Anda di halaman 1dari 16

Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Teori dan Aplikasi

Akhmad Fauzi, Ph.D


KONSEP DAN PENGERTIAN

Sumber daya alam merupakan sumber daya yang penting bagi kelangsungan hidup. Pengelolaan sumber
daya alam yang baik dapat memberikan kesejahteraan bagi manusia, dan sebaliknya jika tidak terkelola
dengan baik.

Imu ekonomi sumber daya alam dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari pengalokasian
sumber daya alam. Secara eksplisit ilmu ini mencari jawaban seberapa besar sumber daya alama harus
diekstrasi sehingga menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat.

Sumber daya didefinisikan secara beragam

1. Ensiklopedia Webster mendefinisikan sumber daya antara lain:


 Kemampuan untuk memenuhi atau menangani sesuatu.
 Sumber persediaan, penunjang atau bantuan.
 Sarana yang dihasilkan oleh kemampuan atau pemikiran seseorang.
2. Grima dan Berkes (1989)
Sumber daya sebagai asset untuk kepuasan dan utilitas manusia.
3. Rees (1990). Sumber daya harus memiliki dua kriteria:
 Harus ada pengetahuan, teknologi atau keterampilan untuk memanfaatkannya.
 Harus ada permintaan terhadap sumber daya tersebut.
4. Adam Smith (1776) dalam “Wealth of Nation”. Sumber daya sebagai faktor produksi yang
diperlukan untuk menghasilkan output.

Pandangan Terhadap Sumber Daya Alam

Terdapat dua pandangan terhadap sumber daya alam :

1. Pandagan konservatif/pesimis/perspektif Malthusian


Pandagan ini sangat mementingkan risiko terkurasnya sumber daya alam. Sumber daya alam
harus dimanfaatkan secara hati-hati karena faktor ketidakpastiaan tehadap ketersediaan
sumber daya alam untuk waktu mendatang.
Pandangan ini memegang konsep “diminishing return” karena sumber daya alam yang terbatas
mengakibatkan output yang cenderung akan berkurang.
2. Pandangan ekspoitatif/perspektif Ricardian.
Sumber daya sebagai “mesin pertumbuhan”, pemanfaatannya dilakukan dengan cara
intensifikasi atau ekstensifikasi

Klasifikasi Sumber Daya Alam

Sumber daya alam pada umumnya diklasifikasikan menjadi dua kelompok :

1. Stok/non-renewable (mineral, logam, minyak dan gas bumi)


2. Flows/renewable (hutan, angin, udara dsb.)
Sumber daya alam berdasarkan jenis penggunaannya:

1. Sumber daya alam material. Dimanfaatkan sebagai suatu bagian komoditas/ bahan yang
digunakan untuk menghasilkan barang lain.
2. Sumber daya alam energi. Diperlukan untuk kebutuhan menggerakkan energi.

Pengukuran Ketersediaan dan Kelangkaan Sumber Daya Alam

Ketersediaan

SDA Stock

1. Sumber daya hipotetikal. Pengukuran dilakukan dengan mengeksplorasi laju pertumbuhan


produksi dan cadangan terbukti pada periode sebelumnya.
2. Sumber daya spekulatif. Konsep pengukuran digunakan untuk mengukur deposit yang mungkin
ditemukan di daerah yang sedikt/belum dieksplorasi.
3. Cadangan kondisional. Deposit yang sudah diketahui namun belum bisa dimanfaatkan secara
ekonomis.
4. Cadangan terbukti. SDA yang sudah diketahui dan sudah dapat dimanfaatkan secara ekonomis.

SDA Flow

1. Potensi Maksimum Sumber Daya


Mengetahui potensi atau kapasitas sumber daya guna menghasilkan barang dan jasa dalam
periode waktu tertentu. Pengukuran ini lebih didasarkan pada kemampuan alam.
2. Kapasitas Lestari (sustainable capacity/sustainable yield)
Ketersediaan sumber daya diukur berdasarkan kemampuan untuk menyediakan kebutuhan
masa kini dan masa mendatang. Proses produksi dapat dilakukan sepanjang waktu jika tingkat
ekspoitasi di kendalikan.
3. Kapasitas Penyerapan (absorptive capacity)
Kemampuan sumber daya alam dapat pulih untuk menyerap limbah akibat aktivitas manusia.
4. Kapasitas Daya Dukung (carrying capacity)
Kemampuan lingkungan untuk mendukung suatu pertumbuhan organisme.

Kelangkaan

Pengukuran kelangkaan menurut Hanley (1997)

1. Berdasarkan harga riil.


Pengukuran berdasarkan ketersediaan barang. Ketika barang berkurang, maka konsumen mau
membayar mahal untuk komoditas tersebut. Semakin Langkah suatu komoditas maka harganya
akan semakin mahal.
2. Berdasarkan unit cost.
Kelangkaan sumber daya akan menaikan harga karena biaya ekstrasi menjadi semakin besar.
3. Berdasarkan rente kelangkaan (scarcity rent)
Pengukuran berdasarkan teori kapital sumber daya dimana rate of return manfaat yang
diperoleh dari asset sumber daya alam, harus setara dengan biaya oportunitas dari asset lain.

Pengukuran menurut Hall dan Hall (1984)


1. Malthusian Stock Scarcity. Kelangkaan yang terjadi jika stok dianggap terbatas dan biaya ekstrasi
per unit pada setiap periode tidak bervariasi terhadap laju ektrasi pada periode tersebut.
2. Malthusian Flow Scarcity. Kelangkaan yang terjadi akibat interaksi antar stock yang terbatas dan
biaya ekstrasi per unit yang meningkat seiring dengan laju ekstrasi setiap periode.
3. Ricardian Flow Scarcity. Kelangkaan yang terjadi jika stok sumber daya dianggap tidak terbatas,
namun biaya ekstrasi tergantung pada laju ekstrasi pada periode akhir dan juga ektrasi kumulatif
sampai periode akhir ekstrasi.
4. Ricardian Stock Scarcity. Kelangkaan yang terjadi dimana stok yang dianggap tidak terbatas
berinteraksi dengan biaya ektrasi yang meningkat seiring dengan ekstrasi kumulatif sampai
periode akhir.

Keterkaitan antara Sumber Daya Alam dan Ekonomi

Sumber daya alam menghasilkan barang dan jasa untuk proses industri. Dari proses industri, dihasilkan
barang dan jasa yang kemudian digunakan oleh rumah tangga untuk konsumsi. Kegiatan produksi dan
konsumsi menghasilkan limbah yang kemudian dapat didaur ulang. Proses daur ulang ada yang Kembali
kea lam dan lingkungan, juga ada yang Kembali ke industri untuk diproses ulang. Dari itu, komponen
yang tidak dapat di daur ulang menjadi residual yang akan dikembalikan ke lingkungan.

BARANG PUBLIK, EKTERNALITAS DAN HAK PEMILIKAN.

Barang Publik secara umum didefinisikan sebagai barang dimana jika diproduksi, produsen tidak
memiliki kemampuan mengendalikan siapa yang berhak mendapatkannya. Berdasarkan ciri-cirinya
barang public memiliki dua sifat yaitu non-rivalry dan non-excludable dimana konsumsi seseorang
terhadap barang public tidak akan mengurangi konsumsi orang lain terhadap barang yang sama serta
sulit untuk melarang pihak lain untuk mengkonsumsi barang yang sama. Contohnya, udara yang kita
hirup tidak akan berkurang untuk orang lain yang akan menghirupnya

Konsumsi terhadap barang publik sering menimbulkan apa yang disebut dengan eksternalitas atau
dampak eksternal. Eksternalitas terjadi jika kegiatan produksi atau konsumsi dari satu pihak
mempengaruhi utilitas (kegunaan) dari pihak lain secara tidak diinginkan. Eksternalitas dibedakan
menjadi dua pandangan berbeda yaitu ekternalitas positif dan eksternalitas negatif. Eksternalitas positif
akan menghasilkan barang public, eksternalitas negative akan menghasilkan kegagalan pasar.

Hak kepemilikan menjadi hal pokok dalam keberhasilan alokasi sumbe daya dan bekerjanya pasar.
Kegagalan dalam mennetukan kejelasan hak kepemilikan akan menimbulkan eksternalitas, khususnya
dalam kaitan dengan pengelolaan sumber daya alam. Jika hak kepemilikan sumber daya tidak jelas
maka, tidak ada hak yang sah yang memungkinkan untuk melarang pihak lain untuk mengkonsumsi
sumber daya. Hak kepemilikan terhadap sumber daya terdiri dari kepemilikan negara, kepemilikan
pribadi dan kepemilikan kelompok

Terdapat beberapa Tindakan untuk mencegah atau mengurangi eksternalitas yaitu dengan memberikan
hak kepemilikan, internalisasi dan pemberlakuan pajak. Pemberian hak kepemilikan akan mengurangi
ekternalitas walaupun tidak akan menghilangkannya. Pemberian hak kepemilikan akan meningkatkan
gains (manfaat ekonomi) dari satu pihak dengan menurunkan gains dari pihak lain (pihak yang
melakukan eksternalitas). Internalisasi merupakan upaya untuk “menginternalkan” dampak yang
ditimbulkan dengan cara menyatukan proses pengambilan keputusan dalam satu unit usaha. Usaha
mengurangi ekternalitas dilakukan juga melalui kegiatan pengkoreksian dengan pajak dimana kegiatan
yang mengeluarkan bahan pencemar harus membayar pajak akibat kegiatan yang mencemari
lingkungan.

Selain usaha diatas eksternalitas juga dapat di kurangi dengan memfungsikan pasar. Jika kita asumsikan
bahwa masyarakat mau membayar sejumlah harga untuk mengurangi jumlah bahan pencemar, maka
secara tidak langsung kita menggunakan instrument pasar untuk mengurangi eksternalitas.

EKONOMI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Prinsip – Prinsip Pembangunan Berkelanjutan

Komisi Brundtland menyatakan bahwa Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang


memenuhi kebutuhann generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk
memenuhi kebutuhan mereka.

Hall (1998) mengasumsikan keberlanjutan terletak pada tiga aksioma dasar yaitu :

1. Perlakuan masa kini dan masa mendatang menempatkan nilai positif dalam jangka panjang.
2. Manyadari bahwa asset lingkungan memberikan kontribusi terhadap economic well-being.
3. Mengetahui kendala akibat implikasi yang timbul pada asset lingkungan.

Konsep keberlanjutan menurut Haris (2000) dapat diperinci menjadi tiga aspek :

1. Keberlanjutan ekonomi. Pembangunan yang mampu menghasilkan barang dan jasa secara
kontinu.
2. Keberlanjutan lingkungan. Sistem yang harus mampu memelihara sumberdaya yang stabil,
menghindari eksploitasi dan dapat memelihara keanekaragaman hayati, stabilitas ruang udara
dan fungsi ekosistem lainnya.
3. Keberlanjutan sosial. Sistem yang mampu mencapai kesetaraan, menyediakan layanan sosial
serta akuntabilitas politik.

Daly (1990) menjelaskan beberapa aspek mengenai definisi mengenai operasional berkelanjutan:

1. Untuk sumber daya alam terbarukan : laju pemanenan harus sama dengan laju regenerasi
(produksi lestari)
2. Untuk masalah lingkungan : laju pembuangan (limbah) harus setara dengan kapasitas asimilasi
lingkungan.
3. Sumber energi yang tidak terbarukan harus dieksploitasi secara quasi-sustainable, yakni
mengurangi laju deplesi dengan cara menciptakan energi substitusi.

Dua pengukuran berkelanjutan yang sering digunakan adalah :

1. Indikator Hartwick (Green NNP). Mengukur keberlanjutan pembangunan ekonomi yang berbasis
sumber daya alam tidak terbarukan.
2. Indikator Pearce-Atkinson (Genuine Saving)
Masa Depan Paradigma Keberlanjtuan

Jha dan Murthy mengusulka dalam pencarian paradigma baru keberlanjutan hendaknya
memperhatikan aspek berikut :

1. Perilaku generasi kini tidak dapat sepenuhnya menentukan perilaku generasi mendatang.
2. Generasi mendatang harus dipastikan memperoleh paling tidak tingkat konsumsi minimum.
3. Pergerakan harga sumber daya alam dan hak kepemilikan terhadap konsumsi di masa
mendatang harus sitentukan untuk menghindari eksp loitasi yang berlebihan terhadap sumber
daya alam.
4. Dalam situasi pasar tidak berfungsi, diperlukan intervensi non-pasar.
5. Intervensi yang benar merupakan strategi yang penting untuk menjaga keberlanjutan.
EKONOMI SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN

SUNARNO SASTROATMODJO

Ruang Lingkup Ekonomi Lingkungan

Ekonomi lingkungan mempelajari usaha manusia mengalokasikan sumberdaya sedemikian rupa


sehingga kebutuhannya terpenuhi dan sekaligus membatasi pencemaran lingkungan. Dengan demikian
pokok perhatian ekonomi lingkungan adalah (1) alokasi sumberdaya dan (2) lingkungan hidup.,

Semuanya ini berpangkal pada konsep efisiensi (efficiency) dan keadilan (equity). Efesiensi adalah
konsumsi barang-barang dan jasa jasa secara maksimum dengan tersedianya sumberdaya secara
terbatas, atau pemanfaatan sumberdaya secara minimum untuk menghasilkan barang-barang dan jasa-
jasa tertentu untuk dikonsumsikan. Keadilan adalah distribusi yang adil barag-barang dan jasa-jasa pada
semua satuan konsumen.

Pencemaran merupakan perubahan lingkungan yang mengganggu dan tidak diinginkan, serta diukur
berdasarkan pada jumlah yang masyarakat bersedia membayar untuk menghindari kerusakan bukan
dengan akumulasi bahan. Jumlah yang masyarakat bersedia membayar sama dengan kerusakan yang
disebabkan oleh bahan yang dibuang dan kerusakan ini semua ditanggung oleh konsumen.

Ruang lingkup ekonomi lingkungan bertalian dengan biaya pembuangan alas sehubungan dengan
tingkat produksi dan konsumsi (yang tinggi). Biaya ini meliputi keseluruhan dari (1) pengeluaran, baik
privat maupun publik, untuk mencegah pencemaran; (2) pengeluaran, baik privat maupun publik, untuk
menhindari kerusakan karena pencemaran. Masyarakat berusaha untuk memaksimumkan hasil dengan
meminimumkan biaya pembuangan sisa ini.

Dengan demikian ekonomi lingkungan, selain membicarakan hal-hal realitas kehidupan, misalnya
adanya pencemaran air, udara dan lahan dengan keadaan apa adanya yang positif (das Sein) dibicakan
pula hal hal keharusan yang normatif (das Sollen) seperti mutu baku lingkungan harus memenuhi ukuran
tertentu yang tak boleh dikesampingkan. Jadi lingkup ekonomi lingkungan luas seperti halnya induknya
ilmu ekonomi yang dapat positif dan normatif kedua-duanya (Sukanto Reksohadiprodjo, 1997; Sunarno
SastroAtmodjo, 2012).

Permasalahan Lingkungan Hidup

A. Kelangkaan Sumberdaya Alam

Untuk melakukan identifikasi apakah suatu sumberdaya itu semakin langka atau tidak, yaitu secara fisik.
Kelangkaaan secara fisik, sebagai contoh adalah sebuah tambang minyak, dengan cara tertentu dapat
diperkirakan cadangannya. Misalkan minyak yang terdapat ditambang tersebut sebanyak 10 juta barel
tersebut akan habis. Bila dieksploitasi secara kontinyu maka pada suatu saat 10 juta barel tersebut akan
habis. Dengan bantuan kemajuan teknologi dengan cara memberikan tekanan uap panas, tambang
minyak yang dulunya sudah dianggap habis cadangannya masih dapat dieksplotasi lebih lanjut.
Cadangan minyak yang ada pad awalnya diperkirakan menghasilkan 10 juta barel ternyata menghasilkan
lebih dari 10 juta barel.

Faktor-faktor yang menghambat kelangkaan


1. Inovasi. Dalam sejarah perkembanganya inovasi dapat dilihat sebagai respon terhadap
kelangkaan sumberdaya dalam bentuk tertentu. Inovasi membuat harga input lebih murah
sehingga manfaat ekonomi dari pengelolaan sumberdaya tertentu lebih meningkat
2. Substitusi Sumberdaya Alam yang Langka. Sumber daya yang langka digantikan dengan
sumberdaya yang relatif kurang langka dapat dilihat pada penggunaan kayu. Semula kayu
digunakan sebagai bahan utama kontruksi bangunan, arang untuk pengecoran logam, bantalan
kereta api dan berbagai penggunaan lainnya. Saat ini kontruksi bangunan lebih banyak
menggunakan semen, baja, bata, dan arang kayu digantikan batubara, bantalan kereta digantian
bantalan besi dan beton.
3. Perubahan Skala Ekonomis. Skala ekonomis dan kemajuan teknologi sangat berpengaruh
terhadap biaya rata-rata produksi. Kemajuan teknologi mampu mengurangi biaya rata-rata
produkti barang maupun jasa secara nyata.
4. Kemajuan Transportasi dan Perdagangan. Pengolahan kayu hutan menjadi kayu lapis di
Kalimantan, Sulawesi dikapalkan keseluruhan dunia, pasir besi dari Australia di olah di Jepang.
Kemudian transportasi dan perdagangan telah memungkinkan pengolahan sumberdaya alam
dilokasi pengambilan sumberdaya tersebut atau di tempat lain untuk meminimalkan biaya
proses produksi.
5. Daur Ulang. Daur ulang yang saat ini dilakukan terlalu kecil bila dibandingkan dengan kegiatan
produksi dan konsumsi. Terdapat alasan kuat mengapa daur ulang yang dilakukan oleh proses
mekanisme pasar terlalu kecil yaitu:
 Biaya pembuangan residu proses produksi tidak sepenuhnya bagian dari
pembentukannya. Beberapa jenis tertentu hanya dibuang ke tempat pembuangan dan
aliran air.
 Pemakaian bahan baku disubsidi relatif lebih besar dibanding bahan daur ulang.
Sebaiknya pajak untuk barang yang menggunakan bahan bekas lebih kecil dari bahan
baru (IN Baskoro & NS Damayanti, 1996; Sunarno S. Atmodjo, 2012).

B. Pencemaran Lingkungan
1. Limbah Manusia
Pada umumnya septic tanks tidak dikuras secara teratur dan banyak fasilitas umum, perumahan
memasang pipa sanitasinya langsung ke aliran air dalam upaya menekan biaya. Banyak fasilitas
MCK (mandi, cuci, kakus) saluran pembuangannya dibuat tidak mengikuti standar yang ada yang
berkaitan juga dengan kepadatan penduduk, sumber pengambilan air, daya resap tanah dan
kedalaman air tanah.
2. Polusi Udara Perkotaan
Peningkatan polusi udara merupakan ancaman kesehatan bagi masyarakat perkotaan dapat dilihat
pada pusat kota besar yang pada saat tertentu pencemarannya melebihi standar kesehatan.
3. Polusi yang Berasal dari Sektor Indusrti
Pencemaran atau polusi industri meningkat seiring dengan berkembangnya industri itu sendiri.
Makin tinggi konsentrasi industri makin tinggi beban pada ekosistem lokal dan makin tinggi tingkat
pencemarannya akan diikuti oleh kesehatan yang meningkat.
Pengelolaan sumber daya alam

A. Pola Pengelolaa Sumberdaya Alam


1. Pengelolaan Sumberdaya Alam Yang Tak Dapat Diperbaharui (Exhaustible Resource/Stock
Resources).
Kriteria efesiensi biaya yang harus dipenuhi bagi barang-barang pada umumnya adalah harga
sama dengan biaya produksi marjinal; sedangkan untuk Sumberdaya alam syarat efesiensi akan
terpenuhi bila harga Sumberdaya sama dengan biaya produksi marjinal ditambah biaya
alternative (Irawan & M Suparmoko; 1992).
2. Pengelolaan Sumberdaya Alam Yang Dapat Diperbaharui (Renewable Resources)
Hancurnya suatu kehidupan dalam proses pertumbuhan ekonomi jelas merupakan biaya/korban
dari pembanguan ekonomi dan ini merupakan "external cost" yang tidak diperhitungkan oleh
mereka yang melakukan pembangunan ekonomi.
Jenis Sumberdaya yang merupakan milik umum (a common property) seperti ikan-ikan dilaut
bebas (sulit diketahui siapa pemiliknya) akan ada kecenderungan untuk dieksploitasi secara
berlebihan (over exploitation) yang kemudian berakibat pada semakin besarnya resiko habisnya
Sumberdaya perikanan tersebut. Untuk mengatasi hal ini sering disarankan agar diciptakan
suatu definisi pemilikan atau pengawasan yang lebih jelas guna melindungi Sumberdaya itu dari
penggunaan yang berlebihan (Irawan & M Suparmoko: 1992: Sunarno S. Atmodio, 2012).

B. Model Penggunaan Optimal dan Eksternalitas


1. Model Penggunaan Optimal (Optimal Use Model)
Hukum pertumbuhan alamiah (natural growth law) berhubungan dengan jumlah
Sumberdaya yang ada (stock). Pertumbuhan tergantung pada jumlah stock yang ada. Mula-
mula peningkatan stock itu menaik sejalan dengan banyaknya stock, tetapi kemudian
menurun setelah stock itu mencapai suatu titik "carrying capacity" (kemampuan lingkungan
dalam menanggung beban). Hal ini karena adanya jumlah maksimum populasi yang dapat
bertahan untuk hidup (Irawan & M Suparmoko; 1992).
2. Eksternalitas (Externalities)
Suatu proyek baru, pasti akan merusak keadaan yang ada sebelumnya dan juga memiliki
dampak positif maupun negatif terhadap lingkungan sekitarnya. Hal ini kita sebut dengan
externalities. Kita dapat membedakan antara external economies dan external
diseconomies. External economies merupakan dampak positif yang ditimbulkan oleh suatu
kegiatan sehingga menguntungkan bagi lingkungan di luar kegiatan itu. Sebaliknya external
diseconomies merupakan dampak negatif yang timbul dari adanya suatu kegiatan. External
economies ini sering dianggap sebagai suatu external benefit dan external diseconomies
merupakan external cost; dimana masing-masing tidak pernah dipertimbangkan dalam
usaha produksi suatu perusahaan individual/swasta (Irawan & M Suparmoko, 1992; Sunarno
S. Atmodjo, 2012).
Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan yang berkelanjutan merupakan pembangunan yang tidak mengakibatkan berkurangnya


kapasitas produksi ekonomi di masa datang. Pemanfaatan yang berlebihan terhadap Sumberdaya alam
yang bersifat terbarui maupun tak terbarui dan kecerobohan dalam menjaga ekosistem dalam usaha
mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan menyebabkan proses pembangunan dalam jangka
panjang akan terhenti (Baskara IN & NS Damajanti, 1996; Sunarno S. Atmodjo, 2012).

A. Karakteristik Pembangunan Berkelanjutan

Karakteristik pembangunan yang berkelanjutan dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Kesempatan untuk memperbaiki sistem pendukung kehidupan.


2. Memaksimumkan produksi dari sumberdaya terbarui sesuai dengan kemampuan dan teknologi
yang ada.
3. Kesempatan untuk mengintegrasikan berbagai kegiatan.
4. Memperbaiki fungsi ekosistem.
5. Dukungan lembaga-lembaga untuk memperbaiki kapasitas skosistem untuk keanjutan
pembangunan.

B. Kondisi Berkelanjutan

Berkelanjutan memerlukan kondisi tertentu, antara lain:

1. Hasil yang berkelanjutan hanya dapat diperoleh dari Sumberdaya terbarui dengan menjaga
produktivitas jangka panjangnya.
2. Keuntungan dari pengurasan sumberdaya tak terbarui diinvestasikan pada sumberdaya
manusia, kapital dan kemajuan teknologi.
3. Limbah yang dibuang ke alam sebagai hasil kegiatan ekonomi dijaga agar tidak melampui
kemampuannya sehingga tidak merusak lingkungan (Baskara IN & NS Damajanti, 1996; Sunarno
S. Atmodjo, 2012).

Berkelanjutan Dalam Pembangunan Ekonomi

Sumber daya haruslah efisien sehingga mampu memberikan manfaat sebesar mungkin kepada
pemiliknya.

Pada analisis ekonomi statik tidak diperoleh keuntungan atau kerugian dengan menggeser
pemanfaatan Sumberdaya. Waktu bukanlah variabel yang diperhitungkan pada teori ekonomi statik,
sehingga masalah berkelanjutan tidak muncul.

Teori ekonomi dinamik menyebutkan bahwa waktu merupakan variabel penting yang diperhitungkan.
Dengan demikian konsep berkelanjutan dapat dikaitkan kedalamnya meskipun tidak selalu seperti yang
diharapkan. Dominasi konsep ekonomi dinamik adalah efisiensi dinamik yaitu pemanfaatan Sumberdaya
yang terbatas di antara berbagai waktu. Efisiensi dinamik diperoleh dengan membandingkan nilai yang
akan diperoleh pada masa datang dengan nilai sekarang sehingga dapat diperoleh pilihan yang paling
efisien untuk pemanfaatan suatu sumberdaya.
Efisiensi dinamik mengandung dual hal yang pertama yaitu keputusan yang diambil sekarang
berpengaruh terhadap nilai sumberdaya (kualitas dan jumlahnya) yang dapat dimanfaatkan oleh
generasi selanjutnya. Yang kedua adalah efisiensi dinamik menghasilkan pilihan terbaik untuk
pemanfaatan Sumberdaya yang terbatas jumlahnya diantara berbagai waktu ia masa depan dengan
memaksimumkan keuntungan yang diperoleh dengan nilai sekarang (Baskara IN & NS Damajanti, 1996;
Sunarno S. Atmodjo, 2012).

Nilai dan Etika Pembangunan Berkelanjutan

Agar supaya keempat sistem lingkungan dapat bekerja dengan baik, apabila terjadi saling mendukung
dan berkaitan, dengan menerapkan nilai-nilai dan etika pembangunan yang berkelanjutan, bagi semua
orang, bangsa dan negara, yang antara lain:

a. Nilai yang harus mendukung dan menjamin sistem bio-fisik bumi) dapat meneruskan fungsinya
untuk (alam, bumi) menyediakan sistem pemberi dukungan kepada terusnya kehidupan semua
makluk dan barang yang hidup.
b. Nilai untuk memahami, meyakini dan melaksanakan dalam wujud "konservasi nilai dasar dalam
sistem melestarikan sistem kehidupan dibumi dan alam bagi manusia.
c. Sistem lingkungan ekonomi adalah sistem yang mengelola sistem lingkungan (tanah, air, laut, isi
bumi, hutan, hujan dan sebagainya) oleh manusia yang bernalar, perberasaan dan beraspirasi.
d. Sistem politik yang harus dapat menopang kelangsungan hidup sistem lingkungan: konserfasi,
sistem lingkungan sosial yang mendukung keharmonisan, perdamaian dan keadilan, serta sistem
ekonomi yang harus menyediakan lapangan kerja dan keuangan yang diperlukan oleh 210 juta
orang, harus sistem politik yang membuka kesempatan kepada semua orang untuk turut
berpartisipasi dan menentukan kebijaksanaan dan cara bagaimana sistem bio fisik, sosial dan
ekonomi dikelola.
e. Sumberdaya lingkungan adalah anugerah dan karunia Tuhan pencipta Alam dan diamanahkan
kepada manusia. Mengelola lingkungan dengan baik dan bijaksana merupakan amal ibadah yang
luhur (Ediyono SH, 2003; Sunarno S. Atmodjo, 2012).
AKTIFITAS EKONOMI DALAM PERSPEKTIF RUANG DAN LINGKUNGAN

Dr. YUDI ANTOMI, M.Si

Teori Lokasi Dalam Geografi Ekonomi

Masalah yang sering terjadi dalam ekonomi adalah tentang kelangkaan sumber daya dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat. Kelangkaan sumber daya ini dapat disebabkan oleh banyak faktor di antaranya
adalah terbatasnya ketersediaan atau jumlah bahan baku, letak geografis suatu daerah, pertumbuhan
penduduk yang sangat cepat, lambatnya perkembangan teknologi, dan kurangnya kemampuan
produksi. Lambannya perkembangan teknologi serta letak geografis daerah ini akan menyebabkan
masalah distribusi barang sehingga penyebaran pasokan menjadi tidak merata atau tidak tepat sasaran
sedangkan jumlah permintaan terus meningkat karena jumlah penduduk yang kian bertambah.

Kelangkaan ini menyebabkan kita harus mencari alternatif agar pemenuhan permintaan akan barang
dan jasa tersebut berjalan secara efektif dan efisien di mana barang produksi atau barang yang
direncanakan untuk diproduksi harus benar benar berdasarkan kebutuhan pasar dan keinginan dari
konsumen dengan memanfaatkan teknologi dan ilmu pengetahuan seluas-luasnya sehingga bisa
menekan jumlah biaya produksi sebesar-besarnya. Sehingga kita harus memikirkan secara akurat dan
matang tentang apa yang akan kita produksi serta siapa yang menjadi target dari barang produksi
tersebut, lalu setelah itu hal lain yang juga penting adalah bagaimana barang tersebut diproduksi dan di
mana lokasi yang tepat untuk melakukan produksi sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang
maksimal.

Penentuan Lokasi

Terbentuknya sebuah perusahaan atau barang produksi merupakan imbas dari adanya permintaan dari
pasar. Banyaknya jumlah permintaan juga akan mengakibatkan besar dan kecilnya skala produksi yang
nantinya akan menjadi pertimbangan dalam menentukan lokasi perusahaan. Hal lain yang perlu
diperhatikan dalam menentukan lokasi adalah ketersediaan bahan baku dan modal sesuai dengan
barang produksi yang diinginkan. Sebaiknya perusahaan yang akan dibangun terletak dekat dengan
sumber bahan mentahnya. Ketersediaan tenaga juga perlu diperhatikan sebagai bentuk kepedulian
terhadap lingkungan sosial. Perusahaan yang letaknya terjangkau dengan medan yang tidak sulit serta
dekat dengan rumah penduduk akan dapat menarik tenaga kerja dengan memberdayakan masyarakat
sekitar. Kedua faktor di atas (bahan mentah dan tenaga) akan selalu berkaitan dengan penggunaan
angkutan atau transportasi. Angkutan ini berfungsi untuk mengangkut bahan baku, modal dan tenaga
ke tempat produksi serta menghantarkan output produksi ke pasar.

Sebagaimana yang telah disebutkan di atas bahwa skala produksi akan mempengaruhi pemilihan
lokasi. Dengan skala produksi yang besar maka perusahaan akan memerlukan lahan yang luas, maka
lokasi yang tepat untuk mendirikan perusahaan adalah daerah di pinggiran kota atau pedesaan dengan
harga tanah yang relatif lebih murah. Perusahaan berskala kecil dapat memiliki pilihan lokasi yang lebih
banyak karena tidak memerlukan lahan dalam jumlah besar.

Pengendalian polusi merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan baik oleh pemilik perusahaan
maupun oleh pemerintah. Ketika hendak menentukan letak pabrik/perusahaan maka harus
diperhatikan jumlah limbah yang akan dihasilkan dan bagaimana cara mengolah limbah tersebut agar
tidak menjadi polusi yang dapat membahayakan lingkungan. Perusahaan yang berada dekat dengan
lingkungan masyarakat tentunya harus mengolah limbahnya secara maksimal agar polusi tidak sampai
ke rumah-rumah penduduk yang dapat membahayakan kesehatan mereka, terutama polusi yang
disebabkan oleh asap pabrik. Limbah selalu menjadi momok bagi perusahaan karena memerlukan biaya
yang besar dalam pengelolaannya. Pembuangan limbah yang telah melalui proses pensterilan pun tidak
dapat dilakukan sembarangan. Pemerintah melarang ketat perusahaan-perusahaan membuang limbah
ke aliran sungai atau ke lingkungan sekitar. Pemerintah bahkan telah menerapkan undang-undang
pengolahan limbah B3 dan pengendalian kualitas udara bagi seluruh perusahaan di Indonesia.

Ekonomi Berbasis Lingkungan

Pada dasarnya aktivitas ekonomi tidak akan terjadi jika tidak adanya lingkungan yang sesuai. Salah satu
pemanfaatan lingkungan adalah sebagai sarana sumber bahan mentah. Bumi dengan segala isinya
dipenuhi dengan berbagai sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya bahkan dalam jumlah banyak pemanfaatan sumber daya alam ini dapat dijadikan
sebagai peluang bisnis bagi pengusaha. Banyak sekali contoh pemanfaatan lingkungan sebagai sumber
bahan mentah yang dapat kita kaji, seperti sumber daya air minum, sumber daya gas dan minyak
bumi, sumber daya tanah, sumber daya ikan dan kelautan.

A. daya tampung dan daya dukung lingkungan

Daya tampung lingkungan adalah kemampuan suatu lingkungan hidup dalam menyerap zat, energi dan
komponen lainnya yang masuk ke dalam lingkungan tersebut, sedangkan.

Daya dukung lingkungan adalah kemampuan suatu lingkungan hidup untuk mendukung dan
memfasilitasi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.

B. Faktor Penyebab Menurunya fungsi lingkungan


1. Barang Publik. Barang publik merupakan barang atau sumber daya alam apapun termasuk
lingkungan yang dapat digunakan, dimanfaatkan, dan dieksploitasi oleh siapa pun dan tanpa
syarat apapun. Individu dan pihak swasta kebanyakan tidak bersedia melalukan atau
mengusahakan pemeliharaannya karena tidak memungkinkannya penarikan biaya terhadap hal
tersebut dengan tujuan mencari keuntungan. Padahal kelestarian lingkungan sangat bermanfaat
bagi masyarakat sekitarnya.
2. Barang Milik Bersama/Umum. Masih sedikitnya aturan atau bahkan tidak ada aturan sama
sekali terhadap hak atau milik bersama/umum ini. Setiap orang akan merasa memiliki dan
berhak terhadap barang atau sumber daya alam tersebut. Dengan demikian mereka akan
berlomba-lomba untuk mendapatkan haknya sebelum diambil oleh orang lain yang kemudian
menyebabkan kepunahan dan kerusakan lingkungan.
3. Eksternalitas. Apabila perusahaan atau industri tidak mempertimbangkan manfaat eksternal
maka barang produksi yang dihasilkan akan berkurang, dan sebaliknya apabila perusahaan atau
industri tidak mempertimbangkan biaya eksternal maka barang produksi yang dihasilkan akan
meningkat. Dengan demikian kegiatan ekonomi tersebut menjadi tidak efisien
4. Bernilai rendah. Karena sifatnya sebagai barang publik dan milik bersama kerap kali sumber
daya alam dan lingkungan dihargai atau dinilai rendah bahkan tidak dihargai sama sekali. Karena
sifatnya tersebut lingkungan tidak memiliki transaksi sebagaimana layak barang dan jasa di
sebuah aktivitas ekonomi.

C. Peran Pemerintah
Peranan pemerintah dalam mengelola sumber daya alam dan lingkungan ini adalah dengan
membuat berbagai kebijakan yang menguntungkan lingkungan. Hal ini bertujuan agar fungsi
lingkungan tetap terjaga.
a. Mengubah hak milik atau penguasaan terhadap sumber daya alam dan lingkungan dari hak
bersama menjadi hak perseorangan. Diharapkan dengan mengubah status barang publik tersebut
menjadi hak perseorangan maka akan cenderung lebih terpelihara karena biasanya yang memiliki
akan lebih menghargai miliknya.
b. Mengupayakan penginternalan biaya eksternal. Dengan demikian pemerintah dengan lembaga
terkait harus bersiap dengan metode dan alat Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
seperti Rencana Kelola Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) untuk setiap
kegiatan ekonomi/industri.
C.Memanfaatkan tekanan sosial, yaitu pemerintah berupaya untuk mempengaruhi konsumen
untuk dapat menekan produsen untuk bersifat "ecofriendly" mulai dari aktivitas awal pengambilan
bahan baku, proses produksi, hingga sampai ke tangan konsumen.
d. Menghimbau perusahaan atau industri untuk melakukan audit lingkungan yang difasilitasi oleh
pemerintah. Adapun tujuan dari dilakukannya audit lingkungan ini adalah sebagai berikut:
• Mengidentifikasi risiko lingkungan.
• Sebagai dasar untuk melaksanakan kebijakan pengelolaan lingkungan atau sebagai dasar
penyempurnaan rencana sebelumnya.
• Meningkatkan partisipasi pemerintah, swasta, dan masyarakat terhadap kelestarian lingkungan.
f.Pemberian insentif terhadap siapa saja yang melakukan pengelolaan lingkungan yang baik.
Adapun nama program pemerintah ini diantarnya adalah program Kalpataru, Adipura, dan
sebagainya.

Interaksi Antara Sistem Ekonomi dan Lingkungan

Sistem ekonomi pada dasarnya selalu berkaitan dengan sistem lingkungan, sistem ekonomi tidak akan
berjalan tanpa adanya sistem lingkungan. Semua barang dan jasa yang dihasilkan dari aktivitas ekonomi,
baik dari aktivitas primer, sekunder dan tersier diperoleh dari alam. Selain memperoleh bahan mentah
dari alam, aktivitas ekonomi juga menghasilkan limbah yang kemudian juga di buang ke alam. Hal ini
terutama terjadi pada aktivitas sekunder seperti industri manufaktur. Misalnya, industri tekstil yang
mengambil bahan bakunya dari produsen primer berupa kain di mana produsen primer menghasilkan
kain dari serat serat tumbuhan yang dibuat dan dipintal menjadi kain. Lalu industri tekstil membuang
limbah yang dihasilkan dari proses produksinya ke sungai (alam).

Sistem alam adalah sistem yang mendukung dan melengkapi semua sistem di dunia demi memenuhi
kebutuhan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya, seperti menyediakan udara, air, panas bumi,
cahaya matahari, sumber daya alam, keanekaragaman hayati, kesenangan dan asimilator alami. Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa ketika limbah yang dibuang ke lingkungan melebihi kapasitas
atau daya tampungnya maka lingkungan akan berhenti menguraikan limbah tersebut dan terciptalah zat
pencemar. Pencemaran terhadap lingkungan yang terlalu berlebihan hingga mengganggu aktivitas
manusia dalam melakukan aktivitas ekonomi justru berdampak negatif terhadap sistem perekonomian
karena dapat menimbulkan biaya yang besar untuk melakukan penanggulangannya belum lagi kerugian
yang dialami akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh pencemaran tersebut.

Teori ekonomi klasik mengatakan bahwa alam memiliki semua persediaan yang dibutuhkan manusia,
sehingga ketersediaan sumber daya alam dan jasa lingkungan dianggap selalu bisa mencukupi
kebutuhan manusia dan tidak akan habis yang menyebabkannya menjadi tidak berharga, Namun teori
ini justru terbantahkan karena SDA dan jasa lingkungan yang semakin berkurang seiring bertambahnya
jumlah penduduk dan meningkatnya pendapatan per kapita penduduk tersebut. Hingga tercipta
kelangkaan, di mana manusia merasa kesulitan untuk memperoleh barang dan jasa yang dibutuhkannya.
Kondisi yang demikianlah yang menyebabkan SDA dan jasa lingkungan kemudian dipertimbangkan
sebagai barang ekonomi yang harus dibayar dengan nilai tertentu.

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Lingkungan

Faktanya bahwa penurunan fungsi lingkungan yang banyak terjadi saat sekarang ini adalah sebagai
akibat dari aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh manusia, terutama sektor industri yang menghasilkan
limbah dalam jumlah besar. Dengan demikian sektor-sektor tersebutlah yang bertanggung jawab
terhadap kerusakan lingkungan dan meningkatnya jumlah pencemaran. Sebagai gantinya pemerintahlah
yang mengemban tugas untuk melakukan perbaikan terhadap kerusakan lingkungan yang ada sebelum
semakin parah dengan membuat berbagai kebijakan ekonomi yang berguna bagi kelestarian lingkungan.

Penurunan fungsi lingkungan yang terjadi bukan serta merta hanya karena terciptanya kegiatan
ekonomi dalam suatu wilayah, tetapi juga merupakan dampak dari suatu sistem produksi dan konsumsi
yang terakumulasi dari beberapa waktu yang lalu hingga saat ini. Tingkah laku produsen dan konsumen
perlu ditinjau dan dikaji, karena bagaimana perlakuan mereka terhadap lingkungan sangat berpengaruh
terhadap kelestarian lingkungan tersebut. Dengan adanya integrasi yang baik antara perspektif
lingkungan dan berbagai kebijakan ekonomi yang dilakukan pemerintah maka perlindungan lingkungan
dapat tercapai.

Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa sifat milik umum yang dimiliki oleh sumber daya alam
dan lingkungan membuatnya menjadi tidak dihargai dan terjadi penggunaan dan pengeksploitasian
secara berlebih lebihan yang justru berdampak terhadap kemerosotan nilai lingkungan yang semakin
parah dan terus meningkat dari waktu ke waktu. Oleh karena itu diperlukan kebijakan ekonomi yang
baru dengan memasukkan dimensi lingkungan untuk setiap keputusan yang diambil, misalnya dengan
pemberian harga atau nilai moneter terhadap berbagai produk dan jasa yang berasal dari sumber daya
alam dan lingkungan.

Syarat-Syarat Pembangunan Berkelanjutan

1. Adanya kehidupan masyarakat yang sejahtera dan harmonis. Sebab masyarakat yang hidup
sejahtera dapat menciptakan kehidupan yang berkelanjutan baik di bidang ekonomi, sosial,
politik dan juga di bidang lingkungan.
2. Tersedianya modal/kapital, sumber daya alam, sumber daya manusia yang mumpuni dan
teknologi. Biasanya hal ini diwariskan oleh generasi sebelumnya atau generasi saat ini. Generasi
saat ini dituntut senantiasa memelihara dan melestarikan faktor-faktor produksi terutama faktor
produksi alami seperti sumber daya alam dan lingkungan sehingga bisa berdampak positif
terhadap generasi yang akan datang.
3. Terjaganya sumber daya alam dan lingkungan yang ada. Limbah yang dihasilkan dari sebuah
proses produksi tidak hanya sebatas produk samping atau produk yang tidak diinginkan. Produk
jadi yang semulanya diinginkan dan digunakan lambat laun akan menjadi limbah yang tidak
berguna karena rusak atau masa penggunaan yang terlalu lama.

Menurunnya jumlah ketersediaan sumber daya alam dan penurunan fungsi lingkungan yang disebabkan
oleh pembangunan ekonomi seharusnya sudah diperhitungkan ke dalam nilai produk domestik bruto
agar diperoleh indikator pembangunan yang sesuai. Meskipun hingga saat ini, pemikiran tantang
pembangunan ekonomi adalah hal yang utama masih terus ada. Terkadang para pelaku ekonomi dan
pembuat kebijakan masih terfokus untuk menaikkan hasil produksi.

Konsep lain yang membuat perhatian para pembuat kebijakan dan pelaku ekonomi jarang
memperhatikan aspek lingkungan adalah karena adanya anggapan bahwa berkurangnya volume sumber
daya alam seperti sumber daya hutan, minyak bumi dan gas alam berarti meningkatkan pendapatan
tanpa memperhitungkan volume SDA yang hilang tersebut. Selain itu, anggapan bahwa sumber daya
alam dan lingkungan yang telah rusak dapat diperbaiki kembali, padahal terdapat beberapa SDA dan
lingkungan yang bahkan dengan cara apapun tidak dapat diperbaiki.

Pendapatan yang Berkelanjutan (Sustainable Income) atau Pendapatan Hijau (Green Income)

Pendapatan berkelanjutan atau pendapatan hijau adalah dua istilah yang sama untuk menggambarkan
bagaimana pendapatan seseorang atau kelompok orang tidak mempengaruhi kebutuhan konsumsi pada
generasi di masa depan. Sehingga perlu diperhitungkan tentang kemerosotan nilai lingkungan dan
penipisan sumber daya alam terhadap besarnya pendapatan nasional yang tertuang dalam nilai Produk
Nasional Bruto dan Produk Domestik Bruto. Lalu apa kaitannya antara kemerosotan nilai lingkungan dan
kerusakan sumber daya alam terhadap aktivitas ekonomi? Kemerosotan nilai lingkungan akan
mengakibatkan berkurangnya kapasitas produksi dan akan menguras banyak modal finansial untuk
memperbaiki kerusakan lingkungan akibat aktivitas ekonomi yang berlebihan. Lalu kerusakan parah
terhadap sumber daya alam akan mengakibatkan berkurangnya sumber modal alami ini.

Apa kelebihan dari konsep PDRB hijau ini? Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya ketumpang
tindihan antara pendapatan dan habisnya sumber modal alami yang justru merugikan negara. Sebagai
contoh, terjadinya pencatatan kenaikan jumlah pendapatan yang tidak seiring dengan perbaikan kualitas
lingkungan. Misalnya, orang menebang pohon di hutan untuk melakukan produksi dan mencatatnya
sebagai kenaikan pendapatan negara sedangkan penyusutan sumber daya alami berupa hutan justru
melebihi pendapatan tersebut yang justru mengakibatkan kerusakan lingkungan yang parah.

Agar dapat mengawasi keberadaan sumber daya alam dan keadaan lingkungan agar dapat digunakan
sebagai dasar perencanaan pembangunan maka diperlukan sebuah neraca hijau untuk menghitung
pendapatan nasional (green income) atau pendapatan daerah yang sumber daya alam dan
lingkungannya diawasi. Adapun tujuan green income ini adalah untuk mengetahui berapa banyak
ketersediaan awal sumber daya alam, berapa yang telah digunakan, berapa yang rusak dan hilang, dan
berapa cadangan sumber daya baru yang telah ditemukan. Sehingga dapat di peroleh total dari
cadangan akhir yang kita miliki.

Dalam PDRB hijau ini berkurangnya sumber daya alam serta polutan yang dihasilkan akibat kegiatan
tersebut dicatat sebagai pengurangan pendapatan. Hal ini berguna sebagai dasar untuk memperbaiki
kembali sumber daya alam yang telah di eksploitasi, sehingga tidak terjadi kerusakan lingkungan yang
semakin parah serta cadangannya dapat dipersiapkan untuk generasi yang akan datang.

PDRB Hijau dan Pembangunan

PDRB hijau merupakan pengembangan dari PDRB cokelat atau PDRB konvensional guna untuk
mempertahankan keberadaan sumber daya alam dan lingkungan agar dapat digunakan oleh generasi
yang akan datang. PDRB cokelat atau PDRB konvensional sendiri dibuat untuk mengetahui hasil dari
berbagai aktivitas ekonomi, perkembangan dan pertumbuhan ekonomi serta tren ekonomi di masa yang
akan datang. Namun sayangnya, PDRB konvensional hanya mencatat kerugian atau penurunan modal
fisik tanpa memikirkan berkurangnya kualitas lingkungan serta berkurangnya ketersediaan sumber daya
alam.

Dengan demikian, PDRB hijau ini bertujuan untuk menyempurnakan metode PDRB cokelat sebelumnya.
PDRB bisa mengukur perekonomian Indonesia lebih jauh lagi termasuk di antaranya tingkat
kesejahteraan masyarakat pada masa tertentu dan dapat mengetahui tren kesejahteraan masyarakat
dari tahun ke tahun hingga dapat memprediksi tren di masa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai