Latar belakang
Konsumsi merupakan pemakaian atau penggunaan
manfaat dari barang dan jasa. Sehingga konsumsi merupakan
tujuan yang penting dari produksi tetapi tujuan yang utama
adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup seseorang. Islam
adalah agama komprehensif dan mencakup seluruh aspek
kehidupan, yang mengatur segala tingkah laku manusia,
bahkan tidak ada satu sietem kemasyarakatan, baik modern
atau lama, yang menetapkan etika untuk manusia dan
megatur segala aspek kehidupan manusia sampai pada
persoalan yang detail selain Islam, termasuk dalam hal ini
konsumsi.
Selain itu, perbuatan untuk memanfaatkan atau
mengkonsumsi barang-barang yang baik itu sendiri dianggap
sebagai kebaikan dalam Islam, karena kenikmatan yang
dicipta Allah untuk manusia adalah ketaatan kepada-Nya
Yang berfirman kepada nenek moyang manusia, yaitu Adam
dan Hawa, sebagaimana tercantum dalam Al-Qur'an: " ...dan
makanlah barang-barang yang penuh nikmat di dalamnya
(surga) sesuai dengan kehendakmu ...," dan yang menyuruh
semua umat manusia: "Wahai umat manusia, makanlah apa
yang ada di bumi, dengan cara yang sah dan baik."
1 Ilfi Nur Diana, Hadits-hadist Ekonomi, UIN Malang Press, Malang, 2008, hlm. 57.
Dalam ekonomi Islam konsumsi dikendalikan oleh lima prinsip dasar:2
1. Prinsip Keadilan
Syarat ini mengandung arti ganda yang penting mengenai mencari rezeki
secara halal dan tidak dilarang hukum. Dalam soal makanan dan minuman, yang
terlarang adalah darh, daging binatang yang telah mati sendiri, daging babi,
daging binatang yang ketika disembelih diserukan nama selain Allah.
2. Prinsip Kebersihan
Syariat yang kedua ini tercantum dalam kitab suci Al-Quran maupun
Sunnah tentang makanan. Harus baik atau cocok untuk dimakan, tidak kotor
ataupun menjijikkan sehingga merusak selera. Karena itu, tidak semua yang
diperkenankan boleh dimakan dan diminum dalam semua keadaan. Dari semua
yang diperbolehkan makan dan minumlah yang bersih dan bermanfaat.
3. Prinsip Kesederhanaan
Dengan mentaati perintah Islam tidak ada bahaya maupun dosa ketika kita
memakan dan meminum makanan halal yang disediakan Tuhan karena kemurahan
hati-Nya. Selama maksudnya adalah untuk kelangsungan hidup dan kesehatan
yang lebih baik dengan tujuan menunaikan perintah Tuhan dengan keimanan yang
kuat dalam tuntutan-Nya, dan perbuatan adil sesuai dengan itu, yang menjamin
persesuaian bagi semua perintah-Nya.
5. Prinsip Moralitas.
2 Eko Suprayitno, Ekonomi Islam, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2005, hlm. 92-95.
spiritual. Seseorang muslim diajarkan untuk menyebut nama Allah sebelum
makan dan menyatakan terima kasih kepada-Nya setelah makan. Dengan
demikian ia akan merasakan kehadiran Ilahi pada waktu memenuhi keinginan-
keinginan fisiknya. Hal ini penting artinya karena Islam menghendaki perpaduan
nilai-nilai hidup material dan spiritual yang berbahagia.
Ada juga tiga prinsip dasar konsumsi yang digariskan oleh islam, yakni
konsumsi barang halal, konsumsi barang suci, dan tidak berlebihan. Ketiga prinsip
dasar tersebut dijabarkan secara ringkas berikut ini.3
Pertama, prinsip halal: seorang muslim diperintahkan oleh islam untuk makan
makanan halal (sah menurut hakum dan diizinkan) dan tidak mengambil yang
haram (tidak sah menurut hukum dan terlarang).
4 Yusuf Qardhawi, Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, Robbani press, Jakarta, 1997,
hlm. 262-271.
lebihan dalam konsumsi adalah menyia-nyiakan semua usaha untuk
penambahan produksi. Disamping itu siakap demikian juga akan
menghambur-hamburkan harta
4. Pendidikan kesehatan dan jasmani
Dimaksudkan dengan pendidikan kesehatan jasmani disini adalah sikap
berlebih-lebihan dalam makanan dan minuman yang berakibat pada sakit
perut karena kekenyangan dan kegemukan.
5. Pendidikan kemiliteran dan politik
Dimaksudkan dengan pendidikan kemiliteran dan politik bagi umat Islam
adalah pendidikan yang mempersiapkan umat untuk menghadapi musuh-musuh
mereka karena musuh-musuh umat Islam memiliki kekuatan dan ketangguhan
sehingga untuk melatih umat ini agar memiliki kekuatan fisik dan akal mau tidak
mau harus melalui pendidikan militer. Umat yang berlebih-lebihan dan bersenang-
senang cenderung kepada hidup santai dan mewah.
D. Norma dan etika dibidang Konsumsi
Menurut Yusuf Qardhawi ada beberapa norma dasar yang menjadi landasan
dalam berperilaku konsumsi seorang muslim, antara lain:
1. Pembelanjaan pada hal-hal yang baik dan memerangi kebakhilan serta
kekikiran
a. Menggunakan Harta Secukupnya
Memproduksi barang-barang yang baik dan memiliki harta adalah
hak sah menurut Islam. Namun, pemilikan harta itu bukanlah tujuan tetapi
sarana untuk menikmati karunia Allah dan wasilah untuk mewujudkan
kemaslahatan umum, yang memang tidak sempurna kecuali dengan harta
yang dijadikan Allah bagi manusia sebagai batu pijakan.
Belanja dan konsumsi adalah tindakan yang mendorong
masyarakat berproduksi hingga terpenuhi segala kebutuhan hidupnya.
Jika tidak ada manusia yang bersedia menjadi konsumen , dan jika daya
beli masyarakat berkurang karena sifat kikir melampaui batas, maka cepat
atau lambat, roda produksi niscaya akan terhenti, selanjutnya
perkembangan bangsapun terhambat.
b. Wajib Membelanjakan Harta
a. Perintah diwajibkan untuk membelanjakan harta tercantum setelah
anjuran beriman kepada Allah dan nabi-Nya. Ini merupakan
pertanda jelasnya perintah membelanjakan uang, bukan sekedar
anjuran yang boleh dikerjakan atau ditinggalkan. Kombinasi antara
iman dan infak banyak terdapat di dalam ayat al-Quran, dari salah
satu ayat tersebut kita dapat menemukan bahwa Al-Quran
menetapkan infak berupa sebagian dari rizki Allah. Artinya yang
dinafkahkan itu hanya sebagian, sedangkan sebagian lagi disimpan.
Barang siapa membelanjakan sebagian dari yang diperolehnya,
maka ia jarang mengemis kepada orang lain.
c. Dua Sasaran Membelanjakan Harta
Ada dua sasaran untuk membelanjakan harta :
1) Fi sabilillah
Bentuk membelanjakan harta atau menafkahkan harta fi sabilillah (di jalan Allah)
terdapat bermacam-macam bentuk variasi:
a) Dalam bentuk perintah dan peringatan.
b) Dalam bentuk ingkar dan anjuran
c) Dalam bentuk ganjaran mulia
d) Dalam bentuk ancaman yang keras
2) Diri sendiri dan keluarga
Bentuk nafkah yang kedua adalah nafkah untuk diri sendiri dan keluarga
yang ditanggungnya. Seorang muslim tidak diperbolehkan mengharamkan harta
halal dan harta yang baik untuk dikonsumsi bagi dan keluarganya, padahal sudah
jelas mampu mendapatkannya apakah terdorong sikap zuhud dan hidup serba
kekurangan atau karena pelit dan bakhil. Perintah diwajibkannya manusia untuk
menikmati kenikmatan yang halal, seperti makanan, minuman dan perhiasan,
dalam al-Quran surah al-A`raaf 31-32.
2. Memerangi kemegahan, kemewahan dan kemubadziran
Jika Islam telah mewajibkan kepada pemilik harta untuk menafkahkan
sebagiannya untuk diri, keluarga dan dijalan Allah, serta mengharamkan baginya
sikap pelit, dan kikir, maka disisi lain Allah telah mengharamkan pemborosan dan
penghamburan harta. Karena itu Allah meletakkan batasan dan ketentuan dalam
konsumsi dan pembelanjaan.
a. Arahan Islam tentang konsumsi
Sesungguhnya pengarahan pembelanjaan dan konsumsi adalah jalan
hidup Islam yang terpuji, baik dalam makanan, pakaian, tempat tinggal, dan lain-
lain.
b. Memperingatkan dari berutang
Seorang muslim harus menyeimbangkan antara pemasukan dan
pengeluarannya, atau antara penghasilan dan pembelanjaannya supaya tidak
terpaksa untuk berutang dan mendapatkan kehinaan dari orang lain karena
berutang.
c. Menjaga barang-barang inventaris
Menjaga dan memelihara barang-barang yang kita namakan dengan
inventaris tetap yang terdiri dari tanah, bangunan, pabrik, dan sebagainya. Untuk
itu,tidak sepatutnya menyia-nyiakannya tanpa kepentingan yang mendesak.
d. Kecaman Al-Quran terhadap orang yang hidup mewah
Kemewahan yang dimaksudkan adalah tenggelam dalam kenikmatan dan
hidup berlebih-lebihan dengan berbagai sarana yang seba menyenangkan.5