Anda di halaman 1dari 17

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/354642290

KASUS-KASUS AKUNTANSI PERILAKU

Chapter · September 2021

CITATIONS READS

0 2,941

5 authors, including:

Retno R Kusumawati
PT Pelat Timah Nusantara Tbk
15 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Retno R Kusumawati on 17 September 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


KASUS-KASUS AKUNTANSI PERILAKU
Ratu Intan, Rizky Setiawan, Saefullah, Shirly Julianti, Sinta Nurul, Retno Ryani

PENGERTIAN AKUNTANSI PERILAKU

Akuntansi Keperilakuan (Behavioral Accounting) merupakan bagian dari


disipilin akuntansi yang mempelajari tentang hubungan antara perilaku manusia
dan sistem akuntansi, serta dimensi sosial dari organisasi dimana manusia dan
sistem akuntansi tersebut berada. Jadi, terdapat tiga pilar utama Akuntansi
Keperilakuan yaitu: perilaku manusia, akuntansi, dan organisasi. Untuk itulah maka
sering dikatakan pula bahwa Akuntansi Keperilakuan merupakan bidang studi yang
mempelajari aspek manusia dari akuntansi (human factors of accounting). Dalam
perkembangan selanjutnya bahkan diperluas lagi sampai bagaimana akuntasi dan
masyarakat saling mempengaruhi, sehingga aspek sosial dari Akuntansi (social
aspect of accounting) juga sering dimasukkan sebagai bagian dari Akuntansi
Keperilakuan.

RUANG LINGKUP AKUNTANSI PERILAKU


Menurut Siegel, Ramanauskbas, dan Marconi (1998) ada tiga bagian:
1. Pengaruh perilaku manusia terhadap desain, konstruksi, dan penggunaan sistem
akuntansi. Akuntansi perilaku membahas sikap dan filosofi manajemen yang
dpat mempengaruhi sifat pengawasan akuntansi dan fungsi organisasi.Misalnya
apakah manajemen yang bersifat risk averse. Pengawasan yang ketat dan yang
longgar dapt mempengaruhi desain sistem pengawasan.
2. Pengaruh sistem akuntansi terhadap perilaku manusia. Bagaman sistem
akuntansi mempengaruhi motivasi, produktivitas, pengambiln keputusan,
kepuasan kerja, dan kerja sama. Misalnya bagaiman bujet yang dapat
menciptakan produktivitas atau motivasi, bujet yang ketat atau longgar.
3. Metode meramalkan dan strategi untuk mengbah perilku manusia. Bagaiman
sistem akuntansi dapat digunakan untuk mempengaruhi perilaku manusia
misalnya memperketat atau memperlonggar sistem pengawasan, memberikn
pola kompensasi yang dapat mempengaruhi perilaku misalnya dengan ESOP
(Employee Stock Ownership Program), sistem pelaporan prestasi, sistem
pemberian reward and penalties terhadap prestasi.

PERKEMBANGAN AKUNTANSI PERILAKU


Akuntansi Keperilakuan mulai berkembang sejak Profesor Schuyler Dean
Hollet dan Profesor Chris Argyris melakukan suatu penelitian di tahun 1951 tentang
“Pengaruh Anggaran pada Orang” (The Impact of Budget on People). Penelitian
tersebut disponsori oleh Controllership Foundation of America. Sejak penelitian
tersebut, topik-topik penelitian yang mengkaitkan akuntansi dan manusia
berkembang pesat.
Antara tahun 1960 sampai tahun 1980an jumlah artikel berkaitan dengan
akuntansi keperilakuan yang dipublikasikan di jurnal-jurnal akuntansi berkembang
pesat. Jurnal yang terkenal yang memfokuskan pada akuntansi keperilakuan adalah
“Accounting, Organization, and Society” yang muncul sejak tahun 1976, dan juga
jurnal yang diterbitkan oleh American Accounting Association (AAA) yang
bernama “Behavioral Research in Accounting”.
Dalam akuntansi perilaku ini menjadi sorotan adalah dampak dari informasi
akuntansi terhadap perilaku orang yang membaca atau menyiapkannya. Juga
melihat bagaimana reaksi manusia terhadap informasi akuntansi yang diberikan.
Dampak perilaku dari sistem pengawasan, dampak sistem budget terhadap perilaku,
dampaksistem responsibility accounting terhadap perilaku, dampak sistem
disentralisasi ataupun sentralisasi. Pengambilan keputusan terhadap perilaku,
dimensi perilaku dalam sistem pengawasan internal, beberapa pola perilaku auditor,
aspek perilaku dalam pengmbilan keputusan, faktor perilaku dalam capital
budgeting, aspek perilaku dalam kebutuhan pengungkapan, aspek perilaku dalam
akuntansi dalam sumber daya manusia dan sebagainya.

MANFAAT AKUNTANSI KEPERILAKUAN


Kalau ditanya tentang manfaat ilmu akuntansi keperilakuan atau aplikasinya
tentunya sangatlah banyak. Karena akuntansi keperilakuan sangat berkaitan erat

1
dengan sektor ekonomi. Pada intinya ialah akuntansi keperilakukan sangat
dibutuhkan pada saat pengambilan keputusan.
Dalam hal ini manfaat yang paling banyak dirasakan oleh seorang manajer
atau tim manajemen. Dimana emosi/habit mereka terhadap data-data akuntansi
memberikan efek terhadap keputusan yang akan diambil.

ASPEK PENTING DALAM AKUNTANSI KEPERILAKUAN


Berikut ini terdapat beberapa aspek penting dalam akuntansi keperilakuan, terdiri
atas:
1. Teori Organisasi dan Keperilakuan Manajerial
Teori organisasi modern mempunyai perhatian dalam menjelaskan perilaku
komponen entitas perusahaan sebagai dasar untuk memahami tindakan dan
motif-motif mereka. Teori organisasi modern memandang adanya interaksi
antarelemen organisasi untuk mendukung tujuan organisasi. Organisasi adalah
sebuah entitas yang lengkap. Secara lebih spesifik, teori organisasi modern
berkonsentrasi pada perilaku pengarahan tujuan organisasi, motivasi, dan
karakteristik penyelesaian masalah.
Tujuan organisasi dipandang sebagai hasil dari proses mempengaruhi dalam
organisasi, penentuan batas-batas dalam pengambilan keputusan, dan peranan
dari pengendalian internal yang diciptakan oleh organisasi. Motivasi dipandang
sebagai salah satu penentu kinerja. Faktor-faktor lainnya adalah kepuasan kerja
dan komitmen organisasional.
Namun demikian, hubungan antara kepuasan kerja dan komitmen
organisasional terkadang bersifat resiprokal, yaitu hubungan yang bersifat
timbal balik. Dalam suatu situasi dan kondisi tertentu komitmen organisasional
mempengaruhi kepuasan kerja, dan pada situasi dan kondisi yang berbeda
kepuasan kerja mempengaruhi komitmen organisasional.
2. Penganggaran dan Perencanaan
Fokus dari area ini adalah formulasi tujuan organsiasi dan interaksi perilaku
individu. Beberapa dimensi penting dalam area ini adalah proses partisipasi
penganggaran, level kesulitan dalam pencapaian tujuan, level aspirasi, dan
adanya konflik antara tujuan individual dengan tujuan organisasi. Keselarasan

2
antara tujuan individu dengan tujuan organisasi menjadi rerangka manajerial
mengembangkan organsasi. Dua isu penting dalam bidang oenganggaran dan
perencanaan adalah organizational slack dan budgetary slack.
3. Pengambilan Keputusan
Fokus dalam bidang ini adalah teori-teori dan model-model tentang
pengambilan keputusan. Ada teori normatif, paradoks, dan model deskriptif
dalam pengambilan keputusan. Teori normatif adalah bagaimana seharusnya
orang mengambil keputusan. Paradoks adalah sesuatu yang bertentangan
dengan teori normatif, sedangkan model deskriptif menjelaskan apa yang terjadi
ketika orang mengambil keputusan berdasarkan fakta-fakta empiris yang ada.
Apa informasi (subject matter) yang digunakan untuk pengambilan keputusan?
Informasi yang digunakan tetaplah informasi akuntansi.
4. Pengendalian
Aspek pengendalian sangat penting dalam organisasi. Semakin besar
organisasi, memerlukan tindakan pengendalian yang semakin intensif.
Pengendalian selalu dihubungkan dengan pengukuran kinerja dan adaptasi
individu terhadap pengendalian. Dimensi penting dalam pengendalian adalah
struktur organisasi, pengendalian internal, desentralisasi-sentralisasi, dan
hubungan antara dan antarhirarki administrasi. Perkembangan terbaru dalam
pengendalian internal adalah diakuinya lingkungan pengendalian sebagai salah
satu kunci (key succes factor) dalam mengendalikan operasional organisasi.
Lingkungan pengendalian melibatkan banyak aspek keperilakuan di dalamnya.
Lingkungan pengendalian berada pada level dasar dan merupakan prasyarat dari
komponen-komponen lainnya. Dengan kata lain, kalau lingkungan
pengendalian dapat berjalan baik dan sehat, maka akan mempermudah
pelaksanaan komponen yang lainnya. Tiap organisasi, baik besar maupun kecil,
harus mempunyai lingkungan pengendalian yang kondusif dengan
pengembangan organisasi.
Lingkungan pengendalian yang tidak sehat seringkali menunjukkan adanya
kelemahan dalam komponen pengendalian intern yang lain. Lingkungan
pengendalian merefleksikan sikap dan kesadaran menyeluruh seluruh
organisasi mengenai pentingnya pengendalian intern organisasi.

3
5. Pelaporan Keuangan
Aspek keperilakuan dalam pelaporan keuangan meliputi perilaku perataan laba
dan keandalan informasi akuntansi dan relevansi informasi akuntansi bagi
investor. Perataan laba adalah bagian dari manajemen laba yang disebabkan
oleh pihak manajemen mempunyai informasi privat untuk kepentingan dirinya.
Manajemen laba intinya adalah masalah keperilakuan, yaitu perilaku
manajemen yang mementingkan dirinya sendiri dalam suatu pola keagenan.
Ruang lingkup manajemen laba termasuk didalamnya adalah pemilihan metode
akuntansi, estimasi, klarifikasi, dan format yang digunakan dalam
pengungkapan bersifat wajib. Yang perlu diperhatikan di sini adalah antara
format atau bentuk sama pentingnya dengan isi yang disajikan atau yang
dilaporkan. Orang bisa terpengaruh dengan perbedaan format, padahal memiliki
isi yang sama.

MEMPERTIMBANGKAN ASPEK KEPERILAKUAN PADA AKUNTANSI


Akuntansi bukanlah sesuatu yang statis, tetapi akan selalu berkembang
sesuai dengan pekembangan lingkungan akuntansi serta kebutuhan organisasi akan
informasi yang dibutuhkan oleh penggunanya (Khomsiah dalam Arfan & Ishak,
2005). Berdasarkan pemikiran tersebut, manusia dan faktor sosial secara jelas
didesain dalam aspek-aspek operasional utama dari seluruh sistem akuntansi.
Para akuntan secara berkelanjutan membuat beberapa asumsi mengenai
bagaimana mereka membuat orang termotivasi, bagaimana mereka
menginterpretasikan dan menggunakan informasi akuntansi, dan bagaimana sistem
akuntansi mereka sesuai dengan kenyataan manusia dan mempengaruhi organisasi.
Penjelasan tersebut menunjukan adanya aspek keperilakuan pada akuntansi, baik
dari pihak pelaksana (penyusun informasi) maupun dari pihak pemakai informasi
akuntansi.
Pihak pelaksana (penyusun informasi akuntansi) adalah seseorang atau
kumpulan orang yang mengoperasikan sistem informasi akuntansi dari awal sampai
terwujudnya laporan keuangan. Pengertian ini menjelaskan bahwa pelaksana
memainkan peranan penting dalam menopang kegiatan organisasi. Dikatakan
penting sebab hasil kerjanya dapat memberikan manfaat bagi kemajuan organisasi

4
dalam bentuk peningkatan kinerja melalui motivasi kerja dalam wujud penetapan
standar-standar kerja.
Standar-standar kerja tersebut dapat dihasilkan dari sistem akuntansi. Dapat
diperkirakan apa yang akan terjadi ketika pelaksana sistem informasi akuntansi
tidak memahami dan memiliki kerja yang diharapkan. Bukan saja laporan yang
dihasilkan tidak handal dalam pengambilan keputusan, tetapi juga sangat berpotensi
untuk menjadi bias dalam memberikan evaluasi kinerja unit maupun individu dalam
organisasi. Untuk itu motivasi dan perilaku dari pelaksana menjadi aspek penting
dari suatu sistem informasi akuntansi.
Di sisi lain, pihak pemakai laporan keuangan dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu: pihak intern (manajemen) dan pihak ekstern (pemerintah,
investor/calon investor, kreditur/calon kreditur, dan lain sebagainya). Bagi pihak
intern, informasi akuntansi akan digunakan untuk motivasi dan penilaian kinerja.
Sedangkan bagi pihak ekstern, akan digunakan untuk penilaian kinerja sekaligus
sebagai dasar dalam pengambilan keputusan bisnis. Di samping itu pihak ekstern,
juga perlu mendiskusikan berbagai hal terkait dengan informasi yang disediakan
sebab mereka mempunyai suatu rangkaian perilaku yang dapat mempengaruhi
tindakan pengambilan keputusan bisnisnya.
Sehubungan dengan hal tersebut, beberapa riset akuntansi mulai mencoba
menghubungkan dan menganggap penting untuk memasukkan aspek keperilakuan
dalam akuntansi. Sejak meningkatnya orang yang sudah memberikan pengakuan
terhadap beberapa aspek perilaku dari akuntansi, terdapat suatu kecenderungan
untuk memandang secara lebih luas terhadap bagian akuntansi yang lebih
subtansial. Perspektif perilaku menurut pandagan ini telah dipenuhi dengan baik
sehingga membuat sistem akuntansi yang lebih dapat dicerna dan lebih bisa
diterima oleh para manajer/pimpinan dan karyawannya.
Pelayanan akuntansi mungkin juga telah sampai pada puncak permasalahan
yang rumit dan gagasan akuntansi dapat muncul dari beberapa nilai yang ada.
Tetapi, pertimbangan perilaku dan sosial tidak berarti mengubah dari tugas
akuntansi secara radikal. Namun mulai mengembangkan perspektif dalam
mendekati beberapa pengertian yang mendalam mengenai pemahaman atas
perilaku manusia pada organisasi.

5
MASALAH-MASALAH DALAM AKUNTANSI PERILAKU
Dalam aplikasinya ada banyak masalah-masalah yang dapat
dipecahkan/disebabkan oleh akuntansi perilaku. Pada intinya ada 3 masalah yang
berhubungan pada saat riset akuntansi perilaku yaitu:
1. Pengambilan keputusan oleh auditor dan akuntan.
2. Pengaruh terhadap fungsi sistem akuntansi seperti penyusunan anggaran, audit,
dan lain-lain.
3. Pengaruh hasil/ouput misalkan informasi akuntansi, dll.

CONTOH KASUS AKUNTANSI PERILAKU


Berikut ini adalah beberapa contoh kasus akuntansi perilaku :
1. Skandal Akuntansi Perusahaan Toshiba
Kita tentu sudah tidak asing lagi dengan nama Toshiba, produknya telah banyak
menghiasi perkakas rumah dengan berbagai produk elektroniknya. Toshiba
Corporation merupakan perusahaan elektronik asal Jepang dengan reputasi
yang sangat baik awalnya. Dikenal sebagai perusahaan dengan laju inovasinya
yang terdepan serta banyak mewarnai referensi buku bisnis dengan berbagai
prestasi. Salah satunya karya firma hukum Mori Hamada & Matsumoto yang
menceritakan tentang bagusnya tata kelola dalam perusahaan. Toshiba
menduduki peringkat sembilan dari 120 perusahaan publik di Jepang dalam
Good Governance Practice. Mencerahkan para pelaku bisnis sehingga ingin
melakukan hal serupa di perusahaan mereka.
Namun reputasi yang bagus itu kini hancur berantakan hanya karena pressure
yang sangat tinggi untuk memenuhi target performance unit. Kasus ini terjadi
baru-baru ini yaitu tahun 2015. Toshiba terbukti melakukan pembohongan
publik dan investor dengan cara menggelembungkan keuntungan di laporan
keuangan hingga overstated profit 1,2 Miliar US Dollar sejak tahun fiskal 2008.
Dan yang lebih memprihatinkan skandal tersebut melibatkan top management
dari Toshiba Corporation.
Sejak laporan audit penginvestigasian resmi dirilis dua bulan setelah komite
yang diketuai Koichi Ueda dan beranggotakan beberapa pakar akuntansi Jepang

6
menginvestigasi Toshiba dan sampai pada kesimpulan telah terjadi
penyimpangan. Pada 21 Juli 2015, delapan dari 16 petinggi Toshiba yang
terlibat skandal akuntansi resmi mengundurkan diri. Termasuk diantaranya
Presiden Direktur Hisao Tanaka, Wakil Presdir Norio Sasaki dan Chief
Executive Atsutoshi Nishida.
Analisis:
Pelanggaran yang dilakukan oleh pihak akuntan Toshiba adalah pemalsuan
laporan keuangan. Hal ini tentu saja bertentangan dengan kode etik yang
mengatur akuntan. Dalam prinsip etika profesi akuntansi, seorang professional
akuntan wajib berintegritas tinggi, sehingga mampu memelihara kepercayaan
public terhadap dirinya. Guna mempercantik kinerja keuangannya, Toshiba
melakukan berbagai cara baik mengakui pendapatan lebih awal atau menunda
pengakuan biaya pada periode tertentu namun dengan metode yang menurut
investigator tidak sesuai prinsip akuntansi, seperti menggunakan cash-based
ketika pengakuan provisi yang seharusnya dengan metode akrual, memaksa
supplier menunda penerbitan tagihan meski pekerjaan sudah selesai, dan lain
semisalnya.
Besarnya angka, rentang waktu yang tidak sebentar, juga keterlibatan Top
Management memberi gambaran kepada kita betapa kronis dan kompleksnya
penyakit dalam tubuh Toshiba. Penyelewengan dilakukan secara berjamaah,
sistematis dan cerdas. Sekian lapis sistem kontrol dari mulai divisi akuntansi,
keuangan, internal audit, tidak berfungsi sama sekali. Bagaimana akan
berfungsi, bahkan oknumnya dari staff senior mereka yang sudah hafal seluk
beluk perusahaan.
Seiya Shimaoka, seorang internal auditor, mencurigai kecurangan dan berusaha
melaporkan tapi malah dianggap angin lalu oleh atasannya sendiri seperti yang
dilansir jurnalis Financial Times. Sedemikian rapi dan cerdasnya hingga tim
auditor eksternal sekelas Ernst & Young (EY) tak mampu mencium aroma
busuk dari laporan keuangan Toshiba. Belum ada dugaan kantor akuntan itu
terlibat dalam skandal.
CEO memang tidak menginstruksikan langsung untuk melakukan
penyimpangan tetapi memasang pencapaian target yang tinggi. Ini yang

7
membuat karyawan merasa tertekan. Apalagi ditambah budaya Toshiba yang
kurang baik: tidak bisa melawan atasan. Maksudnya melawan adalah koreksi
atas kesalahan manajemen mengambil keputusan. Dalam kasus Toshiba,
bawahan tidak bisa mengkoreksi penetapan target oleh CEO yang bahkan tidak
realistis dengan kondisi bisnis dan perusahaan.
Selain itu, sistem kompensasi karyawan yang dihitung dari kinerja keuangan
juga turut andil di dalamnya. Maka muncullah ide-ide kreatif dari karyawannya
untuk mencapai target yang ditetapkan. Celakanya kreatifitas kali ini bukan
dalam riset pengembangan atau pemasaran namun dalam hal perlakuan
akuntansi. Dibuatlah laporan keuangan dengan profit tinggi padahal tidak
mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Pemalsuan yang dilakukan pihak
akuntan Toshiba menimbulkan hilangnya kepercayaan publik terhadap akuntan
turun drastis sebab integritasnya yang menurun

2. Manipulasi Laporan Keuangan PT KAI


Transparansi serta kejujuran dalam pengelolaan lembaga yang merupakan salah
satu derivasi amanah reformasi ternyata belum sepenuhnya dilaksanakan oleh
salah satu badan usaha milik negara, yakni PT Kereta Api Indonesia. Dalam
laporan kinerja keuangan tahunan yang diterbitkannya pada tahun 2005, ia
mengumumkan bahwa keuntungan sebesar Rp. 6,90 milyar telah diraihnya.
Padahal, apabila dicermati, sebenarnya ia harus dinyatakan menderita kerugian
sebesar Rp. 63 milyar.
Kerugian ini terjadi karena PT Kereta Api Indonesia telah tiga tahun tidak dapat
menagih pajak pihak ketiga. Tetapi, dalam laporan keuangan itu, pajak pihak
ketiga dinyatakan sebagai pendapatan. Padahal, berdasarkan standar akuntansi
keuangan, ia tidak dapat dikelompokkan dalam bentuk pendapatan atau asset.
Dengan demikian, kekeliruan dalam pencatatan transaksi atau perubahan
keuangan telah terjadi di sini.
Di lain pihak, PT Kereta Api Indonesia memandang bahwa kekeliruan
pencatatan tersebut hanya terjadi karena perbedaan persepsi mengenai
pencatatan piutang yang tidak tertagih. Terdapat pihak yang menilai bahwa
piutang pada pihak ketiga yang tidak tertagih itu bukan pendapatan. Sehingga,

8
sebagai konsekuensinya PT Kereta Api Indonesia seharusnya mengakui
menderita kerugian sebesar Rp. 63 milyar. Sebaliknya, ada pula pihak lain yang
berpendapat bahwa piutang yang tidak tertagih tetap dapat dimasukkan sebagai
pendapatan PT Kereta Api Indonesia sehingga keuntungan sebesar Rp. 6,90
milyar dapat diraih pada tahun tersebut. Diduga, manipulasi laporan keuangan
PT Kereta Api Indonesia telah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Sehingga,
akumulasi permasalahan terjadi disini.
Analisis :
PT Kereta Api Indonesia tidak boleh mengabaikan dimensi organisasional
penyusunan laporan keuangan dan proses audit. Setiap bagian lembaga yang
ada di dalamnya hendaknya diberi pemahaman masalah esensial akuntansi dan
keuangan yang ada agar tidak terjadi kesalahan dalam menangani akuntansi
serta keuangan secara khusus. Upaya ini penting untuk dilakukan guna
membangun kesepahaman (understanding) diantara seluruh unsur lembaga.
Selanjutnya, soliditas kelembagaan diharapkan tercipta sehingga
mempermudah penerapan sistem pengendalian manajemen di dalamnya.

3. Kasus KAP Anderson dan Enron


Kasus KAP Anderson dan Enron terungkap saat Enron mendaftarkan
kebangkrutannya ke pengadilan pada tanggal 2 Desember 2001. Saat itu
terungkap, terdapat hutang perusahaan yang tidak dilaporkan, yang
menyebabkan nilai investasi dan laba yang ditahan berkurang dalam jumlah
yang sama. Sebelum kebangkrutan Enron terungkap, KAP Anderson
mempertahankan Enron sebagai klien perusahaan dengan memanipulasi
laporan keuangan dan penghancuran dokumen atas kebangkrutan Enron,
dimana sebelumnya Enron menyatakan bahwa periode pelaporan keuangan
yang bersangkutan tersebut, perusahaan mendapatkan laba bersih sebesar $ 393,
padahal pada periode tersebut perusahaan mengalami kerugian sebesar $ 644
juta yang disebabkan oleh transaksi yang dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan yang didirikan oleh Enron.
Analisis :

9
Kecurangan yang dilakukan oleh Arthur Andersen telah banyak melanggar
prinsip etika profesi akuntan diantaranya yaitu melanggar prinsip integritas dan
perilaku profesional. KAP Arthur Andersen tidak dapat memelihara dan
meningkatkan kepercayaan publik sebagai KAP yang masuk kategoti The Big
Five dan tidak berperilaku profesional serta konsisten dengan reputasi profesi
dalam mengaudit laporan keuangan dengan melakukan penyamaran data. Selain
itu Arthur Andesen juga melanggar prinsip standar teknis karena tidak
melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar
profesional yang relevan.

4. Kasus Mulyana W Kusuma.


Kasus ini terjadi sekitar tahun 2004. Mulyana W Kusuma sebagai seorang
anggota KPU diduga menyuap anggota BPK yang saat itu akan melakukan audit
keuangan berkaitan dengan pengadaan logistic pemilu. Logistic untuk pemilu
yang dimaksud yaitu kotak suara, surat suara, amplop suara, tinta, dan teknologi
informasi. Setelah dilakukan pemeriksaan, badan dan BPK meminta dilakukan
penyempurnaan laporan. Setelah dilakukan penyempurnaan laporan, BPK
sepakat bahwa laporan tersebut lebih baik daripada sebelumnya, kecuali untuk
teknologi informasi. Untuk itu, maka disepakati bahwa laporan akan diperiksa
kembali satu bulan setelahnya. Setelah lewat satu bulan, ternyata laporan
tersebut belum selesai dan disepakati pemberian waktu tambahan. Di saat inilah
terdengar kabar penangkapan Mulyana W Kusuma. Mulyana ditangkap karena
dituduh hendak melakukan penyuapan kepada anggota tim auditor BPK, yakni
Salman Khairiansyah. Dalam penangkapan tersebut, tim intelijen KPK bekerja
sama dengan auditor BPK. Menurut versi Khairiansyah ia bekerja sama dengan
KPK memerangkap upaya penyuapan oleh saudara Mulyana dengan
menggunakan alat perekam gambar pada dua kali pertemuan mereka.
Penangkapan ini menimbulkan pro dan kontra. Salah satu pihak berpendapat
auditor yang bersangkutan, yakni Salman telah berjasa mengungkap kasus ini,
sedangkan pihak lain berpendapat bahwa Salman tidak seharusnya melakukan
perbuatan tersebut karena hal tersebut telah melanggar kode etik akuntan.
Analisis :

10
Hal yang dilakukan oleh Khairiansyah tidak dibenarkan karena melanggar kode
etik akuntan. Seorang auditor telah melanggar prinsip objektivitas karena telah
memihak kepada salah satu pihak dengan berpendapat adanya kecurangan. Lalu
auditor juga melanggar prinsip kompetensi dan kehati-hatian profesional karena
auditor tidak mampu mempertahankan pengetahuan dan keterampilan
profesional dalam melakukan audit keuangan terkait dengan pengadaan logistic
pemilu.

5. Manipulasi Laporan Keuangan PT. Garuda Indonesia


Semua berawal dari hasil laporan keuangan Garuda Indonesia untuk tahun buku
2018. Dalam laporan keuangan tersebut, Garuda Indonesia Group membukukan
laba bersih sebesar USD809,85 ribu atau setara Rp11,33 miliar (asumsi kurs
Rp14.000 per dolar AS). Angka ini melonjak tajam dibanding 2017 yang
menderita rugi USD216,5 juta.
Namun laporan keuangan tersebut menimbulkan polemik, lantaran dua
komisaris Garuda Indonesia yakni Chairal Tanjung dan Dony Oskaria (saat ini
sudah tidak menjabat), menganggap laporan keuangan 2018 Garuda Indonesia
tidak sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
Pasalnya, Garuda Indonesia memasukan keuntungan dari PT Mahata Aero
Teknologi yang memiliki utang kepada maskapai berpelat merah tersebut. PT
Mahata Aero Teknologi sendiri memiliki utang terkait pemasangan wifi yang
belum dibayarkan.
PT. Garuda Indonesia dikenakan sanksi oleh lembaga keuangan pemerintah dan
non pemerintah. Pasalnya, dalam laporan keuangan Garuda ditemukan
kejanggalan. Kasus Garuda Indonesia ini tidak hanya memukul si burung baja.
Auditor laporan keuangan, yakni Akuntan Publik (AP) Kasner Sirumapea
Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang & Rekan
(Member of BDO Internasional), juga dikenakan sanksi oleh Kementerian
Keuangan.
Analisis :
Kisruh laporan keuangan Garuda Indonesia ini juga menyeret nama PT. Mahata
Aero Teknologi. Pasalnya, Mahata sebuah perusahaan yang baru didirikan pada

11
tanggal 3 November 2017 dengan modal tidak lebih dari Rp10 miliar dinilai
berani menandatangani kerja sama dengan Garuda Indonesia. Dengan
menandatangani kerja sama dengan Garuda, Mahata mencatatkan utang sebesar
USD239 juta kepada Garuda, dan oleh Garuda dicatatkan dalam Laporan
Keuangan 2018 pada kolom pendapatan.
Setelah perjalanan panjang, akhirnya Garuda Indonesia dikenakan sanksi dari
berbagai pihak. Selain Garuda, sanksi juga diterima oleh auditor laporan
keuangan Garuda Indonesia, yakni Akuntan Publik (AP) Kasner Sirumapea dan
Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan,
auditor laporan keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) dan
Entitas Anak Tahun Buku 2018.
Untuk Auditor, Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan sanski pembekuan
izin selama 12 bulan. Selain itu, OJK juga akan mengenakan sanksi kepada
jajaran Direksi dan Komisaris dari Garuda Indonesia. Mereka diharuskan
patungan untuk membayar denda Rp100 juta.
Selain itu ada dua poin sanksi lagi yang diberikan OJK. Yakni, Garuda
Indonesia harus membayar Rp100 Juta. Selain itu, masing-masing Direksi juga
diharuskan membayar Rp100 juta.
Selain sanksi dari Kementerian Keuangan dan juga Otoritas Jasa Keuangan,
Garuda Indonesia juga kembali diberikan sanksi oleh Bursa Efek Indonesia.
Adapun sanki tersebut salah satunya memberikan sanksi sebesar Rp250 juta
kepada maskapai berlambang burung Garuda itu.

A. PENUTUP
Berdasarkan pembahasan di atas dapat diperoleh beberapa kesimpulan
bahwa akuntansi dibangun dengan menggunakan konsep, prinsip dan
pendekatan dari disiplin ilmu lain untuk meningkatkan kegunaannya. Sehingga
akuntansi tidak dapat dilepaskan dari aspek perilaku manusia serta kebutuhan
organisasi akan informasi akuntansi. Disamping itu kesempurnaan teknis dari
jasa akuntansi bukan hanya sekedar teknik yang didasarkan pada efektivitas dari
segala prosedur akuntansi, melainkan bergantung pada bagaimana prilaku
orang-orang didalam organisasi, baik sebagai pelaksana (penyusun informasi)

12
maupun sebagai pemakai informasi. Persyaratan pelaporan akuntansi akan
mempengaruhi perilaku dari berbagai fakor, baik karena adanya antisipasi
penggunaan informasi, prediksi penggunaan informasi, insentif/sanksi,
penentuan waktu maupun pengarahan perhatian dari pihak yang akan
menggunakan informasi tersebut (penerima). Dampak keperilakuan dalam
akuntansi terjadi pada berbagai bidang yaitu pada: akuntansi keuangan,
akuntansi perpajakan, akuntansi manajerial dan akuntansi sosial. Salah satu
bidang pembahasan dari akuntansi sosial adalah delima penyusunan laporan,
polusi dan keamanan produk.. Demi menyempurnakan teknis dari jasa
akuntansi hendaknya dilakukan penellitain dan pengembangan lebih lanjut
tentang teori,konsep,dampak serta aplikasi akuntansi keprilakuan sehingga
sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman.

13
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.dosenpendidikan.co.id/akuntansi-keperilakuan/
2. https://amp.kompas.com/money/read/2016/10/13/200000526/skandal.akun
tansi.goyang.merek.toshiba#aoh=15739095968292&referrer=https%3A%
2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s
3. https://m.liputan6.com/news/read/127525/audit-laporan-keuangan-pt-kai-
masih-diperdebatkan
4. https://www.selasar.com/jurnal/36462/Belajar-dari-Kasus-Enron-dan-
Akuntan-Publik-Arthur-Andersen
5. https://m.detik.com/news/berita/d-346216/kronologi-kasus-mulyana-
versi-bpk
6. https://m.cnnindonesia.com/ekonomi/20190430174733-92-
390927/kronologi-kisruh-laporan-keuangan-garuda-indonesia

14
KASUS-KASUS AKUNTANSI PERILAKU

Makalah ini disusun oleh:


Mahasiswa Program Studi Akuntansi
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Banten

NAMA NPM
Ratu Intan M 16020012
Rizky Setiawan 16020034
Saefullah 16020147
Shirly Julianti 16020103
Sinta Nurul L 16020097

15

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai