Anda di halaman 1dari 20

MODEL PENERAPAN SUSTAINABLE CITY

A. GREEN WATER

Pengembangan green water meliputi pengelolaan pencemaran air, pengelolaan sanitasi terpadu,
menjamin ketersediaan air dengan memperbanyak daerah tangkapan air dan menghindari dampak
banjir.

1. Pengelolaan Pencemaran Limbah Cair

Menurut PP No. 82 Tahun 2001, limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang
berwujud cair. Limbah cair atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah
tangga, industry, maupun tempat – tempat umum lainnya dan pada umumnya mengandung bahan –
bahan atau zat – zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia dan mengganggu lingkungan
hidup.

Di Indonesia hanya sebagian penduduk dilayani oleh system pengumpul air limbah. Untuk melayani
seluruh penduduk perlu dibangun system dengan biaya yang sangat mahal.

 Kota yang memiliki system pengumpul adalah : Bandung, Medan, Cirebon, Surakarta,
Yogyakarta, dan Jakarta.
 Sampai saat ini masih banyak kota menangani drainase dengan paradigma lama yakni
mengalirkan air hujan yang berupa limpasan secepat-cepatnya ke penerima air/badan air
terdekat.
 penanganan masih bersifat teknis belum mempertimbangkan factor lingkungan, social-ekonomi,
dan budaya, serta kesehatan lingkungan.

Sumber limbah cair antara lain :

1) Air limbah yang bersumber dari rumah tangga yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman dan
aktivitas penduduk. Biasanya berupa air bekas cucian dapur, air bekas mandi, tinja, air senin,
dan umumnya terdiri dari bahan – bahan organik
2) Air limbah yang bersumber dari industry.
3) Air limbah perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat –tempat umum, tempat ibadah,
dan sebagainya. Pada umumnya zat yang terkandung dalam jenis air limbah ini sama dengan air
limbah rumah tangga.

2 tipe pembuangan air limbah berdasarkan sistem penyalurannya

1) Sistem Terpisah
i. Sistem penyaluran air limbah: menyalurkan air limbah dari perumahan dan fasilitas
umum maupun industry
ii. Sistem penyaluran air hujan : membawa air limpasan dari hujan yang jatuh di atap
gedung, jalan dan permukaan lainnya
2) Sistem Gabungan : Menggabungkan system penyaluran air hujan dalam satu saluran
Alasan penggunaan system terpisah :
 Air limbah perlu dialirkan ke instalasi pengolahan air limbah untuk diperbaiki kualitasnya
sebelum dibuang ke sungai/laut
 Sistem perlu direncanakan untuk melayani aliran maksimum
 Jika hujan turun, system gabungan akan menerima aliran 50x aliran normal
 Hal ini berarti instalasi pengolahan harus direncanakan dengan ukuran yang berlebihan
atau air limbah akan meluap dari sistemnya dan masuk ke sungai/kali

Apabila kualitas air yang digunakan belum memenuhi persyaratan, harus diolah terlebih dahulu.
Pengelolaan dilakukan dengan cara fisika-kimia, diantaranya penyaringan, pengendapan dengan
bantuan koagulan, penukaran ion, dan lain – lain

Karakteristik fisik air limbah

Tingkat kekotoran air limbah ditentukan oleh sifat fisik yang mudah terlihat. Sifat fisik yang penting
adalah kandungan zat padat yang berdampak pada estetika, kejernihan, bau, warna, dan temperature.

Sifat – sifat fisik yang umum diuji pada limbah cair adalah :

 Nilai pH atau keasaman alkalinitas


 Suhu
 Warna, bau, dan rasa
 Jumlah padatan
 Nilai BOD & COD
 Pencemaran Mikroorganisme Patogen
 Kandungan Minyak
 Kandungan Logam Berat
 Kandungan Bahan Radioaktif

Karakteristik Kimiawi

Kandungan bahan kimia yang di dalam air limbah dapat memengaruhi fungsi lingkungan. Bahan organic
terlarut dapat mengurangi bahkan menghabiskan oksigen dalam limbah dan akan menimbulkan rasa
dan bau yang tidak sedap pada penyediaan air bersih. Pengelolaan secara kimia adalah proses
pengelolaan yang menggunakan bahan kimia untuk mengurangi konsentrasi zat pencemar dalam air
limbah. Proses ini menggunakan reaksi kimia untuk mengubah air limbah yang berbahaya menjadi
kurang berbahaya. Proses yang termasuk dalam pengolahan secara kimia adalah netralisasi, presipitasi,
khlorinasi, koagulasi, dan flokulasi.

Karakteristik Bakteriologis

Pemeriksaan biologis di dalam limbah cair untuk mengetahui apakah ada bakteri pathogen dalam
limbah cair. Apabila terdapat bakteri, maka sebelum limbah cair dibuang ke perairan harus dilakukan
pengolahan tertentu agar bakteri-bakteri tersebut mati dan tidak menimbulkan bahaya bagi makhluk
hidup.

Pengeloaan secara biolosi bertujuan untuk menghilangkan bahan anorganik, organic, fosfat dan amoniak
dengan bantuan mikroorganisme. Penggunaan saringan atau filter dikenal sebagai pengolahan fisik,
namun bisa digunakan untuk pengolahan biologi.

Pengelolaan Sanitasi Terpadu

Menurut UU Nomor 7 Tahun 2004, tentang Sumber Daya Air, yang dimaksud dengan sanitasi adalah air
limbah dan persampahan. Sedangkan menurut Syahbana (2003), sanitasi lingkungan adalah bagian dari
kesehatan masyarakat yang meliputi prinsip – prinsip usaha untuk meniadakan atau menguasai factor
lingkungan yang dapat menimbulkan penyakit melalui kegiatan yang ditujukan untuk sanitasi air, sanitasi
makanan, system pembuangan tinja, sanitasi udara, pengendalian vector dan roden penyakit, dan
higienitas rumah.

Penanganan dan pengendalian sanitasi akan menjadi semakin kompleks dengan semakin bertambahnya
laju pertumbuhan penduduk, perkembangan pemukiman perumahan penduduk, menyempitnya lahan
yang tersedia untuk perumahan, keterbatasan lahan untuk pembuatan fasilitas sanitasi seperti MCK,
septic tank, dan bidang resapannya, serta tidak tersedianya alokasi dana pemerintah untuk penyediaan
sarana pra sarana sanitasi.

Rendahnya pelayanan sanitasi disebabkan antara lain :

 Kurang optimalnya pra sarana dan sarana air minum dan sanitasi
 Kurangnya keterlibatan masyarakat, baik dalam perencanaan, konstruksi ataupun pada kegiatan
operasi & pemeliharaan.
 Masih kurangnya kesadaran dan kepedulian masyarakat akan kesehatan lingkungan
 Teknologi yang terbatas mempersulit masyarakat untuk dapat menentukan prasarana dan
sarana yang hendak dibangun

Berdasarkan Pedoman Teknik Pembangunan Perumahan Sederhana Tidak Bersusun, setiap lingkungan
perumahan harus dilengkapi dengan system jaringan sanitasi yang memenuhin standar Pedoman
Plambing Indonesia berlaku, dengan ketentuan – ketentuan pembuangan sanitasi sebagai berikut :

a. Apabila kemungkinan pembuatan tangki septik tidak ada, maka lingkungan perumahan harus
dilengkapi dengan system pembuangan sanitasi lingkungan atau harus dapat disambung pada
system pembuangan sanitasi kota atau dengan cara pengolahan lain.
b. Sistem pembuangan sanitasi kota dan system pembuangan sanitasi lingkungan harus dapat
melayani kebutuhan pembuangan
c. Apabila tidak memungkinkan untuk membuat tangki septik pada tiap – tiap rumah, maka dapat
dibuat tangki septil bersama yang dapat melayani beberapa rumah
d. Apabila tidak memungkinkan untuk membuat bidang resapan pada tiap – tiap rumah, maka
harus dapat dibuat bidang resapan bersama yang dapat melayani beberapa rumah
e. Persyaratan tangki septik bersama harus dibuat dari bahan yang rapat air, kapasitas tangki
septik tergantung pada kualitas sanitasi, waktu pengendapan, banyaknya campuran yang
mengendap, frekuensi pengambilan lumpur, ukuran tangki septik bersama system tercampur
untuk jumlah 50 orang, dengan panjang 5 meter, lebar 2,5 meter, dan kedalaman 1,8 meter,
serta tinggi air dalam tangki septik minimum 1 meter.

Pengelolaan sanitasi terpadu :

a. Perlu membangun sistem pemipaan skala kota yang terencana dengan baik
b. Merumuskan regulasi tentang pengelolaan air limbah
c. Mengoptimalkan fasilitas pengelolaan limbah seperti IPAL
d. Mengawasi limbah buangan indistri
e. Mendorong industry untuk merealisasikan IPAL
f. Sosialisasi kepada masyarakat pentingnya memperhatikan sanitasi lingkungan

Daerah Tangkapan Air/Daerah Resapan Air

Dinamika pertumbuhan kota yang ditandai dengan pesatnya pertambahan penduduk sehingga
kebutuhan lahanpun meningkat pesat, seperti lahan permukiman, perkantoran, perdagangan,
infrastruktur, dan lain – lain. Kebutuhan tersebut menyebabkan peningkatan alih fungsi lahan terutama
pada daerah terbuka atau daerah resapan air.

Perubahan – perubahan yang terjadi pada tata guna lahan sangat berpengaruh pada limpasan air hujan.
Bangunan mempunyai permukaan yang kedap air seperti jalan beton atau aspal, atap bangunan, dan
lain sebagainya. Limpasan air hujan di permukaan kedap air menjadi lebih cepat, apalagi ditambah
dengan kapasitas system drainase kota yang semakin berkurang maka akan semakin meningkatkan
potensi bencana banjir untuk terjadi.

Beberapa daerah resapan air untuk pengendalian banjir dan persediaan air

1) Eco-Hidraulik
Strategi keberhasilan metode eco-hidraulik adalah renaturalisaasi sungai, mengembalikan
belokan-belokan sungai yang sebelumnya diluruskan, menghidupkan bekas potongan sungai
yang lama dengan membuka tanggul pelurusan sungai, memelihara tingkat kealamian sungai-
sungai, melakukan penanaman daerah hulu dan sepanjang aliran sungai serta melakukan
drainase ramah lingkungan
Metode drainase ramah lingkungan :
 Metode kolam konservasi dilakukan dengan membuat kolam – kolam air, baik
diperkotaan, permukiman, pertanian atau perkebunan. Kolam konservasi ini dibuat
untuk menampung air hujan terlebih dahulu , diresapkan, dan sisanya dialirkan sungai
secara perlahan.
 Metode Sumur Resapan. Metode dengan cara membuat sumur – sumur untuk
mengalirkan air hujan yang jatuh pada atap perumahan atau kawasan tertentu. Sumur
resapan ini juga dapat dikembangkan pada areal olahraga & wisata.
 Metode River side polder adalah metode menahan air dengan menahan air kelebihan
(hujan) di sepanjang bantaran sungai. Pembuatan polder di pinggir sungai ini dilakukan
dengan memperlebar bantaran sungai.
 Metode areal perlindungan air tanah (ground water protection area) dilakukan dengan
cara menetapkan kawasan lindung untuk air tanah, dimana di kawasan tersebut tidak
boleh dibangun bangunan apa pun, memang dikhususkan untuk meresapkan air hujan
ke dalam tanah.
2) Pembangunan Situ di Dalam Kota Maupun Dengan Pemerintah Daerah Sekitar
Berdasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan
Jabodetabekpunjur, situ atau waduk retensi adalah suatu wadah genangan air di atas
permukaan tanah yang terbentuk secara alami maupun buatan yang airnya berasal dari tanah
atau air permukaan sebagai siklus hidrologis yang merupakan salah satu bentuk kawasan
lindung. Pada umumnya fungsi situ adalah sebagai kawasan resapan air, tempat parkir air,
penyediaan air baku, budi daya perikanan, rekreasi atau fungsi social lainnya, dan pelestarian
lingkungan.
Berbagai masalah situ:
 Berkurangnya lahan pertanian
 Penggantian pengelola atau penyerahan pengelolaan pada lembaga yang lain
 Kerusakan daerah tangkapan air yang disebabkan peningkatan permukaan di daerah
genangan atau di sekitar situ yang mengakibatkan berkurangnya luas genangan situ.
 Sedimentasi yang terjadi karena kerusakan hutan di daerah hulu yang mengakibatkan
erosi
 Adanya kerusakan pada bangunan pelengkap situ
3) Memperbanyak Pembuatan Lubang Biopori
Lubang resapan biopori adalah teknologi tepat guna dan ramah lingkungan untuk mengataso
kekurangan air tanah dengan cara : meningkatkan daya resapan air, mengubah sampah organic
menjadi kompos dan mengurangi emisi gas rumah kaca, memanfaatkan peran aktivitas fauna
tanah dan akar tanaman dan mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh genangan air seperti
penyakit demam berdarah dan malaria.
Lubang resapan biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertical ke dalam tanah
dengan diameter 10 cm dan kedalaman sekitar 100 cm. Dalam kasus tanah dengan permukaan
air tanah dangkal, tidak sampai melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang diisi dengan
sampah organic untuk memicu terbentuknya biopori.
4) Mengendalikan Bangunan yang Menutup Tanah Agar Tidak Menghambat Air Meresap ke dalam
Tanah

B. ZERO WASTE

Menurut UUD 1945 pasal 28 H ayat 1 menyatakan memberikan hak kepada setiap orang untuk
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Amanat undang-uundag dasar tersebut
memberikan konsekwensi bahwa lingkungan yang baik dan sehat bebas dari sampah adalah tugas
pemerintah. Organisasi persampahan dapat juga diikutsertakan dalam kegiatan pengelolaan
sampah

Tantangan pengelolaan sampah

 Peningkatan volume sampah di perkotaan yang sangat cepat sejalan dengan cepatnya
pertambahan jumlah penduduk dan pola konsumsi serta produksi yang tidak berkelanjutan
 Kesadaran dan pengetahuan dalam mengelola sampah di kalangan public baik itu
masyarakat, dunia usaha dan juga pemerintah yang relative masih rendah
 Permasalahan tempat pengolahan atau pembuangan sampah yang selai terbatas juga
menimbulkan kerawanan social serta berdampak terhadap nilai dan fungsi lingkungan
hidup.
 Pendekatan pengelolaan sampah yang cenderung masih mengedepankan kumpul – angkut –
buang atau end of pipe.

Mekanisme pengelolaan sampah dalam UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah meliputi
kegiatan sebagai berikut :

1) Pengurangan Sampah, yaitu kegiatan untuk mengatasi timbulnya sampah sejak dari produsen
sampah (rumah tangga, pasar, dan lainnya), memanfaatkan ulang sampah dari sumbernya
dan/atau di tempat pengolahan serta daur ulang sampah di sumbernya dan/atau di tempat
pengolahan. Kegiatan yang termasuk dalam pengurangan sampah adalah :
a. Menetapkan sasaran pengurangan sampah
b. Mengembangkan teknologi bersih dan label produk
c. Menggunakan bahan produksi yang dapat di daur ulang (recycle) atau digunakan ulang
(reuse)
d. Fasilitas kegiatan recycle dan reuse
e. Mengembangkan kesadaran program recycle dan reuse
2) Penanganan Sampah, yaitu rangkaian kegiayan penanganan sampah yang mencakup pemilahan
(pengelompokan dan pemisahan sampah menurut jenis dan sifatnya), pengumpulan
(memindahkan sampah dari sumber sampah ke TPS atau tempat pengelolaan sampah terpadu),
pengangkutan (kegiatan memindahkan sampah dari sumber, TPS, atau tempat pengolahan
sampah terpadu), pengolahan hasil akhir (mengubah bentuk, komposisi, karakteristik, dan
jumlah sampah agar diproses lebih lanjut, dimanfaatkan atau dikembalikan ke alam dan
pemrosesan aktif bagian kegiatan pengolahan sampah atau residu hasil pengolahan sebelumnya
agar dapat dikembalikan ke media lingkungan.

Upaya pengurangan volume sampah :

 Reduce (Mengurangi); upayakan meminimalisasi barang atau material yang digunakan


 Reuse (Menggunakan kembali); memilih barang yang bisa dipakai kembali dan menghindari
pemakaian barang yang disposable atau sekali pakai langsung dibuang.
 Recycle (Mendaur ulang); barang yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang sehingga
bermanfaat serta memiliki nilai tambah. Namun tidak semua barang bisa didaur ulang
walaupun saat ini sudah banyak industry formal dan industry rumah tangga yang
memanfaatkan sampah menjadi barang yang bermanfaat dan memiliki nilai ekonomi.
 Replace (Mengganti); mengganti barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan
barang yang lebih tahan lama. Menggunakan barang-barang yang lebih ramah lingkungan,
misalnya mengganti kantong kresek dengan keranjang bila berbelanja dan menghindari
penggunaan Styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa terdegradasi secara alami.

Prinsip 4R dalam pengelolaan sampah erat kaitannya dengan prinsip pembangunan


berkelanjutan, khususnya dalam mengurangi penggunaan sumber daya alam dan energy serta
mengendalikan limbah. Dengan menjalankan prinsip 4R maka terjadi upaya pengurangan
ekstraksi sumber daya karena sebagian bahan baku dapat terpenuhi dari sampah yang didaur
ulang.

Dari sisi lingkungan, penerapan prinsip 4R merupakan langkah nyata upaya pengendalian dari
pencemaran lingkungan, baik pencemar air, tanah, maupun udara. Bahkan terkait perubahan
iklim, implementasi 4R adalah usaha nyata mitigasi perubahan iklim dengan melaksanakan 4R
dalam pengelolaan sampah dapat mengurangi emis gas metana yang berasal dari tempa
pemrosesan akhir.

Upaya Pengeloaan Sampah Perkotaan

Pengelolaan sampah terpadu adalah salah satu upaya pengelolaan sampah perkotaan dengan konsep
mengembangkan suatu system pengelolaan sampah yang modern, dapat diandalkan, efektif, dan efisien
dengan menggunakan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan. Sistem tersebut harus dapat
melayani seluruh penduduk, meningkatkan standar kesehatan masyarakat dan memberikan peluang
bagi masyarakat dan pihak swasta untuk berpartisipasi aktif.

Menteri Lingkungan Hidup dan JICA (2003) berpendapat bahwa pengurangan produksi sampah dapat
dilakukan melalui dua tahap.

1) Tahap pertama, mengurangi sampah sejak dari sumbernya. Dalam kegiatan ini masyarakat
melakukan kegiatn pemilahan sampah di tempatnya masing – masing. Tindakan ini untuk
mengurangi biaya pengumpulan sampah dan berakibat pada pengurangan beban operasional
transfer dan transport sampai dengan biaya pengelolaan di TPA.
2) Tahap kedua, mengurangi sampah yang masuk ke TPA. Hal unu sesuai dengan pendapar
Tchobanoglous et al (1993) yang menyatakan bahwa pengelolaan sampah idealnya dilakukan
dengan tujuan mengendalikan secara sistematik semua kegiatan yang berhubungan dengan
timbulnya sampah, penanganan, pemilahan dan pengolahan sampah di sumbernya,
pengumpulan, pengolahan dan daur ulang sampah, pemindahan dan pengangkutan, dan
pembuangan akhir. Pemilahan sampah dapat dilakukan di lokasi TPS untuk diambil bagian yang
masih bermanfaat, sebagian untuk kompos dan bagian lainnya dibuang ke TPA.
Pola pengelolaan sampah di kota – kota Indonesia meliputi kegiatan, yaitu :

1) Penimbunan
Terdapa dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal
 Pada metode penimbunan terbuka, sampah dikumpulkan dan ditimbun begitu saja
dalam lubang yang dibuat pada suatu lahan, biasanya di lokasi tempat pembuangan
akhir (TPA). Metode penimbunan merupakan metode kuno yang memberi dampak
negative. Di berbagai penimbunan terbuka, berbagai hama dan kuman penyebab
penyakit dapat berkembang biak. Gas metan yang dihasilkan oleh pembusukan sampah
organic dapat menyebar ke udara dan menimbulkan bau busuk serta mudah terbakar.
Cairan yang tercampur dengan sampah dapat merembes ke tanah dan mencemari tanah
serta air. Bersama rembesan cairan tersebut, dapat terbawa zat-zat yang berbahaya
bagi kesehatan dan lingkungan.
 Pada metode sanitary landfill, sampah ditimbun dalam lubang yang dialasi lapisan
lempung dan lembaran plastic untuk mencegah perembesan limbah ke tanah. Sampah
yang ditimbun dipadatkan, kemudia ditutupi dengan lapisan tanah tipis setiap hari. Hal
ini akan mencegah tersebarnya gas metan yang dapat mencemari udara dan
berkembangbiaknya berbagai macam penyebab penyakit. Metode sanitary landfill yang
lebih modern, biasanya dibuat sisten lapisan ganda yaitu plastic, lempung, plastic dan
lempung. Kemudian dibuat pipa – pipa saluran untuk mengumpulkan cairan serta gas
metan yang terbentuk dari proses pembusukan sampah. Gas tersebut kemudian dapat
digunakan untuk menghasilkan listrik.
2) Insinerasi
Insinerasi adalah pembakaran limbah padat menggunkan suatu alat yang disebut incinerator.
Kelebihan dari proses insinerasi adalah volume sampah berkurang sangat banyak. Untuk
membakar sampah diperlukan panas dengan suhu diatas 1000oC. Dengan lama pembakaran,
suhu, dan campuran oksigen yang tepat, menghasilkan 99 % sampah akan hancur atau musnah.
Selain itu proses insenerasi menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan
listrik atau memanaskan ruangan. Meski demikian tidak semua jenis limbah padat dapat dibakar
dalam incinerator. Jenis limbah yang cocok untuk insinerasi diantaranya adalah kertas, plastic,
dan karet, sedangkan contoh jenis limbah padat yang kurang sesuai untuk insinerasi adalah
kaca, sampah makanan, dan baterai.
Kelemahan utama metode insinerasi adalah biaya operasi. Selain itu, insinerasi menghasilkann
asap buangan yang dapat menjadi pencemar udara serta abu pembakaran yang mungkin
mengandung senyawa berbahaya.
3) Kompos adalah pupuk yang dibuat dari sampah organic, seperti sayuran, daun, dan ranting,
serta kotoran hewan, melalui proses degradasi/penguraian oleh mikroorganisme tertentu.
Kompos berguna untuk memperbaiki struktur tanah dan menyediakan zat makanan yang
diperlukan tumbuhan, sementara mikroba yang ada dalam kompos dapat membantu
penyerapan zat makanan yang dibutuhkan tanaman.
Pembuatan kompos merupakan salah satu cara terbaik untuk mengurangi timbunan sampah
organic. Cara ini sangat cocok diterapkan di Indonesia, karena cara pembuatannya relative
mudah dan tidak membutuhkan biaya yang besar. Selain itu, kompos juga dapat dijual sehingga
dapat memberikan pemasukan tambahan atau bahkan menjadi altenatif mata pencaharian.
4) Daur Ulang
Proses daur ulang sangat berguna untuk mengurangi timbunan sampah karena bahan buangan
diolah menjadi bahan yang dapat digunakan kembali. Contoh beberapa jenis limbah padat yang
dapat didaur ulang adalah kertas, kaca, plastic, karet, logam seperti besi, baja, tembaga, dan
alumunium. Bahan – bahan yang didaur ulang dapat dijadikan produk baru yang jenisnya hampir
sama atau sama dengan produk jenis lain.
Peran berbagai pihak dalam pengelolaan sampah
a. Masyarakat
Masyarakat merupakan salah satu actor untuk melakukan pengelolaan sampah, karena :
 Masyarakat berhak mendapatkan lingkungan yang bersih, indah, nyaman, dan
sehat
 Mendapatkan pelayanan kebersihan yang terbaik dari pemda dan pengelola
sampah
 Memanfaatkan, mengolahdan membuang sampah sesuai ketentuan
 Berpartisipasi aktif dalam pengelolaan sampah, baik yang dilakukan oleh
pemerintah maupun pengelola sampah swakelola
 Mendapatkan informasi mengenai pemanfaatan dana masyarakat oleh
pemerintah maupun pengelola sampah swakelola

Peran Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah

 Menjaga kebersihan di lingkungan sekitarnya


 Menyiapkan perwadahan sampah sesuai dengan peraturan tempat sampah
yang ditetapkan oleh pemerintah daerah
 Melakukan pengurangan timbulan sampah dari sumbernya melalui pendekatan
4R serta melakukan pemisahan sampah sejak dari rumah tangga
 Berpartisipasi aktif dalam pengelolaan sampah dan membayar retribusi
pengelolaan sampah, baik yang dilakukan pemerintah maupun pengelola
sampah swakelola
 Bertindak sebagai pengawas untuk menjaga system pengelolaan sampah
berjalan dengan baik
 Mengurangi pencermaran lingkungan dengan memanfaatkan sampah untuk
kegiatan ekonomi, baik dilakukan secara perorangan atau kelompok, maupun
bekerja sama dengan pelaku usaha
 Pembuatan bank sampah
Bank sampah adalah salah satu strategi penerapan 3R dalam pengelolaan
sampah di tingkat masyarakat. Pelaksanaan bank sampah pada prinsipnya
adalah satu rekayasa social untuk mengajak masyarakat memilah sampah.
Dengan menyamakan sampah serupa uang atau barang berharga yang dapat
ditabung, masyarakat akhirnya terdidik untuk menghargai sampah sesuai jenis
dan nilainya sehingga mereka mau memilah sampah.
b. Swasta
Swasta mempunyai komitmen dan kepedulian dalam penanganan masalah social,
terutama dalam pembangunan kesejahteraan social, Swasta mempunyai tanggung
jawab social. Tanggung jawab dunia usaha telah menjadi suatu kebutuhan yang
dirasakan bersama antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha berdasarkan
prinsip kemitraan dan kerjasama.
Peran swasta dalam pengelolaan sampah adalah :
 Menerapkan konsep recycle, teknologi ramah lingkungan dan air limbah dalam
berproduksi
 Mengemas produk dengan menggunakan bahan ramah lingkungan dan
seminimal mungkin menghasilkan sampah
 Mengoptimalkan bahan daur ulang sebagai bahan baku produk
 Membeli kembali kemasan plastic/logam/gelas dari produk mereka yang telah
dimanfaatkan konsumen, atau yang telah dikumpulkan oleh masyarakat,
distributor, pedagang
 Membayar biaya kompensasi pengolahan kemasan yang tidak dapat didaur
ulang
 Membantu upaya pengurangan sampah
 Penerapan konsep minimasi
Minimasi dapat dilakukan dengan cara :
 Mengurangi penggunaan material input
 Memilih material yang paling tepat dari sisi manfaat dan jumlahnya
 Mengutamakan bahan mentah dari sumber daya terbaharukan
 Mengurangi penggunaan energy fosil
 Mengurangi penggunaan bahan kimia yang berbahaya dan beracun
 Memperbaiki tempat penyimpanan bahan B3 agar tidak terjadi kebocoran dan
kontaminasi
 Merancang produk yang hemat energy, lebih tahan lama, mudah perawatan
dan perbaikannya
 Merancang jumlah dan volume kemasan produk
 Merencanakan produksi barang berdasarkan daya dukung dan daya tampung
lingkungan

Konsep minimasi memiliki beberapa keuntungan antara lain :

 Minimasi mengemat sumberdaya mineral, energy, hutan alami, dan lahan


 Minimasi dapat menghemat biaya. Lebih sedikit biaya yang digunakan untuk
membeli material, biaya pembuangan dan pengolahan limbah dapat dikurangi
dan bisnis menjadi lebih efisien
 Minimasi dapat mengurangi dampak terhadap lingkungan seperti mengurangi
areal yang rusak akibat pengurasan sumberdaya alam, wilayah pembuangan
limbah dapat dikurangi, membutuhkan lebih sedikit bahan bakar fosil untuk
menghasilkan energy dan mengurangi efek rumah kaca serta polusi.

c. Pemerintah
Peran pemerintah dalam pengelolaan sampah adalah
 Menentukan besarnya tarif jasa pengelolaan sampah
 Memberikan sanksi kepada pihak yang melanggar aturan
 Mengeluarkan peraturan pengelolaan sampah yang mengikat semua warga
untuk menciptakan lingkungan yang bersih sehat & nyaman
 Memberikan pelayanan pengelolaan sampah di daratan dan perairan yang
terbaik bagi masyarakat
 Menggunakan dana masyarakat secara transparan dan akuntabel untuk
mengelola sampah
 Melakukan pengawasan terhadap pengelolaan sampah yang dilakukan oleh
pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat
 Menyediakan sarana dan pra sarana pengelolaan sampah secara memadai,
termasuk menyediakan recycling centre di pusat TPA
 Mendorong dan mendukung masyarakat untuk melakukan kegiatan
pengurangan dan pemanfaatan sampah melalui pendekatan 4R
 Melakukan pembinaan kepada masyarakat dan pelaku usaha dalam pengelolaan
sampah
d. Perguruan tinggi
Perguruan tinggi dapat berperan penting dalam upaya pengelolaan sampah dengan cara
 Melakukan kajian dan penelitian mengenai bentuk pengelolaan sampah kota
 Memberikan informasi dan pengenalan teknologi pengelolaan sampah tepat
guna dengan harga terjangkau kepada masyarakat
 Melakukan pendidikan dan pelatihan kepada warga masyarakat dalam
mengolah dan mengelola sampah berdasarkan jenis sampah.
e. Lembaga Swadaya Masyarakat
LSM dapat berperan penting dalam upaya pengelolaan sampah dengan cara
 Pendamping warga masyarakat dalam pelaksanaan program pengelolaan
kebersihan lingkungan, khususnya sampah kota
 Pemantauan proses pelaksanaan di lapangan sebagai mitra pemerintah
 Membantu peningkatan pengetahuann dan keterampilan warga masyarakat
dalam mengolah dan mengelola daur ulang sampah, baik organic maupun
anorganic
 Memberikan masukan dan saran kepada pemerintah kota dan pihak swasta
dalam proses pengelolaan kebersihan lingkungan, khususnya sampah kota.
C. GREEN TRANSPORTATION

Transportasi merupakan bagian yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat. Transportasi
menunjukkan hubungan yang erat dengan jangkauan, mobilitas, lokasi, gaya hidup dan selingan serta
barang – barang dan pelayanan yang tersedia untuk dikonsumsi (Morlok, Edward, 1978). Transportasi
merupakan usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut atau mengalihkan suatu objek dari suatu
tempat ke tempat lain dimana di tempat lain ini objek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna
untuk tujuan – tujuan tertentu.

Pengembangan jaringan transportasi juga terintegrasi pada pengembangan wilayah. Pengembangan


wilayah di suatu daerah akan menciptakan atau menimbulkan sistem transportasi yang baru, demikian
pula sebaliknya, pembuatan jaringan transportasi akan memicu tumbuhnya wilayah – wilayah
terbangun. Dalam hal ini diperlukan atau sangat dibutuhkan pengembangan secara terpadu, baik
kawasan permukiman baru maupun jaringan transportasi beserta modanya.

Pendekatan sistem transportasi memiliki kriteria, yaitu:

 Sistem transportasi secara menyeluruh (mikro).


 Sistem transportasi yang lebih kecil.

Sistem transportasi mikro terdiri dari

 Sistem kegiatan
Rencana tata guna lahan yang baik dapat mengurangi kebutuhan akan perjalanan yang
panjangsehingga membuat interaksi menjadi lebih mudah.
 Sistem Jaringan Prasarana Transportasi
Meningkatkan kapasitas pelayanan prasarana yang ada misalnya pelebaran jalan, jaringan jalan
baru dan lain – lain.
 Sistem Pergerakan Transportasi
Mengatur teknik dan manajemen lalu lintas (jangka pendek), fasilitas angkutan umum yang lebih
baik (jangka pendek menengah), atau pembangunan jalan (jangka panjang).

Sistem transportasi lalu lintas, meliputi:

a. Kepadatan Lalu Lintas


Kepadatan lalu lintas berhubungan dengan peningkatan jumlah kendaraan dan panjang jalan.
Kepadatan puncak mengakibatkan konsentrasi emisi gas buang kendaraan bermotor meningkat.
Untuk itu, pengembangan mekanisme penurunan kepadatan kendaraan bermotor dapat
dilakukan melalui:
1) Identifikasi lokasi kemacetan jalan dan penentuan penyebabnya.
2) Identifikasi pengelolaan parkir terpadu yang bertujuan untuk menyediakan kantong –
kantong parkir dekat lokasi perbelanjaan dan tidak lagi parkir di setiap ruas jalan.
3) Pengalihan pemakaian moda transportasi dari mobil pribadi menjadi transportasi umum.
4) Kegiatan bebas kendaraan roda empat pada hari tertentu yang digantikan dengan
penggunaan kendaraan non motor.
b. Kilometer dan Waktu Tempuh Kendaraan Bermotor
Muatan emisi polusi udara diperoleh dari kilometer tempuh dikalikan faktor emisi. Sedangkan
kilometer tempuh itu sendiri merupakan hasil perkalian volume lalu lintas dengan jarak tempuh.
Dengan demikian, semakin besar kilometer tempuh suatu jenis kendaraan bermotor, semakin
besar muatan emisi polusi udaranya.
c. Pola Transportasi
Pola transportasi juga memengaruhi aksesbilitas perjalanan kendaraan baik di dalam maupun
diluar kota. Jika aksesbilitas perjalanan kendaraan sudah baik, maka tingkat kepadatan dan arus
lalu lintas dapat menekan laju emisi kendaraan.
d. Masterplan Transportasi dan Perencanaan Tata Kota/Daerah
Dengan adanya masterplan yang tepat sasaran dan terintegrasi dengan baik ke depan, maka
faktor – faktor yang memengaruhi ketepatan waktu perjalanan dan kondisi kendaraan dan
bahan bakar serta titik – titik kepadatan lalu lintas jalan dapat ditekan sedemikian rupa sehingga
emisi gas buang dan kebisingan dapat dikendalikan.

Menurut the center of sustainable transportation canada (2002) definisi sustainable transportation
adalah memberikan akses utama yang dibutuhkan oleh individu dan masyarakat agar keamanannya
lebih terjaga dan cara yang sesuai dengan manusia dan kesehatan ekosistem dan dengan keadilan dalam
dan antar generasi.

Transportasi berkelanjutan berarti juga dapat mengoperasikan secara efisien, memberikan pilihan moda
transportasi yang mendukung pergerakan aspek ekonomi, membatasi emisi dan pemborosan dalam
kemampuan planet untuk menyerapnya, meminimalkan penggunaan sumber daya yang tidak bisa
diperbaharui dan membatasi penggunaan sumber daya alam yang dapat diperbaharui agar kualitasnya
terjaga.

Sedikitnya terdapat beberapa konsep transportasi berkelanjutan, yaitu:

1) Keseimbangan terhadap tiga pilar transportasi, yaitu ekologi, ekonomi, sosial


2) Usaha untuk mengurangi jumlah kendaraan bermotor yang ada, hal ini dapat dilakukan dengan
penyediaan sarana transportasi yang bersifat masal yang nyaman, Sehingga dapat menjadi
alternative terbaik bagi masyarakat untuk mengurangi jumlah kendaraan pribadi.
3) Perbaikan mutu gas buang kendaraan bermotor, baik dari segi desain, perawatan maupun
pemakaian bahan bakar yang seminimal mungkin dapat memberikan pencemaran terhadap
lingkungan
4) Usaha mengurangi kemacetan lalu lintas di jalan sehingga pemborosan energy dan pencemaran
lingkungan dapat dikurangi.
5) Kegiatan transportasi yang mengutamakan keselamatan dan kenyamanan pemakai atau
masyarakat. Hal ini mengingat jalan ataupun infrastruktur transportasi lainnya dibuat untuk
manusia bukan untuk kendaraan. Kenyamanan manusia umum harus diutamakan.
6) Transportasi harus dilakukan secara efisien dan efektif baik untuk pemakai kendaraannya
ataupun bahan bakar yang digunakan. Selama ini kendaraan pribadi rata-rata setiap harinya
hanya berisi satu orang. Jadi jika satu orang itu dialihkan untuk menggunakan kendaraan umum,
maka bisa dibayangkan berapa banyak bahan bakar yang akan tersimpan dan berapa banyak
kemacetan dan emisi kendaraan yang akan berkurang.

Paul Barter dan Tamin Raad menyebutkan sistem transportasi berkelanjutan perlu memiliki prinsip-
prinsip berikut:

 Aksesibilitas untuk semua orang


Sistem transportasi yang berkelanjutan harus menjamin adanya akses bagi seluruh lapisan
masyarakat, termasuk penyandang cacat, anak-anak dan lansia, untuk mendapatkan kebutuhan
dasarnya seperti kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan
 Kesetaraan social
Sistem transportasi tidak hanya diperuntukan bagi masyarakat tingkat atas, yaitu dengan
mengutamakan pembangunan jalan raya dan jalan tol semata. Penyediaan sarana angkutan
umum yang terjangkau dan memiliki jaringan yang baik merupakan bentuk pemenuhan
kesetaraan sosial, sehingga masyarakat dapat memanfaatkan secara optimal pelayanan
transportasi yang diberikan.
 Keberlanjutan lingkungan
Sistem transportasi harus seminimal mungkin memberikan dampak negative terhadap
lingkungan. Oleh karena itu, sistem transportasi yang berkelanjutan harus mempertimbangkan
jumlah dan jenis bahan bakar yang digunakan serta efisiensi dan kinerja dari kendaraan itu
sendiri. Kombinasi dan integrase dengan moda angkutan tak bermotor, sepeda, berjalan kaki,
dan moda angkutan umum merupakan upaya untuk mempertahankan keberlanjutan lingkungan
dengan meminimalkan dampak lingkungan.
 Kesehatan dan keselamatan
Sistem transportasi yang berkelanjutan harus dapat menekan dampak terhadap kesehatan dan
keselamatan. Secara umum sekitas 70% pencemaran udara dihasilkan oleh transportasi.
Pencemaran memberikan dampak terhadap kesehatan terutama terhadap sistem pernapasan.
 Partisipasi masyarakat dan transportasi
Sistem transportasi disediakan untuk memberikan pelayanan bagi masyarakat. Oleh karena itu,
masyarakat harus diberikan ruang yang cukup untuk ikut menentukan moda transportasi yang
digunakan serta terlibat dalam proses pengadaannya.
 Biaya rendah dan ekonomis
Sistem transportasi yang berkelanjutan tidak focus pada akses bagi kendaraan bermotor semata
melainkan pada seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu, sistem transportasi yang baik
adalah yang berbiaya murah dan terjangkau.
 Informasi
Masyarakat harus terlibat secara aktif dalam perencanaan dan pelaksanaan serta pengelolaan
sistem transportasi. Untuk itu, masyarakat harus memahami latar belakang pemilihan sistem
transportasi serta kebijakannya.
 Advokasi
Advokasi merupakan komponen penting untuk memastikan terlaksananya sistem transportasi
yang tidak lagi memihak pada pengguna kendaraan bermotor pribadi semata melainkan
memihak pada kepentingan orang banyak.
 Peningkatan kapasitas
Pembuatan kebijakan dalam sector transportasi perlu mendapatkan peningkatan kapasitas
untuk dapat memahami paradigm baru dalam pengadaan sistem transportasi yang lebih
bersahabat, memihak pada kepentingan masyarakat dan tidak lagi tergantung pada
pemanfaatan kendaraan bermotor pribadi semata.
 Jejaring kerja
Jejaring kerja dari berbagai stakeholder sangat diperlukan terutama sebagai ajang tukar
menukar informasi dan pengalaman untuk dapat menerapkan sistem transportasi kota yang
berkelanjutan.

Kriteria Transportasi Berkelanjutan

Transpotasi adalah kebutuhan publik karena itu pelayanan menjadi kata kunci dalam perbaikan sistem
transpotasi. Pelayanan perlu distrandarisasi agar dapat memberikan kepuasan bagi masyarakat karena
itu transpotasi terpadu harus memenuhi kriterian sebagai berikut:

1) Kebijakan dan Peraturan


Pemerintah perlu menerapkan kebijakan naik itu sosial, ekonomi, maupun fisik. Kebijakan
tersebut tertuang dalam peraturan yang mendorong implementasi transportasi berkelanjutan,
misalnya:
a. Kebijakan tentang masterplan sistem transportasi yang dipadukan dengan tipologi
lingkungan, budaya setempat dan selaras dengan kaidah – kaidah transportasi.
b. Penetapan ambang batas kualitas udara dan kebisingan harus dilengkapi dengan hasil
monitoring kualitas udara dan kebisingan.
c. Perlunya peraturan penanaman pohon dalam setiap pembangunan infrastruktur jalan.
d. Perlunya kebijakan pembatasan kendaraan di ruas jalan tertentu berdasarkan emisi
udaranya.
e. Adanya kebijakan polluters pay principle yaitu prinsip pencemar pembayar di mana
perusahaan yang mengeluarkan limbah atau produk yang berkelebihan diharuskan
untuk menanggulangi pencemaran yang dilakukan oleh produknya.
2) Penerapan Standar Pelayanan Minimum Angkutan Umum
Standar pelayanan minimum harus ditetapkan pada sistem layanan transportasi umum.
Pelayanan ini dilakukan melalui pelayanan angkutan umum, meliputi kenyamanan, keselamatan,
keamanan dan ketepatan waktu serta pelaksanaan uji berkala angkutan umum.
Menurut The Centre for Sustainable Transportation (2002), visi dari transportasi berkelanjutan,
antara lain:
 Focus and access, artinya dalam transportasi berkelanjutan harus memperhatikan pengguna
transportasi baik akses terhadap barang, jasa, dan peluang sosial terutama pada masyarakat
dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah;
 Non-motorized transportattion, artinya semakin banyak kendaraan bermotor membuat
masyarakat jenuh akan kepadatan jalan raya dan polusi yang dikeluarkan setiap harinya;
 Motorized transportation by potential means, artinya beberapa akses transportasi saat ini
menggunakan teknologi yang berbeda. Menggunkan bahan bakar terbarukan, seperti sistem
transportasi jalan raya otomatis, kereta api maglev;
 Motorized transportation by cuurent means, artinya transportasi bermotor saat ini mirip
dengan transportasi pada tahun 2000 awal. Bedanya, kendaraan yang digunakan pada
sustainable transportation saat ini jauh lebih hemat energi. Selain itu, penggunaan
kendaraan tersebut juga harus didukung oleh tata letak dan desain tata ruang kota;
 Movement of goods, artinya pergerakan barang menggunakan moda transportasi harus
sesuai dengan ukuran dan jarak pengiriman serta harus meminimalkan emisi yang
dihasilkan;
 Less need for movement of people and goods, artinya jarak tempuh kendaraan bermotor
lebih pendek misalnya, dengan adanya compact city (kota kompak), sehingga akses ke setiap
fungsi guna lahan bisa dicapai dengan jarak yang lebih dekat;
 Little or no impact on the environment and on human health, artinya emisi kendaraan lebih
rendah serta tidak adanya dampak global transportasi terhadap lingkungan;
 Methods of attaining and sustaining the vision, artinya harus diadakannya kebijakan yang
ketat mengenai penerapan sustainable transportation;
 Non-urban areas, artinya daerah pedesaan bisa memberi kontribusi positif terhadap
transportasi perkotaan;
 Date of attainment, artinya adanya target waktu baik jangka panjang ataupun pendek.

Berdasarkan visi sustainable transportation yang harus di capai, maka diperlukan adanya upaya atau
misi dalam pencapaian visi tersebut. Misi yang dicanangkan deselaraskan dengan tiga pilar

1) Sosial
 Ketersediaan transportasi harus memenuhi kebutuhan dasar manusia untuk kesehatan,
kenyamanan, dan kemudahan dengan cara-cara yang efektif dan tidak merusak tatanan
sosial;
 Mendukung pembangunan yang berorientasi kepada masyarakat seperti menyediakan
berbagai pilihan moda transportasi yang nyaman;
 Mengurangi polusi udara dan suara dari transportasi yang sangat mengganggu
masyarakat; dan
 Memberikan keamanan dan kenyaman bagi masyarakat.
2) Ekonomi
 Sistem transportasi harus menyediakan layanan efektif dalam biaya dan kapasitas;
 Sistem transportasi harus menjadi finansial yang terjangkau dalam setiap generasi;dan
 Sistem transportasi harus mendukung aktivitas hidup manusia, sehingga sistem
transportasi juga berorientasi terhadap ekonomi berkelanjutan.
3) Lingkungan
 Sistem transportasi harus menggunakan tanah secara efektif dan efisien sehingga tanah
yang digunakan lebih sedikit dan tidak berdampak besar terhadap integritas ekosistem;
 Sistem transportasi harus menggunakan sumber-sumber lain yang terbarukan atau
sistem yang tak habis-habisnya. Sumber terbarukan ini bisa didapat dengan mendaur
ulang bahan yang telah digunakan dalam kendaraan umum atau infrastruktur;
 Menghasilkan sedikit sedikit emisi.

Sustainable transportation indicator merupakan sebuah perlengkapan yang digunakan untuk


menganalisa pangaruh dari objek transportasi terhadap lingkungan serta untuk memeriksa berbagai
kemungkinan dan kondisi yang akan terjadi dari penerapan konsep sustainable transportation.

Menurut Beela (2007) indicator dari sustainable transportation adalah:

 Keamanan perjalanan bagi pengemudi dan penumpang.


 Penggunaan energi oleh moda trasnportasi.
 Emisi co2 oleh moda transportasi.
 Pengaruh transportasi terhadap lingkungan sekitar.
 Kesenangan dan kenyamanan menggunakan moda transportasi.
 Emisi dari bahan beracun dan bahan kimia berbahaya, polusi udara dikarenakan moda
transportasi.
 Guna lahan bagi moda transportasi seperti lahan parker.
 Gangguan terhadap wilayah alami oleh moda transportasi.
 Polusi suara oleh moda trasnportasi.

Implementasi Transportasi Berkelanjutan

Upaya implementasi transportasi berkelanjutan pada dasarnya dapat dilakukan dengan mencegah atau
mengurangi perjalanan yang tidak perlu, misalnya pengembangan kawasan terpadu yang masuk
kategori compact city seperti kawasan super-block, kawasan mixed-use zone maupun transit-oriented
development. Selain itu, pengurangan jumlah perjalanan dapat dilakukan dengan melakukan
manajemen kebutuhan transport.

Implementasi transportasi berkelanjutan dilakukan juga melalui penyediaan sarana ramah lingkungan,
misalnya sepeda. Karena banyaknya antusias masyarakat dalam bersepeda, maka selayaknya
pemerintah memperhatikan pembangunan jalur khusus sepeda.
Beberapa alasan untuk membangun jalur khusus sepeda antara lain:

 Pengguna sepeda memiliki hak yang sama dengan jenis moda lainnya.
 Biaya investasi yang dibutuhkan relative sangat rendah.
 Jalur khusus sepeda memberikan prioritas bagi sepeda dalam pemanfaatan ruang jalan.Sepeda
adalah kendaraan yang hemat energi, hemat ruang, dan ramah lingkungan.
 Dapat mengurangi kemacetan karena sepeda memiliki fleksibilitas yang tinggi dalam
menghadapi kemacetan.
 Ada interaksi sosial yang lebih erat dari kendaraan bermotor.

E. GREEN ENERGY

Penyediaan energi menjadi isu penting dalam pembangunan berkelanjutan. Penyediaan energi termasuk
di dalamnya kegiatan penerangan buatan, pendinginan dan pemanas ruang, memasak, penyediaan air,
pendinginan, transportasi dan telekomunikasi. Pada tingkat nasional penyediaan energi berkolerasi pada
tingkat stabilitas ekonomi, pertumbuhan, lapangan kerja dan meningkatnya taraf hidup rakyat.

Tantangan Pengelolaan Energi Indonesia

Besarnya ketergantungan energi Indonesia terhadap minyak bumi dan rendahnya pemanfaatan energi
terbarukan bila dibandingkan dengan potensi yang dimiliki masih menjadi tantangan di sektor energi.
Selain itu, keterbatasan infrastruktur energi juga membatasi akses masyarakat terhadap energi serta
penggunaan energi yang belum efisien.

Indonesia tidak dapat menggunakan energi fosil semaunya. Hal ini dikarenakan energi fosil di Indonesia
hampir habis. Berdasarkan data neraca energi tahun 2011, diperkirakan potensi minyak bumi Indonesia
akan habis sekitar 23 tahun dari sekarang, sementara gas bumi dan batubara diperkirakan akan habis
masing-masing pada 55 dan 83 tahun dari sekarang. Karena jumlah energi fosil yang semakin menipis,
maka sudah saatnya memanfaatkan potensi sumber daya energi tebarukan.

Potensi energi alternatif di Indonesia cukup besar namun pemanfaatannya masih relatif rendah.
Pemanfaatan energi tebarukan yang masih kecil tersebut terkendala beberapa hal, yaitu:

1) Biaya produksi.
Biaya produksi energy terbarukan relative lebih tinggi dibandingkan dengan biaya produksi
enervi konvensional, sehingga harga jual energy terbarukan tidak dapat bersaing dengan harga
jual energy konvensional.
2) Investasi
Biaya investasi untuk memproduksi energy terbarukan cukup tinggi. Investasi untuk industry
hulu dan hilir untuk energy terbarukan masih belum banyak dilakukan di dalam neger, sehingga
sebagian besar komponen masih diimpor.
3) Teknologi
Beberapa teknologi energy terbarukan sudah dikuasai, seperti teknologi energy listrik skala kecil
sampai medium, teknologi biogas untuk non-listrik. Sedangkan teknologi energy terbarukan
lainnya masih dipegang pihak asing.
4) Sumber Daya Manusia
Kuantitas maupun kualitas sumber daya manusia di bidang energy terbarukan masih cukup
terbatas.
5) Kesadaran Masyarakat
Kesadaran masyarakat akan energy terbarukan masih relative rendah, karena sebagian besar
masyarakat merasa lebih nyaman menggunakan energy konvensional.

Energi Berkelajutan

Energi terbarukan yang dapat menggantikan energi fosil memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

 Dapat mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil, khususnya minyak bumi.


 Dapat menyediakan energi listrik dalam skala lokal maupun regional.
 Mampu memanfaatkan potensi sumber daya energi setempat.
 Ramah lingkungan, dalam artian proses produksi, distribusi dan pembuangan hasil produksinya
tidak merusak lingkungan hidup disekitarnya.

Masa depan energi terdapat pada energi terbarukan, karena memiliki kelebihan antara lain:

Relatif mudah didapat.

 Dapat diperoleh dengan gratis, dengan biaya operasional sangat rendah.


 Masalah limbah relatif kurang.
 Proses produksinya tidak menyebabkan kenaikan temperatur bumi.
 Tidak terpengaruh kenaikan harga bahan bakar (Jarass, 1980).

Indonesia telah merumuskan rencana energy primer mix yang optimal pada tahun 2025. Masing-masing
sumber energi sudah diberikan porsi terhadap konsumsi energy nasional:

 Minyak bumi menjadi kurang dari 20%.


 Gas bumi menjadi lebih dari 30%.
 Batubara menjadi lebih dari 33%.
 Bahan bakar nabati (biofuel) menjadi lebih dari 5%.
 Panas bumi menjadi lebih dari 5%.
 Energi baru dan energi terbarukan lainnya, khusus biomassa, nuklir, tenaga air, tenaga surya,
dan tenaga angin menjadi 5%.
 Batubara yang dicairkan (liquefied coal) menjadi lebih dari 2%.

Strategi Mewujudkan Kota yang Ramah Energi Terbarukan

Untuk mewujudkan kota yang ramah energi tebarukan, maka perlu diperkatikan beberapa hal yaitu:
 Pengadaan transportasi publik yang berbahan bakar energi terbarukan.
 Pembangunan pembangkit listrik yang berasal dari energi tebarukan
 Penggunaan lampu penerangan jalan yang berasal dari sel surya.
 Perumusan kebijakan pengembangan energi terbarukan di tingkat kab./kota.
 Pemberdayaan masyarakat dalam perencanaan dan operasionalisasi energi tebarukan.
 Kerjasama dan koordinasi yang lebih erat dengan berbagai pihak dalam rangka implementasi
enegi tebarukan.

Anda mungkin juga menyukai