Anda di halaman 1dari 4

Nama : Evi Febriani

NIM : 185020100111038
Ekonomi Kelembagaan

PARADIGMA EKONOMI KELEMBAGAAN

Paradigma, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah model dalam suatu teori,
atau juga bisa berarti kerangka berpikir. Teori ekonomi kelembagaan menggunakan pendekatan
multidisipliner untuk mengkaji fenomena ekonomi, yaitu dengan memasukkan aspek sosial,
hukum, politik, budaya, dan yang lainnya sebagai satu kesatuan analisis.
Teori ekonomi kelembagaan sejajar asasnya dengan ilmu sosial lain. Sejak awal harus disadari
bahwa ilmu sosial memiliki dua dimensi, yaitu ketika berkaitan dengan (persoalan) negara maka
ilmu sosial tidak hanya memiliki fungsi sebagai daya penjelas tetapi juga melegitimasi dan juga
medelegitimasi dan yang kedua ketika berurusan dengan rakyat maka ilmu sosial membahas ilmu
sosial instrumental dan ilmu sosial kritis.

1. Perilaku Teknologis dan Ideologis


Terdapat empat cakupan analisis ilmu ekonomi :
1. Alokasi sumber daya
2. Tingkat pertumbuhan kesempatan kerja, pendapatan, produksi, dan harga
3. Distribusi pendapatan
4. Struktur kekuasaan

Pendekatan klasik lebih banyak menggunakan ketiga alat analisis awal. Sedangkan
pendekatan kelembagaan yang membahas persoalan ekonomi dengan instrumen terakhir.

 Menurut Veblen
Kelembagaan adalah kumpulan norma dan kondisi-kondisi ideal yang direproduksi
secara kurang sempurna melalui kebiasaan masing-masing generasi individu
berikutnya. Peran kelembagaan menjadi stimulus dan petunjuk terhadap perilaku
individu.
Namun, keinginan individu (individual preferences) bukan faktor fundamental
dari decision making, sehingga tidak memiliki teori. Dengan demikian, analisis yang
digunakan bukan hanya individu subjeknya tapi banyak orang.
Ahli kelembagaan berusaha membuat model-model pola/pattern models. Pattern
models inilah yang menjelaskan perilaku manusia dengan konteks kelembagaan dan
budaya. Model prediktif menjelaskan perilaku manusia dengan menyatakan asumsi-
asumsi secara cermat kemudian ditarik kesimpulan implikasi dari asumsinya.
Sedangkan, ekonomi klasik memprediksi dengan pengambilan keputusan secara logis
dari asumsi dasar yang telah dibuat. Bukti prediktif harus memiliki validitas empiris
dan akurat dalam pengambilan keputusannya.
Ide pokok paham kelembagaan adalah mengenai kelembagaan, masa lalu, perilaku
(behavior), dan kebiasaan (habits), aturan, dan perkembangan. Ekonomi kelembagaan
bersifat evolusioner, kolektif, interdisipliner, dan nonprediktif.
Aliran Veblen membedakan antara perilaku teknologis dan kelembagaan sebagai
teori awal. Pikiran dan tindakan dari teknologi dan instrumental ini memiliki penjelasan
dari sebab ke akibat. Perilaku tersebut pun dapat dibenggkokkan dengan pertimbangan
peringkat dan status. Perilaku instrumental selalu berkembang. Namun, aktivitas
seremonial adalah terbatas, perubahannya hanya berupa permisif saja.
Perilaku adalah akar tindakan manusia dalam struktur kelembagaan. Sedangkan
keinginan individu yang tidak dapat dipercaya karena subjektif dan introspektif. Ahli
kelembagaan memandang individu secara terbatas mengarah pada transaksi hukum dan
kesempatan. Pada prosesnya, terdapat konflik kepentingan yang terjadi akibat
kelangkaan dan harus dinegosiasikan oleh individu-individu untuk mencapai tujuannya.

2. Realitas dan Evolusi


Untuk melihat bahwa ilmu pengetahuan modern dapat dibedakan dari sisi
persoalan subjeknya dan bukan dalam metodenya. Mazhab formal berisi positivisme
logis dan rasionalisme sehingga ekonomi konvensional masuk pada kategori ini.
Sebaliknya, aliran holistik mengungkap keyakinan perubahan subjek dan juga metode
sehingga ekonomi kelembagaan, ekonomi politik radikal masuk pada kategori ini.
Terdapat dua kategori data ekonomi yang berbeda yaitu data dengan hubungan the
physical nature of production process dan data dengan hubungan the behavioral to
economic stimuli.
Pendekatan kelembagaan lebih berkonsentrasi dalam menangkap dinamika realitas
sosial atas objek yang dikaji. Realitas sosial dilihat lebih dari sekedar seperangkat
relasi-relasi yang spesifik, dimana proses perubahannya inheren dalam kelembagaan
sosial, kemudian disebut sebagai sistem ekonmi. Proses perubahan tersebut sendiri
adalah produk dari tindakan manusia. Aliran kelembagaan bersifat menyeluruh karena
berkonsentrasi pada pola hubungan antara bagian-bagian keseluruhan.
Perilaku manusia nonrasional dalam pembuatan keputusan ekonomi. Tindakan
individu atau kelompok pun dipengaruhi faktor rasionalitas dan norma. Aturan-aturan
dibuat dengan harapan dapat memandu individu untuk bertindak rasional. Akan tetapi,
bisa jadi aturan-aturan mengikuti tindakan rasional individu. Terkadang, tindakan
rasional menghalangi norma sosial ataupun terjadi sebaliknya. Ekonomi kelembagaan
juga substansinya adalah ekonomi perbandingan/komparatif yang terdapat kritik antara
lain fokusnya pada perbedaan kedalaman tetapi mengapaikan perbedaan jenisnya,
mengabaikan potensi interaksi, dan juga kerapkali terjebak pada parsialitas.
3. Metode Kualitatif , aspek Nonprediktif
a. Metode Kualitatif : Partikularitas dan Subyektivitas
Dalam penelitian, ada dua metode yang dapat digunakan dalam menguji dan
mengungkapkan kebenaran. Terdapat metode kualitatif dan kuantitatif dalam
pendekatan ilmu sosial. Konstruksi penelitian kuantitatif terdiri dari general, objektif,
dan terukur. Penelitian kuantitatif bertujuan meramalkan masalah setelah data-data
dianalisis. Oleh sebab itu, penelitian kuantitatif memperbolehkan mengabaikan suatu
data agar hasil ramalan ini bisa didapat. Pendekatan kuantitatif juga dianggap lebih
subyektif karena keberhasilannya dalam kapasitasnya untuk mengukur (measurable).
Pendekatan kuantitatif dalam ekonomi kelembagaan dapat diukur dengan biaya
transaksi.
Sedangkan, pendekatan kualitatif terdiri tiga premis yaitu partikular, subyektif,
dan nonprediktif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena yang
ada dan mempelajari solusi dari masalah tersebut sehingga dapat ditangani lebih baik
di masa yang mendatang. Data pada penelitian kualitatif harus dijaga seasli mungkin
dengan tujuan menghindari adanya argumen bias.

b. Aspek Nonprediktif : Nilai Guna dan Liabilitas Data


Terdapat dua alasan mengapa penelitian kualitatif tidak berniat untuk meramalkan
kejadian di masa depan yaitu sebagai berikut.
(1) Tingkat filosofis watak
Sebuah penelitian sosial tidak harus tahu kejadian di masa depan karena
penelitiannya dimaksudkan untuk memahami perilaku sosial yang tengah terjadi
dan
(2) Tataran pragmatis nilai gunanya dalam menyodorkan pemahaman-pemahaman
baru melalui analisis mendalam. Menurut kaum subyektif, manusia tidak dapat
menghindari diri dari apa yang ia ketahui sehingga meski mereka mencari
kebenaran, mereka lebih meragukan adanya realitas obyektif. Oleh karena itu,
sifat nonprediktif ini menjadi ukuran fungsi dari penelitian kualitatif.

Data-data ilmu sosial yaitu (proses produksi the physical nature of production


process) dan respon atas kebijakan (the behavioral to economic stimuli), dianggap
tidak stabil. Walaupun data mengenai sikap respon atas kebijakan ini lebih stabil
tetapi rentan terhadap perubahan. Ekonomi kelembagaan berfokus pada struktur
kekuasaan. Pendekatan yang digunakan pun bertujuan memberikan jalan keluar.
Untuk tujuan tertentu, pendekatan kuantitatif pun berguna bagi ekonomi
kelembagaan.

Anda mungkin juga menyukai