Anda di halaman 1dari 6

1.

1 Pengantar Akuntansi Keperilakuan

Perkembangan Sejarah Akuntansi Keperilakuan


Riset akuntansi keperilakuan merupakan suatu bidang baru yang secara luas
berhubungan dengan perilaku individu, kelompok, dan organisasi bisnis, terutama yang
berhubungan dengan proses informasi akuntansi dan audit. Studi terhadap perilaku
akuntan atau perilaku dari non akuntan telah banyak dipengaruhi oleh fungsi akuntan dan
laporan (Hofstede dan Kinerd, 1970). Riset akuntansi keperilakuan meliputi masalah
yang berhubungan dengan:
1. Pembuatan keputusan dan pertimbangan oleh akuntan dan auditor.
2. Pengaruh dari fungsi akuntansi seperti partisipasi dalam penyusunan anggaran,
karakteristik sistem informasi, dan fungsi audit terhadap perilaku baik karyawan,
manajer, investor, maupun Wajib Pajak.
3. Pengaruh dari hasil fungsi tersebut, seperti informasi akuntansi dan pengunaan
pertimbangan dalam pembuatan keputusan
Pada bulan Juni 1951, Controllership Foundation of America mensponsori suatu riset
untuk menyelidiki dampak anggaran terhadap manusia. Sejumlah penjelasan dan
kesimpulan dari hasil riset mengenai perangkap keperilakuan pada anggaran dan
pembuatan anggaran dalam banyak pemikiran masih bersifat sementara, dan oleh karena
itu masih perlu disempurnakan.
Akuntansi keperilakuan merupakan bagian dari disiplin ilmu akuntansi yang mengkaji
hubungan antara perilaku manusia dan sistem akuntansi, serta dimensi keperilakuan dari
organisasi di mana manusia dan sistem akuntansi itu berada dan diakui keberadaannya.
Dengan demikian, definisi akuntansi keperilakuan adalah suatu studi tentang perilaku
akuntan atau non-akuntan yang dipengaruhi oleh fungsi-fungsi akuntansi dan pelaporan.

1.2 Survey dan Perspektif Konsep Ilmu Keperilakuan


a. Ruang Lingkup dan Tujuan Ilmu Perilaku
Ilmu keperilakuan meliputi banyak bidang pembahasan yang dipelajari, dengan
metode eksperimen dan observasi, perilaku dari seseorang dalam lingkungan psikis
dan social. Agar dianggap sebagai bagian dari ilmu perilaku, penelitian harus
memenuhi dua criteria dasar. Kriteria yang pertama harus berkaitan dengan perilaku
seseorang. Tujuan utama dari ilmu perilaku adalah mengidentifikasi dasar keteraturan
dalam perilaku manusia – baik dalam persamaan maupun perbedaan- dan untuk
menentukan konsekuensinya. Yang kedua, penelitian harus mencapai “scientic
manner” yang artinya, harus ada system usaha untuk mendeskripsikan, saling
menghubungkan, menjelaskan, dan karenanya meramalkan beberapa fenomena.
Objektifitas ilmu keperilakuan adalah untuk mengerti, menjelaskan, dan
memperediksi perilaku manusia, untuk menyusun keteraturan mengenai perilaku
manusia yang didukung dengan terkumpulnya bukti empiris dengan cara impersonal
dengan prosedur yang benar-benar terbuka untuk meninjau dan mereplikasi serta
dapat diverifikasi oleh para sarjana lain yang berkepentingan.  

b. Ruang Lingkup dan Tujuan Akuntansi Keperilakuan


Di masa lampau, akuntan hanya memperhatikan pengukuran pendapatan dan
biaya serta studi kinerja untuk memprediksi masa akan datang. Mereka mengabaikan
fakta bahwa kinerja masa lalu telah menghasilkan perilaku manusia masa lalu dan
kinerja masa lalu itu sendiri merupakan factor yang akan mempengaruhi perilaku
masa akan datang. Mereka kurang melihat fakta bahwa ada beberapa yang harus
dipahami dari kontrol organisasi yang harus dimulai dengan memotivasi dan
mengendalikan perilaku, tujuan, dan aspirasi individu yang berinteraksi di dalam
organisasi/perusahaan. 
Akuntan keperilakuan focus pada hubungan antara perilaku manusia dan sistem
akuntansi. Mereka menyadari bahwa proses akuntansi melibatkan penyimpulan
jumlah yang besar dari kejadian ekonomi yang merupakan hasil dari perilaku manusia
dan bahwa pengukuran akuntansi itu sendiri merupakan faktor yang mempengaruhi
perilaku, dimana hal itu yang menentukan kesuksesan kejadian ekonomi tersebut. 
Akuntan keperilakuan juga menyadari bahwa mereka dapat mamaparkan desain
sistem informasi untuk mempengaruhi motivasi karyawan, semangat, dan
produktivitas. Pengenalan ilmu keperilakuan terhadap akuntansi sangat penting bagi
pengembangan profesi, dimana hal itu dapat membuka pengetahuan baru yang harus
dapat lebih famililiar bagi akuntansi professional. Kesadaran akan hubungan antara
perilaku manusia dan akuntansi telah menghasilkan akuntan dengan alat lain untuk
menyelesaikan problem organisasional.

c. Ilmu Keperilakuan dan Akuntansi Keperilakuan : Persamaan dan Perbedaan


Ilmu keperilakuan menekankan pada penjelasan dan prediksi atas perilaku
manusia. Akuntansi keperilakuan menekankan pada hubungan antara perilaku
manusia dengan akuntansi itu sendiri. Sementara ilmu keperilakuan adalah subset dari
ilmu sosial, akuntansi keperilakuan merupakan subset dari keduanya, akuntansi dan
ilmu keperilakuan.
Ilmu keperilakuan terikat pada penelitian aspek-aspek teori motivasi, stratifikasi
sosial, atau bentuk-bentuk sikap. Akuntansi keperilakuan, bagaimanapun, akan
mengaplikasikan unsur spesifik dari teori-teori tersebut atau hasil penelitian-
penelitian yang relevan terhadap situasi akuntansi saat ini.
Akuntansi keperilakuan dapat diaplikasikan dan dipraktikkan, menggunakan hasil
penelitian dari disiplin ilmu lain – ilmu keperilakuan yang menjelaskan dan
memprediksikan perilaku manusia. Akuntansi selalu menggunakan konsep, prinsip-
prinsip, dan pendekatan-pendekatan dari disiplin ilmu lain untuk mengembangkan
utilitasnya. 
Akuntansi keperilakuan akan banyak menjelaskan dan memberikan pemahaman
mengenai struktur dan dan fungsi dari system akuntansi, serta hubungan manusia
terhadap hal tersebut. Ilmu keperilakuan akan lebih banyak menyinggung ilmu-ilmu
lain yang lebih luas terhadap dinamisasi organisasi dan pengembangan pola perilaku.
Keduanya dapat bersama – sama menjelaskan problem serta mengembangkan strategi
untuk mengumpulkan bukti-bukti terkait. Selain itu juga dapat bekerjasama dalam
memilih metode penelitian, dalam analisis data, serta pada penulisan dan pelaporan

1.3 Konsep Keperilakuan Berdasarkan : Psikologis, Sosisologi dan Psikologis Sosial


Tiga bahasan pokok dalam ilmu keperilakuan adalah psikologi, sosiologi, dan
psikologi social. Semua menggambarkan dan menjelaskan mengenai perilaku manusia.
Namun, perbedaannya dari segi perspektif terhadap perilaku manusia. Psikologi secara
khusus membahas bagaimana individu berperilaku, focus pada aksi manusia itu sendiri
sebagai respon untuk menstimuli lingkungan mereka.
Sosiologi dan psikologi social, dilain sisi, fokus pada kelompok, atau social,
perilaku. Keduanya menekankan pada interaksi antara individu, bukan pada stimuli
fisikal. Perilaku menjelaskan pada hubungan social, pengaruh social, dan kelompok yang
dinamis. Percobaan dibuat untuk memahami bagaimana individu berpikir, merasa, dan
aksi yang dipengaruhi oleh imajinasi, atau kehadiran orang lain. Ada beberapa factor
yang mempengaruhi perilaku manusia, termasuk kebutuhan individual dan motivasi-
motivasi, tekanan kelompok, permintaan organisasional, sejarah personal, latar belakang
yang unik dari individu-individu, konfli dari dalam dan luar organisasi, waktu
permintaan, tanggungjawab personal dan social, dan seterusnya.

Materi 2 :
1.4 Feodalisme dan Kapitalisme
Feodalisme adalah sistem politik dan militer antara aristokrasi feudal dan
pengikut-pengikutnya. Dalam arti yang paling klasik, feodalisme mengacu pada sistem
politik Eropa abad pertengahan, yang terdiri dari komitmen hukum dan militer timbal
balik antara bangsawan, bangsawan, pengikut, dan pejuang prajurit yang beredar di
sekitar tiga konsep dasar; kelompok feodalisme dapat melihat bagaimana ketiga elemen
ini bersatu. Kewajiban dan hubungan antara tuan, pengikut dan kata kerja membentuk
dasar feodalisme. Sang tuan memberikan tanah kepada bawahannya (tanah).
Kapitalisme adalah salah satu faktor paling berpengaruh dalam menentukan kelas
ekonomi saat ini. Ini adalah struktur di mana fasilitas produksi dan distribusi dimiliki
secara pribadi dan digunakan untuk keuntungan. Kapitalis biasanya terdiri dari
perusahaan swasta yang membuat dan mengimplementasikan keputusan pasar tanpa
intervensi dari lembaga publik atau pemerintah mengenai penawaran, permintaan, harga,
distribusi dan investasi. Tujuan utama dari setiap kapitalis adalah untuk mendistribusikan
keuntungan kepada pemegang saham yang berinvestasi dalam bisnis. Upah dan upah, di
sisi lain, dibayarkan kepada pekerja yang bekerja di bisnis tersebut. Kapitalisme adalah
sistem ekonomi campuran yang mengesankan dan fleksibel, dan telah menggunakan
sarana utama industrialisasi di seluruh dunia.
 Perbedaan : Feodalisme menekankan pada tradisi. Kapitalisme tidaklah
tradisional. Feodalisme memenjarakan inovasi, sedangkan kapitalisme
mengembangkannya. Dalam feodalisme, aktivitas ekonomi adalah untuk
memenuhi kebutuhan saat itu saja. Kapitalisme memakai perencanaan dan
penggunaan teknologi yang rasional. Dalam feodalisme terdapat kesetaraan sosial
dalam sebuah kelas sosial yang sama, akan tetapi hal ini tidak berlaku untuk kelas
sosial yang berlainan. Kapitalisme tidak memeperdulikan persamaan. Anak
seorang juru ketik memiliki kesempatan yang sama dengan anak seorang tuan
tanah untuk mencapai sukses dalam kerja. Kapitalisme menawarkan persamaan
kesempatan.

1.5 Perspekif Pekerja


Calvinis memandang bekerja sebagai kemuliaan, tetapi pekerja sebagai pengurang
kebajikan. Jika pekerja itu berbudi luhur, akan ada tanda-tanda lahiriah dari keberhasilan.
Awal industrialisasi, menyertai filsafat sosial Darwinisme, meyakini pekerja menjadi
rendah karena mereka masih berjuang untuk bertahan hidup. Ideologi dari awal
industrialisasi, berdasarkan tradisi masyarakat feodal, adalah bahwa si kaya dan kelas
atas bertanggung jawab kepada masyarakat miskin. Kemiskinan dilihat sebagai kondisi
ekonomi. Kelas atas memiliki kewajiban untuk berpikir dan berbadi kepada masyarakat
miskin. Masyarakat miskin (pekerja) harus bekerja dan harus bermoral, rendah hati, dan
beragama.
Pada tahap selanjutnya dari industrialisasi Inggris (sekitar 1800) kelas pekerja
datang untuk dilihat sebagai faktor produksi, tetapi sekarang bergantung pada diri mereka
sendiri. Para tradisionalisme lama menginterfensi dengan disiplin. Hubungan kerja
menjadi kurang pribadi. Kemiskinan, sekarang dilihat sebagai akibat dari kemalasan dan
kebejatan. Kemiskinan, ekonomis berguna dalam menjaga tingkat upah yang rendah,
dapat diatasi hanya dengan memegang kebajikan. Untuk tujuan ini, sekolah amal dan
sekolah Minggu didirikan di Inggris untuk mempromosikan agama dan disiplin.
Ideologi baru mengatakan kelas atas tidak lagi bertanggung jawab atas miskin.
Keyakinan itu dibenarkan oleh banyak pihak, termasuk Malthus, yang esai pada populasi
berpendapat bahwa hal-hal tatanan alam membuktikan bahwa orang kaya tidak bisa
selalu mengurus orang miskin. Setelah semua, masyarakat miskin bertanggung jawab atas
kondisi mereka sendiri karena mereka menambahkan populasi di suatu dunia di mana
pasokan makanannya tetap. Sebuah ideologi swadaya kemudian muncul yang
mengatakan siapa pun, biarpun miskin, dapat menjadi sukses. Doktrin ini, yang
menekankan kemauan dan kerja keras, bersama dengan beberapa ide calvanist, menjadi
ideologi industrialis Amerika awal.

1.6 Asumsi Tentang Prilaku Manusia


Baik ahli teori ekonomi klasik maupun ahli teori manajemen klasik berasumsi
bahwa tujuan utama dari kegiatan bisnis adalah mencapai maksimisasi keuntungan dan
bahwa anggota kelompok mau melakukan hal tersebut karena termotivasi oleh faktor
ekonomi. Ahli teori ini mengasumsikan bahwa para pekerja akan terlibat dalam perilaku
yang akan memaksimalkan pendapatan dan meminimalkan biaya. Dari asumsi tersebut,
ahli teori selanjutnya berpendapat bahwa pekerjaan yang orang-orang lakukan pada
dasarnya tidaklah menyenangkan dan mereka akan lebih memilih untuk menghindarinya
bila memungkinkan. Orang-orang dalam teori ini diasumsikan malas dan tidak efisien,
dan hanya dengan memberikan insentif lah yang dapat memotivasi orang untuk bekerja.
Mengingat asumsi mengenai bisnis dan perilaku manusia yang seperti itu, maka
dibuatlah sistem akuntansi pada saat itu untuk membantu manajemen memaksimalkan
keuntungan, mengukur dan mengawasi kinerja perusahaan, dan merencanakan masa
depan secara rasional. Dengan demikian, sebagai penyedia utama informasi kepada
manajemen, akuntan dapat memilih informasi yang mereka dianggap paling berguna bagi
manajemen. Mereka juga akan memutuskan bagaimana menyampaikan informasi
tersebut dan kepada siapa informasi tersebut seharusnya diberikan. Dalam pandangan
asumsi seperti itu, akuntansi dipandang sebagai suatu sistem informasi yang
menyediakan, data yang tepat dan relevan untuk digunakan dalam pengambilan
keputusan.

Anda mungkin juga menyukai