Anda di halaman 1dari 5

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan


Sejak 1980-an, terjadi kecenderungan yang meningkat dalam kerugian akibat bencana.
Selama periode 1980 s/d 2012, kehilangan total akibat bencana dilaporkan mencapai
USD 3,8 trilyun (World Bank, 20142). Bencana mengakibatkan penduduk terperangkap
dalam kemiskinan. Keluarga miskin dan terpinggirkan cenderung kurang mampu
bertahan dan menghadapi kesulitan yang lebih besar dalam menyerap dan memulihkan
diri dari dampak bencana.

Risiko bencana tengah meningkat utamanya sebagai hasil dari peningkatan


keterpaparan penduduk dan aset terhadap bahaya alamiah (natural hazards). Bencana
alam pada dasarnya terjadi sebagai manifestasi dari risiko bencana sebagai
transformasi dari keberadaan bahaya alamiah yang melanda kawasan yang terpapar
dan mengandung sejumlah kerawanan secara inheren. Kekeliruan dalam perencanaan
pembangunan dapat meningkatkan potensi keterpaparan terhadap bahaya alamiah,
sementara kemiskinan dan kerusakan lingkungan juga makin meningkatkan kerawanan
yang melekat pada unsur-unsur yang terpapar. Seluruhnya ini risiko bencana akan
makin diperparah oleh ancaman perubahan iklim yang melanda perkotaan. Manajemen
Kota kerap kali reaktif terhadap bencana dan kurang mempertimbangkan cara-cara
mengurangi atau mengelola risiko secara komprehensif dan berpendekatan
pencegahan.
Resilient city adalah konsep perencanaan kota dimana kota diharapkan bisa tetap
memfungsikan berbagai sistemnya ketika ada gangguan semisal bencana. Kedudukan
penerapan resilient city sangat penting mengingat posisi kebanyakan kota-kota di
Indonesia yang tidak terlepas dari berbagai jenis ancaman bencana alam dan bencana
akibat perilaku manusia didalamnya. Konsep resilient city sejalan dengan Undang-
Undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang menjelaskan bahwa
penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional
yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan, berlandaskan wawasan nusantara
dan ketahanan nasional dengan terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pecegahan
dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
Kota Manado rawan terhadap bencana karena umumnya berada di dataran rendah dan
rentan terhadap dampak terkait perubahan iklim.
Isu strategis terkait dengan bencana Manado dan sekitarnya adalah keberadaan multi
risiko bencana (banjir, longsor, tsunami, gempa bumi, dan erupsi gunung api)
merupakan suatu kenyataan yang menegaskan kondisi kerentanan wilayah ini, yang
membutuhkan upaya penanggulangan yang terintegrasi dan sistemik; kondisi ini
menjadi sangat penting bila dilihat dengan isu perkembangan dan fisik wilayah Manado,
antara lain: kepadatan penduduk kota Manado yang tinggi, akibatnya perumahan mulai
menggerus wilayah yang seharusnya tidak dikembangkan, misalnya wilayah
perbukitan, wilayah sempadan sungai, dan sempadan pantai; kondisi fisik wilayah yang
berada di pesisir hingga pegunungan, dengan wilayah yang bisa dikembangkan relatif
sempit; dan Manado merupakan salah satu pusat pertumbuhan utama ekonomi.

Faktor penyebab dan kronologis bencana yang multi risiko perlu dilihat secara sistemik,
mulai dari bagian hulu hingga hilir, dengan mengidentifikasi akar penyebabnya.
Pertama, faktor penyebab banjir Manado yang multi resiko adalah hilangnya tutupan
lahan bervegetasi hutan menjadi lahan terbuka dan kawasan perumahan/terbangun di
sekitar Manado, sebagai indikasi rusaknya daerah resapan akibat pembangunan kota
yang serampangan. Kedua, kondisi geologi wilayah rentan, terdapat sesar (patahan)
aktif di sebelah Timur Manado, yang berpotensi gempa atau tanah longsor; run off
tinggi akibat jenis tanah dan kemiringan lahan di bagian hulu dan tengah (ditambah
tutupan lahan bervegetasi yg semakin berkurang). Ketiga, kondisi aliran sungai,
terutama daerah sempadan sungai (Sungai Tondano, Tikala, Sario, Mahawu dan
Malalayang) sangat sempit dengan penggunaan lahan permukiman dan bangunan
yang mengambil ruang sempadan bahkan badan air sehingga menghalangi aliran
sungai, dan menyebabkan genangan yang cukup lama. Keempat, curah hujan yang
tinggi, pada saat kejadian 15 Januari 2014 curah hujan di bagian hulu mencapai
peningkatan 450% dan teridentifikasi muka air sungai naik 5-10 m, dan semakin
membesar ke hilir, dan Kelima, gelombang pasang pantai, diinformasikan pada saat
tersebut muka air laut di pantai Manado meningkat pula sebesar 2-3 meter, sehingga
menghambat aliran sungai ke laut.

Dengan pembangunan kota Manado yang semakin hari semakin menigkat, dari fakta-
fakta serta kejadian-kejadian yang disebutkan di atas menunjukkan bahwa, kita perlu
mengetahui tingkat ketangguhan dan ketahanan kota Manado

Penulis merasa tertarik dengan masalah ini karena, penulis ingin mengamati seberapa
besar tindakan-tindakan pencegahan yang di lakukan pemerintah Kota Manado di
daerah rawan bencana, penulis juga hendak mengamati seberapa banyak
implementasi dari kegiatan pencegahan tersebut yang sudah terlihat di Kota Manado.
Sehingga pada akhirnya penulis dapat mengetahui tingkat ketangguhan dan ketahanan
Kota Manado dari bencana.

1.2 Rumusan Masalah


- Dimana daerah-daerah rawan bencana banjir, gunung api, tsunami, gempa bumi,
longsor dan kekeringan di Kota Manado?
- Sebarapa besar tingkat ketanguhan dan kerentanan Kota Manado terhadap
bencana banjir, gunung api, tsunami, gempa bumi, longsor dan kekeringan?

1.3 Maksud dan Tujuan


Maksud
- Mengetahui daerah-daerah rawan bencana banjir, gunung api, tsunami, gempa
bumi, longsor dan kekeringan di Kota Manado.
- Mengetahui tingkat ketanguhan dan kerentanan Kota Manado terhadap bencana
banjir, gunung api, tsunami, gempa bumi, longsor, dan kekeringan.
Tujuan
- Mengidentifikasi daerah-daerah rawan bencana banjir, gunung api, tsunami,
gempa bumi, longsor dan kekeringan di Kota Manado.
- Mengukur tingkat ketanguhan dan kerenanan Kota Manado terhadap bencana
banjir, gunung api, tsunami, gempa bumi, longsor dan kekeringan
1.4 Manfaat Penelitian
Penlitian ini diharapkan dapat bermanfaat pada bidang tata ruang dalam kebijakan
mengenai pola ruang dan struktur ruang yang tanggap bencana bagi pihak-pihak terkait
dalam ilmu perencanaan wilayah. Secara khusus, manfaat yang diharapkan dari
penelitian ini adalah :

1.4.1 Manfaat Teoritis


Secara teoritis, penelitian ini dapat dijadikan bahan pengukur tingkat ketanguhan dan
ketahanan dalam pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang tanggap
bencana.

1.4.2 Manfaat Praktis


Manfaat praktis yang diperoleh dari penelitian ini oleh berbagai pihak adalah :

 Bagi pemerintah
Sebagai sumber acuan untuk menciptakan perencanaan dan penetapan
kebijakan ketata ruangan khususnya dalam hal pengurangan dampak bencana.
 Bagi Masyarakat
Memberikan pengertian / wawasan mengenai daerah-daerah rawan bencana
sehingga memberikan tindakan antisipatif bagi masyarakat setempat sebelum
terjadinya bencana.
 Bagi penulis
Mengembangkan pengetahuan, ilmu dan kemampuan dalam mengamati
ketanguhan dan ketahanan suatu kota dan menyusun karya ilmiah, khusunya
dalam bidang ketata ruangan yang mitigatif terhadap bencana.

1.5 Ruang Lingkup


Ruang lingkup pembahasan penelitian ini terbagi menjadi 2, yaitu:

1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah


Ruang lingkup lokasi studi yang akan dibahan dalam penelitian ini yaitu di Kota
Manado, Ibukota provinsi Sulawesi Utara. Adapun batas wilaya kota Manado sebagai
berikut :

 Sebelah utara : Kabupaten Minahasa Utara


 Sebelah timur : Kabupaten Minahasa Utara dan Kabupaten Minahasa
 Sebelah selatan : Kabupaten Minahasa
 Sebelah Barat : Laut Sulawesi

Gambar 1.1 Peta Administrasi Kota Manado dan Lokasi Studi


Sumber : Manado dalam angka

1.5.2 Ruang Lingkup Materi


Ruang lingkup materi dalam penelitian ini dibatasi pada evaluasi kebijakan dan kegiatan
terhadap kebencanaan serta mengukur tingkat ketangguhan dan ketahanan Kota
Manado melalui pengidentifikasian di lapangan serta evaluasi kebijakan dan peraturan
yang sudah ada terutama mengenai kebencanaan, selanjutnya dinilai dengan kriteria
penilaian ketangguhan dan ketahanan kota. Objek penelitian ini adalah seluruh daerah
di Kota Manado yang memiliki resiko bencana.

1.6 Sistematika Penulisan


Bab I : Pendahuluan
Membahas tentang permasalahan yang di angkat penulis serta ketertarikan penulis
terhadap penelitian ini.
Bab II : Kajian Teori
Pada bab ini penulis hendak menjelaskan atau membahas permasalahan atau kata
kunci yang diangkat. Semua penjelasan yang disampaikan didukung oleh teori, regulasi
atau standar yang terkait dengan permasalahan yang hendak di analisis.
Bab III : Metodologi Penelitian
Pada bab ini penulis hendak menjelaskan mengenai lokasi penelitian di dalamnya
mengenai masalah yang ditemukan pada lokasi penelitian dan alasan pemilihan lokasi.
Bab ini juga menjelaskan metode penelitian yang akan digunakan penulis untuk
mendukung lancarnya proses penelitian.
Bab IV : Penutup
Penulis hendak menyampaikan kesimpulan yang didapat, berdasarkan maksud yang
penulis sudah tuliskan sebelum memulai pengidentifikasian. Setelah itu peneliti akan
memberikan saran, sehingga diharapkan dapat menjadi masukan bagi stakeholder,
seperti yang sudah dikemukakan lewat tujuan penulisan.

1.7 Kerangka Pikir

Bencana alam adalah fenomena yang sering terjadi di


kota Manado

Kebijakan – kebijakan tata ruang di Kota Manado belum cukup tanggap terhadap berbagai
bencana alam terbukti dengan masih terjadi pelanggaran-pelanggaran dalam
pembangunan serta kegiatan yang mendukung pengurangan dampak dari bencana masih
jarang dilakukan.

Daerah-daerah mana yang merupakan Sebesar apa tingkat ketanguhan dan


daerah rawan bencana di Manado? ketahanan Kota Manado terhadap
bencana?

Analisis Risiko

Penilaian ketangguhan dan ketahanan


Peta daerah risiko bencana banjir, kota terhadap bencana banjir, longsor,
longsor, gunung api, tsunami, gempa gunung api, tsunami, gempa bumi dan
bumi, dan kekeringan kekeringan.

Hasil penilaian ketangguhan dan ketahanan terhadap


bencana

Pemberian rekomendasi berdasarkan hasil


penilaian

Kesimpulan dan Saran

Anda mungkin juga menyukai