Anda di halaman 1dari 9

A.

Latar belakang
Konsumsi merupakan pemakaian atau penggunaan
manfaat dari barang dan jasa. Sehingga konsumsi merupakan
tujuan yang penting dari produksi tetapi tujuan yang utama
adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup seseorang. Islam
adalah agama komprehensif dan mencakup seluruh aspek
kehidupan, yang mengatur segala tingkah laku manusia,
bahkan tidak ada satu sietem kemasyarakatan, baik modern
atau lama, yang menetapkan etika untuk manusia dan
megatur segala aspek kehidupan manusia sampai pada
persoalan yang detail selain Islam, termasuk dalam hal ini
konsumsi.
Selain itu, perbuatan untuk memanfaatkan atau
mengkonsumsi barang-barang yang baik itu sendiri dianggap
sebagai kebaikan dalam Islam, karena kenikmatan yang
dicipta Allah untuk manusia adalah ketaatan kepada-Nya
Yang berfirman kepada nenek moyang manusia, yaitu Adam
dan Hawa, sebagaimana tercantum dalam Al-Qur'an: " ...dan
makanlah barang-barang yang penuh nikmat di dalamnya
(surga) sesuai dengan kehendakmu ...," dan yang menyuruh
semua umat manusia: "Wahai umat manusia, makanlah apa
yang ada di bumi, dengan cara yang sah dan baik."

Islam adalah agama yang ajarannya mengatur segenap


prilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Demikian pula dalam masalah konsumsi, Islam mengatur
bagaimana manusia dapat melakukan kegiatan-kegiatan
konsumsi yang membawa manusia berguna bagi
kemashlahatan hidupnya. Seluruh aturan Islam mengenai
aktivitas konsumsi terdapat dalam al-Quran dan as-Sunnah.
Prilaku konsumsi yang sesuai dengan ketentuan al-Quran
dan as-Sunnah ini akan membawa pelakunya mencapai
keberkahan dan kesejahteraan hidupnya.
A. Konsumsi dalam islam
Konsumsi pada hakikatnya adalah mengeluarkan sesuatu
dalam rangka memenuhi kebutuhan. Konsumsi meliputi
keperluan, kesenanga, dan kemewahan. Kesenangan atau
keindahan diperbolehkan asal tidak berlebihan, yaitu tidak
melampaui batas yang dibutuhkan oleh tubuh dan tidak pula
melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan. Konsumen
muslim tidak akan melakukan permintaan terhadap barang
sama banyak dengn pendapatan, sehingga pendapatan
habis. Karena mereka mempunyai ebutuhan jangka pendek
(dunia) dan kebutuhan jangka panjang ( akhirat).
Nabi Muhammmad SAW bersabda : Makan dan minumlah,
bersedekahlah serta berpakaianlah dengan tidak berlebihan.
Yang artinya bahwa permintaan harus dihentikan setelah
kebutuhan dunia terpenuhi, karena ada kebutuhan akhirat
yang harus dipenuhi, yaitu zakat.
Ajaran islam sebenarnya bertujuan untuk mengingatkan
umat manusia agar membelanjakan harta sesuai
kemampuannya. Pengeluaran tidak seharusnya melebihi
pendapatan dan juga tidak mengeluarkan pengeluaran terlalu
rendah sehingga mengarah kepada kebakhilan.1
B. Prinsip prinsip dalam konsumsi

Menurut Islam, anugerah-anugerah Allah adalah milik semua manusia.


Suasana yang menyebabkan sebagian diantara anugerah-anugerah itu berada
ditangan orang-orang tertentu tidak berarti bahwa mereka dapat memanfaatkan
anugerah-anugerah itu untuk mereka sendiri. Orang lain masih berhak atas
anugerah-anugerah tersebut walaupun mereka tidak memperolehnya. Dalam Al-
Quran Allah SWT mengutuk dan membatalkan argumen yang dikemukakan oleh
orang kaya yang kikir karena ketidaksediaan mereka memberikan bagian atau
miliknya ini.

1 Ilfi Nur Diana, Hadits-hadist Ekonomi, UIN Malang Press, Malang, 2008, hlm. 57.
Dalam ekonomi Islam konsumsi dikendalikan oleh lima prinsip dasar:2

1. Prinsip Keadilan

Syarat ini mengandung arti ganda yang penting mengenai mencari rezeki
secara halal dan tidak dilarang hukum. Dalam soal makanan dan minuman, yang
terlarang adalah darh, daging binatang yang telah mati sendiri, daging babi,
daging binatang yang ketika disembelih diserukan nama selain Allah.

2. Prinsip Kebersihan

Syariat yang kedua ini tercantum dalam kitab suci Al-Quran maupun
Sunnah tentang makanan. Harus baik atau cocok untuk dimakan, tidak kotor
ataupun menjijikkan sehingga merusak selera. Karena itu, tidak semua yang
diperkenankan boleh dimakan dan diminum dalam semua keadaan. Dari semua
yang diperbolehkan makan dan minumlah yang bersih dan bermanfaat.

3. Prinsip Kesederhanaan

Prinsip ini mengatur prilaku manusia mengenai makanan dan minuman


adalah sikap tidak berlebih-lebihan, yang berarti janganlah makan secara berlebih.

4. Prinsip Kemurahan Hati

Dengan mentaati perintah Islam tidak ada bahaya maupun dosa ketika kita
memakan dan meminum makanan halal yang disediakan Tuhan karena kemurahan
hati-Nya. Selama maksudnya adalah untuk kelangsungan hidup dan kesehatan
yang lebih baik dengan tujuan menunaikan perintah Tuhan dengan keimanan yang
kuat dalam tuntutan-Nya, dan perbuatan adil sesuai dengan itu, yang menjamin
persesuaian bagi semua perintah-Nya.

5. Prinsip Moralitas.

Bukan hanya mengenai makanan dan minuman langsung tetapi dengan


tujuan terakhirnya, yakni untuk peningkatan atau kemajuan nilai-nilai moral dan

2 Eko Suprayitno, Ekonomi Islam, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2005, hlm. 92-95.
spiritual. Seseorang muslim diajarkan untuk menyebut nama Allah sebelum
makan dan menyatakan terima kasih kepada-Nya setelah makan. Dengan
demikian ia akan merasakan kehadiran Ilahi pada waktu memenuhi keinginan-
keinginan fisiknya. Hal ini penting artinya karena Islam menghendaki perpaduan
nilai-nilai hidup material dan spiritual yang berbahagia.

Ada juga tiga prinsip dasar konsumsi yang digariskan oleh islam, yakni
konsumsi barang halal, konsumsi barang suci, dan tidak berlebihan. Ketiga prinsip
dasar tersebut dijabarkan secara ringkas berikut ini.3

Pertama, prinsip halal: seorang muslim diperintahkan oleh islam untuk makan
makanan halal (sah menurut hakum dan diizinkan) dan tidak mengambil yang
haram (tidak sah menurut hukum dan terlarang).

Al Quran menyatakan: ...makanlah makanan yang halal lagi baik dariapa


yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu
beriman kepadaNya. (QS.al-maidah[5]:88).

Kedua, prinsip kebersihan dan menyehatkan: Al-Quran memerintahkan


manusia: hai sekalian manusia , makanlah yang halal bagi lagi baik dari apa yang
terdapat dibumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah langkah setan; karena
sesungguhnya setan itu adlah musuh yang nyata bagimu.(QS.al-baqarah[2]:168).

Ketiga, prinsip kesederhanaan: prinsip kesederhanaan dalam konsumsi berarti


bahwa orang haruslah mengambil makanan dan minuman sekadarnya dan tidak
berlebihan karena makan berlebihan itu berbaya bagi kesehatan. Al quran
menyatakan,... makan dan minumlah, dan janganlah berlebih lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang orang yang berlebihanQS.al-araaf
[7]:31).

C. Sasaran Islam Dalam Pembatasan Konsumsi


3 Muhammad sharif chaundry, sistem ekonomi islam, Kencana, jakarta, 2012,
hlm.138
Sasaran Islam dalam pembatasan konsumsi adalah sebagai berikut :4
1. Pendidikan moral
Yaitu semacam pendidikan moral psikologis karena skap berlebih-lebihan
dalam makan dan minum bukan moral seorang mu`min . disamping aka
menjerumuskan mereka kedalam api neraka jahannam bersama orang-orang
kafir yang bersenang-senang dengan makan-makan bagaikan binatang ternak.
Oleh karena itu, seorang mu`min hendaklah berhemat dalam menikmati
kesenangan dunia.
Oleh sebab itu mu`adz bin jabal meriwayatkan bahwa RasulullahSAW
ketika mengutusnya ke Yaman beliau bersabda padanya : Jauhilah olehmu
berfoya-foya karena hamba-hamba Allah (yang taat) itu bukanlah orang-
orang yang berfoya-foya.
Maksud foya-foya pada uraian diatas adalah berlebih-lebihan dalam
sarana kesenangan yang menjerumuskan kepada kemewahan dan gaya hidup
orang-orang yang bermewah-mewah yang telah disnyalir oleh hadist yang
lain dari Fatimah Az-Zahra ra. Dari Rasulullah SAW: Orang-orang yang
paling buruk dari umatku adalah orang-orang yang dijejali kenikmatan,
mereka yang makan dengan bermacam-macam makanan, berpakaian dengan
bermacam-macam busana dan banyak bicara omong kosong.
2. Pendidikan sosial
Yang dimaksud dengan pendidikan sosial disini adalah upaya untuk
menghilangkan kesenjangan sosial. Antara orang berpunya dengan orang
tidak mampu, karena faktor yang menambah kesengsaraan orang-orang
melarat adalah sikap orang-orang kaya yang secara tidak disadari telah
melipat gandakan kepedihan kaum tidak mampu dimasyarakat dengan
berbuat berlebih-lebihan dalam menkmati kesenangan hidup.
3. Pendidikan ekonomi
Yang dimaksud dengan pendidikan ekonomi disini adalah pendidikan
ekonomi bagi setiap individu muslim dan umat Islam karena sikap berlebih-

4 Yusuf Qardhawi, Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, Robbani press, Jakarta, 1997,
hlm. 262-271.
lebihan dalam konsumsi adalah menyia-nyiakan semua usaha untuk
penambahan produksi. Disamping itu siakap demikian juga akan
menghambur-hamburkan harta
4. Pendidikan kesehatan dan jasmani
Dimaksudkan dengan pendidikan kesehatan jasmani disini adalah sikap
berlebih-lebihan dalam makanan dan minuman yang berakibat pada sakit
perut karena kekenyangan dan kegemukan.
5. Pendidikan kemiliteran dan politik
Dimaksudkan dengan pendidikan kemiliteran dan politik bagi umat Islam
adalah pendidikan yang mempersiapkan umat untuk menghadapi musuh-musuh
mereka karena musuh-musuh umat Islam memiliki kekuatan dan ketangguhan
sehingga untuk melatih umat ini agar memiliki kekuatan fisik dan akal mau tidak
mau harus melalui pendidikan militer. Umat yang berlebih-lebihan dan bersenang-
senang cenderung kepada hidup santai dan mewah.
D. Norma dan etika dibidang Konsumsi
Menurut Yusuf Qardhawi ada beberapa norma dasar yang menjadi landasan
dalam berperilaku konsumsi seorang muslim, antara lain:
1. Pembelanjaan pada hal-hal yang baik dan memerangi kebakhilan serta
kekikiran
a. Menggunakan Harta Secukupnya
Memproduksi barang-barang yang baik dan memiliki harta adalah
hak sah menurut Islam. Namun, pemilikan harta itu bukanlah tujuan tetapi
sarana untuk menikmati karunia Allah dan wasilah untuk mewujudkan
kemaslahatan umum, yang memang tidak sempurna kecuali dengan harta
yang dijadikan Allah bagi manusia sebagai batu pijakan.
Belanja dan konsumsi adalah tindakan yang mendorong
masyarakat berproduksi hingga terpenuhi segala kebutuhan hidupnya.
Jika tidak ada manusia yang bersedia menjadi konsumen , dan jika daya
beli masyarakat berkurang karena sifat kikir melampaui batas, maka cepat
atau lambat, roda produksi niscaya akan terhenti, selanjutnya
perkembangan bangsapun terhambat.
b. Wajib Membelanjakan Harta
a. Perintah diwajibkan untuk membelanjakan harta tercantum setelah
anjuran beriman kepada Allah dan nabi-Nya. Ini merupakan
pertanda jelasnya perintah membelanjakan uang, bukan sekedar
anjuran yang boleh dikerjakan atau ditinggalkan. Kombinasi antara
iman dan infak banyak terdapat di dalam ayat al-Quran, dari salah
satu ayat tersebut kita dapat menemukan bahwa Al-Quran
menetapkan infak berupa sebagian dari rizki Allah. Artinya yang
dinafkahkan itu hanya sebagian, sedangkan sebagian lagi disimpan.
Barang siapa membelanjakan sebagian dari yang diperolehnya,
maka ia jarang mengemis kepada orang lain.
c. Dua Sasaran Membelanjakan Harta
Ada dua sasaran untuk membelanjakan harta :
1) Fi sabilillah
Bentuk membelanjakan harta atau menafkahkan harta fi sabilillah (di jalan Allah)
terdapat bermacam-macam bentuk variasi:
a) Dalam bentuk perintah dan peringatan.
b) Dalam bentuk ingkar dan anjuran
c) Dalam bentuk ganjaran mulia
d) Dalam bentuk ancaman yang keras
2) Diri sendiri dan keluarga
Bentuk nafkah yang kedua adalah nafkah untuk diri sendiri dan keluarga
yang ditanggungnya. Seorang muslim tidak diperbolehkan mengharamkan harta
halal dan harta yang baik untuk dikonsumsi bagi dan keluarganya, padahal sudah
jelas mampu mendapatkannya apakah terdorong sikap zuhud dan hidup serba
kekurangan atau karena pelit dan bakhil. Perintah diwajibkannya manusia untuk
menikmati kenikmatan yang halal, seperti makanan, minuman dan perhiasan,
dalam al-Quran surah al-A`raaf 31-32.
2. Memerangi kemegahan, kemewahan dan kemubadziran
Jika Islam telah mewajibkan kepada pemilik harta untuk menafkahkan
sebagiannya untuk diri, keluarga dan dijalan Allah, serta mengharamkan baginya
sikap pelit, dan kikir, maka disisi lain Allah telah mengharamkan pemborosan dan
penghamburan harta. Karena itu Allah meletakkan batasan dan ketentuan dalam
konsumsi dan pembelanjaan.
a. Arahan Islam tentang konsumsi
Sesungguhnya pengarahan pembelanjaan dan konsumsi adalah jalan
hidup Islam yang terpuji, baik dalam makanan, pakaian, tempat tinggal, dan lain-
lain.
b. Memperingatkan dari berutang
Seorang muslim harus menyeimbangkan antara pemasukan dan
pengeluarannya, atau antara penghasilan dan pembelanjaannya supaya tidak
terpaksa untuk berutang dan mendapatkan kehinaan dari orang lain karena
berutang.
c. Menjaga barang-barang inventaris
Menjaga dan memelihara barang-barang yang kita namakan dengan
inventaris tetap yang terdiri dari tanah, bangunan, pabrik, dan sebagainya. Untuk
itu,tidak sepatutnya menyia-nyiakannya tanpa kepentingan yang mendesak.
d. Kecaman Al-Quran terhadap orang yang hidup mewah
Kemewahan yang dimaksudkan adalah tenggelam dalam kenikmatan dan
hidup berlebih-lebihan dengan berbagai sarana yang seba menyenangkan.5

5 Ibid , hlm. 211.

Anda mungkin juga menyukai