Akuntansi adalah informasi, atau lebih tepatnya sistem informasi akuntansi. Keberhasilan
suatu sistem informasi akuntansi tidak lepas dari perilaku manusia selaku pemakai dan yang
memberikan responnya. Perkembangan akuntansi pun tak lepas dari perilaku. Mendesaknya
kebutuhan akuntansi dan pentingnya peranan manusia (akuntan dan auditor) dalam bidang
akuntansi, maka dengan mengadopsi bidang-bidang ilmu lainnya, seperti ilmu psikologi
khususnya psikologi kognitif, antropologi dan sosial, lahirlah akuntansi keperilakuan. Banyak
bukti empiris yang dihasilkan oleh para peneliti yang ikut memperkuat bidang akuntansi
keperilakuan. Dua jurnal terkenal, yaitu Behavioral Research in Accounting (BRIA) dan
Auditing: A Journal of Practice & Theory, sangat mempengaruhi perkembangan akuntansi
keperilakuan sampai saat ini.
Tahun 1960an merupakan tahun awal dari kebangkitan penelitian akuntansi keperilakuan.
Dalam periode ini akademis memperluas riset mengenai implikasi informasi akuntansi dan
laporan keuangan pada pengambilan keputusan. Pada periode ini akuntansi keperilakuan
pertamakali diterbitkan di Accounting Review. Carl Devine pada periode ini merupakan
periset akuntansi keperilakuan yang sangat terkenal. Dalam periode ini banyak konferensi
dan diskusi yang tidak saja dihadiri oleh akuntan namun juga oleh eksekutif perusahaan,
psikolog, pakar organisasi. Dalam periode ini juga beberapa peneliti melakukan riset
eksperimen. Riset awal akuntansi keperilakuan banyak yang berhubungan dengan dampak
dari bermacam- macam data akuntansi yang berdampak pada perilaku individual.
Perkembangan akuntansi keperilakukan mulai dilirik oleh banyak peneliti sejak tahun 1970,
periode ini oleh Lord (1989) disebut dengan “A Decade of Interest Expansion in Behavioral
Topics”. Dalam periode ini penelitian akuntansi keperilakuan semakin meningkat baik
melalui metode eksperimen maupun non eksperimen. Perkembangan yang sangat menarik
pada dekade ini adalah meningkatnya perkembangan akuntansi keperilakuan membuat
pelajar doktoral bidang ilmu akuntansi mengambil matakuliah psikologi. Dalam periode ini
area akuntansi keperilakuan yang paling luas adalah human information processing (HIP)
dari informasi akuntansi. Riset mengenai HIP berkenaan dengan pengaruh informasi
terhadap perilaku individu. Ada empat pendekatan riset utama dalam HIP yaitu Lens model,
Probabilistic judgment, Cognitive style, dan Predecisional behavior. Riset-riset tersebut
dilakukan oleh beberapa peneliti yaitu Barefild (1972), Mock, Estrin, and Vasarhelyi (1972),
Dickhaut (1973). Beberapa studi berkenaan dengan HIP yaitu sebagai berikut dampak
anggaran partisipatif terhadap perilaku manajer (sweringa dan Moncur, 1972), dampak
anggaran terhadap motivasi karyawan (Milani, 1975), pengaruh anggaran terhadap perilaku
berhubungan dengan organisasi/Kontingensi teori pada organisasi (Bruns dan Waterhouse,
1975). Salah satu jurnal yang berkontribusi besar dalam riset akuntansi keperilakuan adalah
Accounting Organization and Society (AOS). Beberapa riset dalam AOS mencakup dampak
akuntansi pada perilaku dalam isu organisasi seperti anggaran, evaluasi kinerja,
pengendalian biaya, pembuatan keputusan, kontingensi teori dalam riset akuntansi, dan isu
organisasi dalam riset sistem informasi akuntansi.
Sampai dengan saat ini penelitian akuntansi keperilakuan mengalami perkembangan yang
cukup pesat. Tahun 1988 munculnya jurnal yang khusus mengkaji akuntansi internasional
yaitu Behavior Research in Accounting, selanjutnya pada tahun 1998 terbitnya Advanced in
Accounting Behavioral Research. Perkembangan ini menunjukkan bahwa peran akuntansi
keperilakuan semakin penting. Beberapa perkembangan akuntansi keperilakuan berasal dari
beberapa hal yaitu sebagai berikut (Burgstahler dan Sundem, 1989):
Pembahasan tentang perilaku komponen entitas perusahaan dibahas dengan cukup dalam
dalam teori organisasi modern ini. Perhatian teori organisasi modern ini menjelaskan
tentang perilaku mereka sebagai dasar untuk melihat motif atas berbagai tindakan yang
mereka lakukan.
Dalam teori organisasi modern melihat bahwa ada pengaruh dari interaksi antar masing-
masing elemen dalam upaya untuk mendukung tujuan sebuah organisasi atau perusahaan.
Lebih spesifik lagi, teori organisasi modern sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Schiff
dan Lewin menitikberatkan pada perilaku masing-masing komponen dalam mengarahkan
tujuan organisasi, memberikan motivasi, hingga menampilkan karakteristik dalam
penyelesaian masalahnya.
Karena dalam kondisi tertentu, motivasi memegang peranan penting terhadap komitmen
yang berpengaruh pada kepuasan kerja. Tujuan dari sebuah organisasi atau perusahaan ini
dilihat dari kacamata teori organisasi modern, merupakan hasil proses mempengaruhi
setiap elemen.
Pengaruh pada masing-masing elemen ini menghasilkan motivasi dan komitmen organisasi.
Sehingga bila dilihat lebih jauh, terdapat hubungan yang bersifat resiprokal antara
komitmen organisasi dengan kepuasan kerja.
Selain itu, tujuan organisasi atau perusahaan juga harus diformulasikan dan menjadikannya
sebagai fokus dari penganggaran dan perencanaan. Selain tujuan, penganggaran dan
perencanaan juga harus difokuskan untuk melihat adanya interaksi perilaku dari masing-
masing individu.
Penganggaran, level kesulitan dalam mencapai tujuan, hingga konflik antar tujuan
merupakan bagian dari dimensi yang dimaksud dalam area ini. Semua dimensi tersebut
harus diperhatikan sehingga bisa menciptakan keselarasan antara tujuan organisasi atau
perusahaan dengan tujuan masing-masing individu.
Keselarasan antara dua bagian penting ini nantinya bisa menjadi pondasi pengembangan
organisasi atau perusahaan oleh tim manajemen.
3. Pengambilan Keputusan
Aspek lainnya yang termasuk adalah tentang pengambilan keputusan yang menjadi fokus
dari teori organisasi modern. Dalam teori tersebut, ada tiga model yang dikenalkan sebagai
metode pengambilan keputusan yakni: model normatif, paradoks, dan model deskriptif.
Model Normatif merupakan sebuah keadaan pengambilan keputusan oleh seseorang sesuai
keadaan seharusnya.
Sementara model normatif membahas tentang hal yang berkebalikan dengan model
normatif. Model Deskriptif pada teori pengambilan keputusan melihat kondisi seseorang
saat melakukan pengambilan keputusan dengan melihat fakta yang ada. Informasi yang
digunakan ketika pengambilan keputusan ini merupakan informasi akuntansi.
4. Pengendalian
Aspek lainnya yang tidak kalah penting dalam sebuah organisasi atau perusahaan adalah
aspek pengendalian. Besarnya tingkat pengendalian berbanding lurus dengan besarnya
sebuah organisasi atau perusahaan. Sehingga tingkat pengendalian akan semakin insentif
seiring dengan semakin berkembangnya suatu organisasi atau perusahaan.
Aspek ini banyak menghubungkan kinerja dan kemampuan adaptasi individu terhadap
lingkungan sekitarnya. Bagian yang penting dalam aspek pengendalian adalah adanya
struktur organisasi yang jelas, hierarki administrasi, hingga pengendalian internal.
Dalam perkembangan terbaru dalam aspek pengendalian, lingkungan menjadi kunci yang
berperan dalam pengendalian operasional organisasi atau perusahaan. Sebelumnya,
lingkungan tidak tergolong dalam aspek pengendalian ini.
5. Pelaporan Keuangan
Aspek perilaku dalam bidang akuntansi ini juga meliputi bagaimana pelaporan keuangan
yang mencakup perataan laba, keandalan informasi akuntansi, hingga kaitannya informasi
akuntansi kepada investor.
Dalam hal ini, perataan laba disebabkan adanya informasi khusus yang dimiliki oleh pihak
manajemen untuk mewujudkan kepentingannya dalam bagian untuk melakukan
manajemen laba.
Mengkaji tentang tingkah dan perilaku manusia terhadap konstruksi, bangunan, dan
pemakan sistem informasi akuntansi yang diterapkan dalam sebuah perusahaan atau
organisasi. Maksudnya, ruang lingkup akuntansi dapat melihat bagaimana gaya
kepemimpinan dapat mempengaruhi sifat pengendalian akuntansi dan desain dalam
perusahaan atau organisasinya tersebut.
Mengkaji pengaruh dari adanya sistem informasi akuntansi terhadap segala
tindakan manusia yang berarti melihat pengaruh sistem akuntansi terhadap kinerja,
produktivitas, kerja sama, hingga pengambilan keputusan.
Sebuah metode yang menjelaskan dan memprediksi tindakan dan perilaku manusia
dan membuat sebuah strategi untuk mengubah tindakan tersebut. Maksudnya
adalah memanfaatkan Akuntansi untuk mempengaruhi perilaku manusia dan
mengatasi resistensi perilaku manusia tersebut.
TOPIK 2 : MASALAH DAN MANFAAT AKUNTANSI
KEPERILAKUAN
Masalah dalam Akuntansi Keperilakuan
Dalam aplikasinya ada banyak masalah-masalah yang dapat dipecahkan/disebabkan oleh
akuntansi keperilakukan. Pada intinya ada 3 masalah yang berhubungan pada saat riset
akuntansi keperilakukan yaitu:
Sementara itu, data akuntansi yang ada tentu akan sangat berpengaruh besar bagi manajer
perusahaan untuk mengambil suatu keputusan dengan bijak. Pasalnya, data tersebut
merupakan unsur utama dalam pengelolalaan informasi akuntansi keperilakuan.
Pada awal perkembangannya, desain riset dalam bidang akuntansi manajemen masih
sangat sederhana, yaitu hanya memfokuskan pada masalah harga pokok produk. Seiring
dengan perkembangan teknologi produksi, permasalahan riset diperluas dengan
diangkatnya topik mengenai penyusunan anggaran, akuntansi pertanggungjawaban
(responsibility accounting) dan masalah harga transfer (transfer pricing). Meskipun demikian
berbagai riset tersebut masih bersifat normatif, yaitu hanya mengangkat permasalahan
mengenai desain pengendalian manajemen dengan berbagai model seperti discounted cash
flow, atau linear programming guna membantu manajer membuat keputusan ekonomi yang
optimal, tanpa melibatkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi efektivitas desain
pengendalian manajemen, seperti perilaku manusia serta kondisi lingkungan organisasi.
Pada masa itu, berbagai faktor tersebut dianggap sebagai ”kotak hitam” yang kurang
diperhatikan.
Perusahaan akan melihat data-data akuntansi yang nantinya akan memberikan pengaruh
bagi manajer perusahaan dalam mengambil keputusan.
Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh tim manajemen perusahaan tentu akan
memberikan pengaruh bagi sistem akuntansi yang dijalankan.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, akuntansi ini akan memberikan pengaruh bagi
manajer perusahaan untuk mengambil suatu keputusan dengan bijak.
Kesimpulan
Akuntansi keperilakuan ini berfokus untuk membahas tentang segala tindakan dan perilaku
yang dilakukan oleh masing-masing individu selama kegiatan operasional perusahaan.
Beragam aspek dan manfaat dapat diperhatikan dengan baik terkait penerapan akuntansi
ini di perusahaan. Hasil dan data-data akuntansi yang diperoleh nantinya dapat bermanfaat
bagi para manajer perusahaan untuk mengambil suatu keputusan dengan bijak.
TOPIK 3 : KONSEP DASAR AKUNTANSI KEPRILAKUAN
Tinjauan Umum Akuntansi Keprilakuan
Akuntansi merupakan suatu sistem untuk menghasilkan informasi keuangan yangdigunakan oleh
para pemakainya dalam proses pengambilan keputusan bisnis. Tujuan informasi tersebut adalah
memberikan petunjuk dalam memilih tindakan yang paling baikuntuk mengalokasikan sumber
daya yang langka pada aktivitas bisnis dan ekonomi. Motivasi dan perilaku dari pelaksana sistem
informasi akuntansi menjadi aspek penting dari suatu sistem informasi akuntansi. Pihak pemakai
laporan keuangan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu pemakai internal (internal user) dan
pemakai eksternal (external user).
Pemakaian oleh pihak internal dimaksudkan untuk melakukan serangkaian evaluasi
kinerja. Pihak eksternal juga memiliki suatu rangkaian perilaku yang dapat
mempengaruhipengambilan keputusan organisasi. Pihak eksternal sama dengan pihak internal,
tetapi mereka lebih berfokus pada jumlah investasi yang mereka lakukan dalam organisasi
tersebut. Pemakai internal dari informasi akuntansi adalah organisasi yang memiliki garis
dan staf personil, yang memandang laporan akuntansi sebagai landasan yang
melibatkan pendanaan,penginvestasikan,dan pengambilan keputusan operasional. Pemakai
eksternal meliputi sejumlah kelompok pemegang saham,kreditor,serikat buruh, analis
keuangan,danpara agen pemerintah.dengan demikan,informai keuangan melaui laporan
keuangan sebagai hasil dari sistem informasi keuangan memiliki tujuan yang beberapa
diantaranya adalah:
Perkembangan yang pesat dalam akuntansi keperilakuan lebih disebabkan akuntansi secara
stimulant dihadapkan dengan ilmu-ilmu sosial yang lain secara menyeluruh. Pada gilirannya
akuntansi keperilakuan diyakini dapat menjadi suatu terobosan yang baik dalam
pengukuran bisnis dan informasi yang memungkinkan para direktur (Chief Executive Officer-
CEO),direktur keuangan (Chief Financisl Officer-CFO) dan penyusun rencana strategis lainnya
untuk mengoptimalkan keputusan yang diambil.
Pada awal perkembangannya, desain riset dalam bidang akuntansi manajemen masih
sangat sederhana, yaitu hanya memfokuskan pada masalah-masalah perhitungan harga
pokok produk. Seiring dengan perkembangan teknologi produksi, permasalahan riset
diperluas dengan diangkatnya topic mengenai penyusunan anggaran, akuntansi
pertanggungjawaban, dan masalah harga transfer. Meskipun demikian, berbagai riset
tersebut masih bersifat normatif.
Pada tahun 1952 C. Argyris menerbitkan risetnya pada tahun 1952, desain riset akuntansi
manajemen mengalami perkembangan yang signifikan dengan dimulainya usaha untuk
menghubungkan desain system pengendalian manajemen suatu organisasi dengan perilaku
manusia. Sejak saat itu, desain riset lebih bersifat deskriptif dan diharapkan lebih bisa
menggambarkan kondisi nyata yang dihadapi oleh para pelaku organisasi.
Tujuan organisasi dipandang sebagai hasil dari proses mempengaruhi dalam organisasi,
penentuan batas-batas dalam pengambilan keputusan, dan peranan dari pengendalian
internal yang diciptakan oleh organisasi. Motivasi dipandang sebagai salah satu penentu
kinerja. Faktor-faktor lainnya adalah kepuasan kerja dan komitmen organisasional.
Namun demikian, hubungan antara kepuasan kerja dan komitmen organisasional terkadang
bersifat resiprokal, yaitu hubungan yang bersifat timbal balik. Dalam suatu situasi dan
kondisi tertentu komitmen organisasional mempengaruhi kepuasan kerja, dan pada situasi
dan kondisi yang berbeda kepuasan kerja mempengaruhi komitmen organisasional.
Fokus dari area ini adalah formulasi tujuan organsiasi dan interaksi perilaku individu.
Beberapa dimensi penting dalam area ini adalah proses partisipasi penganggaran, level
kesulitan dalam pencapaian tujuan, level aspirasi, dan adanya konflik antara tujuan
individual dengan tujuan organisasi. Keselarasan antara tujuan individu dengan tujuan
organisasi menjadi rerangka manajerial mengembangkan organsasi. Dua isu penting dalam
bidang oenganggaran dan perencanaan adalah organizational slack dan budgetary slack.
Pengambilan Keputusan
Fokus dalam bidang ini adalah teori-teori dan model-model tentang pengambilan
keputusan. Ada teori normatif, paradoks, dan model deskriptif dalam pengambilan
keputusan. Teori normatif adalah bagaimana seharusnya orang mengambil keputusan.
Paradoks adalah sesuatu yang bertentangan dengan teori normatif, sedangkan model
deskriptif menjelaskan apa yang terjadi ketika orang mengambil keputusan berdasarkan
fakta-fakta empiris yang ada. Apa informasi (subject matter) yang digunakan untuk
pengambilan keputusan? Informasi yang digunakan tetaplah informasi akuntansi.
Pengendalian
Pelaporan Keuangan
Aspek keperilakuan dalam pelaporan keuangan meliputi perilaku perataan laba dan
keandalan informasi akuntansi dan relevansi informasi akuntansi bagi investor. Perataan
laba adalah bagian dari manajemen laba yang disebabkan oleh pihak manajemen
mempunyai informasi privat untuk kepentingan dirinya. Manajemen laba intinya adalah
masalah keperilakuan, yaitu perilaku manajemen yang mementingkan dirinya sendiri dalam
suatu pola keagenan.
Ruang lingkup manajemen laba termasuk didalamnya adalah pemilihan metode akuntansi,
estimasi, klarifikasi, dan format yang digunakan dalam pengungkapan bersifat wajib. Yang
perlu diperhatikan di sini adalah antara format atau bentuk sama pentingnya dengan isi
yang disajikan atau yang dilaporkan. Orang bisa terpengaruh dengan perbedaan format,
padahal memiliki isi yang sama.
Ruang lingkup akuntansi keperilakuan menurut Iksan dan Ishak antara lain:
1. Aplikasi dari konsep ilmu keperilakuan terhadap desain dan konstruksi sistem
akuntansi.
2. Studi reaksi manusia terhadap format dan isi laporan akuntansi.
3. Cara dengan mana informasi diproses untuk membantu dalam pengambilan
keputusan.
4. Pengembangan teknik pelaporan yang dapat mengkomunikasikan perilaku para
pemakai data.
5. Pengembangan strategi untuk memotivasi dan mempengaruhi perilaku, cita-cita,
serta tujuan dari orang-orang yang menjalani organisasi.
TOPIK 4 : TINJAUAN ILMU KEPRILAKUAN DALAM
AKUNTANSI
Lingkup dan sasaran Ilmu Keprilakuan dalam Akuntansi
Keprilakuan
Ilmu keperilakuan menekankan pada penjelasan dan prediksi atas perilaku manusia.
Akuntansi keperilakuan menekankan pada hubungan antara perilaku manusia dengan
akuntansi itu sendiri. Sementara ilmu keperilakuan adalah subset dari ilmu social, akuntansi
keperilakuan merupakan subset dari keduanya, akuntansi dan ilmu keperilakuan.
Ilmu keperilakuan terikat pada penelitian aspek-aspek teori motivasi, stratifikasi soaial, atau
bentuk-bentuk sikap. Akuntansi keperilakuan, bagaimanapun, akan mengaplikasikan unsur
spesifik dari teori-teori tersebut atau hasil penelitian-penelitian, yang relevan terhadap
situasi akuntansi saat ini.
Akuntansi keperilakuan, sama halnya jika dikatakan sebagai inuk disiplin ilmu akuntansi,
yang dapatdiaplikasikan dan dipraktikkan, menggunakan hasil penelitian dari disiplin imu
lain – ilmu keperilakuan yang menjelaskan dan memprediksikan perilaku manusia. Akuntansi
selalu menggunakan konsep, prinsip-prinsip, dan pendekatan-pendekatan dari disiplin ilmu
lain untuk mengembangkan utilitasnya.
Ilmu keperilakuan merupakan bagian dari ilmu sosial, sedangkan akuntansi keperilakuan
merupakan bagian dari ilmu akuntasi dan pengetahuan keperilakuan. Namun ilmu
keperilakuan dan akuntansi keperilakuan sama-sama menggunakan prinsip sosiologi dan
psikologi untuk menilai dan memecahkan permasalahan organisasi. Ilmu keprilakuan
merupakan bagian dari ilmu social, akuntansi keperilakuan merupakan bagian dari ilmu
akuntansi dan pengetahuan keprilakuan. Akuntansi keprilakuan diterapkan dengan praktis
menggunakan riset ilmu keprilakuan untuk menunjukkan dan memperediksi perilaku
manusia.
Sosiologi dan psikologi sosial, dilain sisi, fokus pada kelompok, atau sosial, perilaku.
Keduanya menekankan pada interaksi antara individu, bukan pada stimulus fisikal. Perilaku
menjelaskan pada hubungan sosial, pengaruh sosial, dan kelompok yang dinamis.
Percobaan dibuat untuk memahami bagaimana bagaimana individu berpikir, merasa, dan
aksi yang dipengaruhi oleh imajinasi, atau kehadiran orang lain.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku manusia, termasuk kebutuhan individual
dan motivasi-motivasi, tekanan kelompok, permintaan organisasional, sejarah personal, latar
belakang yang unik dari individu-individu, konflik dari dalam dan luar organisasi, waktu
permintaan, tanggungjawab personal dan sosial, dan seterusnya.
Konsep terkait Sikap
Konsep terdekat terkait sikap merupakan konsep kepercayaan, opini, nilai, kebiasaan.
Fungsi Sikap
Misal, manusia cenderung untuk membentuk sikap positif terhadap objek dalam
menemukan sikap negatif.Sikap juga melayani fungsi defensive ego dengan melakukan
pengembangan atau pengubahan guna melindungi manusia dari pengetahuan yang
berlandaskan kebenaran mengenai dasar manusia itu sendiri atau dunianya. Sikap juga
melayani fungsi nilai ekspresi. Manusia memperoleh kepuasan melalui pernyataan diri
mereka dengan sikapnya.
Teori yang Terkait dengan Sikap
Teori Perubahan Sikap
Teori perubahan sikap dapat membantu untuk memprediksikan pendekatan yang paling
efektif. Sikap, mungkin dapat berubah sebagai hasil pendekatan dan keadaan.
Teori penguatan dan tanggapan stimulus dari perubahan sikap terfokus pada bagaimana
orang menanggapi rangsangan tersebut. tanggapan sepertinya diulangi jika tanggapan
tersebut dihargai dan dikuatkan. teori-teori ini diurutkan berdasarkan komponen stimulus
dibandingkan tanggapan.
Teori pertimbangan sosial ini merupakan suatu hasil perubahan mengenai bagaimana
orang-orang merasa menjadi suatu objek dan bukannya hasil perubahan dalam memercayai
suatu objek. Teori ini menjelaskan bahwa manusia dapat menciptakan perubahan dalam
sikap individu jika mau memahami struktur yang menyangkut sikap orang laindan membuat
pendekatan setidaknya untuk dapat mengubah ancaman. Asumsi yang mendasari teori ini
adalah bahwa usaha untuk menyebabkan suatu perubahan utama di dalam sikap
kemungkinan akan gagal, sebab perubahan tersebut akan menghasilkan ketidaknyamanan
bagi subjek.
Leon Festinger pada tahun 1950-an mengemukakan teori Disonansi Kognitif. Teori ini
menjelaskan hubungan antara sikap dan perilaku. Disonansi dalam hal ini berarti adanya
suatu inkonsistensi. Disonansi kognitif mengacu pada setiap inkonsistensi yang
dipersepsikan oleh seseorang terhadap dua atau lebih sikapnya, atau terhadap perilaku
dengan sikapnya. Festinger mengatakan bahwa hasrat untuk mengurangi disonansi akan
ditentukan oleh pentingnya unsur-unsur yang menciptakan disonansi itu, derajat pengaruh
yang diyakini dimiliki oleh individu terhadap unsurunsur itu, dan ganjaran yang mungkin
terlibat dalam disonansi. Teori ini dapat membantu kecenderungan untuk mengambil
bagian dalam perubahan sikap dan perilaku.
Motivasi,Nilai,dan Pembelajaran
Motivasi
Motivasi adalah proses yang dimulai dengan definisi fisiologis atau psikologis yang
menggerakakn perilaku atau dorongan yang ditujukan untuk tujuan insentif. Motivasi juga
berkaitan dengan reaksi subjektif yang terjadi sepanjang proses ini. motivasi adalah suatu
konsep penting untuk perilaku akuntan karena efektivitas organisasional bergantung pada
orang yang membentuk sebagaimana karyawan mengharapkan untuk dibentuk. Manajer
dan akuntan keperilakuan harus memotivasi orang ke arah kinerja yang diharapkan dalam
rangka memenuhi tujuan organisasi.
Nilai
Secara mendasar,nilai dinyatakan sebagai “suatu modus perilaku atau keadaan akhir dari
eksistensi yang khas dan lebih disukai secara pribadi atau sosial dibandingkan dengan suatu
modus perilaku atau keadaan akhir yang berlawanan.nilai mengandung suatu unsur
pertimbangan dalam pengertian bahwa nilai mengemban gagasan gagasan seorang
individu mengenai apa yang benar,baik,dan diinginkan.semua manusia mempunyai hierarki
nilai yang membentuk system nilai dari orang itu.sistem ini diidentifikasikan dengan
kepentingan relative yang diberikan pada nilai-nilai semacam itu,seperti
kebiasaan,kesengan,rasa hormat,kejujuran kepatuhan dan kesamaan.
Secara umum, permasalahan profesi akuntan diatas dapat disimpulkan disebabkan oleh
masalah yang berhubungan dengan kemerosotan standar etika. Dengan diketahuinya fakta
ini, nilai-nilai dari profesi akuntan hendaknya mempunyai kaitan yang berarti pada seluruh
iklim etika di dalam suatu organisasi.
Pembelajaran
Pola berpikir teladan dan bertindak yang dibawa oleh orang-orang ke dalam lingkungan
pekerjaan mereka mencerminkan pengalaman, presepsi, dan motivasi mereka sendiri. Pola
perilaku harus terbiasa dengan prinsip dan teori dalam rangka mengoreksi presepsi
karyawan dan memodifikasi perilaku yang menyimpang. Pembelajaran adalah proses
dimana perilaku baru diperlukan. Pembelajaran terjadi sebagai hasil dari motivasi,
pengalaman, dan pengulangan dalam merespons situasi. Kombinasi dari motivasi,
pengalaman, dan pengulangan dalam merespons situasi ini terjadi dalam tiga bentuk;
pengaruh keadaan klasik, pengaruh keadaan operant, dan pembelajaran sosial.
TOPIK 5 : PENELITIAN AKUNTANSI KEPRILAKUAN
Pengertian Penelitian
Semua penelitian pada hakekatnya merupakan usaha mengungkapkan kebenaran.
Kebenaran itu dapat dibedakan dalam empat lapis.
Adapun tujuan umum seseorang dalam melakukan penelitian sudah barang tentu ingin
mengetahui jawaban dari masalah ataupun persoalan tersebut. Berbagai literature
menjelaskan bahwa motivasi dan tujuan penelitian secara umum pada dasarnya sama, yakni
penelitian pada prinsipnya ditimbulkan oleh dua sisi yang saling terkait.
Disatu sisi, penelitian merupakan refleksi dari keinginan proaktif manusia untuk
meningkatkan pengetahuannya mengenai sesuatu. Pada sisi lain, kegiatan tersebut
didorong oleh keinginan reaktif manusia untuk menjawab pertanyaan atau memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Jika dilihat dari akuntansi keprilakuan , tujuan penelitian dibidang ini akan menekankan
pada hubungan akuntansi dengan prilaku manusia maupun desain, konstruksi, dan
penggunaan suatu sistem informasi akuntansi yang efisien, serta dimensi social dan budaya
manusia dalam suatu organisasi. Secara spesifik, terdapat lima suatu tujuan penelitian.
Manfaaat adalah kontribusi hasil yang diperoleh dari mengerjakan sesuatu. Manfaat
penelitian mengungkapkan harapan tentang apa saja hasil/kontribusi/sumbangan yang
dapat diperoleh dari penelitian tersebut dan yang mungkin dapat menjadi pertimbangan
bagi pihak-pihak terkait. Dalam penelitian akuntansi keprilakuan terdapat beberapa
pernyataan tentang manfaat dan pentingnya penelitian dibidang ini.
Mengenali Masalah
Penelitian umumnya mencakup dua tahap yaitu :
1. Penemuan masalah yang meliputi identifikasi bidang masalah, penentuan atau pemilihan
pokok masalah dan perumusan atau formulasi masalah.
2. Pemecahan masalah merupakan tahapan penelitian yang paling sulit dan krusial karena
masalah riset memengaruhi strategi yang diterapkan dalam pemecahan masalah. Dengan
mengingat kesulitan itu, dapat kita ajukan suatu prinsip mendasar yaitu jika ingin
memecahkan suatu masalah, kita harus mengetahui hal yang menjadi masalah. Sebagian
besar pemecahan terletak pada kemampuan dan pengetahuan kita tentang hal yang
sedang kita kerjakan. Sebagian lainnya terletak pada pengetahuan tentang sifat hakikat dari
masalah tersebut khususnya tentang sifat hakikat masalah ilmiah.
Untuk memastikan baik tidaknya masalah yang dipilih dan diajukan untuk diteliti, peneliti
sebaiknya menguji masalah terlebih dahulu dengan mengajukan pertanyaan penjakakan.
Jawaban dan pertanyaan-pertanyaan tersebut, sedikit banyaknya akan berguna sebagai
bahan pertimbangan. Setelah itu masalah dapat dikatakan baik, maksudnya masalah
tersebut tepat dan pantas diajukan sebagai masalah penelitian apabila beberapa
pertanyakan penjajakan berikut ini dijawab “ya”.
Jenis Masalah
Jenis masalah dalam penelitian yang diambil peneliti biasanya beragam. Bagi mahasiswa
pemula yang belajar melakukan penelitian, masalah yang diambil tentunya adalah masalah-
masalah sederhana. Sementara, mahasiswa menyelesaikan tesis atau disertasi tentunya akan
mengambil masalah yang berbeda. Dalam kaitan ini, penekanan bagi mahasiswa pemula
yang sedang belajar melakukan penelitian, penekanan lebih kepada pengalaman tentang
cara melakukan penelitian dan bukan pada memberika kontribusi temuan penelitian. Oleh
karena itu, untuk lebih memahami masalah yang ada dalam penelitian akuntansi
keprilakukan, berikut berbagai jenis masalah dalam penelitian ini yang selanjutnya
membutuhkan penyelesaian.
TOPIK 6 : LANJUTAN PENELITIAN AKUNTANSI KEPRILAKUAN
Sumber Penemuan Masalah
Sumber penemuan masalah dalam penelitian akuntansi keprilakuan dapat ditelusuri dari
berbagai aspek. Secara umum, sumber penemuan masalah pada bidang ini dikelompokkan
ke dalam dua faktor.
Jurnal merupakan salah satu tempat yang menjadi media publikasi tulisan-tulisan ilmiah dan
hasil-hasil penelitian. Hasil-hasil tulisan ilmiah maupun hasil-hasil penelitian dapat dijadikan
rujukan awal untuk memperkuat masalah penelitian yang kita rumuskan. Publikasi tersebut
dapat berupa kajian tentang akuntansi keuangan, sistem informasi akuntansi, akuntansi
keprilakuan, audit, pasar modal, penganggaran, etika, perpindahan karyawan, rasio
keuangan, sector publik dan sebagainya.
Buku merupakan gudang ilmu dan dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi peneliti
dalam menemukan masalah penelitian. Buku biasanya dijadikan acuan/panduan bagi
kalangan akademik dalam menjalan proses pendidikan. Kandungan/isi yang terdalam
didalamnya merupakan hasil dari kompilasi tulisan-tulisan maupun hasil penelitian dari
berbagai ahli di setiap bidang serta tidak kalah pentingnya juga merupakan hasil
pengalaman-pengalaman si pengarang selanjutnya diolah sedemikian rupa untuk
menghasilkan buku tersebut.
Memahami Teori
Suatu teori mengenai konsep-konsep, defenisi maupun proposisi disusun secara sistematik,
selanjutnya dijelaskan untuk memperbaiki fenomena. Teori bisa berbeda dengan hipotesis
karena kekeliruan. Perbedaan tersendiri yang membedakan teori dan hipotesis adalah satu
dari tingkatan yang kompleks, abstrak, dan melibatkan berbagai variabel. Sebaliknya
hipotesis cenderung lebih sederhana variabel proposisinya terbatas dan melibatkan contoh
yang konkrit. Peneliti harus mengetahui nilai-nilai teori.
Teori memberikan manfaat berikut dalam beberapa hal.
Ketika kita melakukan penelitian, kita mencari jawaban untuk mengetahui “apakah” yang
harusnya dipahami, dijelaskan, dan gejala yang diprediksi. Kita ingin menjawab pertanyaan
“bagaimana reaksi karyawan jika kita menerapkan skedul kerja yang baru?”. Pertanyaan
tersebut menghendaki penggunaan konsep, konstruksi, dan defenisi.
*Konsep
Jika seseorang memahami komunikasi informasi tentang objek dan peristiwa diperlukan
landasan umum untuk melakukannya. Landasan tersebut adalah konsep dan konstruksi
yang memliki kemiripan arti. Suatu konsep mengungkapkan abstraksi yang terbentuk oleh
generelalisasi dari hal-hal khusus. Konsep mempunyai karakteristik yang berhubungan
dengan kejadian-kejadian, objek, kondisi, situasi, dan perilaku. Klasifikasi dan kategori objek
ataupun kejadian mempunyai karakteristik umum diluar observasi tunggal yang
menciptakan konsep. Misalnya prestasi kerja merupakan konsep mengungkapan abstraksi
dari kemampuan karyawan, antara lain mempromosikan produk, menjual produk, mencari
pangsa pasar baru, memenuhi target, meningkatkan laba, atau menurunkan biaya. Prestasi
akademi merupakan abstraksi dari kemampuan belajar mahasiswa. Berbagai perilaku yang
teramati digolongkan menjadi satu dan diungkapkan dengan satu kata yaitu prestasi,
intelengensi, agresivitas, dan kejujuran merupakan konsep-konsep yang digunakan untuk
mengungkapkan keragaman prilaku manusia.
*Konstruksi
Suatu kontruksi adalah konsep dengan pengertian tambahan. Konstruksi diciptakan untuk
digunakan dengan kesenjangan dan kesadaran penuh untuk maksud ilmiah yang lebih
khusus. Konstruksi dalam penelitian tidak hanya diartikan lebih abstrak, tetapi juga
menyangkut persepsi orang. Misalnya istilah intelengensi dapat dikatakan sebuah konsep
yang menerangkan suatu abstraksi dari observasi tentang ihwal yang dianggap atau diduga
sebagai perilaku cerdas atau tidak cerdas. Akan tetapi sebagai suatu konstruksi ilmiah arti
intelegen lebih dan kurang dari arti intelegensi sebagai konsep. Sebagaimana digunakan
dalam penelitian sosial, konstruksi merupakan suatu gambaran atas ide khusus yang
diciptakan untuk tujuan penelitian membangun teori berdasarkan konsep-konsep
sederhana, khususnya Ketika ide atau gambaran yang kita maksud untuk diberitahukan
bukan merupakan subjek langsung untuk diobservasi. Konstruksi sengaja digunakan secara
sistematik untuk penelitian ilmiah melalui dua acara :
Variabel Penelitian
V a r i a b e l merupakan suatu sifat yeng memiliki berbagai macam nilai. Kalau di
ekspresikan secara berlebihan, variabel adalah suatu yang bervariasi. Variabel dapat
diekspresikan dalam bentuk simbol/lambang (umumnya digunakan simbol x dan y) yang
padanya dilekatkan bilangan atau nilai. Akan tetapi, suatu variabel biasanya hanya memiliki
dua nilai. Apabila konstruksi yang sedang kita kaji adalah gender maka nilainya dilekatkan
pada x adalah 1 dan 0, dimana nilai 1 untuk salah satu jenis kelamin, sementara nilai 0
adalah untuk jenis kelamin lainnya. Nilai variabel tergantung pada konstruksi yang
mewakilinya.
Variabel Moderasi
Dalam setiap hubungan, setidaknya terdapat satu variabel dependen dan satu
variabel independen. Variabel tersebut biasanya diungkapkan dengan berbagai cara
yang menyebabkan variabel dependen terjadi. Untuk hubungan yang sederhana,
seluruh variabel lain dipertimbangkan dari faktor luar dan tidak diketahui. Dalam
penelitian, hubungan sederhana membutuhkan syarat untuk memperbaiki penyebab
dari variabel-variabel lain. Satu jenis variabel sering kali digunakan terhadap variabel
penjelas. Dalam hal ini variabel tersebut dikatakan sebagai variabel moderasi yaitu
variabel independen kedua yang dipercaya mempunyai konstribusi yang signifikan
atau mempunyai pengaruh ketidakpastian terhadap keaslian hubungan antara
variabel independen dan variabel dependen.
Variabel Intervensi
Adapun metode pengumpulan data penelitian yang dibahas dibagi menjadi data primer dan data
sekunder.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam pengumpulan data, yang akan dibahas di
bawah ini.
1. pengamatan (Observasi)
Pengamatan atau observasi adalah metode pengumpulan data dengan melakukan pengamatan
langsung kepada objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Dimana
kegiatan ini dilakukan dengan mencatat informasi yang dilihat, selain melihat juga bisa
mendengarkan dan merasakan yang kemudian dicatat seobyektif mungkin. Dalam pengamatan
atau observasi ini terdapat peranan yang ada dalam pengamatan atau observasi, yang didasarkan
pada hubungan partisipatifnya dengan kelompok yang diamatinya, yaitu:
2. Survei
Survei adalah metode pengumpulan data dengan menggunakan instrumen untuk meminta
tanggapan dari responden tentang sampel. Cirri-ciri dari metode ini antara lain:
Pada dasarnya survei terdiri atas wawancara dan kuesioner. Keuntungan wawancara terletak
pada fleksibilitasnya dan tingkat ketergantungan pada responden.
Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur yang
digunakan dalam suatu hal, mengukur apa yang diukur. Dikatakan pula bahwa uji validitas
digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner
dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mengungkapkan apa yang akan diukur oleh
kuesioner tersebut.
Suatu tes dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi jika tes tersebut menjalankan fungsi
ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud
dilakukannya tes tersebut. Suatu tes menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan
diadakannya pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah.
Validitas instrumen dapat dibuktikan dengan beberapa bukti. Bukti-bukti tersebut antara
lain secara konten, atau dikenal dengan validitas konten atau validitas isi, secara konstruk,
atau dikenal dengan validitas konstruk, dan secara kriteria, atau dikenal dengan validitas
kriteria. Berikut penjelasan selengkapnya;
Validitas Konten
Validitas konten atau validitas isi fokus memberikan bukti pada elemen-elemen yang ada
pada alat ukur dan diproses dengan analisis rasional. Validitas konten dinilai oleh ahli. Saat
alat ukur diuraikan dengan detail maka penilaian akan semakin mudah dilakukan. Beberapa
contoh elemen yang dinilai dalam validitas konten adalah sebagai berikut;
Setelah melakukan uji validitas konten kepada ahli, kemudian instrumen direvisi sesuai
saran/masukan dari ahli. Instrumen dinyatakan valid secara konten tergantung dari ahli. Ahli
bebas memberikan penilaian apakah instrumen ini valid atau tidak.
Indikator bahwa suatu instrumen telah valid adalah ahli sudah menerima instrumen, baik
secara isi maupun formatnya, tanpa ada perbaikan kembali. Jika setelah revisi ahli masih
meminta ada perbaikan, maka revisi masih perlu dilakukan hingga ahli benar-benar
menerima instrumen tanpa perbaikan lagi.
Validitas Konstruk
Validitas konstruk fokus pada sejauh mana alat ukur menunjukkan hasil pengukuran yang
sesuai dengan definisinya. Definisi variabel harus jelas agar penilaian validitas konstruk
mudah. Definisi tersebut diturunkan dari teori.
Jika definisi telah berlandaskan teori yang tepat, dan pertanyaan atau pernyataan item soal
telah sesuai, maka instrumen dinyatakan valid secara validitas konstruk
Validitas Kriteria
Validitas kriteria fokus pada membandingkan instrumen yang telah dikembangkan dengan
instrumen lain yang dianggap sebanding dengan apa yang akan dinilai oleh instrumen yang
telah dikembangkan. Instrumen lain ini disebut sebagai kriteria. Ada dua jenis validitas
kriteria:
Perbedaan kedua cara uji validitas kriteria tersebut terletak pada waktu pengujian instrumen
dengan kriterianya. Jika pengujian instrumen dan kriterianya dilakukan pada waktu yang
berbeda, maka disebut dengan validitas kriteria prediktif, sedangkan jika pengujian
instrumen dengan kriterianya dilakukan pada waktu yang bersamaan maka disebut dengan
validitas kriteria bersamaan (concurrent). Hasil dari uji instrumen dan kriterianya kemudian
dihubungkan dengan uji korelasi.
TOPIK 7 : PENGENDALIAN KEUANGAN
Pentingnya Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan adalah sebuah subjek yang sangat menarik saat kita mendekati abad ke-21.
Radio dan televisi menyajikan cerita-cerita dramatis tentang pertumbuhan dan penurunan
perusahaan-perusahaan, pengembalian perusahaan, dan berbagai jenis restrukturisasi perusahaan.
Untuk memahami perkembangan ini dan ikut serta di dalamnya secara efektif, diperlukan
pengetahuan mengenai prinsip keuangan.
Pentingnya prinsip keuangan ini digarisbawahi dengan adanya perkembangan dramatis yang
terjadi dalam pasar keuangan. Misalnya, pada bulan September 1989,Campeau Corporation tidak
dapat melunasi pembayaran bunga untuk sebagian utangnya. Campeau telah membeli Federated
Departement Store dan Aliied Storesebelumnya pada tahun 1989 dengan menanggung utang
sebesar $10 miliar.Campeau mencari tambahan utang untuk memenuhi pembayaran bunga yang
jatuh tempo atas utang yang sudah ada dan mencoba menjual properti-properti utama seperti
rangkaian toko serba ada. Bloomingdale, untuk mengurangi pokok pinjaman.Kegagalan
Campeau untuk memenuhi pemenuhan bunganya mengejutkan seluruh pasar obligasi dengan
hasil (yield) yang tinggi. Pada bulan Januari 1990, operasi realestat Campeau dipisahkan dari
operasi toko serba ada ritelnya yang dimasukkan dalam perlindungan kepailitan. Betapa
pentingnya sejumlah aspek manajemen keuangan telah ditekankan oleh sejarah Campeau ini
(Weston dan Copeland, 1997)
Fungsi Keuangan
Walaupun perincian antar-organisasi bervariasi, fungsi keuangan yang utama adalah dalam hal
keputusan investasi, perhitungan biaya, dan dividen untuk suatu organisasi. Dana dikumpulkan
dari sumber-sumber keuangan eksternal dan dialokasikan untuk penggunaan yang berbeda-beda.
Arus dana di dalam perusahaan dipantau. Imbalan untuk sumber-sumber perhitungan ini dapat
berupa tingkat pengembalian (return), pembayaran kembali, serta produk dan jasa. Fungsi-fungsi
yang sama ini harusdilaksanakan baik di perusahaan bisnis, badan pemerintahan, maupun
oranisasi-organisasi nirlaba. Tujuan manajer keuangan adalah membuat rencana guna
memperoleh dan menggunakan dana, serta memaksimalkan nilai organisasi. Berikut beberapa
kegiatan yang terlibat, yaitu:
4 Manajer keuangan menghubungkan perusahaan dengan pasar uang dan pasar modal yang
merupakan sumber perolehan dana dan tempat surat berharga perusahaan diperdagangkan.
Kesimpulannya, tugas pokok manajer keuangan berkaitan dengan keputusan investasi dan
perhitungan biaya. Dalam menjalankan fungsinya, manajer keuangan berkaitan langsung dengan
keputusan pokok perusahaan yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan itu sendiri.Fungsi
keuangan dalam organisasi biasanya dipisahkan menjadi dua jabatan,yaitu bendahara dan
administrasi pembukuan atau akuntasi (kontroler). Bendahara bertanggung jawab atas perolehan
dan pengamanan dana. Bidang tanggung jawab kontroler meliputi akuntansi, pelaporan, dan
pengendalian. Tanggung jawab seorang bendahara biasanya terleta pada pengadaan dan
pengelolaan uang tunai. Meskipun tanggung jawab pembuatan laporan berada di tangan
kontroler, bendahara pada umumnya membuat laporan mengenai posisi arus kas harian dan
posisi modal kerja, membuat anggaran kas, dan melaporkan informasi mengenai arus kas dan
cadangan uang tunai. Sebagai bagian dari tugasnya, bendahara menjaga hubungan perusahaan
dengan bank komersial dan bank investasi. Biasanya bendahara juga membayar manajemen
kredit, asuransi, dan dana pensiun.
Fungsi pokok kontroler adalah mencatat, dan membuat laporan mengenai informasi keuangan
perusahaan. Hal ini biasanya mencakup penyusunan anggaran dana laporan keuangan. Tugas
lainnya adalah mengelola penggajian, menyusun perhitungan dan pelaporan pajak, serta
melakukan audit internal (Weston dan Copeland, 1997).
Konsep-konsep pengendalian tradisional dalam akuntansi sering kali berarti bahwa hasil
dari informasi akuntansi adalah langkah akhir dari peran akuntan. Dalam pendekatan
perilaku, menghasilkan informasi bukanlah akhir dari keterlibatan akuntan, sehingga
informasi dapat dipandang sebagai suatu intermediasi dari langkah akhir.
Tujuan pengendalian didasari oleh keinginan untuk memilih suatu inisiatif yang akan
mengubah kemungkinan pencapaian hasil keperilakuan yang diharapkan.
Pengendalian Terpadu
PENGENDALIAN TERPADU
a Perencanaan
Proses perencanaan dalam organisasi juga ditandai dengan istilah perilaku penetapan
tujuan. Aspek-aspek terpenting dari proses penetapan tujuan adalah mengenai dasar dari
organisasi dan komunikasi. Proses perencanaan akan memunculkan pertanyaan-pertanyaan
pengendalian seperti: Bagaimana divisi-divisi diidentifikasikan? Apa yang digunakan untuk
menyusun pertanggung jawaban? Bagaimana departemen-departemen akan diinstruksikan
dan akuntansi apa yang akan digunakan untuk masalah-masalah transfer atau transaksi
antar departemen.
b Umpan Balik
Umpan balik dalam organisasi berasal dari sumber formal dan informal yang disusun dari
komunikasi nonverbal. Komunikasi tersebut secara rutin dihasilkan dari statistic yang
ditabulasikan sebagai dasar untuk evaluasi penyusunan. Evaluasi ini akan mempengaruhi
distribusi kompensasi, pemberian sanksi, dan perubahan atas proses perencanaan serta
operasi sebagai akibat dari umpan balik.
c Interaksi Pengendalian
Hal yang berbeda juga dapat terjadi antara perencanaan dan umpan balik. Proses
perencanaan dapat dipengaruhi secara mendalam oleh dampak-dampak umpan balik.
a Ukuran
Ukuran dapat dipandang sebagai suatu peluan dan suatu hambatan. Ukuran dipandang
sebagai peluang jika berfungsi sebagai pemberi manfaat ekonomidan buka sebagai strategi
pengendalian. Ukuran dapat menjadi suatu hambatan jika pertumbuhan ekonomi
menyebabkan terjadinya eliminasi tehadap strategi pengendalian.
b Stabilitas Lingkungan
Desain pengendalian dalam lingkungan yang stabil dapat berbeda dari desain pengendalian
dalam lingkungan yang selalu berubah. Stabilitas dalam lingkungan eksogen dapat dinilai
dari gerakan yang secara eksternal menghasilkan produk-produk yang memerlukan satu
tanggapan.
c Motif Keuangan
d Faktor-faktor Proses
Suatu faktor proses penting dalam pegendalian biaya-biaya yang tidak dapat dihindari dan
biaya-biaya untuk melakukan rekayasa adalah biaya variable. Strategi pengendalian biaya
untuk proses strategi biaya variable sering kali berbeda dalam hal substansi dengan startegi
pengendalian biaya yang disesuaikan, seperti aplikasi biaya tetap
c Pengelolaan Perubahan
Untuk melindungi perusahaannya, para manajer senior didorong untuk mendefinisikan ulang
bagaimana mereka melaksanakan tugas-tugas mereka dan bagaimana mereka yakin bahwa
bawahan dengan bakat kewirausahaan tidak membahayakan kelangsungan hidup perusahaan.
Salah satu tujuan utama system pengendalian diagnostic adalah bertujuan untuk menghilangkan
beban manajer terhadap pengawasan yang konstan. Sekali tujuan ditetapkan, penghargaan akan
didasarkan pada tujuan tersebut.
b System Kepercayaan
c System Batasan
System ini didasarkan pada prinsip manajemen yang sederhana namun mendasar, yang dapat
disebut sebagai kekuatan pemikiran negative.
System pengendalian interaktif merupakan system informasi formal yang digunakan oleh para
manajer untuk melibatkan diri secara terus menerus dan secara personal dalam keputusan
bawahan.
Para manajer senior yang mengatur arah dan strategi perusahaan secara keseluruhan memastikan
bahwa mereka memiliki cukup pengendalian atas operasinya yang luas dengan menggunakan
seluruh unsure pengendalian. Untuk mengkomunikasikan nilai inti, mereka mengandalkan
system kepercayaan.
TOPIK 9 : ASPEK KEPRILAKUAN AKUNTANSI
PERTANGGUNGJAWABAN
Akuntansi Pertanggungjawaban
Akuntansi Pertanggungjawaban
Akuntansi pertanggungjawaban menjelaskan akuntansi perencanaan serta pengukuran
dan evaluasi kinerja organisasi sepanjang garis pertanggungjawaban yang meliputi
pendapatan
serta biaya-biaya yang diakumulasikan dan dilaporkan oleh pusat pertanggungjawaban.
Pusat
pertanggungjawaban merupakan bagian dalam organisasi yang mempunyai pengendalian
terhadap seluruh kepentingan pencatatan dan hanya bertanggungjawab atas pengendalian
terhadap pendapatan dan biayanya sendiri.
Dalam pertanggungjawaban, masalah-masalah bisnis dapat dikendalikan seefektif
mungkin dengan mengendalikan orang-orang yang bertanggungjawab menjalankan
operasi
tersebut. Tujuan akuntansi pertanggungjawaban salah satunya untuk memastikan bahwa
individu
pada seluruh tingkatan di perusahaaan telah memberikan kontribusi yang memuaskan
terhadap
pencapaian tujuan perusahaan secara menyeluruh. Akuntansi pertanggungjawaban
memberikan
suatu kerangka kerja yang berarti dalam kinerja operasi karena dapat memberikan umpan
balik
secara periodik kepada para manajer segemen mengenai keberhasilan mereka dalam
mencapai
Akuntansi Pertanggungjawaban Versus Akuntansi
Konvensional
Dalam akuntansi konvensional, data diklasifikasikan berdasarkan hakikat atau fungsinya
dan tidak digambarkan sebagai individu-individu yang bertanggungjawab atas terjadinya
dan
pengendalian terhadap data tersebut sehingga memiliki nilai yang terbatas bagi manajer
dalam
memantau efisiensi dari aktivitas harian mereka. Akuntansi pertanggungjawaban
meningkatkan
relevansi dari informasi akuntansi dengan menetapkan suatu kerangka kerja untuk
perencanaan,
akumulasi data, dan pelaporan dan menambahkan dimensi manusia di dalamnya. Akuntansi
pertanggungjawaban mengarahkan mereka kepada factor-faktor yang memerlukan
perhatian
khusus dan bahwa mereka memiliki kekuasaan untuk melakukan perubahan.
Jaringan Pertanggungjawaban
Akuntansi pertanggungjawaban didasarkan pada pemikiran bahwa seluruh biaya dapat
dikendalikan dan masalahnya hanya terletak pada titik pengendaliannya. Dalam setiap unit
dari
jaringan organisasional atau secara lebih spesifik, individu yang bertanggungjawab untuk
unit
tertentu, bertanggungjawab untuk melaksanakan suatu fungsi dan untuk menggunakan
sumber
daya (input) seefisien mungkin dalam melakukan fungsi ini. Untuk itu, struktur
organisasional
suatu perusahaan harus dianalisis, harus didefinisikan secara logis dan jelas serta tidak boleh
ada
tanggung jawab yang tumpang tindih. Selain itu, biaya dan laba dari tanggung jawab
tersebut
harus ditentukan secara hati-hati. Jaringan pertanggungjawaban yang berfungsi dengan
baik
harus mengandung kesesuaian yang sempurna antara tanggungjawab dan wewenang di
semua
tingkatan.
Pusat Biaya adalah pusat pertanggungjawaban atau suatu unit organisasi yang
prestasi manajernya dinilai atas dasar biaya dalam pusat pertanggungjawaban yang
dipimpinya.
Pusat Pendapatan adalah pusat pertanggungjawaban atau suatu unit organisasi yang
prestasi manajernya dinilai atas dasar pendapatan dalam pusat pertanggungjawaban
yang dipimpinya.
Pusat Laba adalah pusat pertanggungjawaban atau suatu unit organisasi yang
prestasi manajernya dinilai atas dasar selisih pendapatan dan biaya dalam pusat
pertanggungjawaban yang dipimpinya.
Pusat Investasi adalah pusat pertanggungjawaban atau suatu unit organisasi yang
prestasi manajernya dinilai atas dasar pendapatan, biaya dan sekaligus aktiva atau
modal atau investasi pada pusat pertanggungjawaban yang dipimpinya.
Anggaran Pertanggungjawaban
Akumulasi Data
Akumulasi data merupakan fasilitas perbandingan secara periodik dari berbagai macam
rencana anggaran. Akumulasi dari penghasilan dan pengeluaran sangat perlu untuk bentuk
dari jaringan pertanggungjawaban.
Pelaporan Pertanggungjawaban
Laporan merupakan media untuk melaporkan biaya yang dikontrol, pengukuran efisiensi
manajemen serta pencapaian tujuan.
Asumsi Keperilakuan dari Akuntansi Keperilakuan
Asumsi Keperilakuan dari Akuntansi Keperilakuan
Management By Exception (MBE)
MBE sangat efektif untuk mengatur dan mengontrol aktivitas organisasi, manajer harus
berkonsentrasi pada deviasi anggaran atau tujuan dasar. Karakteristik laporan periodik dari
akuntansi pertanggungjawaban yang ideal adalah menggambarkan manajemen dalam area
deviasi dari aturan yang telah ditentukan dan termasuk menentukan tindakan perbaikan
untuk penguatan atau perbaikan perilaku.
Management By Objective (MBO)
Dalam suatu perusahaan manufaktur, biaya dibagi menjadi dua kategori utama berdasarkan
aktivitas fungsionalnya menjadi biaya manufaktur dan biaya non-manufaktur yang juga
sering disebut biaya beroperasi. Biaya manufaktur merupakan seluruh biaya
yang berhubungan dengan aktivitas pabrikasi perusahaan. Biaya manufaktur dibagi lagi
menjadi tiga kategori, yaitu bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead
pabrik.
1. Bahan Baku Langsung. Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang
menjadi satu bagian integral dari produk jadi. Contohnya adalah baja yang digunakan
untuk membuat rangka mobil dan kayu yang digunaka untuk membuat furniture.
2. Tenaga Kerja Langsung. Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang dilibatkan secara
langsung dalam pembuatan produk. Contohnya gaji dari pekerja perakitan pada suatu lini
perakitan dan gaji dari operator alat-alat mesin pada suatu pabrik.
Istilah tradisional (historis) mengacu pada system biaya yang membatasi input pada
biayahistoris dan mengusahakan penyerapan penuh atas biaya tetap dan variable oleh unti
produk atau jasa. Salah satu kelemahan utama dari system biaya tradisional ini adalah
bahwa persyaratan akuntansi keuangan menuntut agar biaya perunti produk atau jasa
memperhintungkan semua biayaa baik yang dapat ditelusuri ke suatu produk atau jasa
maupun yang terjadi untuk satu periode waktu tertentu atau untuk lebih dari satu objek
biaya.
Ruang Lingkup
b. Penentuan pusat pertanggungjawaban yang sesuai dan penugasan fungsi kepada setiap
organisasi.
Sistem biaya standar dirancang untuk berfungsi secara simultan sebagai suatu
sumber informasi, jalur komunikasi, serta alat pengendalian dan evaluasi kinerja. Sebagai
sumber informasi untuk pusat pertanggungjawaban, sistem biaya standar
menginformasikan kepada individu yang bertanggung jawab mengenai harapan mereka
dalam hal biaya. Sebagai jalur komunikasi, sistem biaya standar menyebarkan tingkat biaya
yang diharapkan dan pencapaiannya. Pengendalian atas operasi dari pusat
pertanggungjawaban dicapai melalui laporan biaya standar periodik yang menyediakan
umpan balik mengenai hasil kinerj masalalu dan penyimpanannya dari standar kepada
individu yang tepat. Batas toleransi yang ditetapkan sebelumnya dapat didesain untuk
melalukan fungsi sebagai penyaring (filter), sehingga memungkinkan konsentrasi pada area-
area dimana varians adalah signifikan dan membenarkan perhatian segera (menejemen
berdasarkan pengecualian). Karena laporan kinerja diprogram dimuka dengan
memperhatikan kapan laporan tersebut akan disusun dan data apa yang akan dikandung,
maka sulit mengubur informasi yang penting.
2. Dorongan Keperilakuan
Pengendalian Biaya
Membagi biaya ke dalam komponen variabel dan tetap memberikan dasar yang lebih baik
untuk pengendalian biaya. Hal tersebut memungkinkan penyusunan laporan laba
rugi menggunakan margin kontribusi yang menekankan pada pola perilaku biaya dan
memberikan perincian kepada manajemen mengenai biaya teknik, biaya yang
dikomitmenkan dan biaya diskresioner. Perbedaan ini penting bagi manajemen karena
setiap jenis biaya memerlukan prosedur pengendalian yang berbeda.
1. Biaya teknik, meliputi biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan
biaya overheadvariabel, seperti bahan bakar dan listrik.
2. Biaya tetap yang dikomitmenkan atau biayakapasitas adalah “seluruh biaya organisasi dan
pabrik yang terus terjadi (tanpa memedulikan tingkat aktivitas) yang tidak dapat dikurangi
tanpa merugikan kompetensi organisasi untuk memenuhi tujuan jangka panjang.
b) Biaya yang tidak memiliki hubungan optimum yang dapat ditunjukkan antara input (yang
diukur oleh biaya) dan output (yang diukur oleh pendapatan atau tujuanlainnya).
Pengambilan Keputusan
Di samping menekankan perbedaan antara biaya tetap dan biaya variabel serta memberikan
informasi biaya diferensial dalam situasi pengambilan keputusan tertentu, perhitungan
biaya langsung atau biaya variabel memberikan informasi penting lainnya kepada manajer.
Beberapa situasi pengambilan keputusan yang umum akan dijelaskan berikut.
2. Penentuan Harga Produk Baru Produk baru umunya diterima di pasar hanya setelah diuji
coba secara ekstensif oleh perusahaan yang memiliki reputasi dalam industri tersebut.
Untuk mendorong perusahaan-perusahaan guna menggunakan produk itu secara
percobaan, manajemen dapat menjualnya pada biaya variabel. Setelah produk tersebut diuji
coba secara mencukupi dan diterima oleh pemakai, produk tersebut akan ditetapkan
harganya pada biaya penuh plus mark-up yang konsisten dengan tujuan laba perusahaan
secara keseluruhan.
3. Penetrasi Pasar Manajer dapat menggunakan biaya variabel sebagai dasar untuk
penetuan harga ketika mereka bermaksud memasuki pasar baru (misalnya luar negeri)
dengan produk yang sudah ada atau ketika mereka terpaksa menghadapi persaingan yang
semakin meningkat selama periode di mana permintaan menurun.
4. Penghapusan Produk Margin produksi akan membantu manajemen dalam menetukan
apakah akan menghentikan suatu produk atau hanya berhenti menjualnya di pasar tertentu.
5. Pesanan Khusus Perusahaan juga dapat dihadapkan pada dua jenis situasi pesanan
khusus. Situasi tersebut dapat melibatkan akomodasi untuk pelanggan istimewaatau
persyaratan khusus untuk ukuran, metode pengiriman, atau pengemasan.
6. Kampanye Iklan dan Promosi Untuk meningkatkan volume penjualan saat ini, perusahaan
dapat meluncurkan kampanye iklan dan promosi khusus. Jika perusahaan menggunakan
sistem perhitungan biaya tradisional maka keputusan tersebut kemungkinan besar hanya
akan didasarkan pada perbandingan antar tambahan biayadengan prospek peningkatan
dalam volume penjualan.
7. Keputusan Mengurangi Biaya Jika harga jual suatu perusahaan ditetapkan oleh pesaing,
maka manjemen akan mengetahui besarnya biaya variabel yang diperkenankan pada
volume overasi saat inijika tujuan laba tertentu harus dicapai. Pengetahuan ini akan
mendorong manajemen untuk waspada terhadap biaya serta memperkenalkan alat dan
prosedur untuk menghemat biaya.
a. Standar haruslah ditetapkan dengan cara yang sedemikian rupa sehingga orang
menerimnya sebagai sesuatu realistisdan bukannya arbitrer.
b. Orang-orang harus merasa bahwa mereka memilih pengaruh dalam menetapkan tujuan
mereka sendiri.
c. Orang-orang harus yakin bahwa mereka tidak akan dihukum secara tidak adil untuk
variasi normal yang terjadi secara kebetulan dalam kinerja.
d. Umpan balik atas kinerja haruslah bertujuan untuk koreksi maupun evaluasi.
2. Partisipasi dalam Penetapan Standar Michael Foran dan Don DeCoster meringkas logika
yang mendasari seluruh argument yang mendukung partisipasi terjadi, “Jika seorang pekerja
berpartisipasi dalam menetapkan standar kinerjanya sendiri, maka ia akan membuat
komitmen yang tegas terhadap standar tersebut sehingga akan bekerja keras untuk
mencapainya.” . Dalam salah satu studi empiris, mereka menggunakan teori disonansi
kognitif untuk mendapatkan lebih banyak wawasan mengenai penyebab partisipasi lebih
efektif dalam penetapan standar kinerja. Teori disonasi kognitif terpusat pada tiga konsep
kunci, yaitu : kemauan, disonasi, dan komitmen. Dalam konteks penetapan standar, teori ini
mengimplikasikan bahwa jika manjemen menginginkan komitmen yang pasti terhadap
standar, maka individu yang dikendalikan harus memiliki pilihan ( kemauan). Ketika memilih
sekelompok standar kinerja tertentu mereka mengalami keraguan (disonasi) mengenai
kebijaksanaan dari pilihan mereka.
3. Standar yang Ketat versus Standar yang Longgar Untuk berfungsi sebagai alat motivasi,
standar yang digunakan haruslah tidak terlalu ketat dan tidak terlalu longgar. Standar yang
ketat adalah tantangan yang berguna (penghargaan intrinsik) hanya bagi mandor atau
manajer yang termotivasi oleh kebutuhan akan prestasi yang luar biasa. Bagi kebanyakan
individu, standar yang terlalu ketat dan kemungkinan kegagalan menimbulkan frustasi dan
kecil hati. Kinerja mereka akan mengalami penurunan lebih lanjut karena mereka berhenti
melakukan perbaikan. Semntara itu, standar yang longgar tidak memberikan manfaat
motivasional apapun karena standar tersebut begitu mudah dicapai. Jadi, mandor dan
manajer akan mengabaikan standar tersebut karena dianggap tidak berarti.
4. Penyerapan Overhead Bidang lain yang penuh dengan dorongan difungsional adalah
penyerapan overhead. Praktik umum untuk membebankan overhead manufaktur tetap dan
variabel ke produk pada tariff estimasi yang didasarkan pada tingkat kapasitas yang telah
ditentukan sebelumnya. Ketika dasar yang digunakan untuk penyerapan berbeda dengan
yang telah ditentukan sebelumnya, maka varians yangdibebankan terlalu tinggi atau terlalu
rendah akan terjadi. Ukuran dari varians ini juga dipengaruhi oleh tingkat kapasitas yang
dipilh sebagai penyebut dalam penetuan tariff tersebut. Tingkat kapasitas jangka panjang
(kapasitas normal) akan menghasilkan varians yang berbeda dibandingkan dengan tingkat
kapasitas jangka pendek (kapasitas yang secara aktual dapat dicapai).
5. Alokasi Biaya Tidak Langsung Dalam riset yang didukung oleh National Associaton of
accountants (NAA), James Fremgen dan Shu S.Lioa menemukan bahwa perusahaan
responden membedakan dengan tegas dua jenis biaya tidak langsung, yaitu biaya jasa
korporat dan biaya administratif korporat.
a. Biaya jasa korporat adalah biaya jasa yang dilakukan secara sentral untuk manfaat
korporat dan berbagai pusat pertanggungjawaban.
b. Biaya administratif korporat adalah biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan kantor
korporat. Biaya ini termasuk gaji, hubungan masyarakat dan biaya korporat lainnya terjadi
untuk menjalankan perusahaan secara keseluruhan. Tidak ada hubungan yang jelas antara
biaya administratif ini dengan tingkat operasi dari berbagai pusat biaya dan/atau laba di
seluruh organisasi.
6. Analisis Varians Unsur utama dari pengendalian biaya adalah perbandingan secara
peiodik antara biaya aktual dengans asaran biaya yang sudah dietentukan sebelumnya, baik
dalam bentuk anggaran maupun bentuk standar. Perbandingan tersebut juga akan
menghasilkan sejumlah varians karena mustahil bahwa biaya aktual yang terjadi akan setara
dengan standar atau anggaran dari elemen operasional yang akan dikendalikan. Varians
tersebut dapat merupakan hasil dari berbagai penyebab, bebrapa di antaranya dapat
dijelaskan dan dikendalikan, smentara yang lain tidak dapat dijelaskan maupun
dikendalikan.
8. Aspek Keperilakuan Semua model akuntansi untuk investigasi varians biaya didasarkan
pada pandangan pengendalian struktural. Pandagan ini lebih melihat pengendalian
sebagai”mesin homostatis yang mengukur dirinya sendiri”. pendukungnya tidak melihat
perbedaan antara regulator mekanis dalam suatu sitem sibernetika (seperti thermostat)
dengan regulator manusia(sperti pekerja, mandor atau manajer).
a. Batas pengendalian Kisaran hasil kenerja yang dianggap dapat diterima oleh manajer
adalah batasan pengendalian. Batasan ini menntukan mudah atau sulitnya sesorang yang
dikendalikan untuk berkinerja dalam kisaran yang dapat diterima dan banyaknya ruang
yang mereka miliki untuk gagal sekali waktu. Tingkat toleransi ini dapat memengaruhi
kinerja aktual mereka. Komponen khusus dari kebijakan pengendalian yang dapat
memengaruhi respons manusia adalah faktor-faktor seperti batas yang ditetapkan oleh
manajemen, jenis umpan balik, keketatan pemaksaan,serta penghargaan dan sanksi yang
terkait dengan kebijakan pengendalian.
b. Hasil umpan balik Tidak seperti mesin, informasi umpan balik mengenai kinerja manusia
akan menimbulka perasaan keberhasilan atau kegagalan dalam individu yang dikendalikan.
Umpan balik positif akan memberi tahu mereka bahwa mereka ada pada jalur yang tepat
dan akan memotivasi mereka untuk mengulangi usaha yang sama. Umpan balik yang
negative tidak akan secara otomatis mendorong mereka untuk melakukan usaha yang lebih
besar, tetapi hal tersebut dapat secara perlahan-lahan akan menurunkan tingkat aspirasi
mereka serta mengikis tingkat usaha dan kinerja mereka.
d. Struktur penghargaan Orang atau kelompok akan memodifikasi perilaku mereka yang
tidak diinginkan dan mengulangi perilaku yang diinginkan ketika mereka memandang
bahwa perubahan atau pengulangan perilaku tersebutdisertai dengan penghargaan intrinsic
maupun ekstrinsik.
TOPIK 11 : ASPEK KEPRILAKUAN PADA AKUNTANSI SUMBER
DAYA MANUSIA
Akuntansi sumber daya manusia (Human Resource Accounting) meliputi konsep sumber
daya manusia sebagai aktiva, penentuan biaya yang diinvestasikan dan hubungannya
dengan biaya-biaya hasil pakai, estimasi dan menyediakan ketelitian ekonomi tentang nilai
sumber daya manusia dalam organisasi.
Pada proses akuntansi sumber daya manusia terdapat unsur pengukuran, pelaporan, data
tentang sumber daya manusia dan organisasi. Data tentang sumber daya manusia dalam
hal ini berupa biaya-biaya untuk seleksi, penerimaan, pelatihan dan pengembangan
kemampuan pegawai serta informasi lainnya yang berupa tingkat pendidikan, pengalaman,
usia, keadaan kesehatan dan lain sebagainya.
1. Tujuan Kuantitatif
Mampu meningkatkan manfaat laporan keuangan karena memberikan informasi
kuantitatif atas sumber daya manusia bagi pemakainya yang bervariasi misalnya manajemen
dan investor dalam pengambilan keputusan.
2. Metode Penilaian
Untuk memberikan metode penilaian terhadap utilisasi sumber daya manusia.
3. Teori Model
Untuk memberikan suatu teori dari variabel-variabel yang relevan untuk menjelaskan
nilai manusia terhadap organisasi formal, untuk mengidentifikasi variabel-variabel yang
relevan, dan untuk mengembangkan model yang ideal untuk pengelolaan sumber daya
manusia.
Adapun tujuan penerapan akuntansi sumber daya manusia adalah sebagai berikut.
· Mencatat dan mengakui kerugian bila keahlian dari pengetahuan sumber daya
manusia tidak dapat mengikuti perkembangan teknologi atau mengakui kerugian akibat
perputaran yang tinggi.
· Melaporkan dan membicarakan dengan pihak-pihak yang berkepentingan mengenai
perubahan dan kondisi investasi akuntansi sumber daya manusia.
Metode pengukuran dari segi biaya adalah sebagai berikut.
1) Metode pengukuran non moneter
Metode pengukuran non moneter pada Human Resource Accounting (HRA) menggunakan
variabel-variabel tertentu dalam menyajikan informasi mengenai nilai sumber daya manusia,
seperti inventarisasi keterampilan dan kemampuan pekerja, dan pengukuran sikap atau
tingkah lakunya. Pengukuran ini lebih relevan digunakan untuk pihak intern terutama untuk
mengukur prestasi kerja level manajemen dari tingkat bawah sampai tingkat atas.
2. Kemungkinan tidak ada pengganti yang sepadan untuk suatu aktiva manusia tertentu.
3. Setiap manajer yang diminta untuk menaksir biaya pengganti seluruh organisasi
manusia kemungkinan akan kesulitan untuk melaksanakan dan manajer yang berbeda akan
memperoleh taksiran yang berbeda pula.