindar dari kesalahan masa lalu, baik yang dilakukan orang
lain maupun kesalahan yang pernahdilakukannya sendiri. Dari sejarah, kita dapat
mempelajari apa saja yang mempengaruhi kemajuan dan kejatuhan sebuah banga
ataupun sebuah peradaban.

C. Pengertian Ekonomi Islam


Perkataan ekonomi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu“oicos” yang
berarti “rumah” dan “nomos” yang berarti “aturan”. Maksudnya adalah-
aturan untuk menyelenggarakan kebutuhan hidup manusia dalam rumah tangga, baik
setingkat rumah tangga rakyat maupun setingkat rumah tangga negara.
Sedangkan pengertian ekonomi Islam secara garis besar adalah ilmu yang mengkaji
kegiatan manusia dalam menggunakan sumber (produksi) bagi menghasilkan barang
dan jasa untuk dirinya dan untuk didistribusikan kepada orang lain dengan mengikuti
peraturan yang telah ditetapkan oleh agama Islam dengan harapan untuk mendapatkan
keridaan Allah. Sedangkan Menurut Muhammad Abdul Mannan dalam buku teori
mikro ekonomi ilmu ekonomi Islam adalah Ilmu sosial yang mempelajari masalah-
masalah ekonomi masyarakat dalam perspektif nilai-nilai Islam.
D. Tujuan Ekonomi Islam
Secara umum tujuan-tujuan ekonomi Islam dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Pencapaian Falah

Tujuan pertama dan paling utama Islam adalah falah atau kebahagiaan umat manusia
di dunia ini maupun di akhirat. Dalam lapangan ekonomi semata, konsep falah merujuk
kepada kesejahteraan materiil semua warga Negara Islam. Oleh karea itu, sistem
ekonomi Islam bertujuan mencapai kesejahteraan ekonomi dan kebaikan masyarakat
melalui distribusi sumber-sumber materiil yang merata dan melalui penegakan
keadilan sosial.

2. Distribusi yang Adil dan Merata

Tujuan paling penting yang kedua adalah membuat distribusi sumber-sumber ekonomi,
kekayaan dan pendapatan berlangsung secara adil dan merata. Islam mencegah
konsentrasi kekayaan di tangan sedikit orang dan menghendaki agar ia berputar dan
beredar di antara seluruh bagian di dalam masyarakat. Sistem ekonomi Islam menjamin
distribusi kekayaan yang adil dan merata melalui peralatan yang bersifat positif
maupun negatif, seperti pelembagaan zakat dan sedekah, hukum pewarisan dan wasiat,
penghapusan bunga, melarang perolehan kekayaan melalui cara yang haram, dan
melalui cara yang haram, dan melarang penimbunan.

3. Tersedianya Kebutuhan Dasar

Yang juga merupakan tujuan penting sistem ekonomi Islam adalah tersedianya
kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian dan tempat tinggal, bagi seluruh warga
Negara Islam. Negara Islam sebagai khalifah Allah, berkewajiban mewujudkan rencan
Allah itu dengan menyediakan kebutuhan dasar bagi warganya yang miskin. Sistem
ekonomi Islam menjamin tersedianya kebutuhan dasar bagi setiap orang yang
memerlukannya melalui system keamanan sosialnya yang komprehensif.
4. Tegakanya Keadilan Sosial

Allah telah menempatkan makanan dan karunia di atas Bumi bagi semua orang untuk
memenuhi kebutuhan mereka. Namun karena satu dan kain hal, distribusinya tidak
selalu adi; diantara semua umat manusia, sehingga orang-orang yang beruntung
menjadi sementara sebagian yang kurang beruntung menjadi amat miskin dan tidak
atau sedikit sekali memliki kekayaan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Dalam
rangka menjadikan distribusi sumber-sumber ekonomi islam menetapkan sistem zakat
dan sedekah yang terperinci. Di samping itu, berbagai pembatasan pun dibuat pula
untuk menghalangi orang memperoleh kekayaan secara tidak jujur, illegal dan tidak
adil. Selain itu, Negara islam juga dapat memungut pajak. Jika seluruh ajaran ekonomi
islam dilaksanakan, maka distribusi pendapatan dan kekayaan yang didasarkan pada
prinsip keadilan sosial ekonomi akan tercapai dengan sendirinya.

5. Mengutamakan Persaudaraan dan Persatuan

Islam meletakkan fondasi persaudaraan, persahabatan,dan cinta diantara seluruh umat


Muslim. Dengan membantu si miskin, maka si kaya tidak hanya melaksanakan
kewajiban agamanya melainkan juga dapat belajar bersyukur, mencintai, dan berkasi
sayang. Jadi, zakat dan sedekah melicinkan jalan bagi terwujudnya solidaritas nasional
dan keterpaduan sosial dengan cara merekatkan rasa persaudaraan antara si kaya dan
si miskin.
BAB II

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM PADA MASA RASULULLAH

A. Riwayat Hidup Nabi Muhammad Saw


Nabi Muhammad Saw bernama lengkap Muhammad bin Abdullah bin
Abd Al-Muthallib bin Hasyim bin Abd Manaf bin Qusay bin Kilab bin Murrah bin
Ka’ab bin Luaybin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Al-Nadr bin Kinanah bin Khuzaimah
bin Mudrikah binIlyas bin Mudar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan. Ibunya bernama
Aminah binti Wahb binAbd Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Nabi Muhammad dilahirkan
pada tahun Gajah, tahun dimana ketika pasukan Gajah Abraham menyerang Mekkah
untuk menghancurkan Ka’bah. Namun pasukan Abraham mengalami kehancuran.
Peristiwa itu kira-kira terjadi pada tahun 570 M (12 Rabiul Awal). Nabi Muhammad
di percayakan oleh Halimah dari suku BanuSa’ad untuk diasuh dan di besarkan.
Asuhan Halimah hingga sampai nabi berusia 6 tahun. Pada usia 6 tahun, Nabi
Muhammad telah kehilangan kedua orang tuanya. Setelah Aminah ibu Nabi
meninggal, Abdul Muthalib kakek Nabi mengambil tanggung jawab merawat Nabi.
Namun dua tahun kemudia Abdul Muthalib meninggal dunia karena rentan. Tanggung
jawab selanjutnya beralih kepada paman Nabi, Abu Thalib. Sang paman sangat di
segani dan di hormati di kalangan oarngquraisy dan penduduk Mekah secara
keseluruhan, tetapi dia miskin.

Dalam usia muda, Nabi Muhammad hidup sebagai pengembala kambing


keluarganya dan kambing penduduk Mekah dan kambing penduduk Mekah. Melalui
kegiatan pengembala ini Nabi menemukan tempat untuk berpikir dan merenung.
Kegiatan ini membuatnya jauh dari segalah nafsu duniawi, sehingga dia terhindar dari
berbagai macam noda yang dapat merusak namanya. Oleh karena itu sejak mudah Nabi
sudah dijuluki al-amin (orang yang terpercaya ). Pada usia baru beranjak 12 tahun Nabi
Muhammad melakukan perjalanan (usaha) untuk pertama kali dalam khalifah dagang
ke siria (syam). Khafilah itu di pimpin oleh Abu Thalib. Ketika Nabi Muhammad
berusia 25 tahun, ia berangkat ke Siria membawa barang dagangan seorang saudagar
wanita kaya raya yang telah lama menjanda, Khadijah. Dalam perdagangan ini, Nabi
Muhammad memperoleh laba yang sangat besar. Khadijah kemudian melamar Nabi,
ketika itu Nabi Muhammad berusia 25 tahun dan khadijah 40 tahun .

Khadijah adalah wanita pertama yang masuk Islam dan banyak membantu Nabi
dalam perjuangan menyebar Islam. Perkawinan Nabi dengan khadijah dikaruniai enam
orang anak dua putra dan empat orang putri ialah: Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayah,
UmmuKulsumdan Fatimah. Dua putranya meninggal waktu kecil. Nabi Muhammad
tidak menikah lagi sampai Khadijah meninggal ketika Nabi Muhammad berusia 50
tahun. Beberapa kilometer di Utara Mekkah, pada tanggal 17 ramadhan 611 M, Di Gua
Hira malaikat Jibril muncul di hadapan Nabi Muhammad untuk menyampaikan wahyu
Allah yang pertama. ( Dedi Supriyad: 2008, 61) Pada usia Nabi yang menjelang 40
tahun itu Allah telah memilih Muhammad sebagai Nabi. Pada wahyu kedua Nabi di
perintahkan untuk menyeru manusia kepada satu agama.

B. Legalisasi Hijrah
Peristiwa hijrah Nabi Muhammad Saw. yang dilegalkan oleh Khalifah Umar
bin Khathab, sebagai awal tahun baru dalam kalender Islam dipopulerkan
sebagai tahunHijriah yang penetapannya dilakukan sejak Rasul hijrah pada tahun 622
Masehi. Kebijakan khalifah itu merupakan momentum sebagai awal tahun Islam.
Diantara alasan penetapantersebut adalah hijrah merupakan pemisahan periode Mekah
dan Madinah. Secara historis,umat Islam pada periode awal di Mekah mengalami
pengebirian dan penyiksaan dari kaum kafir atas prakarsa Abu Jahal dan Abu Lahab.
Bagi Nabi dan sahabatnya, periode Mekah pra hijrah merupakan ujian terberat dari
langkah awal mendakwahkan Islam sebagai ajaranyang benar, yang banyak ditantang
kaum kafir Jahiliyah.

Untuk melepaskan dari hegemoni kaum Jahiliyah Mekah, Nabi memutuskan


untuk hijrah atas petunjuk Allah dengan meninggalkan kampung kelahiran, harta, dan
keluarga yang dicintainya dengan berjalan kaki tidak kurang dari 500 km menuju
Madinah. Pasca hijrahnya Nabi bersama sahabat ke Madinah merupakan awal
pencerahan dan perubahan nasib umat Islam. Sebab, apabila di Mekah, umat Islam
yang masih minoritas ditindas dan dimusuhi, di Madinah umat Islam justru
mendapatkan perlakuan cukup baik dari kaum Anshar. Dalam hal ini, peristiwa hijrah
Nabi dimaknai sebagai bagian terpenting dalam sejarah Islam, yakni tonggak awal
kebangkitan Islam.

Di Madinah, bersama-sama dengan sahabatnya, Nabi mulai membangun


peradaban Islam yang selama ini banyak diadopsi sebagai masyarakat madani,
yakni sebuah tatanan kehidupan masyarakat yang dibangundan diwujudkan sesuai
internalisasi ajaran Islam yang diprakarsai Nabi. Selain itu, hijrahNabi juga merupakan
pemisah antara periode Mekah yang terkungkung dari kaum Jahiliyah beralih ke
Madinah yang justru menjadi negeri pembebasan, sekaligus mencerminkan
heterogenitas umat, baik muslim maupun non-Muslim hidup selaras dengan merujuk
pada piagam Madinah.Momentum hijrah menjadi awal kebangkitan peradaban Islam
yang menyejarah.Nabi menancapkan pilar peradaban Islam di Madinah sebagai
tonggak perjuangan umat paling strategis. Dalam konteks lebih luas, perintah hijrah
bukan hanya secara seremonial bagi Nabi, tetapi menjadi medium pembelajaran
bagi umat Islam untuk melakukan perubahan, baik perubahan fisik maupun
nonfisik, seperti perubahan mental dan perilaku yang lebih baik dan terpuji.
Usaha-usaha untuk melakukan perbaikan, terutama untuk memperbaiki kualitas
individual atau kualitas kolektif anak bangsa. Keterbelakangan umat manusia harus
disikapi lebih arif dengan melakukan hijrah individual dengan membenahi kepribadian
menuju perbaikan moral keluarga dan masyarakat bangsa.

C. Periode Mekkah
Geografis daerah Makkah sangat mendukung terhadap kegiatan
pertanian dan perdagangan. Banyak penduduk Makkah yang berprofesi sebagai
pertani dan pedagang.Dalam perdagangan mereka ulet dan tangguh. Barang
dagangan mereka bawa dengan mengunakan alat transportasi unta melewati gurun
pasir yang sangat panas. Mereka tahan berhari-hari diperjalanan dalam membawa
barang dagangan dan berpisah meninggalkan keluarga, sanak-saudara dalam
waktu yang lama. Aktivitas perdagangan di kalangan masyarakat arab waktu itu
berlangsung menurut aturan “jahiliyah“ sebagai keyakinan yang mereka anut.
Kegiatan perdagangan yang didasari pada keyakinan banyak yang kontra
dengan nilai-nilai Islam yang dibawa Muhammad Saw. Di bawah ini
diuraikan beberapa bentuk praktek jua lbeli atau transaksi yang kontra dengan nilai-
nilai Islam tersebut:

• Bai’ Hishah, yaitu bentuk kegiatan transaksi yang dilakukan dengan cara
melempar suatu benda atau barang. Benda yang kena lempar nantinya itulah
yang akan menjadi objek transaksi. Dalam bentuk transaksi ini objek jualbeli
masih belum jelas (majhul) dan bersifat spekkulatif (gharar).
• Bai’ Mulamasah, yaitu satu bentuk akad jual beli, dimana barang yang
dipegang oleh pihak pembeli itulah yang menjadi barang yang dijual.Jualbeli
seperti ini berlangsung tanpa keridhaan salah satu pihak yang berakad.
• Bai’ Muhalaqah,yaitu bentuk jual beli yang dilangsungkan dengan menetapkan
harga saat ini (harga aktual di pasar)untuk barang-barang (pertanian) yang
belum dipanen (masihdibatangnya).
• Bai’ Habal al-Habalah, yaitu jual beli unta betina yang dilakukan dengan
syarat harga akandibayar pembeli kalau unta itu melahirkan anak betina atau
jantan. Salah satu pihakmembuat syarat yang berada di luar kekuasaan dan
pengetahuan pihak lain.
• Bai’ Fudhuli, yaitu bentuk akad jual beli dimana barang yang menjadi objek
dalamakad (maudhu’ al-aqdi) jualbeli tidak dimiliki oleh si penjual atau bukan
milik penuh penjual.
• Bai’ Gharar, yaitu bentuk praktek jual beli yang terdapat unsur tindakan
penipuan dan merugikan salah satu pihak yang terlibat dalam akad jualbeli
tersebut. Penipuan atau kerugian yang ditimbulkan tersebut adalah merupakan
implikasi dari ketidakjelasandan ketidakpastian tentang harga, waktu
penyerahan, tempat dan objek akad(transaksi).
• Bai ‘Inah Praktek transaksi perdagangan yang mengandung unsur sistem riba
secara terselubung (riba kaffi).
Periode Makkah dalam sejarah dakwah Nabi Saw, dikenal dengan masa penanam
ajaran tauhid Islam bagi masyarakat arab jahiliyah. Masa ini merupakan perjuangan
Nabi Saw yang sangat berat di tengah kuatnya hegomeni politik dan
ekonomi kaum aritokrat Quraisy.

D. Periode Madinah
Ketika hijrah ke Madinah, saat pertama kali tiba keadaan Madinah masih kacau.
Masyarakat Madinah belum memiliki pemimpin atau raja yang berdaulat. Yang ada
hanya kepala-kepala suku yang menguasai daerahnya masing-masing. Kedatangan
Rasulullah di Madinah diterima dengan tangan terbuka dan penuh antusias oleh
masyarakat Madinah. Muhammad Saw mempersaudarakan kaum Muhajirin
dengan Anshar. Rasa persaudaraan inilah yang pertama kali ditumbuhkan diantara
mereka. Sehingga munculrasa saling mencintai dan menghormati. Dalam waktu yang
singkat beliau menjadi pemimpin suatu komunitas yang kecil yang terdiri dari para
pengikutnya, namun jumlah hari demi hari semakin meningkat. Di Madinah,
Rasulullah mula-mula mendirikan majelis syura, majelis ini terdiri dari pemimpin
kaum yang sebagian dari mereka bertanggung jawab mencatat wahyu. Pada tahun 6
Hijriyah Rasulullah mengangkat sekretaris dengan bentuk sederhana telah dibangun.
Rasulullah juga telah mengutus utusan ke pemimpin negara-negara tetangga. Orang-
orang ini mengerjakan tugasnya dengan sukarela dan membiayai hidupnya dari sumber
independen, sedangkan pekerjaan sangat sederhana tidak memerlukan perhatian penuh.
Pada dasarnya, orang-orang yang ingin bertemu kebanyakan orang-orang miskin.
Mereka diberikan makanan dan juga pakaian.

Setelah Makkah telah dikuasai kaum muslimin, jumlah delegasi yang datang
bertambah banyak sehingga tanggung jawab Bilal untuk melayani mereka bertambah
Rasulullah meletakkan sistem ekonomi negara sesuai dengan ajaran al-Qur’an. Al-
Qur’an telah meletakkan dasar-dasar ekonomi. Prinsip Islam yang dapat dijadikan
poros dalam semua urusan duniawi termasuk masalah ekonomi adalah kekuasan
tertinggi hanyalah milik Allah swt. semata (QS, 3: 26, 15:2, 67:1) dan manusia
diciptkan sebagai khalifah-Nya di muka bumi (QS, 2:30, 4:166, 35:39), sebagai
pengganti Allah di muka bumi, Allah melimpahkan urusan bumi untuk dikelola
manusia sebaik-baiknya. Pada zaman Rasulullah, sudah mulai ditanamkan larangan
pembungaan uang atau riba, sebagaimana yang biasa oleh orang-orang Yahudi di
Madinah. Islam benar-benar menentang praktik-praktik tidak fair dalam perekonomian
tersebut. Karena riba didasarkan atas pengeluaran orang dan merupakan eksploitasi
yang nyata.

Maka untuk menghilangkan riba ini, al-Qur’an memberi solusi dengan cara zakat,
shodaqah dan sejenisnya. Ini ditandai dengan diwajibkannya shadaqah fitrah pada
tahun kedua hijriyah atau lebih dikenal dengan zakat fitrah setiap bulan ramadhan
datang, yang didistribukan kepada para fakir, miskin, budak, amil (pengurus zakat),
muallaf dan lain-lain. Sebelum diwajibkannya zakat, pemberian sesuatu kepada orang
yang membutuhkan bersifat suka rela dan belum ada peraturan khusu atau ketentuan
hukumnya. Peraturan mengenai pengeluaran zakat di atas muncul pada tahun ke-9
hijrah ketika dasar Islam telah kokoh. Pada intinya, pada zaman awal-awal Islam
pendapatan yang didapatkan oleh negara Islam Madinah masih sangat kecil. Di antara
sumber pendapatan yang masih kecil itu berasal dari sumbersumber, diantaranya:
rampasan perang (ghanimah),tebusan tawanan perang, pinjaman dari kaum muslim,
khumuz atau rikaz (harta karun temuan pada periode sebelum Islam), wakaf, nawaib
(pajak bagi muslimin kaya dalam rangka menutupi pengeluaran negara selama masa
darurat, amwal fadhla (harta kaum muslimin yang meninggal tanpa ahli waris), zakat
fitrah, kaffarat (denda atas kesalahan yang dilakukan seorang mislim pada acara
keagamaan), maupun sedekah dari kaum muslim dan bantuan-bantuan lain dari para
shahabat yang tidak mengikat. Sebagai kepala negara yang baru, Muhammad Saw
memberikan penekanan padaawal kebijakan politiknya pada beberapa hal:

1. Membangun masjid
2. Merehabilitasi Muhijirin Makkah di Madinah
3. Menciptakan kedamaian dalam negara
4. Mengeluarkan hak-hak dan kewajiban warga negara
5. Membuat konstitusi negara
6. Menyusun Pemerintah Madinah
7. Meletakan dasar-dasar keuangan negara.

Tujuh point kebijakan Muhammad Saw di awal terbetuknya negara


Madinah dilakukan untuk membangun pondasi yang kokoh bagi kehidupan ekonomi
umat Islam.Kebijakan Muhammad Saw ini sangat sarat makna sosial
ekonomi dan politik bagi pembangunan ekonomi suatu bangsa. Dan berikut ini
beberapa kebijakan ekonominya :

1. Mesjid dibangun, selain untuk peribadatan, juga dijadikan sebagai sentral


kegiatan sosial ekonomi. Sentralisasi kegiatan sosial ekonomiumat di
mesjid bertujuan untuk penghematan pengeluaran keuangan negara.
2. Menanamkan rasa persaudaraan di kalangan masyarakat Anshar dan
Muhajirin dilakukan untuk menciptakan sifat tolong-menolong antar
sesama. Kaum Muhajirin yang hijrah tidak punya modal untuk memulai
hidup baru diMadinah. Sementara kaum Anhsar Madinah mempunyai lahan-
lahan pertanian produktif.Dengan dibangunnya rasa ukhuwah di antara
mereka, maka kaum Muhajirin bermurahhati memberikan dan
mengadakan kerjasama pengolahan kahan pertanian dengan saudara
kaum Anshar. Inilah awal munculnya aktivitas kerjasama agro ekonomi
dalamIslam yang dikenal dengan muzaraah dan mukhabarah
3. Menciptakan kedamaian dalam negara, mengeluarkan hak-hak dan kewajiban
warga negara, membuat konstitusi negara,menyusun pemerintah Madinah
adalah kebijakan politik yang sangat menentukan stabilitas ekonomi
masyarakat Madinah. Ekonomi yang kuat tak akan bertahan lama kalau tak
didukung oleh stabilitas politik dalam negeri yang aman. Artinya, stabilitas
politik berbanding lurus dengan stabilitas ekonomi.
E. Kebijakan Fiskal dan Moneter
• Kebijakan Fiskal
Sebenarnya kebijakan fiskal telah sejak lama dikenal dalam teori ekonomi
Islam, yaitu sejak zaman Rasulullah Saw. dan Khulafaur Rasyidin, dan kemudian
dikembangkan oleh para ulama. Instrument kebijakan fiscal antara lain :

1. Peningkatan pendapatan nasional dan tingkat partisipasi kerja.

Rasulullah Saw melakukan kebijakan mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan


kaum Anshar. Hal ini menyebabkan terjadinya distribusi pendapatan dari kaum Anshar
ke kaum Muhajiirin yang berimplikasi pada peningkatan permintaan total di Madinah.
Rasulullah Saw. juga membagikan tanah kepada kaum Muhajirin untuk pembangunan
pemukiman yang berimplikasi pada peningkatan partisipasi kerja dan ativitas
pembangunan pemukiman di Madinah, sehingga menghasilkan kesejahteraan umum
kaum muslimin.

2. Kebijakan pajak.

Penerapan kebijakan pajak yang dilakukan Rasulullah Saw. seperti kharaj (sejenis
pajak tanah), khums (pajak 1/5), dan zakat, menyebabkan terciptanya kestabilan harga
dan mengurangi tingkat inflasi. Pajak ini, khususnya khums, mendorong pendapatan
stabilitas pendapatan dan produksi total pada saat terjadi stagnasi dan penurunan
permintaan dan penawaran agregat. Kebijakan ini juga tidak menyebabkan penurunan
harga ataupun jumlah produksi. Pajak merupakan sumber utama perbelanjaan
pemerintah. Sebagian dari pengeluaran pemerintah untuk membiayai kegiatan-
kegiatan pembangunan, dan sebagian lainnya untuk membiayai administrasi
pemerintahan, membiayai perbelanjaan untuk angkatan bersenjata, membiayai sistem
pendidikan dan kesehatan rakyat, membayar gaji pegawai-pegawai pemerintah dan
membiayai berbagai jenis infrastruktur yang penting artinya dalam pembangunan.
Perbelanjaan-perbelanjaan tersebut akan meningkatkan pengeluaran agregat dan
mempertinggi tingkat kegiatan ekonomi negara.
3. Anggaran Pengaturan APBN yang dilakukan Rasulullah Saw.

secara cermat, efektif, dan efisien, menyebabkan jarang terjadinya deficit anggaran
meskipun sering terjadi peperangan. Kebijakan fiskal terkait dengan kebijakan yang
mempengaruhi anggaran pendapatan dan belanja suatu negara. di samping
kebijakanekonomi lainnya seperti kebijakan moneter dan perdagangan, kebijakan
fiskal diperlukan untuk mengoreksi gangguan-gangguan yang menghambat jalannya
roda perekonomian. Sistem ekonomi kapitalis/sistem ekonomi pasar sangat tergantung
pada berjalannya mekanisme pasar. Karenanya jika terjadi gangguan-gangguan
terhadap jalannya mekanisme pasar maka diperlukan berbagai macam usaha untuk
mengoreksi jalannya perekonomian agar mekanisme pasar dapat berjalan secara
sempurna.

4. Kebijakan fiskal khusus

Rasulullah Saw. menerapkan beberapa kebijakan fiskal secara khusus untuk


pengeluaran negara, yaitu :

-Meminta bantuan kaum muslimin secara sukarela untuk memenui kebutuhan pasukan
muslim; meminjam peralatan dari kaum nonmuslim secara cuma-cuma dengan jaminan
pengembalian dan ganti rugi bila terjadi kerusakan

-Meminjam uang dari orang-orang tertentu untuk diberikan kepada para muallaf; serta
menerapkan kebijakan insentif untuk menjaga pengeluaran dan meningkatkan
partisipasi kerja dan produksi kaum muslimin.

• Kebijakan Moneter
Kebijakan Moneter Seperti yang telah dikemukakan bahwa mata uang yang
dipergunakan bangsa Arab, baik sebelum Islam maupun sesudahnya, adalah dinar dan
dirham. Kedua mata uang tersebut memiliki nilai yang tetap dan karenanya tidak ada
masalah dalam perputaran uang. Jika dirham diasumsikan sebagai satuan uang, nilai
dinar adalah perkalian dari dirham, sedangkan jika diasumsikan dinar sebagai unit
moneter, nilainya adalah sepuluh kali dirham. Walaupun demikian, dalam
perkembangan berikutnya, dirham lebih umum digunakan daripada dinar. Hal ini
sangat berkaitan erat dengan penaklukan tantara Islam terhadap hampir seluruh
wilayah kekaisaran Persia.

Nilai emas dan perak yang terkandung dalam dinar dan dirham sama dengan
nilai nominalnya, sehingga dapat dikatakan penawaran uang elastis sempurna terhadap
tingkat pedapatan. Tidak adanya larangan impor dinar/dirham berarti penawaran uang
elastis; kelebihan penawaran uang dapat diubah menjadi perhiasan emas atau perak.
Tidak terjadi kelebihan penawaran atau permintaan sehingga nilai uang stabil. Untuk
menjaga kestabilan ini, beberapa hal berikut dilarang:

• Permintaan yang tidak riil. Permintaan uang adalah hanya untuk keperluan
transaksi dan berjaga-jaga.
• Penimbunan mata uang.
• Transaksi talaqi rukban, yaitu mecegat penjual dari kampng di luar kota untuk
mendapat keuntungan dari ketidaktahuan harga.
• Transaksi tali bi kali, yaitu bukan trnasaksi tidak tunai.
• Transaksi tunai diperbolehkan, namun transaksi future tanpa ada barangnya
dilarang.
• Segala bentuk riba dilarang
BAB III

SISTEM EKONOMI DAN FISKAL PADA MASA KHULAFAUR RASYIDDIN

A. Masa Pemerintahan Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq


Setelah Rasulullah wafat, kaum Muslimin mengangkat Abu Bakar menjadi
khalifah pertama. Masa pemerintahan Abu Bakar tidak berlangsung lama, hanya
sekitar dua tahunan Sebelum menjadi Khalifah Abu Bakar tinggal di Sikh yang terletak
di pinggiran kota Madinah. Setelah berjalan 6 bulan dari kekhalifahannya, Abu Bakar
pindah ke pusat kota Madinah dan bersamaan dengan itu sebuah Baitul Mal dibangun.
Sejak menjadi khalifah, kebutuhan keluarganya diurus oleh kekayaan dari Baitul Mal
ini. Abu Bakar diperbolehkan mengambil dua setengah atau dua tiga perempat dirham
setiap harinya dari Baitul Mal dengan beberapa waktu. Ternyata tunjangan tersebut
kurang mencukupi sehingga ditetapkan 2000 atau 2500 dirham dan menurut
keterangan 6000 dirham per tahun. menjelang wafatnya Abu Bakar, ia banyak
menemui kesulitan dalam mengumpulkan pendapatan negara sehingga ia menanyakan
berapa banyak upah atau gaji yang telah diterimanya. Ketika diberitahukan bahwa
jumlah tunjangannya sebesar 8000 dirham, ia langsung memerintahkan untuk menjual
sebagian besar tanah yang dimilikinya dan seluruh hasil penjualannya diberikan kepada
negara. Juga, Abu bakar mempertanyakan tentang berapa banyak fasilitas yang telah
dinikmatinya selama menjadi khalifah. Ketika diberitahukan tentang fasilitasnya, ia
segera menginstruksikan untuk mengalihkan semua fasilitas tersebut kepada pemimpin
berikutnya nanti .

Dalam menjalankan pemerintahan dan roda ekonomi masyarakat Madinah Abu


Bakar sangat memperhatikan keakuratan perhitungan zakat. Abu Bakar juga
mengambil Langkah-langkah yang strategis dan tegas untuk mengumpulkan zakat dari
semua umat Islam termasuk Badui (a’rabi) yang kembali memperlihatkan tanda-tanda
pembangkangan membayar zakat sepeninggal Rasulullah SAW. Dalam kesempatan
yang lain Abu Bakar menginstruksikan pada pada amil yang sama bahwa kekayaan
dari orang yang berbeda tidak dapat digabung, atau kekayaan yang telah digabung tidak
dapat dipisahkan. Hal ini ditakutkan akan terjadi kelebihan pembayaran atau
kekurangan penerimaan zakat. Hasil pengumpulan zakat tersebut dijadikan sebagai
pendapatan negara dan disimpan dalam Baitul Mal untuk langsung didistribusikan
seluruhnya kepada kaum Muslimin hingga tidak ada yang tersisa . 3Prinsip yang
digunakan Abu Bakar dalam mendistribusikan harta baitul mal adalah prinsip
kesamarataan, yakni memberikan jumlah yang sama kepada semua sahabat Rasulullah
saw. dan tidak membeda-bedakan antara sahabat yang terlebih dahulu memeluk Islam
dengan sahabat yang kemudian, antara hamba dengan orang merdeka, dan antara pria
dengan wanita. Dengan demikian, selama masa pemerintahan Abu Bakar, harta Baitul
mal tidak pernah menumpuk dalam jangka waktu yang lama karena langsung
didistribusikan kepada seluruh kaum Muslimin, bahkan ketika Abu Bakar wafat, hanya
ditemukan satu dirham dalam perbendaharaan negara. Seluruh kaum Muslimin
diberikan bagian hak yang sama dari hasil pendapatan negara. Apabila pendapatan
meningkat seluruh kaum muslimin mendapat manfaat yang sama dan tidak ada seorang
pun yang dibiarkan dalam kemiskinan

B. Masa Pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab


Umat bin Khatthab nama lengkapnya adalah Umar Bin Khatthab bin Nufail
keturunan Abdul Uzza Al-Quraisy dari suku Adi, salah satu suku yang terpandang
mulia. Umar bin Khattab merupakan pengganti dari Abu Bakar. Beliau menjadi
khalifah kedua yang berkuasa pada tahun 634 sampai 644.Khalifah Umar bin Khattab
menjalankan pemerintahan dengan adil, jujur, dan bijaksana. Umar menulis Risalatul
Qada atau Dustur Umar, surat petunjuk dan peringatan bagi pejabat-pejabat
bawahannya, agar selalu menerapkan keadilan dan kejujuran dalam pemerintahan.
Banyak kebijakan-kebijakan yang dilakukan pada masa Umar, termasuk dibidang
perekonomian pemerintah. Pada masa Umar ini banyak daerah-daerah disekitar Arab
telah dikuasai Islam, termasuk daerah Persia dan Romawi (Syria, Palestina dan Mesir).
Atas keberhasilan dan menguasai wilayah-wilayah yang diluar wilayah jazirah Arabia
ini, Umar dijuluki sebagai The Saint Paul of Islam .Seiring dengan pemerintahannya
banyak kebijakan terkait dengan perekonomian masyarakat Muslim pada waktu itu,
Berikut ini adalah ringkasannya :

1. Baitul Mal berfungsi sebagai pelaksana kebijakan fiskal negara Islam dan
Khalifah merupakan pihak yang berkuasa penuh terhadap harta Baitul Mal.
Namun demikian, Khalifah tidak diperbolehkan menggunakan harta Baitul Mal
untuk kepentingan pribadi. Pada masa ini harta Baitul Mal dianggap sebagai
harta kaum Muslimin, sedangkan Khalifah dan para amil hanya berperan
sebagai pemegang amanah. Dengan demikian, negara bertanggung jawab untuk
menyediakan makanan bagi para janda, anak-anak yatim, serta anak-anak
terlantar; membiayai penguburan orang-orang miskin; membayar utang-utang
yang bangkrut; membayar uang diyat untuk kasus-kasus tertentu, seperti
membayar diyat prajurit Shebani yang membunuh seorang Kristiani untuk
menyelamatkan nyawanya; serta memberikan pinjaman tanpa bunya untuk
tujuan komersial,.
2. Pajak Kepemilikan tanah (Kharaj). Sejak Umar menjadi Khalifah, wilayah
kekuasan Islam semakin luas seiring dengan banyaknya daerah-daerah yang
berhasil ditaklukkan, baik melalui peperangan maupun secara damai. Hal Ini
menimbulkan berbagai permasalahan baru. Para tentara dan beberapa sahabat
terkemuka menuntut agar tanah hasil taklukan tersebut dibagikan kepada
mereka yang terlibat dalam peperangan sementara sebagian kepada mereka
yang terlibat dalam peperangan sementara sebagian kaum Muslimin yang lain
menolak pendapat tersebut. Dari berbagai perdebatan dan musyawarah itu
akhirnya Umar memutuskan untuk memperlakukan tanah-tanah tersebut
sebagai fai, dan prinsip yang sama diadopsi untuk kasus-kasus yang akan
datang.
3. Zakat. Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, kekayaan yang dimiliki
negara Madinah sudah mulai banyak, berbeda pada awal-awal Islam. Karena
maraknya perdagangan kuda, mereka menanyakan kepada Abu Ubaidah,
Gubernur Syiria ketika itu, tentang kewajiban membayar zakat kuda dan budak.
Gubernur memberi tahukan bahwa tidak ada zakat atas keduanya. Kemudian
mereka mengusulkan kepada Khalifah agar ditetapkan kewajiban zakat atas
keduanya tetapi permintaan tersebut tidak dikabulkan. Mereka kemudian
mendatangi kembali Abu Ubaidah dan bersikeras ingin membayar. Akhirnya,
Gubernur menulis surat kepada Khalifah dan Khalifah Umar menanggapinya
dengan sebuah instruksi agar Gubernur menarik zakat dari mereka dan
mendistribusikannya kepada para fakir miskin serta budak-budak. Sejak saat
itu, zakat kuda ditetapkan sebesar satu dinar atau atas dasar ad valorem, sperti
satu dirham untuk setiap empah puluh dirham (Karim, 2004).
4. Pada masa kekhalifahan Umar banyak dibangun saluran irigasi, waduk, tangki
kanal, dan pintu air sebaguna untuk mendistribusikan air di ladang pertanian.
5. Hukum perdagangan juga mengalami penyempurnaan untuk menciptakan
perekonomian secara sehat. Umar mengurangi beban pajak untuk beberapa
barang, pajak perdagangan nabati dan kurma Syiria sebesar 50%. Hal ini untuk
memperlancar arus pemasukan bahan makanan ke kota. Pada saat yang sama
juga dibangun pasar agar tercipta perdagangan dengan persaingan yang bebas.
Serta adanya pengawasan terhadap penekanan harga.
6. ada masa ini, Baitul Maal menjadi lembaga yang permanen dan reguler. Jika
sebelumnya Rasulullah hanya mencetuskan dan Abu Bakar meneruskan, saat
ini Baitul Maal lebih dikelola secara profesional. Baitul Maal ini dipelopori
karena Abu Hurairah membawa kharaj hingga 500.000 dirham. Maka
dibangunlah bangunan Baitul Mal secara terpisah dan permanen di Madinah
serta diseluruh provinsi. Bahkan di Mesir, Baitul Mal telah mengumpulkan
dana hingga 2 juta dinardan di Sawad mencapai 200 juta dinar.Harta Baitul Mal
dipergunakan mulai untuk menyediakan makanan bagi para janda, anak-anak
yatim, serta anak-anak terlantar, membiayai penguburan orang-orang miskin,
membayarkan utang orangorang yang bangkrut, membayar uang diyat, untuk
kasus-kasus tertentu, sampai untuk pinjaman tanpa bunga untuk tujuan
komersial.
7. Mendirikan Diwan Islam yang disebut Al-Divan. Al-Divan adalah kantor yang
mengurusi pembayaran tunjangan-tunjangan angkatan perang dan pensiun serta
tujangan lainnya secara reguler dan tepat.
8. Pengeluaran negara tidak lagi langsung dihabiskan, namun dikeluarkan secara
bertahap bahkan mulai menerapkan asas surplus untuk cadangan.
9. Dana yang besar tersebut tidak serta merta melahirkan keserakahan. Tunjangan
bagi khalifah hanya 5000 dirham ditambah pakaian dan tunggangan di musim
haji.Bahkan Umar pernah meminjam dana Baitul Maal untuk kebutuhan
pribadinya.
10. Pada masa ini, harta zakat dan ushr pertanian tetap diperuntukan bagi kaum 8
Asnaf.
11. Pejabat Baitul Maal tidak bertanggung jawab terhadap gubernur, ia
bertanggung jawab terhadap pemerintah pusat. Maka eksekutif tidak boleh
mengintervensi Baitul Maal.
12. Pada masa ini dibentuk beberapa departemen, yaitu: Departemen Pelayanan
Militer, Departemen Kehakiman dan Eksekutif, Departemen Pendidikan dan
Pengembangan Islam, dan Departemen Jaminan Sosial.
13. Untuk pertama kalinya dalam sejarah dunia, seluruh rakyat mendapatka
ntunjangan dari negara. Dimana setiap warga negara mendapatkan
tunjangan,makanan, dan pakaian. Prinsip yang digunakan adalah keutamaan,
yaitu didasarkan pada seberapa besar mereka itu andil dalam perjalanan Islam.
Maka bagi kalangan Muhajirin akan mendapatkan bagian yang lebih baik dari
penduduk negeri taklukan. Sesungguhnya hal ini pernah diprotes oleh Hakim
bin Hizam, karena menyebabkan para pedagang Hijaz menjadi malas dan
mengganggu perekonomian. Dan saat itu, Khalifah menyadari kekeliruannya
dalam mendistribusikan keuangannya sehingga sangat ingin merubahnya jika
beliau masih memiliki umur. Namun beliau wafat sebelum merubahnya.
14. Kepemilikan tanah menggunakan prinisp kharaj, sehingga tidak dibagi-bagikan
kepada umat muslim. Tanah itu juga dikelola oleh mereka yang ahli, sehingga
lebih produktif. Perampasan tanah tanpa mempertimbangkan produktifitasnya
adalah bentuk perampasan hak publik. Bagi tanah-tanah yang tidak dikelola
akan diambil alih oleh negara. l. Ushr atau pajak perdagangan di masa ini
dikembangkan bagi pedagang kafirharbi (negeri yang tidak tunduk pada umat
muslim) sebesar 10%.
15. Sedekah non-Muslim, disini hanya Bani Taghlib Kristen yang membayar
karena mereka ikut berperang dengan gagah berani. Mereka enggan membayar
Jizyah karena merasa gengsi dan bukan musuh islam sendiri. Karenanya
mereka boleh memberi sedekah dua kali lipat dengan syarat tidak membaptis
anak mereka. Anak-anak mereka diberi kebebasan untuk agama yang mereka
anut.

Khalifah Umar juga membentuk komite yang terdiri dari Nassab ternama untuk
membuat laporan sensus penduduk Madinah sesuai dengan tingkat kepentingan dan
kelasnya. Khalifah Umar menetapkan beberapa peraturan sebagai berikut:

a. Wilayah Irak yang ditaklukan menjadi muslim, sedangkan bagian yang berada
dibawah perjanjian damai tetap dimiliki oleh pemilik sebelumnya dan kepemilikannya
tersebut dapat dialihkan.

b. Kharaj (pajak yang dibayarkan oleh pemilik-pemilik tanah negara taklukan),


dibebankan pada semua tanah yang termasuk kategori pertama, meskipun pemilik
tersebut kemudian memeluk Islam dengan demikian tanah seperti itu tidak dapat
dikonversi menjadi tanah ushr.

c. Bekas pemilik tanah diberi hak kepemilikan, sepanjang mereka memberi kharaj dan
jizyah (pajak yang dikenakan bagi penduduk non muslim sebagai jaminan
perlindungan oleh negara)

d. Sisa tanah yang tidak ditempati atau ditanami (tanah mati) atau tanah yang diklaim
kembali bila ditanami oleh muslim diperlakukan sebagai tanah ushr.

e. Di Sawad, kharaj dibebankan sebesar satu dirham atau satu rafiz (satu ukuran lokal)
gandum dan barley (sejenis gandum) dengan anggapan tanah tersebut dapat dilalui air.
Harga yang lebih tinggi dikenakan kepada ratbah (rempah atau cengkih) dan
perkebunan,

f. Di Mesir, menurut sebuah perjanjian Amar, dibebankan dua dinar, bahkan hingga
tiga irdabb gandum, dua qist untuk setiap minyak, cuka, dan madu dan rancangan ini
telah disetujui Khalifah.

g. Perjanjian Damaskus (Syiria) menetapkan pembayaran tunai, pembagian tanah


dengan muslim. Beban per kepala sebesar satu dinar dan beban satu jarib (unit berat)
yang diproduksi per jarib (ukuran) tanah.

C. Masa Pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan


Utsman bin Affan merupakan khalifah ketiga setelah wafatnya Umar bin
Khatab. Perluasan daerah kekuasaan Islam yang telah dilakukan secara masif pada
masa Umar bin Khattab diteruskan oleh Utsman bin Affan. Pada enam tahun pertama
kepemimpinannya, banyak negara yang telah dikuasainya, seperti Balkan, Kabul,
Grozni, Kerman dan Sistan. Setelah negera-negara tersebut ditaklukkan, pemerintahan
Khalifah Utsman menata dan mengembangkan sistem ekonomi yang telah
diberlakukan oleh Khalifah Umar. Khalifah Utsman mengadakan empat kontrak
dagang dengan negara-negara taklukan tersebut dalam rangka mengembangkan potensi
sumber daya alam. Aliran air digali, jalan dibangun, pohon-pohon, buah-buahan
ditanam dan keamanan perdagangan diberikan dengan cara pembentukan organisasi
kepolisian tetap untuk mengamankan jalur perdagangan. Khalifah Utsman membentuk
armada laut kaum Muslimin di bawah komando Muawiyah, hingga berhasil
membangun supremasi kelautannya di wilayah Mediterania. (Sudarsono, 2002).

Khalifah Utsman bin Affan mengambil suatu langkah kebijakan tidak


mengambil upah dari kantornya. Sebaliknya, ia meringankan beban pemerintah dalam
hal-hal yang serius, bahkan menyimpan uangnya di bendahara negara. Hal tersebut
menimbulkan kesalahfahaman dan ketidakcocokan dengan Abdullah bin Arqam,
bendahara Baitul Mal. Konflik ini semakin meruncing ketika ia tidak hanya membuat
Abdullah menolak upah dari pekerjaannya, tetapi juga menolak upah dari
pekerjaannya, tetapi juga menolak hadir pada setiap pertemuan publik yang dihadiri
Khalifah. Permasalahan tersebut semakin rumit ketika muncul berbagai pernyataan
kontroversional mengenai pembelanjaan harta Baitul Mal yang tidak hati-hati (Karim,
2004).

Kebijakan lain yang dilakukan Utsman terkait perekonomian adalah tetap


mempertahankan sistem pemberian bantuan dan santunan serta memberikan sejumlah
besar uang kepada masyarakat yang berbeda-beda. Meskipun meyakini prinsip
persamaan dalam memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, ia memberikan bantuan
yang berbeda pada tingkat yang lebih tinggi. Dalam hal pengeloaan zakat, Utsman
mendelegasikan kewenangan menaksir harta yang dizakati kepada pemiliknya
masingmasing. Hal ini dilakukan untuk mengamankan zakat dari berbagai gangguan
dan masalah dalam pemeriksaan kekayaan yang tidak jelas oleh beberapa oknum zakat.
Di sisi lain, Utsman berpendapat bahwa zakat hanya dikenakan terhadap harta milik
seseorang setelah dipotong seluruh utang-utang yang bersangkutan. Ia juga
mengurangi zakat dari dana pension.

Ada perbedaan antara kebijakan fiskal Khalifah Utsman bin Affan dengan
sebelumnya. Utsman tidak memiki kebijakan kontrol harga. Pada khalifah sebelumnya,
ia tidak menyerahkan tingkat harga sepernuhnya kepada pada pengusaha, tetapi
berusaha untuk tetap memperoleh informasi yang akurat tentang kondisi harga di
pasaran, bahkan terhadap harga dari suatu barang yang sulit dijangkau sekalipun.
Utsman bin Affan berusaha mendiskusikan tingkat harga yang sedang berlaku di
pasaran dengan seluruh kaum Muslimin di setiap selesai melaksanakan shalat
berjamaah.

D. Masa Pemerintahan Khalifah Ali bin Thalib


Khalifah Ali merupakan salah satu khalifah yang sederhana, ia dengan suka rela
menarik dirinya dari daftar penerima bantuan Baitul Mal (kas negara), bahkan menurut
yang lainnya dia memberikan 5000 dirham setiap tahunnya. Apapun faktanya hidup
Ali sangat sederhana dan ia sangat ketat dan rigit dalam menjalankan keuangan negara.
Suatu hari saudaranya Aqil datang kepadanya meminta bantuan uang, tetapi Ali
menolak karena hal itu sama dengan mencuri uang milik masyarakat (Sudarsono,
2002).

Di antara kebijakan ekonomi pada masa pemerintahannya, ia menetapkan pajak


terhadap para pemilik hutan sebesar 4000 dirham dan mengizinkan Ibnu Abbas,
gubernur Kufah, memungut zakat terhadap sayuran segar yang akan digunakan sebagai
bumbu masakan. Pada sama pemerintahannya juga, Ali mempunyai prinsip bahwa
pemerataan distribusi uang rakyat yang sesuai dengan kapasitasnya. Sistem distribusi
setiap pecan sekali untuk pertama kalinya diadopsi hari kamis adalah hari
pendistribusian atau hari pembayaran. Pada hari itu, semua penghitungan diselesaikan
dan pada hari Sabtu dimulai penghitungan baru. Cara ini mungkin solusi yang terbaik
dari sudut pandang hukum dan kontribusi negara yang sedang berada dalam masa-masa
transisi

Ada persamaan kebijakan ekonomi pada masa Ali bin Abi alib dengan khalifah
sebelumnya. Pada masa Ali alokasi pengeluaran kurang lebih masih tetap sama
sebagaimana halnya pada masa pemerintahan Khalifah Umar. Pengeluaran untuk
ankatan laut yang ditambah jumlahnya pada masa Khalifah Utsman dihilangkan karena
sepanjang garis pantai Syiria, Palestina, dan Mesir berada di bawah kekuasaan
Muawiyah. Namun demikian, dengan adanya penjaga malam dan patrol yang telah
terbentuk sejak masa pemerintahan Khalifah Umar, Ali membentuk polisi yang
terorganisasi secara resmi yang disebut syurthah dan pemimpinnya diberi gelar shahibu
al-sulthah

Keistimewaan khalifah Ali dalam mengatur strategi pemerintahan adalah


masalah admistrasi umum dan masalahmasalah yang berkaitan dengannya tersusun
secara rapi. Konsep penataan administrasi ini dijelaskan dalam suratnya yang terkenal
yang ditujukan kepada Malik Ashter bin Harits. Surat yang panjang tersebut antara lai
mendekripsikan tugas, kewajiban serta tanggung jawab para penguasa dalam mengatur
berbagai prioritas pelaksaaan dispensasi keadilan serta pengawasan terhadap para
pejabat tinggi dan staf-stafnya. Dalam surat itu juga disebutkan kelebihan dan
kekuarangn para jaksa, hakim, dan abdi hukum lainnya; selain itu juga menjelaskan
pendapatan pegawai admisitrasi dan pengadaan perbendaharaan. Dalam suratnya juga
disebutkan bagaimana berhubungan dengan masyarakat sipil, lembaga peradilan dan
angkatan perang. Selanjutnya, Ali menekankan Malik agar lebih memperhatikan
kesejahteraan para prajurit dan keluarga dan diharapkan berkomunikasi langsung
dengan masyarakat melalui pertemuan terbuka, terutama dengan orang-orang miskin
BAB IV

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM PADA MASA BANI UMAYYAH

A. Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah


Pemerintahan dinasti Umayyah berasal dari nama Umaiyah ibn Abu Syam ibn
Abdi Manaf pemerintahan ini berkuasa selama selama kurang lebih 91 tahun (41-132
atau 661-750 M) dengan 14 orang khalifah Dari sekian banyak khalifah yang berkuasa
pada masa dinasti Umayyah hanya beberapa khalifah saja yang dapat dikatakan
khalifah besar yaitu Muawiyah ibn Abi Soyan, Abd al Malik ibn Marwan, Al Walid
ibn Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz dan Hasyim ibn abd al Malik. Pada awalnya
pemerintahan Dinasti Umayyah bersifat demokrasi lalu berubah menjadi feodal dan
kerajaan. Pusat pemerintahannya bertempat di kota Damaskus, hal itu dimaksudkan
agar lebih mudah memerintah karena Muawiyah sudah begitu lama memegang
kekuasaan di wilayah tersebut serta ekspansi teritorial sudah begitu luas. Tentu sudah
banyak tradisi dan praktek ekonomi masa daulah umayah diantaranya sebagai berikut.
4Pada tahun 693 khalifah Abdul Malik secara bulat menetapkan untuk mencetak uang
sendiri didamaskus. Sementara itu Hajjaj pada tahun berikutnya melakukan hal yang
sama. Akibatnya masyarakat Arab sudah mulai mengenal sistem perhitungan. Ide ini
juga diterima di Yaman, Siria, dan Iraq.

Kebijaksanaan yang dikeluarkan oleh Khalifah Abdul Malik tersebut, sangat


berpengaruh terhadap perekonomian dinasti itu. Sebab kita melihat, sebelum
diberlakukannya kebijakan ini mata uang yang beredar sebagai alat tukar adalah mata
uang Roma dan mata uang Persia yaitu dirham (drachma) dan dinar (dinarius). Dengan
tidak adanya mata uang sendiri tentu akan dapat mengurangi nilai-nilai persatuan dan
kesatuan umat Islam di daerah yang demikian luasnya. Sehingga dapat dikatakan,
secara implisit kebijaksanaan khalifah memiliki nilai-nilai esensial dalam mewujudkan
persatuan dan kesatuan umat Islam dalam wilayah yang luas tersebut. Implikasi nilai-
nilai persatuan dan kesatuan terhadap perekonomian pada masa itu (Dinasti Umayyah)
adalah sangat penting. Sebab adanya persatuan dan kesatuan wilayah umat Islam yang
luas tersebut akan menciptakan stabilitas keamanan yang terjamin.

Dengan adanya stabilitas keamanan yang terjamin, maka lalu lintas


perdagangan akan berjalan lancar, dengan lancarnya lalu lintass perdagangan, pada
gilirannya akan meningkatkan perekonomiannya. Pada masa pemerintahan Abdul
Malik, perkembangan perdagangan dan perekonomian, teraturnya pengelolaan
pendapatan negara yang didukung oleh keamanan dan ketertiban yang terjamin telah
membawa masyarakatnya pada tingakat kemakmuran. Realisasinya dapat kita lihat dari
hasil penerimaan pajak (kharaj) di wilayah syam saja, tercatat 1.730.000 dinar emas
setahun.

Kemakmuran masyarakat Bani Umayyah juga terlihat pada masa pemerintahan


Umar ibn Abdul Aziz. Keadaan perekonomian pada masa pemerintahannya telah naik
ke taraf yang menakjubkan. Semua literatur yang ada pada kita sekarang ini
menguatkan bahwa kemiskinan, kemelaratan, dan kepapaan telah dapat diatasi pada
masa pemerintahan khalifah ini. Naiknya Muawiyyah ke tampuk pemerintahan Islam
merupakan awal kekuasaan Bani Umayyah. Sejak saat itu pula, pemerintahan Islam
yang bersifat demokratis seperti yang telah dipraktekkan Rasulullah SAW dan khulafa
arrasyidin berubah menjadi monachiheridetis (kerajaan turun menurun). Muawiyyah
memperoleh kekuasaan melaului jalan kekerasan, diplomasi, dan tipu daya tidak
melalui jalan musyawarah. Dalam menjalankan kekuasaannya, ia tetap menggunakan
istilah khalifah yang diartikan sebagai penguasa yang diangkat oleh Allah. Sejak bani
umayyah berkuasa, seorang khalifah tidak lagi harus seorang ahli hukum agama
(fuqaha). Dinasti ini mulai memisahkan antara pemegang otoritas keagamaan dengan
pemegang otoritas politik.urusan agama diserahkan kepada para ulama, sedangkan
urusan politik diserahkan kepada para penguasa. Pada masa daulah ini, pusat
penyelenggaraan administrasi pemerintahan berada di Damaskus, sedangkan pusat
aktifitas keagamaan berada di Madinah.
B. Khalifah-khalifah Dinasti Umayyah
Pemerintahan dinasti Umayyah berasal dari nama Umaiyah ibn Abu Syam ibn
Abdi Manaf,21 pemerintahan ini berkuasa selama selama kurang lebih 91 tahun (41-
132 atau 661-750 M) dengan 14 orang khalifah mereka adalah:

a. Muawiyah (41-60 H / 661-679 M)

b. Yazid I / (60-64 H / 680-683 M)

c. Muawiyah II (64H / 683 M)

d. Marwan (64-65 H / 683-684 M)

e. Abdul Malik (65-86 H / 684-705 M)

f. Al Walid (86-98 H / 705-714 M)

g. Sulaiman (96-99 H / 615-717 M)

h. Umar bin Abdul Aziz (99-101 H / 717-719 M)

i. Yazid II (101-105 H / 719-723 M)

j. Hisyam (105-125 H /723-742 M)

k. Al Walid II (125-126 H / 742-743 M)

l. Yazid III (126 H / 743 M)

m. Ibrahim (126-127 H / 743-744 M)

n. Marwan II (127-132 H / 744-749 M).

Dari sekian banyak khalifah yang berkuasa pada masa dinasti Umayyah hanya
beberapa khalifah saja yang dapat dikatakan khalifah besar yaitu Muawiyah ibn Abi
Soyan, Abd al Malik ibn Marwan, Al Walid ibn Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz
dan Hasyim ibn abd al Malik

C. Perekonomian Pada masa Khalifah Bani Umayyah.


1. Khalifah Muawiyyah bin Abi Sofyan
Pada masa pemerintahannya, khalifah Muawiyah bin Abi Sofyan mendirikan dinas
beserta dengan berbagai fasilitasnya, menertibkan angkatan perang, mencetak mata
uang, dan mengembangkan jabatan qadi (hakim) sebagai jabatan profesional. Selain
itu, khalifah Muawiyyah bin Abi Sofyan menerapkan kebijakan pemberian gaji tetap
kepada para tentara, pembentukan tentara profesional, serta pengembangan birokrasi,
seperti fungsi pengumpulan pajak dan administrasi politik

2. Khalifah Abdul Malik bin Marwan

Pemikiran yang serius terhadap penertiban dan pengaturan uang dalam masyarakat
Islam muncul di masa pemerintahan khalifah Abdul Malik bin Marwan. Hal ini
dilatarbelakangi oleh permintaan pihak Romawi agar khalifah Abdul Malik bin
Marwan menghapus kalimat Bismillahirrohmaanirrohiim dari mata uang yang berlaku
pada khilafahnya. Pada saat itu, bangsa Romawi mengimpor dinar Islam dari Mesir.
Akan tetapi, permintaan tersebut ditolaknya. Bahkan, khalifah Abdul Malik bin
Marwan mencetak mata uang Islam tersendiri dengan tetap mencantumkan kalimat
Bismillahirrohmanirrohim pada tahun 74H (659M) dan menyebarkannya ke seluruh
wilayah Islam seraya melarang pemakaian melakukan percetakan mata uang lain . ia
juga menjatuhkan hukuman ta’zir kepada mereka yang melakukan percetakan mata
uang di luar percetakan Negara. Selain itu ia juga melakukan berbagai pembenahan
administrasi pemerintahan dan memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi
administrsi pemerintahan Islam

3. Khalifah Umar bin Abdul Aziz

Selama masa pemerintahannya, Umar bin Abdul Aziz menerapkan kembali ajaran
Islam secara utuh menyeluruh . berbagai pembenahan dilakukannya di seluruh sektor
kehidupan masyarakat tanpa pandang bulu. Langkah ini dimulai dari dirinya sendiri.
Ketika diangkat sebagai khalifah, umar bin Abdul Aziz mengumpulkan rakyatnya dan
mengumumkan serta menyerahkan seluruh harta kekayaan diri dan keluarganya yang
tidak wajar kepada kaum muslimin melalui Baitul Mal, mulai dari tanah-tanah
perkebunan di Maroko, berbagai tunjangan yang berada di Yamamah, Mukaedes, Jabal
Wars, Yaman,dan fadak, hingga cincin pemberian Al-Walid. Selama berkuasa, ia juga
tidak mengambil sesuatupun dari Baitul Mal, termasuk pendapatan fai yang telah
menjadi haknya. Pada masa pemerintahannya, khalifah Umar bin Abdul Aziz
memprioritaskan pembangunan dalam negeri. Menurutnya, memperbaiki dan
meningkatkan kesejahteraan negeri-negeri Islam adalah lebih baik dari pada
menambah perluasan wilayah. Dalam rangka ini pula, ia menjaga hubungan baik
dengan pihak oposisi dan memberikan hak kebebasan beribadah kepada penganut
agama lain.
BAB V

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM PADA MASA EKONOMI


KLASIK

A. Fase Pertama
Fase pertama merupakan fase abad awal sampai dengan abad ke-5 Hijriyah atau
abad ke-11 Masehi yang dikenal sebagai fase dasar-dasar ekonomi Islam yang dirintis
oleh para fuqaha, diikuti oleh sufi dan kemudian filosof. Tokoh-tokoh pemikir ekonomi
Islam pada fase pertama ini antara lain diwakili oleh:

1. Zayd bin Ali (738M)

Zayd bin Ali adalah putra Imam Syi’ah yang ke empat, yaitu Ali Zainal Abidin
dan cucu dari Husain bin Ali Imam Syi’ah yang kelima. Zayd bin ali dilahirkan di
Madinah tahun 80 H/ 699 M. pertama kali beliau belajar kepada orang tuanya sendiri
Ali zainal Abidin. Zayd bin Ali adalah penggagas penjualan secara kredit dengan harga
yang lebih tinggi dibanding harga tunai. Zayd bin Ali memperbolehkan penjualan hal
tersebut. Hanya saja Zayd bin Ali tidak memperbolehkan harga yang ditangguhkan
pembayarannya lebih tinggi dari pembayaran tunai, seperti penambahan pembayaran
dalam penundaan pengembalian pinjaman, dikarenakan penambahan terhadap
penundaan adalah riba. Pada perinsipnya transaksi barang atau jasa yang halal jika
didasarkan atas suka sama suka dan diperbolehkan, sebagaimana firman Allah SWT
dalam surat An Nisa’ Ayat 29. Dalam kegiatan perniagaan yang didasarkan pada
penjualan kredit, perlu diperhatikan bahwa para pedagang mendapatkan untung
darinya, pendapatan seperti itu adalah bagian dari perniagaan bukan riba. Kesepakatan
yang dicapai pada kasus orang yang menjual barang dengan kredit, misalnya ia
melakukan itu untuk mempromosikan bisnisnya. Dengan alasan ini penjual dengan
kredit bisa menetapkan harga yang berbeda untuk waktu pembayaran yang berbeda.
Seseorang yang membeli barang dengan kredit mendapatkan aset produktif yang dapat
memberikan keuntungan, dan mendapatkan keuntungan adalah salah satu tujuan
perniagaan yang dilakukan oleh peminjam. Dalam persoalan ini, selisih antara harga
tunai dan harga yang ditangguhkan adalah nilai keuntungan bukan riba.

2. Abu Hanifah (80-150 H /699 –767 M)

Abu Hanifah lahir di Kufah tahun 80 H/ 699 M, beliau dilahirkan pada masa
Khalifah Abdul Malik bin Marwan. Abu Hanifah menyumbangkan beberapa konsep
ekonomi, salah satunya adalah salam, yaitu suatu bentuk transaksi dimana antara pihak
penjual dan pembeli sepakat bila barang dikirimkan setelah dibayar secara tunai pada
waktu kontrak disepakati. Abu Hanifa mengkritisi prosedur kontrak tersebut yang
cenderung mengarah pada perselisihan antara yang memesan barang dengan cara
membayar lebih dahulu, dengan orang yang membelikan barang. Beliau mencoba
menghilangkan perselisihan ini dengan merinci kontrak, seperti jenis komoditi,
kualitas, kuantitas, waktu, dan tempat pengiriman. Beliau memberikan persyaratan
bahwa komoditi harus tersedia di pasar selama waktu kontrak dan pengiriman.
(Ahmad, 2000). Pemikiran Abu Hanifah yang dibahas selanjutnya ialah zakat madu.
AbuHanifah beserta murd-muridnya berpendapat bahawa madu juga wajib dizakati,
asalkan sarang lebah letaknya tidak dilahan kharja. Abu Hanifah mewajibkan zakat
madu berlandasan pada hadist yang 42 diriwayatkan oleh Ibnu Majjah. Dari Amr bin
Syu‟aib dari bapaknya, dari kakeknya, dari Abdullah bin Amr, dari Nabi SAW
bahwasanya ia telah memungut zakat dari madu sebanyak sepersepuluh. Abu Hanifah
juga membahas terkait akad hawalah. Hawalah adalah akad pengalihan tanggungan
hutang dari pihak pertama kepada pihak kedua yang memiliki hutang dari pihak
pertama. Akad ini berlandasan pada Hadist dan Ijma’ yang telah disepakati oleh para
ulama.

3. Al-Awza’i ((88-157H./707-774M.)

Nama lengkapnya abdurahman al-awza’I yang berasal dari beirut, Libanon dan
hidup sezaman dengan abu hanifah. Ia adalah penggagas orisinal dalam ilmu ekonomi
syari’ah. Gagasan-gagasannya, antara lain, kebolehan dan kesahihan sistem murabahah
sebagai bagian dari bentuk murabahah dan membolehkan peminjaman modal, baik
dalam bentuk tunai atau sejenisnya. Kata muzara’ah adalah kerjasama mengelola tanah
dengan mendapat sebagian hasilnya. Berkaitan dengan modal yang dikeluarkan dalam
syirkah muzara’ah, diperbolehkan modal dalam mengelola tanah ditanggung oleh si
pemilik tanah, atau oleh petani yang mengelolanya, atau ditanggung kedua belah pihak.
Umar pernah mempekerjakan orang-orang untuk menggarap tanah dengan ketentuan;
jika Umar yang memiliki benih, maka ia mendapat separuh dari hasilnya dan jika
mereka yang menanggung benihnya maka mereka mendapatkan begitu juga. Lebih
lanjut, tidak mengapa jika tanah yang digarap adalah milik salah seorang di antara
mereka, lalu mereka berdua menanggung bersama modal yang diperlukan, kemudian
hasilnya dibagi dua.

4. Imam Malik bin Anas(93 -179H./712-796.)

Imam Malik bernama lengkap Abu Abdullah Malik bin Anas bin Malik bin Abi
Amir bin Amr bin Haris bin Gaiman bin Kutail bin Amr bin Haris al Asbahi, lahir di
Madinah pada tahun 712 M dan wafat tahun 796 M. Berasal dari keluarga Arab
terhormat, berstatus sosial tinggi, baik sebelum maupun sesudah datangnya Islam.
Beliau menerapkan prinsip/azas al-Maslahah al-Mursalah. Al- Maslahah dapat
diartikan sebagai azas manfaat (benefit), kegunaan (utility), yakni sesuatu yang
memberi manfaat baik kepada individu maupun kepada masyarakat banyak .
Sedangkan prinsip alMursalah dapat diartikan sebagai prinsip kebebasan, tidak
terbatas, atau tidak terikat. Dengan pendekatan kedua azas ini, Malik bin Anas
mengakui bahwa pemerintah Islam memiliki hak untuk memungut pajak demi
terpenuhinya kebutuhan bersama bila diperlukan melebihi dari jumlah yang ditetapkan
secara khusus dalam syari’ah. Selain itu, beliau juga menggunakan istihsan dalam
berbagai masalah, seperti jaminan pekerjaan, menolong pemilik dapur roti dan mesin.

5. Abu Yusuf ( 113 – 182 H / 731 – 798 M )

Abu Yusuf merupakan ulama yang hidup tahun 113-182 H/731-798 M,


Merupakan seorang ahli fiqih yang lahir pada masa Ummayah namun berkarya dan
diakui pada masa Abassiah.Karya terbesarnya adalah Kitab Al-Kharaj yang merupakan
kitab pertama yang memuat tentang cara menghimpun segala pemasukan daulah
islamiyah dan pos-pos pengeluaran berdasarkan kitabullah dan sunnah rasul saw.
Dalam bukunya kitab al-Kharaj,Abu Yusuf menguraikan kondisi-kondisi untuk
perpajakan, yaitu:

• Charging a justifiable minimum(harga minimum yang dapat dibenarkan)


• No oppression of tax-payers(tidak menindas para pembayar pajak)
• Maintenance of a healthy treasury, (pemeliharaan harta benda yang sehat)
• Benefiting both government and tax-payers(manfaat yang diperoleh bagi
pemerintah dan para pembayar pajak)
• In choosing between alternative policies having the same effects on treasury,
preferring the one that benefits tax-payers

Dengan daya observasi dan analisisnya, Abu Yusuf menguraikan masalah


keuangan dan menunjukkan beberapa kebijakan yang harus diadobsi bagi pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraanrakyat. Beliau melihat bahwa sektor negara sebagai satu
mekanisme yang memungkinkan warga negara melakukan campur tangan atas proses
ekonomi,sehingga Abu Yusuf mengeluarkan inovasi seperti :

• Menggantikan sistem wazifah dengan sistem muqosomah

Wazifah dan muqosomah merupakan istilah dalam membahasakan sistem


pemungutan pajak.Wazifah memberikan arti bahwa sistem pemungutan yang
ditentukan berdasarkan nilai tetap, tanpa membedakan ukuran tingkatkemampuan
wajib pajak atau mungkin dapat dibahasakan dengan pajak yang dipungut dengan
ketentuan jumlah yang sama secara keseluruhan, sedangkan Muqosomahmerupakan
sistem pemungutan pajak yang diberlakukan berdasarkan nilai yang tidak tetap
(berubah) dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan dan persentase penghasilan
atau pajak proporsional, sehingga pajak diambil dengan cara yang tidak membebani
kepada masyarakat

• Membangun fleksibilitas social


Problematika muslim dan non-muslim juga tidak lepas dari pembahasan Abu
Yusuf, yaitu tentang kewajiban warga negara non-Muslim untuk membayar pajak. Abu
Yusuf memandang bahwa warga negara sama dihadapan hukum, sekalipun beragama
non-Islam. c.Membangun sistem politik dan ekonomi yang transparan Menurut Abu
Yusuf pembangunan sistem ekonomi dan politik, mutlak dilaksanakan secara
transparan, karena asas transparan dalam ekonomi merupakan bagian yang paling
penting guna mencapai perwujudan ekonomi yang adil dan manusiawi

6. Al Syaibani i (132 – 189 H / 750 – 804 M)

Abu Abdillah Muhammad bin Al-Hasan bin Farqad al-Syaibani lahir pada tahun
132 H (750 M) di kota Wasith, ibukota Irak pada masa akhir pemerintahan Bani
Umayyah. pemikiran-pemikiran ekonomi yang beliau cetuskan

yakni:

• Al-Kasb (Kerja)

Al Syaibani mendefinisikan al kasb (kerja) sebagai cara memcari perolehan harta


melalui berbagai cara yang halal. Dalam ilmu ekonomi, aktivitas tersebut dikenal
sebagai aktivitas produksi. Dari definisi yang ada pada awal paragraf terlihat bahwa
ada perbedaan yang sangat mendasar antara ekonomi Islam dan ekonomi
konvensional. Dimana pada konvensional segala aspek produksi baik itu yang halal
maupun yang haram dibolehkan, sedangkan dalam ekonomi islam aspek produksi
hanya berkutat pada yang halal saja. Ini merupakan perbedaan yang sangat
fundamental sekali karena ekonomi islam sangat menjunjung aspek kehalalan dari
semua segi baik itu sumber, cara maupun hasilnya.

• Kekayaan dan Kefakiran

Menurut Al-Syaibani, sekalipun banyak dalil yang menunjukkan keutamaan sifat-


sifat kaya, sifat-sifat fakir mempunyai kedudukan yang lebih tinggi. Ia menyatakan
bahwa bahwa apabila manusia telah merasa cukup dari apa yang dibutuhkan kemudian
bergegas pada kebajikan, sehingga mencurahkan perhatian pada urusan akhiratnya,
adalah lebih baik bagi mereka

• Klasifikasi Usaha-Usaha Perekonomian

Menurut Al-Syaibani, usaha-usaha perekonomian terbagi atas empat macam, yaitu


sewa menyewa, perdagangan, pertanian, dan perindustrian.20 Sedangkan para ekonom
kontemporer membagi menjadi tiga bagian, yaitu pertanian, perindustrian, dan jasa.
Jika ditelaah lebih dalam maka usaha juga meliputi kedalam perdagangan. Di antara
keempat usaha perekonomian tersebut, Al Syaibani lebih mengutamakan usaha
pertanian dibandingkan dengan usaha lainnya. Menurutnya, usaha pertanian
memproduksi berbagai kebutuhan dasar manusia dalam rangka pemenuhan berbagai
kewajibannya.

• Kebutuhan-Kebutuhan Ekonomi

Al Syaibani mengatakan bahwa sesungguhnya Allah menciptakan anak-anak


Adam sebagai suatu ciptaan yang tubuhnya tidak akan berdiri kecuali dalam empat
perkara, yaitu makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal.23 Para ekonom yang lain
mengatakan bahwa keempat hal ini adalah tema ilmu ekonomi. Jika keempat hal
tersebut tidak pernah diusahakan untuk dipenuhi, manusia akan mengalami
kesengsaraan karena manusia tak akan dapat hidup tanpa keempat hal tersebut.

• Spesialisasi dan Distribusi Pekerjaan

Syaibani menyatakan bahwa manusia dalam hidupnya selalu membutuhkan yang


lain. Seseorang tidak akan menguasai pengetahuan semua hal yang dibutuhkan
sepanjang hidupnya dan kalaupun manusia berusaha keras, usia akan membatasi
dirinya. Dalam hal ini, kemaslahatan hidup manusia sangat tergantung pada dirinya.
Oleh karena itu, Allah memberi kemudahan pada setiap orang untuk menguasai
pengetahuan mengenai salah satu diantara kebutuhan tersebut, sehingga manusia sapat
bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan hidupnya

7. Abu Ubaid (224 H / 828 M)


Pembahasan keuangan publik Islam dalam karya Abu Ubaid,al-Amwal, diawali
dengan judul “Hak pemimpin terhadap rakyatnya dan hak rakyat terhadap
pemimpinnya”.Menurutnya, jika kepentingan individu berbenturan dengan
kepentingan publik, maka kepentingan publik mesti didahulukan. Apabila dievaluasi
dari sisi filosofi hukum, akan nampakbahwa Abu Ubaid menekankan keadilan sebagai
prinsip utama.

8. Ahmad bin Hanbal (164-241 H / 780-855 M)

Salah satu pendapat Imam Ahmad bin Hanbal terkait dengan persoalan ekonomi
adalah kecamannya terhadap pembelian dari penjual yang menurunkan harga komoditi
dalam rangka untuk menghalangi orang untuk membeli komoditi yang sama dari
pesaingnya

9. Ibnu Miskawih (421 H / 1030 M)

Beliau menegaskan bahwa logam yang dapat dijadikan sebagai mata uang adalah
logam yang dapat diterima secara universal melalui konvensi, yakni tahan lama, mudah
dibawa, tidak mudah rusak, dikehendaki orang dan orang senang melihatnya.

10. Al-Mawardi (450 H / 1058 M)

Abu Al-Hasan Al-Mawardi menulis Al-Ahkan As-Sulthaniyyah, sebagai rujukan


utama untuk masalah pengawasan pasar, hubungan pertanian dan perpajakan

11. Ibnu Hazm (456 H / 1064 M)

Abu Muhammad Ibnu Hazm adalah seorang ahli hukum besar dengan pendekatan
unik untuk hukum Islam, dan menolak penalaran analogis (qiyas) serta (ihtisan). Ia
adalah satu- satunya ahli hukum besar yang menolak penyewaan lahan pertanian. Hal
ini menyisakan dua opsi untuk lahan tersebut, apakah digarap sendiri atau masuk ke
dalam pengaturan bagi hasil dengan penggarap atau pengolah.
B. Fase Kedua
Fase kedua yang dimulai pada abad ke-11 sampai dengan abad ke-15 Masehi
dikenal sebagai fase cemerlang karena meninggalkan warisan intelektual yang sangat
kaya. Para cendekiawan muslim di masa ini mampu menyusun suatu konsep tentang
bagaimana umat melaksanakan kegiatan ekonomi yang seharusnya berdasarkan
landasan Al-Qur an ‟ dan As-Sunnah. Tokoh-tokoh pemikir ekonomi Islam pada fase
kedua ini antara lain diwakili oleh:

1. Al – Ghazali

Al-Ghazali, nama lengkapnya Abu Hamid Muhammad Ibnu Ahmad Al-Ghazali


alThusi. Dilahirkan pada tahun 450 H (1058) di Ghazal, Thusi Provinsi Khurasan, Iran.
Dengan demikian, ia termasuk keturunan Persia asli. Al-Ghazali dikenal memiliki
pemikiran yang sangat luas dalam berbagai bidang keilmuan. Bahasannya tentang
ekonomi dapat ditemukan dalam karya monumentalnya Ihya Ulumuddin, al-Mustashfa
Mizan, al-Amal dan At-Tibr al-Masbuk fi al-Nasihah alMuluk. Bahasan ekonomi Al-
Ghazali mencakup aspek luas meliputi pertukaran dan evolusi pasar, produksi, barter
dan evolusi uang, serta peranan negara dan keuangan publik (Pusat Pengkajian dan
Pengembangan Ekonomi Islam, 2013: 110).

Secara umum sosio ekonomi, Al-Ghazali berakar dari sebuah konsep fungsi
kesejahteraan sosial Islam. Tema yang menjadi pangkal tolak seluruh karyanya adalah
konsep maslahah, yakni sebuah konsep yang mencakup semua aktivitas manusia dan
membuat kaitan erat antara individu dan masyarakat. Al-Ghazali telah menemukan
sebuah konsep fungsi kesejahteraan sosial yang sulit diruntuhkan dan telah dirindukan
oleh para ekonom kontemporer (Karim, 2004: 282). Menurut Al-Ghazali, konsep
kesejahteraan masyarakat tergantung kepada pencarian dan pemeliharaan lima tujuan
dasar yakni, agama (al-din), hidup (nafs), keturunan (nasl), harta (mal), dan akal (aql).

Selain itu, AlGhazali mendefinisikan aspek ekonomi dari fungsi kesejahteraan


sosial dalam kerangka sebuah hirarki utilitas individu dan sosial yang tripartite, yakni
kebutuhan (daruri), kesenangan (hajat), dan kemewahan (tahsinaat) (Karim, 2004:
283). Di dalam kitab Ihya Ulumuddin ada beberapa konsep ekonomi yang ditawarkan
oleh Al-Ghazali antara lain;

• Pertukaran suka rela dan evolusi pasar


• Aktivitas Produksi
• Produksi Barang-Barang Kebutuhan Dasar sebagai Kewajiban Sosial
• Barter dan Evolusi Uang
• Peranan Negara dan Keuangan Publik 6. Kemajuan Ekonomi Melalui Keadilan,
Kedamaian, dan Stabilitas
• Keuangan Publik
• Utang Publik
• Pengeluaran Publik

2. Ibnu Taimiyah

Ibnu Tamiyah atau nama lengkapnya adalah Taqi al-Din Ahmad bin Abd. Al-Halim
bin Abdi Salam bin Taimiyah. Beliau lahir di Harran 22 januari 1263 M (10 Rabiul
Awwal 661) beliau Ibnu Taimiyah Dalam pembahasan prinsip-prinsip pada masalah
ekonomi beliau jelaskan dalam dua buku yaitu:

• Al-Hisbah fi al Islam (Lembaga Hisbah dalam Islam), beliau banyak membahas


tentang pasar dan intervensi pemerintah dalam kehidupan ekonomi.
• Al-Siyasah al syar‟iyyah fi Ishlah al Ra‟I wa al Ra‟iyah (Hukum Publik dan
Privat dalam Islam), beliau membahas masalah pendapatan dan pembiayaan
publik.
Dalam konsep ekonominya Ibnu Tamiyah menyampaikan beberapa kebijakan yang
mempengaruhi ekonomi secara luas dan berbagai persoalan yang dihadapi di sekitar
kita.

1. Mekanisme Pasar

Ibnu Taimiyah sangat menghargai mekanisme harga. Oleh karena itu beliau sangat
setuju apabila pemerintah tidak mengintervensi harga selama mekanisme pasar itu
terjadi. Beliau mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi fluktuasi
permintaan dan konsekuensinya. Ibnu Taimiyah juga memiliki pandangan tentang
pasar bebas, dimana suatu harga dipertimbangkan oleh kekuatan penawaran dan
permintaan. Ia mengatakan “naik turunnya harga tak selalu berkait dengan penguasaan
(zulm) yang dilakukan oleh seseorang. Sesekali alasannya adalah karena adanya
kekurangan dalam produksi atau penurunan impor dari barang-barang yang diminta.
Jadi, jika kebutuhan terhadap jumlah barang meningkat, sementara kemampuan
menyediakannya menurun, harga dengansendirinya akan naik. Disisi lain, jika
kemampuan penyediaan barang meningkat dan permintaan menurun, harga akan turun.
Kelangkaan dan kelimpahan tak mesti diakibatkan olehperbuatan seseorang. Bisa saja
berkaitan dengan sebab yang tidak melibatkan ketidakadilan. Atau sesekali bisa juga
disebabkan oleh ketidakadilan. Maha besar Allah, yang menciptakan kemauan pada
hati manusia”

2. Mekanisme harga

Mekanisme harga adalah proses yang berjalan atas dasar gaya tarik menarik antara
konsumen dan produsen baik dari pasar output (barang) ataupun input (faktorfaktor)
produksi). Adapun harga diartikan sebagai sejumlah uang yang menyatakan nilai tukar
suatu unit benda tertentu. Ada dua tema yang sering kali ditemukan dalam pembahasan
Ibnu Taimiyah tentang masalah harga, yakni kompensasi yang setara/adil (‘iwad al-
mitsl) dan harga yang setara/adil (tsaman al-mitsl). Dia berkata; “Kompensasi yang
setara akan diukur dan ditaksir oleh hal-hal yang setara, dan itulah esensi dari keadilan
(nafs al-‘adl)”

3. Regulasi Harga

Regulasi harga adalah pengaturan terhadap harga barang-barang yang dilakukan


oleh pemerintah. Regulasi ini bertujuan untuk memelihara kejujuran dan kemungkinan
penduduk biasa memenuhi kebutuhan pokoknya46. Ibnu Taimiyah membedakan dua
jenis penetapan harga, yakni penetapan harga yang tidak adil dan cacat hukum serta
penetapan harga yang adil dan sah menurut hukum. Penetapan harga yang tidak adil
dan cacat hukum adalah penetapan harga yang dilakukan pada saat kenaikan
hargaharga terjadi akibat persaingan pasar bebas, yakni kelangkaan supply atau
kenaikan demand (peningkatan jumlah penduduk)

4. Hak Kekayaan

Hak kekayaan sama halnya dengan hak milik. Beliau menyatakan Ibnu Taimyah
membagi hak kekayaan pada tiga bagian, yaitu kekayaan individu, kekayaan
kolektifdan kekayaan negara. Dari ketiga pembagian tersebut, Ibnu Taimiyah
mengelompokkan hak kekayaan dari yang bersifat pribadi dan sampai pada tingkat
kekayaan yang dimiliki negara. Perbedaan dari ketiga bagian itu jelas dimiliki oleh
setiap unsur, serta terlihat cakupan dan batasan yang telah dijelaskan pada setiap
pembagian

5. Peranan Pemerintah Dalam Kebijakan Ekonomi

Ibnu taimiyah, seperti halnya para pemikir Islam lainnya menyatakan bahwa
pemerintah merupakan institusi yang sangat dibutuhkan. Ia memberikan dua alasan
dalam menetapkan negara dan kepemimpinan negara seperti apaadanya. Penekanan
dari pembahasannya lebih pada karakter religius dan tujuan dari sebuah
pemerintahan;“Tujuan terbesar dari negara adalah mengajak penduduknya
melaksanakan kebaikan dan mencegah mereka berbuat munkar.”

6. Uang dan Kebijakan Moneter

Karakteristik dan Fungsi Uang Secara khusus, Ibnu Taimiyah menyebutkan dua
fungsi utama uang, yakni sebagai pengukur nilai dan media pertukaran bagi sejumlah
barang yang berbeda.

B. Fase Kedua
1. Ibnu Khaldun

Ibnu Khaldun merupakan tokoh yang banyak memberikan kontribusi dalam


wacana pengembangan peradaban dunia, khususnya umat Islam. Ibnu Khaldun telah
menemukan sejumlah besar ide dan pemikiran ekonomi fundamental, beberapa abad
sebelum kelahiran ”resminya” (di Eropa). Berikut ini adalah teori yang dikemukakan
oleh Ibnu Khaldun :

• Teori tentang harga


- Tingkat keuntungan yang wajar akan mendorong tumbuhnya perdagangan.
Tingkat keuntungan yang rendah jika berlanjut bakal membuat perniagaan
macet, dan pasar menjadi hancur serta modal tidak kembali.
- Kemerosotan harga dari produk pertanian akan membawa kegoncangan petani,
jika berlanjut petani akan jatuh pada kemiskinan modal mereka tidak kembali.
- Kerendahan harga yang melampaui batas, serta kemahalan harga yang ekstrim
akan merugikan kaum pedagang.
- Emas dan perak merupakan logam mulia yang menjadi ukuran harga dan
akumulasi modal/kapital, serta menjadi simpanan dan kekayaan bagi penduduk.

● Teori sektor pertanian

Pertanian pada dasarnya merupakan sektor penghidupan yang dapat mendorong


pertumbuhan sektor lain.

● Teori sektor industri


Industri akan berkembang, jika permintaan konsumen meningkat dan industri akan
bangkrut jika permintaan konsumen merosot.

● Teori tentang mata uang

- Mata uang sebagai alat pengukur harga barang

- Fungsi uang yang pertama sebagai alat penukaran dan kedua sebagai nilai
kekayaan.

- Kekayaan suatu negara tidak ditentukan oleh banyaknya uang disuatu negara
melainkan ditentukan oleh tingkat produksi suatu negara.

● Teori korelasi pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi

Bertambahnya penduduk akan menciptakan kreatifitas kerja, dan menambah


kebutuhan kerja di masyarakat. Ibnu Khaldun mengaitkan pertumbuhan penduduk dan
pertumbuhan ekonomi, seperti halnya Ibnu Taimiyah. Ibnu Khaldun dalam pemikiran
ekonominya tidak bisa dilepaskan pula dengan pemikiran politiknya, menurutnya
manusia itu pada dasarnya adalah:

- Makhluk Politik (Zoon Politicon) Artinya manusia itu harus hidup bermasyarakat

- Manusia tidak bisa hidup sendiri secara individual dia membutuhkan orang lain

2. Al-Kasani

Abu Bakr bin Mas ud Al-Kasani adalah seorang ahli hukum Islam terkemuka
Mazhab Hanafi yang menganalisis beberapa isu ekonomi dalam karyanya Bada i Ash-
Shanā i .Diskusinya tentang pembagian keuntungan dan liabilitas atas kerugian
dalamkontrakmudharabah,jelas dan tepat. Keuntungan dari modal yang diserahkan
pada ukurannya terhadap risiko dan ketidakpastian, membuat pemodal bertanggung
jawab atas kerugian, jika kerugiannya ada. Al-Kasani juga menjelaskan sifat sewa, ia
mendefiniskan sewa sebagai harga manfaat yang mengalir dari penggunaan barang-
barang sewaan.
3. Ibnu Al-Qayyim

Ibnu Al-Qayyim, adalah seorang ahli hukum Islam terkemuka dan pemikiran
sosial. Ia banyak menguraikan pandangan gurunya, Ibnu Taimiyyah, dan menunjukkan
wawasan analitisnya dalam diskusi tentang masalah ekonomi. Ibnu Al-Qayyim
mengidentifikasi 2 fungsi utama uang, yaitu sebagai alat tukar dan sebagai standar nilai.
Ia juga mengobservasi secara signifikan bahwa gangguan fungsi uang ini terjadi ketika
orang mulai mencari uang untuk kepentingan sendiri.

4. Al-Maqrizi

Al-Maqrizi melakukan studi kasus tentang uang dan kenaikan harga-harga yang
terjadi secara periodik dalam keadaan kelaparan dan kekeringan. Al-Maqrizi
mengidentifikasi 3 sebab dari peristiwa ini, yaitu korupsi dan administrasi yang buruk,
beban pajak yang berat terhadap para penggarap, dan kenaikan pasokan mata uang
fulus. Membahas penyebab ketiga, ia menekankan bahwa emas dan perak adalah satu-
satunya jenis uang yang dapat dijadikan sebagai standar nilai, dalam hal sifatnya dan
kesesuaiannya dengan syari;ah. Nilai emas dan perang jarang naik dalam ukuran yang
besar, meskipun nilai fulus melambung tinggi.

C. Fase Ketiga
Fase ketiga yang dimulai pada tahun 1446 hingga 1932 Masehi merupakan fase
tertutupnya pintu ijtihad yang mengakibatkan fase ini dikenal juga sebagai fase
stagnasi. Pada fase ini, para ulama hanya menulis catatan-catatan para pendahulunya
dan mengeluarkan fatwa yang sesuai dengan aturan standar bagi masing-masing
mazhab.Tokoh-tokoh pemikir ekonomi Islam pada fase ini antara lain diwakili oleh:

1. Shah Waliullah Ad-Dahlawi (1114 – 1176 H / 1703 – 1763 M)

Syāh Walīyullah ad-Dihlawī Dilahirkan di Delhi pada 1703 M, dari keluarga


bangsawangan Muslim, ia adalah keturuan dari Mujaddid Alf-i-Sani Syaikh Ahmad
Sirhindi. Banyak orang cerdas yang lahir dari keluarga itu dan menjadi sufi atau ulama
besar yang berpengaruh dalam sejarah islam di India. Pemikiran ekonomi Syāh
Walīyullāh Ad-Dihlawī terdapat dalam buku Hujjah Allah alBalighah (Argumen
Puncak Allah), dalam buku tersebut ad-Dihlawiī merumuskan konsep al-Irtifāqāt. Al-
irtifāqāt berasal dari akta rafaqa (‫( رفق‬yang berarti manfaat, menolong, mengokohkan,
dan bersandar. Makna irtifāqāt adalah berkenaan dengan bagaimana mencapai hidup
yang lebih baik dengan menggunakan sumberdaya yang ada disekitarnya sehingga
seseorang mencapai kepada puncak perabadan.

Ada beberap konsep ekonomi yang dijabarkan oleh Syah Waliyullah, yaitu:

• Kebutuhan (need) menciptakan permintaan (demand) dan penawaran (supply)


Dalam Istilah ekonomi, konsep Syāh Walīyullāh ini disebut dengan
Perekonomian Dua Sektor, disebut juga perekonomian sederhana, karena hanya
terdiri atas dua pelaku, yaitu rumah tangga konsumsi dan rumah tangga
produksi. Model arus perputaran faktor produksi, barang dan jasa, serta uang
antara rumah tangga dengan perusahaan.
- Kebutuhan terhadap alat tukar (uang) Syāh Walīyullāh mempunyai pemikiran
dimana Dalam perekonomian subsisten uang tidaklah terlalu penting
peranannya karena kegiatan perdagangan sangat terbatas. Namun seiring
dengan pertumbuhan masyarkat, dan tingginya tingkat kebutuhan serta adanya
spesialisasi produksi maka uang sangat dibutuhkan sebagai media pertukaran
(medium of exchange). Dalam perekonomian subsisten, perdagangan sangat
terbatas karena produksi hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
Penggunaan uang telah memungkinkan melakukan spesialisasi, yaitu setiap
orang tidak lagi menghasilkan semua barang dan jasa yang diperlukan tetapi
mengkhususkan kepada menghasilkan barang atau jasa yang dapat disediakan
dengan lebih efisien.
- Penggunaan Emas dan Perak Sebagai Mata Uang Syāh Walīyullāh
menyarankan untuk penggunaan uang dengan emas dan perak karena nilainya
yang tinggi namun memiliki volume yang kecil, lebih lanjut ia mengatakan:
“Barang tambang yang dianggap paling cocok adalah emas dan perak karena
volumnya yang kecil, keseragamannya, tidak berbahaya bagi tubuh manusia,
dan dijadikan karena keduanya dapat dijadikan perhiasan, sehingga keduanya
menjadi mata uang umum, dan benda-benda lainnya dilekati nilai moneter yang
disepakati.”28
- Spesialisasi Profesi Karena pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi maka
akan semakin tinggi pula tingkat spesialisasi. Menurut Syāh Walīyullāh kondisi
alam dan kebutuhan aktual masyarakat akan menciptkan spesialisasi yang
berbeda-beda. Pada awalnya spesialiasi itu di bidang pertanian, peternakan, dan
ekploistasi benda-benda didarat dan di laut. Lalu muncul spesialisasi lain yang
meliputi bidang industri, seperti pertukangan, pandai besi, dan pengelolaan
SDA. Hingga pada akhirnya perdagangan hingga mengatur dan mengelola
pemerintahan juga menjadi sebuah profesi. Spesialis ini terbagi menjadi 3
faktor penting yang pertama Mempertinggi efisiensi penggunaan faktor
produksi, mempertinggi efisiensi produksi. Mendorong perkembangan
tekonologi.
- Aturan-aturan dalam bertransaksi Dalam kehidupan perkotaan, transaksi lebih
kompleks, ada transaski yang berbentuk jual beli atau barter, ada sewa
menyewa, dan juga hutang piutang. Hal ini muncul karena sifat manusia yang
suka tolong menolong, dan juga dengan tujuan mencari keuntungan. Namun,
tidak semua manusia bersifat jujur dan amanah, maka diperlukan kontrak untuk
mengikat kerjasama tersebut agar rasa aman dan saling percaya tetap terjaga,
dan apa bila ada pelangggaran maka akan ada kena sanksi bagi pelanggar
kontrak.

2. Muhammad Iqbaal

Muhammad iqbal penyair yang lahir pada bulan dzulhijjah 1289 H, atau 22
februari 1873 M di Sialkot. Pemikirannya tentang ekonomi Islam terfokus pada
konsep-konsep umum yang mendasar. Ia menganalisis dengan tajam kelemahan
kapitalisme dan komunisme, kemudian ia menampilkan suatu pemikiran yang
mengambil “jalan tengah” yang sebenarnya telah dibuka oleh Islam. Pemikiran
ekonomi islam nya terpaku pada

• Kebebasan dan Kedaulatan Politik

Dalam logika Iqbal upaya untuk mengentaskan kemiskinana dan persoalan sosial
ekonomi yang mengeluti umat Islam tidak akan pernah terwujud jika tidak ada
kedaulatan politik, Dan kedaulatan politik tidak akan pernah terealisasi jika umat Islam
tidak merdeka dan bebas dari penjajahan bangsa lain. Ini artinya Kedaulatan ekonomi
berbanding lurus dengan kedaulatan politik. Oleh sebab itu, menurut Iqbal umat Islam
India sudah semestinya memiliki suatu wilayah tertentu untuk menentukan nasib
mereka sendiri. Konsep kebebasan berpolitik dan berdaulat secara ekonomi yang terus
didengunkan oleh Iqbal telah mengilhami pemuda muslim India untuk berjuang
memerdekakan diri belenggu imperialisme Barat dan menjadi referensi sejarah
terbentuknya negara Pakistan. Berkenaan dengan kemelut ekonomi dan kemiskinan
yang mendera uamat Islam anak benua India. Iqbal mengutarakan pandangannya
bahwa satu-satunya solusi untuk ini semua adalah berdirinya tanah air yang merdeka
untuk umat muslim India.

• Perubahan Sosial Ekonomi


Pemikiran ekonomis sosial yang dikatakan oleh Muhammad Iqbal secara umum
lebih dikenali sebagai penayai yang filosof Iqbaldan juga pemikir politik namun buku
pertama beliau Ilmul Iqtisad mengandung gagasan ekonomi yang revolusioner, yang
selanjutnya mengjewantah pada kegiatan Iqbal pada hari-hari berikutnya. Ketikan
bergelut dalam dunia politik sebgai anggota Dewan Legislatif Punjab. Iqbal
menegaskan bahwa penyebab utama kemiskinan yang mendera umat Islam India
adalah akibat penyewa yang tidak memiliki tanah dan pekerja dimana perputaran uang
dikendalikan sepenuhnya oleh pemilik modal. Iqbal bepandangan bahwa Kaum
berjouis orang yang egois yang hanya mengeksploitasi orang miskin.
Dalam hal ini disimpulkan bahwa pemikiran ekonomi islam Muhammad iqbaal terpaku
meliputi

• Muhammad Iqbal yang lebih dikenal sebagai penyair yang filosof mempunyai
pandangan ekonomi yang unik yang direfleksikan dalam buku Ilmul Iqtisad
berbahasa Urdu.
• Pembangunan sosial sangat berkaitan dengan kesejahteran ekonomi
masyarakat
• Kedaulatan ekonomi berbanding lurus dengan kedaulatan politik. Kedaulatan
politik hanya akan terwujud jika satu negara itu merdeka.
• Konsep dan visi ekonomi yang digagaskan oleh Iqbal, lebih bersifat humanistik
yang tidak hanya mementingkan aspek kemakmuran secara material saja akan
tetapi juga bernilai spiritualistik yang bersenyawa dengan ajaran dan tuntunan
agama.
• Isu kemiskinan, ketidakadilan serta pemerataan sosial secara ekonomi menjadi
topik utama dalam gagasan ekonomi Iqbal.
• Dasar Tawhid menjadi landasan yang sangat penting dalam konsep
pembanguna ekonomi dan sosial.

3. Muhammad Abduh

Muhammad Abduh mewajibkan kepada pemerintah untuk ikut campur tangan


dalam urusan perekonomian, demi kemaslahatan publik, yaitu apakah dengan
membangun pabrik industri dan perusahaan, atau dengan menentukan harga barang
perdagangan, atau memberikan hak keadilan kepada para buruh dengan cara
menaikkan gaji minimum mereka, atau dengan cara mengurangi jam kerja mereka, atau
dengan cara kedua-duanya secara bersamaan. Bagi Muhammad Abduh, ekonomi
merupakan sikap moderat dalam pengeluaran/belanja. Artinya, pemilik harta tidak
boleh terlalu boros dalam pengeluaran dan belanja, dan juga tidak boleh terlalu hemat
atau terlalu pelit mengeluarkan harta, tapi harus dipilah dan dipilih mana yang paling
utama kemudian diurut kepada hal yang lebih utama.Menurutnya, kekayaan yang tidak
dilandasi oleh iman benar-benar telah membawa pemiliknya hanyut dalam kesenangan
dan mengabaikan orang lain yang seharusnya disantuni sebagaimana dalam surat Al-
Ma un.
BAB VI

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM PADA MASA EKONOMI


KONTEMPORER

A. Muhammad Abdul Manan

Muhammad Abdul Mannan lahir di Bangladesh tahun 1938. Sebagian karya


Abdul Mannan adalah Islamic Economics, Theory and Practice, Delhi, Sh. M. Ashraf,
1970. Mannan mendefinisikan ekonomi islam sebagai sebuah ilmu sosial yang
mempelajari masalah–masalah ekonomi bagi suatu masyarakat yang diilhami oleh nilai
– nilai islam. Abdul Manan ketika menjelaskan pengertian ekonomi Islam
menyebutkan “Islamic economics is a social science which studies the economics
problems of a people imbued with the values of islam”. Dimana menurut beliau ilmu
ekonomi Islam adalah ilmu pengetahuan sosial. yang mempela Dalam persoalan
pertumbuhan ekonomi, Mannan berpendapat bahwa persoalan-persoalan yang
berkaitan dalam masalah produksi harus diselesaikan dan dipastikan status hukumnya.
Beberapa masalah yang pokok yang berkaitan dengan faktor produksi yang harus
tuntas penyelesaiannya adalah menyangkut: sistem penguasaan tanah dalam, kebijakan
tentang kependudukan dan hubungan industrial. Ketiga hal itu dianggap penting dan
menentukan dalam kaitannya dengan produksi dalam ekonomi Islam, sedangkan
kapitalisme maupun sosialisme telah dianggap gagal dalam menyelesaikan persoalan
itu.jari masalah-masalah ekonomi masyarakat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam.

B. Muhammad Nejatullah Siddiqi


Menurut Muhammad Nejatullah Ash-Shiddiqy, pemikiran ekonomi Islam
adalah respons para pemikir muslim terhadap tantangan-tantangan ekonomi pada masa
mereka. Pemikiran ekonomi Islam tersebut diilhami dan dipandu oleh ajaran Al-Quran
dan Sunnah juga oleh ijtihad (pemikiran) dan pengalaman empiris mereka. Pemikiran
adalah sebuah proses kemanusiaan, namun ajaran Al-quran dan sunnah bukanlah
pemikiran manusia. Yang menjadi objek kajian dalam pemikiran ekonomi Islam
bukanlah ajaran Al-quran dan sunnah tentang ekonomi tetapi pemikiran para ilmuwan
Islam tentang ekonomi dalam sejarah atau bagaimana mereka memahami ajarean Al-
Quran dan Sunnah tentang ekonomi. Obyek pemikiran ekonomi Islam juga mencakup
bagaimana sejarah ekonomi Islam yang terjadi dalam praktek historis. Dengan
demikia, ini hanya fokus kepada kajian historis, yakni bagaimana usaha manusia dalam
menginterpretasi dan mengaplikasikan ajaran Alquran pada waktu dan tempat tertentu
dan bagaimana orang-orang dahulu mencoba memahami dan mengamati kegiatan
ekonomi juga menganalisa kebijakan-kebijakan ekonomi yang terjadi pada masanya.

C. Mohzer Kahf
Beliau lahir pada tahun 1940 di Damaskus, ibukota Suriah. Dr. Monzer Kahf
dikenal sebagai seorang ekonom terkemuka, konselor, dosen dan pakar Syariah serta
hukum- hukum Islam. Beliau juga memiliki pengetahuan yang kuat tentang Fiqh Islam
dan studi Islam. Berikut ini adalah rangkuman pemikiran ekonomi yang telah beliau
buat :

1. Skala Waktu Perilaku Konsumsi

Terdapat dua hal yang berkaitan dengan skala waktu prilaku konsumen ini yaitu
efek langsung dan tidak langsung. efek langsung dapat dirasakan di dunia, sedangkan
efek tidak langsung yang didapatkan nanti di akhirat; jumlah manfaat alternatif dari
pengahsilan seseorang ditingkatkan jumlahnya dengan dimasukkannya semua
keuntungan yang akan diperoleh hanya peda kehidupan akhirat. Menurut ajaran-ajaran
Islam, setiap Muslim wajib mempergunakan setiap waktunya untuk mengingat Allah
dan harus menyumbangkan sebagian tenaganya untuk menyiarkan kebenaran dan amal
shalih dan harus memanfaatkan waktu dan usahanya untuk meningkatkan kehidupan
spiritual, moral dan ekonomi masyarakat.

2. Konsep Harta

Islam memandang harta sebagai anugerah dari Allah, hal ini didukung juga oleh
hadis Nabi “kemiskinan mendekatkan orang kepada kekufuran”. Orang mukmin yang
digambarkan oleh al-Qur’an adalah orang-orang yang ketika membelanjakan hartanya
tidak berlebih-lebihan, tidak menimbulkan keburukan, tetapi mempertahankan
keseimbangan diantara sikap-sikap tersebut

3. Etika Konsumsi dalam Islam

Etika konsumsi dalam Islam adalah tidak kikir, karena ada hak orang lain dalam
harta yang kita miliki. Mengkonsumsi barang- barang yang baik dan tidak berlebih-
lebihan dalam menggunakan harta. Konsumsi yang berlebih-lebihan merupakan ciri
masyarakat yang tidak mengenal Tuhan dalam hal ini disebut israf (pemborosan) atau
tabzir (menghambur-hamburkan harta tanpa guna).

4. Struktur Pasar : Kerja Sama yang Bebas

Struktur pasar yang diketahui Monzer Kaf menggambarkan struktur pasar yang
dikuasai oleh kapitalis. Kapitalis melakukan berbagai macam hal untuk
kepentingannya sendiri Melihat keadaaan seperti itu maka diperlukan dewan
perancanaan pusat. dewan perencanaan pusat ini yang akan menata pasarlebih baik
lagi. Berbagai sumber dialokasikan, barang-barang produksi dan harga- harganya ditata
sesuai dengan prioritas-prioritas sosial yang ditegakkan oleh pemimpin politik revolusi
tersebut. Sistem perencanaan pokok mengenai struktur pasar telah memberikan nilai
ekonomi lebihbesar kepada birokrasi dan mendorong timbulnya beberapa
ketetinggalan, terutama dalam pertanian dan berbagai industribarang-barang konsumsi.
Maka dari itu Monzer Kahf membahas mengenai struktur pasar Islam yaitu Kerja Sama
yang Bebas meliputi kebebasan ekonomi , semangat kerja sama. Peranan pemerintah
sebagai badan tetap dalam pasar Islami dan aturan-aturan pemerintah dalam pasar
Islami

D. Muhammad Baqir as-sadr


Muhammad Bagir Al Sadr Ash-Shahid dilahirkan di Kadhimiyeh pada 25
Dzulqaidah 1353 H/ 1 Maret 1935 M . Datang dari suatu keluarga yang terkenal dari
sarjana-sarjana Shi‟ite dan para intelektual Islam, Sadr mengikuti jejak mereka secara
alami. Beliau memilih untuk belajar studi-studi Islam tradisional di hauzas (sekolah-
sekolah tradisional di Iraq), di mana Beliau belajar fiqh, ushul dan teologi. Dasar
pemikiran dari Muhammad Bagir Al Sadr Ash-Shahid adalah :

1. Tanggung Jawab Pemerintah dalam Bidang Ekonomi

Tanggung Jawab Pemerintah Dalam Bidang Ekonomi Menurut Baqir As Sadr,


fungsi pemerintah dalam bidang ekonomi terdapat beberapa tanggung jawab.
Tanggung jawab atau fungsi pemerintah dalam bidang ekonomi tersebut antara lain
berkenaan dengan:

• Penyediaan akan terlaksananya Jaminan Sosial dalam masyarakat,


• Berkenaan dengan tercapainya keseimbaangan sosial dan
• Terkait adannya intervensi pemerintah dalam bidang ekonomi.

2. Jaminan Sosial Di Tengah-Tengah Kehidupan Masyarakat.

Islam telah menugaskan Negara untuk menyediakan jaminan sosial guna


memelihara standart hidup seluruh individu dalam masyarakat. Dalam hal ini, menurut
Sadr jaminan sosial tersebut terkait dengan dua hal, yakni pertama Negara harus
memberikan setiap individu kesempatan yang luas untuk melakukan kerja produktif
sehingga ia bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dari kerja dan usahanya sendiri.
Bentuk jaminan sosial yang kedua adalah di dasari atas kenyataan bahwa stiap individu
memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Dalam hal ini, jika individu dalam kondisi
yang tidak mampu melakukan aktifitas kerja produktif sebagaimana yang dimaksud
dalam bentuk jamianan sosial yang pertama, maka Negara wajib mengaplikasikan
jaminan sosial bagi kelompok yang demikian dalam bentuk pemberian uang secara
tunai untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan untuk memperbaiki standart
kehidupanya. Prinsip jamianan sosial dalam Islam didasarkan pada dua basis
doctrinal.Pertama keharusan adanya kewajiban timbal balik dalam masyarakat. Kedua
hak masyarakat atas sumber daya ( kekayaan ) publik yang dikuasai Negara. Kedua
basis tersebut memiliki batas dan urgensi tersendiri yang berkenaan dengan penentuan
jenis kebutuhan apa yang pemenuhannya harus dijamin, juga berkenaan dengan
penetapan standart hidup minimal yang harus dijamin oleh prinsip jaminan sosial bagi
setiap individu.

3. Mewujudkan Keseimbangan Sosial Konsep kesembangan social

Menurut Baqir As Sadr konsep keseimbangan yang didasarkan pada dua asumsi
dasar. Pertama fakta kosmik dan fakta doctrinal.Fakta kosmik merupakan suatu
perbedaan yang eksis ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Menurut Sadr, adalah
suatu fakta yang tidak bisa diingkari oleh siapapun bahwa setiap individu secara
alamiah memiliki bakat dan potensi yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut dalam satu
titik pada akhirnya akan melahirkan perbedaan dalam kehidupan masyarakat. Dalam
hal ini, perbedaan tersebut dikenal dengan strata sosial. Dari hal ini, menurut Baqir As
Sadr adalah tidak dapat dibenarkan bahwa perbedaan yang bersifat bawaan atau kosmik
di atas merupakan hasil dari proses sejarah yang bersifat eksidental, sebagaiamana
Marx dan para pengikutnya memaknai proses tranformasi system kehidupan
masyarakat dari tingkatan komunal menuju system puncak yakni komunisme adalah
berakar dari proses dialektis dalam relasi produksi (interaksi ekonomi). Adapun fakta
doktrinal adalah hukum distribusi yang menyatakan bahwa kerja adalah salah satu
instrument terwujudnya kepemilikan pribadi yang membawa konsekwensi atas segala
sesuatu yang melekat padanya.Dari hal tersebut diatas, maka konsep keseimbangan
sosial dalam Islam menurut Sadr adalah konsep keseimbangan yang harus didasarkan
pada dua asumsi dasar di atas.

4. Teori Distribusi Baqr Ash-Sadr

Distribusi menduduki bagian yang utama dalam pemikiran ekonomi Sadr. Hampir
sepertiga dari Iqtisaduna mendiskusikan secara mendalam masalah distribusi dan hak
kepemilikan. Sadr membagi pembahasannya menjadi dua bagian yaitu distribusi
sebelum produksi (preproduction-distribution) dan post production-distribution.
Berdasarkan pemahaman hukum tradisionalnya, Sadr menjelaskannya berdasarkan
aturan/hukum yang sah yang berhubungan dengan hak untuk memiliki dan
memproduksi.

5. Teori Produksi Baqr As Sadr

Baqr Ash-Sadr membagi dua aspek dalam produksi sama seperti dia membagi dua
aspek dalam ekonomi yaitu : 1. Aspek pertama adalah aspek objektifitas atau keilmuan
dimana berhubungan dengan sisi keekonomian dan pelaksanaannya seperti
berhubungan dengan ( para pekerja, hukum produksi, fungsi-fungsi biaya, aspek
keilmuan ini berhubungan dengan pertanyaan tentang teknis dan efisiensi ekonomi).
Sadr memilih untuk memberi pandangan tentang pertanyaan dasar (apa yang
diproduksi, bagaimana cara memproduksi, untuk apa diproduksinya). 2. Aspek kedua
produksi-aspek subjektivitas dan doktrin (apa yang diproduksi dan untuk siapa
produksi) adalah patokan bagi perintah dalam Islam yang diperbolehkan atau barang-
barang yang sah dan berbagai macam kategori barang seperti kelayakan, kenyamanan.
Sedangkan „‟bagaimana memproduksinya‟‟ adalah pertanyaan yang menjadi
tanggung jawab negara. Baqr AsSadr lebih mengedepankan kepada pengawasan yang
berhati-hati daripada keterlibatan langsung dalam produksi. Seperti yang disebutkan
sebelumnya. Negara yang dikepalai oleh Amr, seharusnya berfungsi terjaminnya
dinamisasi dari sistem ekonomi islam.

6. Karakteristik Ekonomi Islam

Ekonomi Islam memiliki konsep kepemilikan yang dikatakan sebagai


kepemilikan multi jenis. Bentuk kepemilikan tersebut dirumuskan dalam 2 kelompok
yakni bentuk kepemilikan swasta (private) dan kepemilikan bersama yang terbagi
menjadi dua bentuk kepemilikan yakni kepemilikan publik dan kepemilikan Negara.
Kepemilikan swasta (private) dalam pandangan Baqr AshSadr hanya terbatas pada hak
memakai dan adanya prioritas untuk menggunakan serta hak untuk melarang orang lain
untuk menggunakan sesuatu yang telah menjadi miliknya. Dalam hal ini, Baqr Ash-
Sadr dan seluruh pemikir ekonomi baik klasik maupun kontemporer sepakat bahwa
yang dimiliki oleh manusia hanyalah sebatas kepemilikan sementara, sedangkan
kepemilikan yang mutlak hanya terdapat pada Allah SWT. Bentuk kepemilikan kedua
adalah kepemilikan bersama. Dalam hal ini seperti diatas telah disinggung bahwa
bentuk kepemilikan bersama ini terbagi menjadi dua jenis yakni, kepemilikan publik
dan kepemilikan Negara. Perbedaan kepemilikan publik dengan kepemilikan Negara
adalah terletak pada tata cara pengelolaannya.Bagi AsSadr, kepemilikan publik harus
digunakan untuk kepentingan seluruh anggota masyarakat. Beberapa sektor
kepemilikan publik semisal (keberadaan rumah sakit, sekolah, dan infrastruktur
jalan).Sedangkan kepemilikan Negara dapat digunakan tidak hanya bagi kebaikan
semua orang, melainkan juga dapat digunakan untuk suatu bagian tertentu dari
masyarakat, jika memeng negara menghendaki demikian
BAB VII

MAHZAB-MAHZAB DALAM EKONOMI ISLAM

A. Mahzab Iqtishoduna
Kelompok pemikir ekonomi klasik yang dipelopori oleh Baqr al-Sadr
dengan mazhab (aliran)Iqtishādunā. Madzhab ini berpendapat bahwa ilmu ekonomi
(economics) tidak pernah bisa sejalan dengan Islam. Ekonomi tetap ekonomi, dan
Islam tetap Islam. Keduanya tidak akan pernah dapat disatukan, karena keduanya
berasal dari filosofi yang saling kontradiktif. Yang satu anti-Islam, yang lainnya Islam
Corak utama dari aliran ini adalah pemikirannya tentang masalah ekonomi yang
muncul karena adanya distribusi yang tidak merata dan tidak adil sebagai akibat
dari sistem ekonomi yang membolehkan eksploitasi pihak yang kuat terhadap
pihak yang lemah.Aliran ini menolak pernyataan yang menyatakan bahwa masalah
ekonomi disebabkan oleh adanya keinginan manusia yang tak terbatas sementara
sumber daya alam yang tersedia jumlahnya terbatas. Karena hal tersebut
bertentangan dengan firman Allah: “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu
menurut ukuran.

Dengan demikian, karena segala sesuatu telah terukur dengan sempurna,


sebenarnya Allah telah memberikan sumber daya yang cukup bagi seluruh manusia di
dunia. Maka tergantung manusianya yang akan mengolah, memanfaatkan dan
mengoptimalkan kesempurnaan sumber daya yang ada di dunia ini. Madzhab
Iqtishoduna juga berpendapat bahwa masalah ekonomi muncul karena adanya
distribusi yang tidak merata dan adil sebagai akibat sistem ekonomi yang
membolehkan eksploitasi pihak yang kuat terhadap pihak yang lemah. Yang kuat
memiliki akses terhadap sumber daya sehngga menjadi sangat kaya, sementara yang
lemah tidak memiliki akses terhadap sumber daya sehingga menjadi sangat miskin.
Karena itu masalah ekonomi muncul bukan karena sumber manusia yang terbatas.
Tetapi karena keserakahan manusia yang tidak terbatas.Karena menurut mereka, istilah
“ekonomi Islami” adalah istilah yang bukan hanya tidak sesuai dan salah, tapi juga
menyesatkan dan kontradiktif, karena itu penggunaan istilah “ekonomi Islami” harus
dihentikan.Sebagai gantinya, ditawarkan istilah baru yang berasal dari filosofi Islam,
yakni Iqtishâd. Menurut mereka, iqtishâd bukan sekedar terjemahan dari ekonomi.
Iqtishâd berasal dari bahasa Arab qasd yang secara harfiah berarti “equilibrium” atau
“keadaan sama, seimbang atau pertengahan

B. Mahzab Mainstream
Masalah ekonomi timbul memang dikarenakan kelangkaan (scarcity)
sumber daya alam sementara keinginan manusia tidak terbatas. Untuk itu, manusia
diarahkan untuk melakukan prioritas dalam memenuhi segala kebutuhannya. Dan
keputusan dalam menentukan skala prioritas tersebut tidak dapat dilakukan
semaunya sendiri karena dalam Islam sudah ada rujukannya sesuai dengan al-
Qur‟an dan as-Sunnah. Aliran ini ditokohi oleh 5tokoh utama, yaitu:M.Umer
Chapra, Muhammad Abdul Mannan, Muhammad Nejatullah Siddiqi, Syed Nawab
Haidar Naqvi, dan Monzer Kahf.

Madzhab ini justru setuju bahwa masalah ekonomi muncul karena sumber daya
yang terbatas yang dihadapkan pada keinginan manusia yang tidak terbatas. Misalnya,
bahwa total permintaan dan penawaran beras di seluruh dunia berada pada titik
equilibrium. Namun, jika kita berbicara pada tempat dan waktu tertentu, maka mungkin
terjadi kelangkaan sumber daya. Bahkan ini yang sering terjadi. Suplai beras di
Ethiopia dan Bangladesh, misalnya, tentu lebih langka dibandingkan di Thailand. Jadi,
keterbatasan sumber daya memang ada, dan diakui pula oleh Islam. Dalil yang dipakai
adalah QS. al-Baqarah (2): 155. Dilema sumber daya yang terbatas versus keinginan
yang tak terbatas memaksa manusia untuk melakukan pilihan-pilihan atas
keinginannya. Kemudian manusia membuat skala prioritas pemenuhan keinginan, dari
yang paling penting sampai kepada yang paling tidak penting. Dalam ekonomi
konvensional, pilihan dan penentuan skala prioritas dilakukan berdasarkan selera
pribadi masing-masing. Manusia boleh mempertimbangkan tuntutan agama, boleh juga
mengabaikannya. Hal demikian dalam bahasa al-Qur’an disebut: “pilihan dilakukan
dengan mempertaruhkan hawa nafsunya”. Tetapi dalam ekonomi Islam, keputusan
pilihan ini tidak dapat dilakukan semaunya saja. Prilaku manusia dalam setiap aspek
kehidupannya – termasuk ekonomi – selalu dipandu oleh Allah lewat al-Qur’an dan al-
Sunnah.

C. Mahzab Alternatif Kritis


Aliran ini dikenal sebagai aliran yang kritis secara ilmiah terhadap ekonomi
Islam, baik sebagai ilmu maupun sebagai peradaban. Aliran ini mengkritik kedua
aliran sebelumnya. Aliran Iqtishādunā dikritik karena dianggap berusaha menemukan
sesuatu yang baru yang sebenarnya sudah ditemukan tokoh-tokoh sebelumnya,
sedangkan aliran Mainstream dikritik sebagai jiplakan ekonomi aliran Neo-Klasik
dan Keynesian dengan menghilangkan unsur riba serta memasukkan variabel zakat
dan akad, sehingga tidak ada yang orisinil dari aliran ini. Namun aliran ini tidak hanya
mengkritik ekonomi Islam saja, ekonomi konvensional pun juga telah dikritik.
Tokoh-tokoh aliran ini adalah Timur Kuran, Sohrab Behdad, dan Abdullah Saeed.

Madzhab ini adalah sebuah madzhab yang kritis. Mereka berpendapat bahwa
analisis kritis bukan saja harus dilakukan terhadap sosialisme dan kapitalisme, tetapi
juga terhadap ekonomi Islam itu sendiri. Mereka yakin bahwa Islam pasti benar, tetapi
ekonomi Islami belum tentu benar, karena ekonomi Islami adalah hasil tafsiran
manusia terhadap al-Qur’ân dan al-Sunnah, sehingga nilai kebenarannya tidak mutlak.
Proposisi dan teori yang diajukan oleh ekonomi Islam harus selalu diuji kebenarannya
sebagaimana yang dilakukan terhadap ekonomi konvensional.29 Walaupun pemikiran
para pakar tentang ekonomi Islam terbagi ke dalam tiga mazhab di atas, namun pada
dasarnya mereka setuju dengan prinsip-prinsip umum yang mendasarinya. Bangunan
ekonomi Islam didasarkan atas lima nilai universal, yakni: tawhid (keimanan), ’adl
(keadilan), nubuwwah (kenabian), khalîfah (pemerintahan), dan ma’âd (hasil). Kelima
nilai inilah menjadi dasar inspirasi untuk menyusun proposisi-proposisi dan teori-teori
ekonomi Islam.30

Namun demikian, teori yang kuat dan baik tanpa diaplikasikan menjadi sistem,
akan menjadikan ekonomi Islam hanya sebagai kajian ilmu saja tanpa memberikan
dampak pada kehidupan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, dari kelima nilai-nilai
universal tersebut, dibangunlah tiga prinsip derivatif yang menjadi ciri-ciri dan cikal
bakal sistem ekonomi Islam. Ketiga prinsip derivatif itu adalah multitype ownership,
freedom to act, dan social justice. Diatas semua nilai dan prinsip inilah dibangunlah
konsep yang memayungi kesemuanya, yakni konsep akhlak. Akhlak menempati posisi
sentral, karena akhlak inilah yang menjadi tujuan Islam dan dakwan para Nabi, yaitu
untuk menyempurnakan akhlak manusia. Akhlak inilah yang menjadi panduan para
pelaku ekonomi dan bisnis dalam melakukan segala aktivitasnya
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Firdaus (2019) Ekonomi Berdaulat dan Berkeadilan dalam Perspektif


Muhammad Iqbal” nnovatio: Journal for Religious-Innovation Studies Vol.
XIX, No. 2, July-December 2019, p. 179-19

Arif, M. (2018). Filsafat ekonomi islam.

Arifin, B., Fanani, Z., & Khitam, M. M. (2019). Relevansi Corporate Social
Responsibility Terhadap Nilai-Nilai Ekonomi Islam Perspektif Mazhab
Mainstream. At-Tahdzib: Jurnal Studi Islam dan Muamalah, 7(2), 100-120.

Bhat, Nasir. (2016). THE ECONOMIC THOUGT OF KHURSHID AHMAD. Turkish


Journal of Islamic Economics, Vol. 3, No. 2
https://www.researchgate.net/publication/306929471_THE_ECONOMIC_TH
OU GT_OF_KHURSHID_AHMAD.

Cikka, H. (2019). SINOPSIS DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH (Cara Mudah


Memahami dan Mengingat Peristiwa Sejarah). Scolae: Journal of
Pedagogy, 2(2), 300-306.

Choiriyah, C. (2016). Pemikiran Ekonomi Muhammad Baqir Ash-Sadr. Islamic


Banking: Jurnal Pemikiran dan Pengembangan Perbankan Syariah, 1(2), 49-58.

Djakfar, Muhammad, Wacana Teologi Ekonomi Membumikan Titah Langit di Ranah


Bisnis dalam Era Globalisasi, edisi revisi. Malang: UIN-Maliki Press, 2015

Fahrur Ulum, S.Pd., M.EI. “Analisis Pemikiran Tokoh dari Masa Rasulullah SAW
Hingga Masa Kontemporer”
http://digilib.uinsby.ac.id/20227/1/Sejarah%20pemikiran%20ekonomi%20Isla
m.pd

Fauzi, Iskandar dkk. (2019). SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM (Masa


Rasulullah sampai Masa Kontemporer).
http://digilib.iainpalangkaraya.ac.id/1846/1/Sejarah%20Pemikiran%20Ekono
mi%20Islam_.pdf .

Henry, K. (2020). Konsep Ekonomi Ibnu Khaldun Dan Relevansinya Dengan Teori
Ekonomi Modern (Studi Analisis Konsep Ekonomi Dalam Kitab
Muqaddimah). Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, 19(1).

Huda, Muhammad. (2020). SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM PADA


MASA DAULAH BANI UMAYYAH DAN BANI ABBASIYAH. ESTORIA
Vol. 1 No. 01.
file:///C:/Users/ANGGUN%20ADILAH%20M/Downloads/466-1528-1-
PB.pdf.

Maghfiroh, Z., & Caniago, S. A. (2020). Pemikiran Ekonomi Islam Pada Masa
Peradaban Rosulullah SAW. Wacana Equiliberium (Jurnal Pemikiran
Penelitian Ekonomi), 8(2), 113-120.

M. Khoirur Rofiq (2018)” PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM IBNU TAIMIYAH” An-


Nawa, Jurnal Hukum Islam, Vol XXII-Januari-Juni 2018

Mudhiiah, K. (2016). ANALISIS SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM


MASA KLASIK. IQTISHADIA, 8

Mudhiiah, Kharidatul. (2015). ANALISIS SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI


ISLAM MASA KLASIK. Jurnal Iqtishadia, Vol 8, No. 2

Musyaddad, KEBIJAKAN FISKAL DI MASA PEMERINTAHAN ABU BAKAR


ASHSHIDDIQ Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 4 No. 2, September 2013
pp. 212-22

Muttafaqun ‘alaih: Fathul Bari VI: 13 no: 2329, Muslim XCIII: 1186 no: 1551, ‘Aunul
Ma’bud IX: 272 no: 3391, Ibnu Majah II: 824 no: 2467, Tirmidzi II: 421 no:
1401
Sekolah, D., Ilmu, T., & Bengkalis, S. (n.d.). Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
(STIE) .Syariah Bengkalis. 607. 607–618.

Shahih: Irwa-ul Ghalil V: 299, Fathul Bari V: 25 no: 2347 dan 46, Nasa’i VII: 43 tanpa
perkataan al-Laits.

Sofyan Sulaiman & Najamuddin (2017) Konsep Sosio-Ekonomi Syāh Walīyullāh


adDihlawī” Jurnal Syariah Vol. V, No. 2, Oktober 2017

Sriwahyuni, E. S. (2017). Pemikiran Ekonomi Islam Monzer Kahf. Al-Intaj: Jurnal


Ekonomi dan Perbankan Syariah, 3(2).

Wally, S. (2018). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Al Syaibani Dan Abu Ubaid.
Tahkim,

Yamin, M. (2017). Peradaban Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw. Ihya al-
Arabiyah: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Arab, 3(1).

Anda mungkin juga menyukai