A. GREEN WATER
Pengembangan green water meliputi pengelolaan pencemaran air, pengelolaan sanitasi terpadu,
menjamin ketersediaan air dengan memperbanyak daerah tangkapan air dan menghindari dampak
banjir.
Menurut PP No. 82 Tahun 2001, limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang
berwujud cair. Limbah cair atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah
tangga, industry, maupun tempat – tempat umum lainnya dan pada umumnya mengandung bahan –
bahan atau zat – zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia dan mengganggu lingkungan
hidup.
Di Indonesia hanya sebagian penduduk dilayani oleh system pengumpul air limbah. Untuk melayani
seluruh penduduk perlu dibangun system dengan biaya yang sangat mahal.
Kota yang memiliki system pengumpul adalah : Bandung, Medan, Cirebon, Surakarta,
Yogyakarta, dan Jakarta.
Sampai saat ini masih banyak kota menangani drainase dengan paradigma lama yakni
mengalirkan air hujan yang berupa limpasan secepat-cepatnya ke penerima air/badan air
terdekat.
penanganan masih bersifat teknis belum mempertimbangkan factor lingkungan, social-ekonomi,
dan budaya, serta kesehatan lingkungan.
1) Air limbah yang bersumber dari rumah tangga yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman dan
aktivitas penduduk. Biasanya berupa air bekas cucian dapur, air bekas mandi, tinja, air senin,
dan umumnya terdiri dari bahan – bahan organik
2) Air limbah yang bersumber dari industry.
3) Air limbah perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat –tempat umum, tempat ibadah,
dan sebagainya. Pada umumnya zat yang terkandung dalam jenis air limbah ini sama dengan air
limbah rumah tangga.
1) Sistem Terpisah
i. Sistem penyaluran air limbah: menyalurkan air limbah dari perumahan dan fasilitas
umum maupun industry
ii. Sistem penyaluran air hujan : membawa air limpasan dari hujan yang jatuh di atap
gedung, jalan dan permukaan lainnya
2) Sistem Gabungan : Menggabungkan system penyaluran air hujan dalam satu saluran
Alasan penggunaan system terpisah :
Air limbah perlu dialirkan ke instalasi pengolahan air limbah untuk diperbaiki kualitasnya
sebelum dibuang ke sungai/laut
Sistem perlu direncanakan untuk melayani aliran maksimum
Jika hujan turun, system gabungan akan menerima aliran 50x aliran normal
Hal ini berarti instalasi pengolahan harus direncanakan dengan ukuran yang berlebihan
atau air limbah akan meluap dari sistemnya dan masuk ke sungai/kali
Apabila kualitas air yang digunakan belum memenuhi persyaratan, harus diolah terlebih dahulu.
Pengelolaan dilakukan dengan cara fisika-kimia, diantaranya penyaringan, pengendapan dengan
bantuan koagulan, penukaran ion, dan lain – lain
Tingkat kekotoran air limbah ditentukan oleh sifat fisik yang mudah terlihat. Sifat fisik yang penting
adalah kandungan zat padat yang berdampak pada estetika, kejernihan, bau, warna, dan temperature.
Sifat – sifat fisik yang umum diuji pada limbah cair adalah :
Karakteristik Kimiawi
Kandungan bahan kimia yang di dalam air limbah dapat memengaruhi fungsi lingkungan. Bahan organic
terlarut dapat mengurangi bahkan menghabiskan oksigen dalam limbah dan akan menimbulkan rasa
dan bau yang tidak sedap pada penyediaan air bersih. Pengelolaan secara kimia adalah proses
pengelolaan yang menggunakan bahan kimia untuk mengurangi konsentrasi zat pencemar dalam air
limbah. Proses ini menggunakan reaksi kimia untuk mengubah air limbah yang berbahaya menjadi
kurang berbahaya. Proses yang termasuk dalam pengolahan secara kimia adalah netralisasi, presipitasi,
khlorinasi, koagulasi, dan flokulasi.
Karakteristik Bakteriologis
Pemeriksaan biologis di dalam limbah cair untuk mengetahui apakah ada bakteri pathogen dalam
limbah cair. Apabila terdapat bakteri, maka sebelum limbah cair dibuang ke perairan harus dilakukan
pengolahan tertentu agar bakteri-bakteri tersebut mati dan tidak menimbulkan bahaya bagi makhluk
hidup.
Pengeloaan secara biolosi bertujuan untuk menghilangkan bahan anorganik, organic, fosfat dan amoniak
dengan bantuan mikroorganisme. Penggunaan saringan atau filter dikenal sebagai pengolahan fisik,
namun bisa digunakan untuk pengolahan biologi.
Menurut UU Nomor 7 Tahun 2004, tentang Sumber Daya Air, yang dimaksud dengan sanitasi adalah air
limbah dan persampahan. Sedangkan menurut Syahbana (2003), sanitasi lingkungan adalah bagian dari
kesehatan masyarakat yang meliputi prinsip – prinsip usaha untuk meniadakan atau menguasai factor
lingkungan yang dapat menimbulkan penyakit melalui kegiatan yang ditujukan untuk sanitasi air, sanitasi
makanan, system pembuangan tinja, sanitasi udara, pengendalian vector dan roden penyakit, dan
higienitas rumah.
Penanganan dan pengendalian sanitasi akan menjadi semakin kompleks dengan semakin bertambahnya
laju pertumbuhan penduduk, perkembangan pemukiman perumahan penduduk, menyempitnya lahan
yang tersedia untuk perumahan, keterbatasan lahan untuk pembuatan fasilitas sanitasi seperti MCK,
septic tank, dan bidang resapannya, serta tidak tersedianya alokasi dana pemerintah untuk penyediaan
sarana pra sarana sanitasi.
Kurang optimalnya pra sarana dan sarana air minum dan sanitasi
Kurangnya keterlibatan masyarakat, baik dalam perencanaan, konstruksi ataupun pada kegiatan
operasi & pemeliharaan.
Masih kurangnya kesadaran dan kepedulian masyarakat akan kesehatan lingkungan
Teknologi yang terbatas mempersulit masyarakat untuk dapat menentukan prasarana dan
sarana yang hendak dibangun
Berdasarkan Pedoman Teknik Pembangunan Perumahan Sederhana Tidak Bersusun, setiap lingkungan
perumahan harus dilengkapi dengan system jaringan sanitasi yang memenuhin standar Pedoman
Plambing Indonesia berlaku, dengan ketentuan – ketentuan pembuangan sanitasi sebagai berikut :
a. Apabila kemungkinan pembuatan tangki septik tidak ada, maka lingkungan perumahan harus
dilengkapi dengan system pembuangan sanitasi lingkungan atau harus dapat disambung pada
system pembuangan sanitasi kota atau dengan cara pengolahan lain.
b. Sistem pembuangan sanitasi kota dan system pembuangan sanitasi lingkungan harus dapat
melayani kebutuhan pembuangan
c. Apabila tidak memungkinkan untuk membuat tangki septik pada tiap – tiap rumah, maka dapat
dibuat tangki septil bersama yang dapat melayani beberapa rumah
d. Apabila tidak memungkinkan untuk membuat bidang resapan pada tiap – tiap rumah, maka
harus dapat dibuat bidang resapan bersama yang dapat melayani beberapa rumah
e. Persyaratan tangki septik bersama harus dibuat dari bahan yang rapat air, kapasitas tangki
septik tergantung pada kualitas sanitasi, waktu pengendapan, banyaknya campuran yang
mengendap, frekuensi pengambilan lumpur, ukuran tangki septik bersama system tercampur
untuk jumlah 50 orang, dengan panjang 5 meter, lebar 2,5 meter, dan kedalaman 1,8 meter,
serta tinggi air dalam tangki septik minimum 1 meter.
a. Perlu membangun sistem pemipaan skala kota yang terencana dengan baik
b. Merumuskan regulasi tentang pengelolaan air limbah
c. Mengoptimalkan fasilitas pengelolaan limbah seperti IPAL
d. Mengawasi limbah buangan indistri
e. Mendorong industry untuk merealisasikan IPAL
f. Sosialisasi kepada masyarakat pentingnya memperhatikan sanitasi lingkungan
Dinamika pertumbuhan kota yang ditandai dengan pesatnya pertambahan penduduk sehingga
kebutuhan lahanpun meningkat pesat, seperti lahan permukiman, perkantoran, perdagangan,
infrastruktur, dan lain – lain. Kebutuhan tersebut menyebabkan peningkatan alih fungsi lahan terutama
pada daerah terbuka atau daerah resapan air.
Perubahan – perubahan yang terjadi pada tata guna lahan sangat berpengaruh pada limpasan air hujan.
Bangunan mempunyai permukaan yang kedap air seperti jalan beton atau aspal, atap bangunan, dan
lain sebagainya. Limpasan air hujan di permukaan kedap air menjadi lebih cepat, apalagi ditambah
dengan kapasitas system drainase kota yang semakin berkurang maka akan semakin meningkatkan
potensi bencana banjir untuk terjadi.
Beberapa daerah resapan air untuk pengendalian banjir dan persediaan air
1) Eco-Hidraulik
Strategi keberhasilan metode eco-hidraulik adalah renaturalisaasi sungai, mengembalikan
belokan-belokan sungai yang sebelumnya diluruskan, menghidupkan bekas potongan sungai
yang lama dengan membuka tanggul pelurusan sungai, memelihara tingkat kealamian sungai-
sungai, melakukan penanaman daerah hulu dan sepanjang aliran sungai serta melakukan
drainase ramah lingkungan
Metode drainase ramah lingkungan :
Metode kolam konservasi dilakukan dengan membuat kolam – kolam air, baik
diperkotaan, permukiman, pertanian atau perkebunan. Kolam konservasi ini dibuat
untuk menampung air hujan terlebih dahulu , diresapkan, dan sisanya dialirkan sungai
secara perlahan.
Metode Sumur Resapan. Metode dengan cara membuat sumur – sumur untuk
mengalirkan air hujan yang jatuh pada atap perumahan atau kawasan tertentu. Sumur
resapan ini juga dapat dikembangkan pada areal olahraga & wisata.
Metode River side polder adalah metode menahan air dengan menahan air kelebihan
(hujan) di sepanjang bantaran sungai. Pembuatan polder di pinggir sungai ini dilakukan
dengan memperlebar bantaran sungai.
Metode areal perlindungan air tanah (ground water protection area) dilakukan dengan
cara menetapkan kawasan lindung untuk air tanah, dimana di kawasan tersebut tidak
boleh dibangun bangunan apa pun, memang dikhususkan untuk meresapkan air hujan
ke dalam tanah.
2) Pembangunan Situ di Dalam Kota Maupun Dengan Pemerintah Daerah Sekitar
Berdasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan
Jabodetabekpunjur, situ atau waduk retensi adalah suatu wadah genangan air di atas
permukaan tanah yang terbentuk secara alami maupun buatan yang airnya berasal dari tanah
atau air permukaan sebagai siklus hidrologis yang merupakan salah satu bentuk kawasan
lindung. Pada umumnya fungsi situ adalah sebagai kawasan resapan air, tempat parkir air,
penyediaan air baku, budi daya perikanan, rekreasi atau fungsi social lainnya, dan pelestarian
lingkungan.
Berbagai masalah situ:
Berkurangnya lahan pertanian
Penggantian pengelola atau penyerahan pengelolaan pada lembaga yang lain
Kerusakan daerah tangkapan air yang disebabkan peningkatan permukaan di daerah
genangan atau di sekitar situ yang mengakibatkan berkurangnya luas genangan situ.
Sedimentasi yang terjadi karena kerusakan hutan di daerah hulu yang mengakibatkan
erosi
Adanya kerusakan pada bangunan pelengkap situ
3) Memperbanyak Pembuatan Lubang Biopori
Lubang resapan biopori adalah teknologi tepat guna dan ramah lingkungan untuk mengataso
kekurangan air tanah dengan cara : meningkatkan daya resapan air, mengubah sampah organic
menjadi kompos dan mengurangi emisi gas rumah kaca, memanfaatkan peran aktivitas fauna
tanah dan akar tanaman dan mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh genangan air seperti
penyakit demam berdarah dan malaria.
Lubang resapan biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertical ke dalam tanah
dengan diameter 10 cm dan kedalaman sekitar 100 cm. Dalam kasus tanah dengan permukaan
air tanah dangkal, tidak sampai melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang diisi dengan
sampah organic untuk memicu terbentuknya biopori.
4) Mengendalikan Bangunan yang Menutup Tanah Agar Tidak Menghambat Air Meresap ke dalam
Tanah
B. ZERO WASTE
Menurut UUD 1945 pasal 28 H ayat 1 menyatakan memberikan hak kepada setiap orang untuk
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Amanat undang-uundag dasar tersebut
memberikan konsekwensi bahwa lingkungan yang baik dan sehat bebas dari sampah adalah tugas
pemerintah. Organisasi persampahan dapat juga diikutsertakan dalam kegiatan pengelolaan
sampah
Peningkatan volume sampah di perkotaan yang sangat cepat sejalan dengan cepatnya
pertambahan jumlah penduduk dan pola konsumsi serta produksi yang tidak berkelanjutan
Kesadaran dan pengetahuan dalam mengelola sampah di kalangan public baik itu
masyarakat, dunia usaha dan juga pemerintah yang relative masih rendah
Permasalahan tempat pengolahan atau pembuangan sampah yang selai terbatas juga
menimbulkan kerawanan social serta berdampak terhadap nilai dan fungsi lingkungan
hidup.
Pendekatan pengelolaan sampah yang cenderung masih mengedepankan kumpul – angkut –
buang atau end of pipe.
Mekanisme pengelolaan sampah dalam UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah meliputi
kegiatan sebagai berikut :
1) Pengurangan Sampah, yaitu kegiatan untuk mengatasi timbulnya sampah sejak dari produsen
sampah (rumah tangga, pasar, dan lainnya), memanfaatkan ulang sampah dari sumbernya
dan/atau di tempat pengolahan serta daur ulang sampah di sumbernya dan/atau di tempat
pengolahan. Kegiatan yang termasuk dalam pengurangan sampah adalah :
a. Menetapkan sasaran pengurangan sampah
b. Mengembangkan teknologi bersih dan label produk
c. Menggunakan bahan produksi yang dapat di daur ulang (recycle) atau digunakan ulang
(reuse)
d. Fasilitas kegiatan recycle dan reuse
e. Mengembangkan kesadaran program recycle dan reuse
2) Penanganan Sampah, yaitu rangkaian kegiayan penanganan sampah yang mencakup pemilahan
(pengelompokan dan pemisahan sampah menurut jenis dan sifatnya), pengumpulan
(memindahkan sampah dari sumber sampah ke TPS atau tempat pengelolaan sampah terpadu),
pengangkutan (kegiatan memindahkan sampah dari sumber, TPS, atau tempat pengolahan
sampah terpadu), pengolahan hasil akhir (mengubah bentuk, komposisi, karakteristik, dan
jumlah sampah agar diproses lebih lanjut, dimanfaatkan atau dikembalikan ke alam dan
pemrosesan aktif bagian kegiatan pengolahan sampah atau residu hasil pengolahan sebelumnya
agar dapat dikembalikan ke media lingkungan.
Dari sisi lingkungan, penerapan prinsip 4R merupakan langkah nyata upaya pengendalian dari
pencemaran lingkungan, baik pencemar air, tanah, maupun udara. Bahkan terkait perubahan
iklim, implementasi 4R adalah usaha nyata mitigasi perubahan iklim dengan melaksanakan 4R
dalam pengelolaan sampah dapat mengurangi emis gas metana yang berasal dari tempa
pemrosesan akhir.
Pengelolaan sampah terpadu adalah salah satu upaya pengelolaan sampah perkotaan dengan konsep
mengembangkan suatu system pengelolaan sampah yang modern, dapat diandalkan, efektif, dan efisien
dengan menggunakan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan. Sistem tersebut harus dapat
melayani seluruh penduduk, meningkatkan standar kesehatan masyarakat dan memberikan peluang
bagi masyarakat dan pihak swasta untuk berpartisipasi aktif.
Menteri Lingkungan Hidup dan JICA (2003) berpendapat bahwa pengurangan produksi sampah dapat
dilakukan melalui dua tahap.
1) Tahap pertama, mengurangi sampah sejak dari sumbernya. Dalam kegiatan ini masyarakat
melakukan kegiatn pemilahan sampah di tempatnya masing – masing. Tindakan ini untuk
mengurangi biaya pengumpulan sampah dan berakibat pada pengurangan beban operasional
transfer dan transport sampai dengan biaya pengelolaan di TPA.
2) Tahap kedua, mengurangi sampah yang masuk ke TPA. Hal unu sesuai dengan pendapar
Tchobanoglous et al (1993) yang menyatakan bahwa pengelolaan sampah idealnya dilakukan
dengan tujuan mengendalikan secara sistematik semua kegiatan yang berhubungan dengan
timbulnya sampah, penanganan, pemilahan dan pengolahan sampah di sumbernya,
pengumpulan, pengolahan dan daur ulang sampah, pemindahan dan pengangkutan, dan
pembuangan akhir. Pemilahan sampah dapat dilakukan di lokasi TPS untuk diambil bagian yang
masih bermanfaat, sebagian untuk kompos dan bagian lainnya dibuang ke TPA.
Pola pengelolaan sampah di kota – kota Indonesia meliputi kegiatan, yaitu :
1) Penimbunan
Terdapa dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal
Pada metode penimbunan terbuka, sampah dikumpulkan dan ditimbun begitu saja
dalam lubang yang dibuat pada suatu lahan, biasanya di lokasi tempat pembuangan
akhir (TPA). Metode penimbunan merupakan metode kuno yang memberi dampak
negative. Di berbagai penimbunan terbuka, berbagai hama dan kuman penyebab
penyakit dapat berkembang biak. Gas metan yang dihasilkan oleh pembusukan sampah
organic dapat menyebar ke udara dan menimbulkan bau busuk serta mudah terbakar.
Cairan yang tercampur dengan sampah dapat merembes ke tanah dan mencemari tanah
serta air. Bersama rembesan cairan tersebut, dapat terbawa zat-zat yang berbahaya
bagi kesehatan dan lingkungan.
Pada metode sanitary landfill, sampah ditimbun dalam lubang yang dialasi lapisan
lempung dan lembaran plastic untuk mencegah perembesan limbah ke tanah. Sampah
yang ditimbun dipadatkan, kemudia ditutupi dengan lapisan tanah tipis setiap hari. Hal
ini akan mencegah tersebarnya gas metan yang dapat mencemari udara dan
berkembangbiaknya berbagai macam penyebab penyakit. Metode sanitary landfill yang
lebih modern, biasanya dibuat sisten lapisan ganda yaitu plastic, lempung, plastic dan
lempung. Kemudian dibuat pipa – pipa saluran untuk mengumpulkan cairan serta gas
metan yang terbentuk dari proses pembusukan sampah. Gas tersebut kemudian dapat
digunakan untuk menghasilkan listrik.
2) Insinerasi
Insinerasi adalah pembakaran limbah padat menggunkan suatu alat yang disebut incinerator.
Kelebihan dari proses insinerasi adalah volume sampah berkurang sangat banyak. Untuk
membakar sampah diperlukan panas dengan suhu diatas 1000oC. Dengan lama pembakaran,
suhu, dan campuran oksigen yang tepat, menghasilkan 99 % sampah akan hancur atau musnah.
Selain itu proses insenerasi menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan
listrik atau memanaskan ruangan. Meski demikian tidak semua jenis limbah padat dapat dibakar
dalam incinerator. Jenis limbah yang cocok untuk insinerasi diantaranya adalah kertas, plastic,
dan karet, sedangkan contoh jenis limbah padat yang kurang sesuai untuk insinerasi adalah
kaca, sampah makanan, dan baterai.
Kelemahan utama metode insinerasi adalah biaya operasi. Selain itu, insinerasi menghasilkann
asap buangan yang dapat menjadi pencemar udara serta abu pembakaran yang mungkin
mengandung senyawa berbahaya.
3) Kompos adalah pupuk yang dibuat dari sampah organic, seperti sayuran, daun, dan ranting,
serta kotoran hewan, melalui proses degradasi/penguraian oleh mikroorganisme tertentu.
Kompos berguna untuk memperbaiki struktur tanah dan menyediakan zat makanan yang
diperlukan tumbuhan, sementara mikroba yang ada dalam kompos dapat membantu
penyerapan zat makanan yang dibutuhkan tanaman.
Pembuatan kompos merupakan salah satu cara terbaik untuk mengurangi timbunan sampah
organic. Cara ini sangat cocok diterapkan di Indonesia, karena cara pembuatannya relative
mudah dan tidak membutuhkan biaya yang besar. Selain itu, kompos juga dapat dijual sehingga
dapat memberikan pemasukan tambahan atau bahkan menjadi altenatif mata pencaharian.
4) Daur Ulang
Proses daur ulang sangat berguna untuk mengurangi timbunan sampah karena bahan buangan
diolah menjadi bahan yang dapat digunakan kembali. Contoh beberapa jenis limbah padat yang
dapat didaur ulang adalah kertas, kaca, plastic, karet, logam seperti besi, baja, tembaga, dan
alumunium. Bahan – bahan yang didaur ulang dapat dijadikan produk baru yang jenisnya hampir
sama atau sama dengan produk jenis lain.
Peran berbagai pihak dalam pengelolaan sampah
a. Masyarakat
Masyarakat merupakan salah satu actor untuk melakukan pengelolaan sampah, karena :
Masyarakat berhak mendapatkan lingkungan yang bersih, indah, nyaman, dan
sehat
Mendapatkan pelayanan kebersihan yang terbaik dari pemda dan pengelola
sampah
Memanfaatkan, mengolahdan membuang sampah sesuai ketentuan
Berpartisipasi aktif dalam pengelolaan sampah, baik yang dilakukan oleh
pemerintah maupun pengelola sampah swakelola
Mendapatkan informasi mengenai pemanfaatan dana masyarakat oleh
pemerintah maupun pengelola sampah swakelola
c. Pemerintah
Peran pemerintah dalam pengelolaan sampah adalah
Menentukan besarnya tarif jasa pengelolaan sampah
Memberikan sanksi kepada pihak yang melanggar aturan
Mengeluarkan peraturan pengelolaan sampah yang mengikat semua warga
untuk menciptakan lingkungan yang bersih sehat & nyaman
Memberikan pelayanan pengelolaan sampah di daratan dan perairan yang
terbaik bagi masyarakat
Menggunakan dana masyarakat secara transparan dan akuntabel untuk
mengelola sampah
Melakukan pengawasan terhadap pengelolaan sampah yang dilakukan oleh
pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat
Menyediakan sarana dan pra sarana pengelolaan sampah secara memadai,
termasuk menyediakan recycling centre di pusat TPA
Mendorong dan mendukung masyarakat untuk melakukan kegiatan
pengurangan dan pemanfaatan sampah melalui pendekatan 4R
Melakukan pembinaan kepada masyarakat dan pelaku usaha dalam pengelolaan
sampah
d. Perguruan tinggi
Perguruan tinggi dapat berperan penting dalam upaya pengelolaan sampah dengan cara
Melakukan kajian dan penelitian mengenai bentuk pengelolaan sampah kota
Memberikan informasi dan pengenalan teknologi pengelolaan sampah tepat
guna dengan harga terjangkau kepada masyarakat
Melakukan pendidikan dan pelatihan kepada warga masyarakat dalam
mengolah dan mengelola sampah berdasarkan jenis sampah.
e. Lembaga Swadaya Masyarakat
LSM dapat berperan penting dalam upaya pengelolaan sampah dengan cara
Pendamping warga masyarakat dalam pelaksanaan program pengelolaan
kebersihan lingkungan, khususnya sampah kota
Pemantauan proses pelaksanaan di lapangan sebagai mitra pemerintah
Membantu peningkatan pengetahuann dan keterampilan warga masyarakat
dalam mengolah dan mengelola daur ulang sampah, baik organic maupun
anorganic
Memberikan masukan dan saran kepada pemerintah kota dan pihak swasta
dalam proses pengelolaan kebersihan lingkungan, khususnya sampah kota.
C. GREEN TRANSPORTATION
Transportasi merupakan bagian yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat. Transportasi
menunjukkan hubungan yang erat dengan jangkauan, mobilitas, lokasi, gaya hidup dan selingan serta
barang – barang dan pelayanan yang tersedia untuk dikonsumsi (Morlok, Edward, 1978). Transportasi
merupakan usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut atau mengalihkan suatu objek dari suatu
tempat ke tempat lain dimana di tempat lain ini objek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna
untuk tujuan – tujuan tertentu.
Sistem kegiatan
Rencana tata guna lahan yang baik dapat mengurangi kebutuhan akan perjalanan yang
panjangsehingga membuat interaksi menjadi lebih mudah.
Sistem Jaringan Prasarana Transportasi
Meningkatkan kapasitas pelayanan prasarana yang ada misalnya pelebaran jalan, jaringan jalan
baru dan lain – lain.
Sistem Pergerakan Transportasi
Mengatur teknik dan manajemen lalu lintas (jangka pendek), fasilitas angkutan umum yang lebih
baik (jangka pendek menengah), atau pembangunan jalan (jangka panjang).
Menurut the center of sustainable transportation canada (2002) definisi sustainable transportation
adalah memberikan akses utama yang dibutuhkan oleh individu dan masyarakat agar keamanannya
lebih terjaga dan cara yang sesuai dengan manusia dan kesehatan ekosistem dan dengan keadilan dalam
dan antar generasi.
Transportasi berkelanjutan berarti juga dapat mengoperasikan secara efisien, memberikan pilihan moda
transportasi yang mendukung pergerakan aspek ekonomi, membatasi emisi dan pemborosan dalam
kemampuan planet untuk menyerapnya, meminimalkan penggunaan sumber daya yang tidak bisa
diperbaharui dan membatasi penggunaan sumber daya alam yang dapat diperbaharui agar kualitasnya
terjaga.
Paul Barter dan Tamin Raad menyebutkan sistem transportasi berkelanjutan perlu memiliki prinsip-
prinsip berikut:
Transpotasi adalah kebutuhan publik karena itu pelayanan menjadi kata kunci dalam perbaikan sistem
transpotasi. Pelayanan perlu distrandarisasi agar dapat memberikan kepuasan bagi masyarakat karena
itu transpotasi terpadu harus memenuhi kriterian sebagai berikut:
Berdasarkan visi sustainable transportation yang harus di capai, maka diperlukan adanya upaya atau
misi dalam pencapaian visi tersebut. Misi yang dicanangkan deselaraskan dengan tiga pilar
1) Sosial
Ketersediaan transportasi harus memenuhi kebutuhan dasar manusia untuk kesehatan,
kenyamanan, dan kemudahan dengan cara-cara yang efektif dan tidak merusak tatanan
sosial;
Mendukung pembangunan yang berorientasi kepada masyarakat seperti menyediakan
berbagai pilihan moda transportasi yang nyaman;
Mengurangi polusi udara dan suara dari transportasi yang sangat mengganggu
masyarakat; dan
Memberikan keamanan dan kenyaman bagi masyarakat.
2) Ekonomi
Sistem transportasi harus menyediakan layanan efektif dalam biaya dan kapasitas;
Sistem transportasi harus menjadi finansial yang terjangkau dalam setiap generasi;dan
Sistem transportasi harus mendukung aktivitas hidup manusia, sehingga sistem
transportasi juga berorientasi terhadap ekonomi berkelanjutan.
3) Lingkungan
Sistem transportasi harus menggunakan tanah secara efektif dan efisien sehingga tanah
yang digunakan lebih sedikit dan tidak berdampak besar terhadap integritas ekosistem;
Sistem transportasi harus menggunakan sumber-sumber lain yang terbarukan atau
sistem yang tak habis-habisnya. Sumber terbarukan ini bisa didapat dengan mendaur
ulang bahan yang telah digunakan dalam kendaraan umum atau infrastruktur;
Menghasilkan sedikit sedikit emisi.
Upaya implementasi transportasi berkelanjutan pada dasarnya dapat dilakukan dengan mencegah atau
mengurangi perjalanan yang tidak perlu, misalnya pengembangan kawasan terpadu yang masuk
kategori compact city seperti kawasan super-block, kawasan mixed-use zone maupun transit-oriented
development. Selain itu, pengurangan jumlah perjalanan dapat dilakukan dengan melakukan
manajemen kebutuhan transport.
Implementasi transportasi berkelanjutan dilakukan juga melalui penyediaan sarana ramah lingkungan,
misalnya sepeda. Karena banyaknya antusias masyarakat dalam bersepeda, maka selayaknya
pemerintah memperhatikan pembangunan jalur khusus sepeda.
Beberapa alasan untuk membangun jalur khusus sepeda antara lain:
Pengguna sepeda memiliki hak yang sama dengan jenis moda lainnya.
Biaya investasi yang dibutuhkan relative sangat rendah.
Jalur khusus sepeda memberikan prioritas bagi sepeda dalam pemanfaatan ruang jalan.Sepeda
adalah kendaraan yang hemat energi, hemat ruang, dan ramah lingkungan.
Dapat mengurangi kemacetan karena sepeda memiliki fleksibilitas yang tinggi dalam
menghadapi kemacetan.
Ada interaksi sosial yang lebih erat dari kendaraan bermotor.
E. GREEN ENERGY
Penyediaan energi menjadi isu penting dalam pembangunan berkelanjutan. Penyediaan energi termasuk
di dalamnya kegiatan penerangan buatan, pendinginan dan pemanas ruang, memasak, penyediaan air,
pendinginan, transportasi dan telekomunikasi. Pada tingkat nasional penyediaan energi berkolerasi pada
tingkat stabilitas ekonomi, pertumbuhan, lapangan kerja dan meningkatnya taraf hidup rakyat.
Besarnya ketergantungan energi Indonesia terhadap minyak bumi dan rendahnya pemanfaatan energi
terbarukan bila dibandingkan dengan potensi yang dimiliki masih menjadi tantangan di sektor energi.
Selain itu, keterbatasan infrastruktur energi juga membatasi akses masyarakat terhadap energi serta
penggunaan energi yang belum efisien.
Indonesia tidak dapat menggunakan energi fosil semaunya. Hal ini dikarenakan energi fosil di Indonesia
hampir habis. Berdasarkan data neraca energi tahun 2011, diperkirakan potensi minyak bumi Indonesia
akan habis sekitar 23 tahun dari sekarang, sementara gas bumi dan batubara diperkirakan akan habis
masing-masing pada 55 dan 83 tahun dari sekarang. Karena jumlah energi fosil yang semakin menipis,
maka sudah saatnya memanfaatkan potensi sumber daya energi tebarukan.
Potensi energi alternatif di Indonesia cukup besar namun pemanfaatannya masih relatif rendah.
Pemanfaatan energi tebarukan yang masih kecil tersebut terkendala beberapa hal, yaitu:
1) Biaya produksi.
Biaya produksi energy terbarukan relative lebih tinggi dibandingkan dengan biaya produksi
enervi konvensional, sehingga harga jual energy terbarukan tidak dapat bersaing dengan harga
jual energy konvensional.
2) Investasi
Biaya investasi untuk memproduksi energy terbarukan cukup tinggi. Investasi untuk industry
hulu dan hilir untuk energy terbarukan masih belum banyak dilakukan di dalam neger, sehingga
sebagian besar komponen masih diimpor.
3) Teknologi
Beberapa teknologi energy terbarukan sudah dikuasai, seperti teknologi energy listrik skala kecil
sampai medium, teknologi biogas untuk non-listrik. Sedangkan teknologi energy terbarukan
lainnya masih dipegang pihak asing.
4) Sumber Daya Manusia
Kuantitas maupun kualitas sumber daya manusia di bidang energy terbarukan masih cukup
terbatas.
5) Kesadaran Masyarakat
Kesadaran masyarakat akan energy terbarukan masih relative rendah, karena sebagian besar
masyarakat merasa lebih nyaman menggunakan energy konvensional.
Energi Berkelajutan
Energi terbarukan yang dapat menggantikan energi fosil memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Masa depan energi terdapat pada energi terbarukan, karena memiliki kelebihan antara lain:
Indonesia telah merumuskan rencana energy primer mix yang optimal pada tahun 2025. Masing-masing
sumber energi sudah diberikan porsi terhadap konsumsi energy nasional:
Untuk mewujudkan kota yang ramah energi tebarukan, maka perlu diperkatikan beberapa hal yaitu:
Pengadaan transportasi publik yang berbahan bakar energi terbarukan.
Pembangunan pembangkit listrik yang berasal dari energi tebarukan
Penggunaan lampu penerangan jalan yang berasal dari sel surya.
Perumusan kebijakan pengembangan energi terbarukan di tingkat kab./kota.
Pemberdayaan masyarakat dalam perencanaan dan operasionalisasi energi tebarukan.
Kerjasama dan koordinasi yang lebih erat dengan berbagai pihak dalam rangka implementasi
enegi tebarukan.