net/publication/327382625
CITATIONS READS
0 6,135
1 author:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Muhammad Jafar Shodiq on 01 September 2018.
ABSTRACK
1
Dosen Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi, Universitas Islam Sultan Agung Semarang. Sedang
menyelesaikan program Doktor bidang Akuntansi.
1
I. Pendahuluan
keilmuan yang luas. Bidang-bidang yang menjadi pokok bahasan dalam riset-riset
akuntansi keperilakuan dewasa ini tidak melulu pada tema perilaku para pengambil
keputusan dalam mencermati data, informasi dan fenomena akuntansi, tetapi mencakup
juga desain teknologi, informasi, sistem, alat analisis dan organisasi yang dapat
berimplikasi pada aspek pelaporan, sistem dan prosedur akuntansi yang diterapkan, serta
perilaku para pengambil keputusan itu sendiri. Demikian juga, disiplin ilmu yang
berkaitan dengan akuntansi keperilakuan tidak saja terkonsentrasi pada bidang ekonomi
dan perilaku organisasi tetapi juga pada bidang psikologi, antropologi dan teknologi.
Sebagai misal, meskipun sebuah topik riset mengarah pada desain teknologi informasi,
namun sepanjang hasil riset tersebut dimaksudkan sebagai bahan kajian bagi perilaku
pengambil keputusan dalam desain akuntansi sebuah organisasi maka riset yang demikian
informasi yang memungkinkan CEO dan perencana strategik mengambil keputusan dan
memperbaiki kinerja. Tidak seperti akuntansi tradisional, yang hanya melaporkan data
2
Akuntansi keperilakuan meliputi seperangkat farmework dan teknik yang berguna
dalam hal (gsoresearch.com, 2004) 1) memahami dan mengukur pengaruh proses bisnis
terhadap kinerja manajemen dan perusahaan, 2) mengukur dan melaporkan pendapat dan
inovasi.
mengukur dan mempengaruhi CEO dan perencana strategik terhadap human variables
sebagai kunci sukses bisnis. Akuntansi perilaku merupakan kunci sukses pengembangan
dan implementasi kebijakan unit bisnis dalam hal perekayasaan ulang atau inovasi
TQM; serta berbagai keputusan strategi yang mensyaratkan pemahaman terhadap sikap,
persepsi dan perilaku kelompok. Jika dilihat dari implikasi berbagai kebijakan tersebut di
konsep pengukuran dan inovasi pencapaian kinerja dari seperangkat proses bisnis dan
Definisi yang diberikan oleh MBA Glossary (2004) memberi sinyal terhadap
didefinisikan sebagai bidang ilmu akuntansi yang menjelaskan dan memprediksi perilaku
manusia dalam semua bidang akuntansi. Secara eksplisit MBA Glossary menyatakan:
3
Mengingat cakupan bidangnya yang luas, maka batas konsentrasi akuntansi
keperilakuan menjadi samar. Meskipun demikian arah riset akuntansi keperilakuan tetap
memiliki paradigma yang jelas. Paradima riset akuntansi berkaitan dengan temuan
fenomena proses bisnis dan organisasi yang memungkinkan para peneliti dan praktisi
menset dan me-reset pengukuran proses bisnis dalam pengambilan keputusan. Tujuan
akhir dari paradigma tersebut adalah bagaimana para pengambil keputusan dapat
kontinjensi, protfolio ataupun teori agency dan teori organisasi. Diantara sekian teori
yang ada, teori kontinjensi merupakan teori yang penting untuk dicermati dalam
mengingat beberapa faktor sebagai berikut. Pertama, teori kontinjensi merupakan hasil
teori-teori organisasional, psikologi, sosial, ekonomi dan teknologi dalam desain sistem.
Sifat kelenturan teori kontinjensi ini karena teori ini memperhitungkan faktor kontekstual
dalam aplikasinya. Sebagaimana dinyatakan oleh Otley (1980) bahwa desain organisasi
yang paling tepat adalah bagaimana desain tersebut disesuaikan dengan faktor
Kedua, riset-riset yang berbasis teori kontinjensi memiliki hasil yang beragam
contoh, riset yang dilakukan Kennis (1979) menemukan hubungan yang negatif antara
partisipasi standar dengan tekanan kerja. Sementara Harrison (dalam Shields, Deng dan
4
Kato, 2000) menunjukkan bahwa hubungan bivariate kedua variabel tidak signifikan.
Menurut Shields, Deng dan Kato (2000), pengaruh partisipasi dalam penetapan standar
seharusnya dapat menurunkan level tekanan kerja, dengan demikian ketika partisipasi
meningkat maka tekanan kerja menurun. Tetapi, beberapa peneliti memang berasumsi
bahwa faktor ambiguitas dapat mempengaruhi hubungan kedua variabel. Selama dalam
proses pelaksanaan standar atau anggaran yang telah ditetapkan, seorang manajer
mungkin justru akan memiliki persepsi adanya tingkat kesulitan yang tinggi dalam
pelaksanaan standar, suatu persepsi yang berkebalikan dan tidak diantisipasi ketika
standar tersebut ditetapkan. Akibat faktor proses yang demikian, manajer tidak mampu
merespon dengan baik tingkat paritisipasi dan tekanan kerja yang ia rasakan.
tingkat pendapatan, dengan hubungan yang positif. Namun hubungan yang negatif justru
dapat terjadi ketika dikaitkan secara tidak langsung dengan jumlah jam kerja part timer.
Hal ini dikarenakan partisipasi kegiatan kesejahteraan sosial tersebut akan mengurangi
jumlah kerja part-timer. Tampak bahwa, keberadaan variabel mediasi akan memberi
dampak yang berbeda terhadap hasil riset yang menguji hubungan variabel dependen-
kontinjensi merupakan hal yang menarik untuk dicermati berkaitan dengan desain riset
akuntansi keperilakuan. Tulisan ini hendak menyoroti arah riset kontinjensi dalam
akuntansi keperilakuan, dengan tujuan untuk menemukan format baku dalam memahami
5
berbagai fenomena desain sistem akuntansi dan fenomena hasil-hasil riset yang berbeda.
Tulisan ini diharapkan dapat mempertegas kelenturan sifat akuntansi keperilakuan dalam
memberi sumbangan pengetahuan dibidang desain sistem kontrol akuntansi dan desain
organisasi yang berbasis kontinjensi. Tulisan ini juga diharapkan mempertegas perbedaan
hasil-hasil riset kontinjensi sebagai sebuah fenomena yang rasional dan dapat dipahami,
dan bukan fenomena yang dikotomi atau bahkan “multikotomi” yang komplek.
Sebagai bahan wacana yang ilmiah, tulisan ini akan diawali dengan melihat sejarah
tersebut penting untuk mengetahui pijakan dasar dari arah riset akuntansi keperilakuan
dikemudian hari. Pada bagian berikutnya akan ditinjau konsep dasar teori kontijensi dan
fenomena hasil riset yang berbeda-beda secara berturutan. Pada bagian akhir akan diulas
tidak terlepas dari evolusi bidang perilaku organisasi. Perilaku organisasi lahir sebagai
organisasi yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuan dan kinerja yang diharapkan.
Lahirnya teori perilaku organisasi diawali dengan wacana desain operasional sebuah
industri diduga kuat memberi dampak dalam menciptakan produk dengan sumber daya
yang efektif dan efisien. Sejarah mencatat, kalkulasi efektif dan efisien waktu itu belum
menyentuh pada aspek pemanfaatan sumber daya manusia dan bahkan, lingkungan.
6
Dapat dipahami bahwa gejolak pemikiran terhadap desain organisasi waktu itu masih
pengukuran penggunaan sumber daya yang ada dan kemudian melaporkan penggunaan
menemukan sebuah sosok yang evolusioner ketika desain sebuah sistem organisasi
perilaku manusia dalam desain sistem organisasi. Dalam kapasitasnya sebagai bidang
ilmu yang memiliki karakteristik “pengukuran” dan khas, bidang akuntansi kemudian
keperilakuan.
keperilakuan tidak dapat terlepas dari evlousi teori organisasi yang akhirnya melahirkan
paralel dengan perilaku organisasi. Dinamika keilmuan yang terjadi dalam perilaku
organisasi akan diikuti oleh perkembangan dinamika akuntansi keperilakuan itu sendiri.
Perilaku organisasi merupakan sebuah studi tentang dinamika kelompok atau individu
dalam setting atau lingkungan organisasi. Kapan saja manusia bekerja bersama, beberapa
faktor dan persoalan akan muncul memegang peranan. Perilaku organisasi berusaha
7
Perilaku manusia umumnya mempertimbangkan terhadap masalah fungsi internal dan
eksternal sebuah perilaku. Tindakan manusia dalam perspektif internal dipahami sebagai
Dalam perspektif ini juga, tindakan indinvidual dapat dijelaskan sebagai akibat dari masa
lalu individu. Sementara itu, dalam perspektif eksternal, perilaku manusia dipandang
sebagai akibat dari keberadaan lingkungan individu tersebut. Dorongan eksternal diakui
Seperti juga pada semua ilmu sosial, bidang perilaku organisasi berusaha
terdapat berbagai kontroversi dalam hal penentuan fokus keilmuan, terutama berkaitan
bidang dengan psikologi industri yang dalam satu sisi tertentu mengklaim memiliki
scientific tools yang lebih powerfull (Wertheim, 2004). Lalu bagaimana sejarah evolusi
pemikiran yang muncul waktu itu masih sangat terbatas dengan melihat organisasi
dan tidak melihat sisi manusia sebagai salah satu perspektif dalam organisasi. Oleh
karena itu, pada sesi awal tersebut organisasi dipandang sebagai sebuah sistem yang
tertutup. Dalam hal ini organisasi dianggap bebas dari faktor-faktor kontekstual. Baru
pada abad ke-19 pasca tahun 60-an organisai mulai dipandang sebagai sebuah sistem
8
yang terbuka, meskipun gagasan ini tidak mendominasi pemikiran para theorists
dipandang dari dimensi sistem, organisasi juga dipandang dari dimensi output. Namun
kedua sudut pandang ini belum terlihat jelas mengingat minimnya perspektif kontekstual
yang dilibatkan dalam perkembangan ilmu pada waktu itu. Baru pada pertengahan abad
18, dinamika human mulai diperkenalkan oleh Hawthorne (Robbins, 1979), sebagai salah
satu tokoh yang menempatkan analisa perilaku manusia dalam tatanan kerja (work).
Dalam dimensi ouptut ini organisasi dipandang dalam perspektif rasional -yang
menempatkan organisasi sebagai ‘alat’ untuk mencapai tujuan- dan perspektif sosial,
Tabel 1.
Periodisasi Perkembangan Perilaku Organisasi
Berdasarkan pada Tabel 1 di atas, dapat dipahami bahwa dasar pijakan dalam periodisasi
perkembangan teori organisasi adalah gagasan dan ide sentral yang mendominasi
9
pemikiran tentang organisasi tersebut. Secara ringkas, periodisasi tersebut dapat
1. Efisiensi mekanis menjadi tema sentral pada periode 1900-1930 dilihat dengan
kuat hingga akhir 1930-an sehingga organisasi lebih dipandang sebagai sistem
yang tertutup.
nampak dalam setting organisasi. Hal ini dipengaruhi oleh hasil-hasil studi
organisasi tidak saja dipandang dari sisi people and human, tetapi juga
menginspirasikan ide bahwa tidak ada satu model struktur organisasi yang paling
tepat dan dapat diterapkan dalam semua organisasi, kecuali model tersebut sesuai
4. Periode 1975 hingga sekarang merupakan tahap akhir dalam sesi evolusi
organisasi hingga abad 21. Pada tahap ini, kepentingan kekuasaan dan politik
10
Sementara itu, beberapa ide dan tokoh penting dalam evolusi teori organisasi penting
untuk dikemukakan untuk menggali pemikiran konstruktif sejarah dalam mendesain arah
riset ke depan. Beikut ini beberapa tokoh penting dan ide-idenya pada periodiasi sejarah
Theorist tipe 1 sering disebut dengan classical school yang mengembangkan prinsip-
prinsip universal yang dapat diaplikasikan dalam semua situasi. Organisasi dipandang
sebagai sistem tertutup yang diciptakan untuk mencapai tujuan secara efisien.
Frederick Taylor adalah seorang insinyur mekanik yang idenya dipengaruhi oleh paper
Engineer tahun 1886 dengan judul “The Enginer as Economist”. Publikasi buku
dari pembangunan teori dibidang manajemen dan teori. Tema utama dari scientific
management bahwa pekerjaan (work) khususnya blue-collar work dapat dipelajari secara
scientific. Taylor percaya bahwa tujuan analisis data yang dikumpulkan dari tempat kerja
dapat memberikan dasar untuk menentukan “one best way” untuk mengorganisasikan
kerja. Taylor mengusulkan kerangka kerja new science of work yang terdiri dari empat
prinsip: 1) Menemukan “one best way”, 2) Seleksi personalia secara sicentific, 3) Insentif
Dalam kaitannya dengan struktur dia memfokuskan pada cara terbaik (best way) untuk
11
Theorist Tipe 2
Tema utama dari theorist organisasi tipe 2 adalah pengakuan sifat sosial dari
organisasi. Teori ini sering disebut human relation school, yang memandang suatu
organisasi sebagai sistem yang berisi task (tugas) dan manusia (people).
antara tahun 1924 dan 1927 atau yang terkenal dengan Hawthorne study. Pada prinsipnya
studi ini ingin mengetahui pengaruh berbagai tingkat penyinaran terhadap produktivitas
pekerja. Studi di Western Electric ini mengikutsertakan konsultan psikologi dari Harvard
yaitu Elton Mayo untuk mengembangkan studi lebih lanjut yang memasukkan beberapa
eksperimen seperti desain kembali pekerjaan, perubahan lamanya waktu kerja, dan
manajemen dan teori organisasi. Hal ini merupakan era humanisme organisasi. Desain
pegawai dan hubungan manajer – karyawan tersebut (lihat pembahasan era human
relation).
Theorist Tipe 3
menyelesaikan masalah. Konflik antara tesis dan antitesis memberikan sintesis yang
(contigency approach)
12
Herbert Simon (Principles of Backlash)
Herbert Simon pada tahun 1940an telah mengakui tipe 1 harus diganti dengan pendekatan
kontijensi. Menurut Simon (dalam Luthans, 1995) semua prinsip-prinsip klasikal tidak
lebih dari proverbs (peribahasa) belaka dan banyak yang kontradiksi satu sama lainnya.
Dia mengatakan bahwa teori organisasi perlu berpikir lebih jauh dan tidak hanya
saling bertentangan. Diperlukan waktu kurang lebih 20 tahun bagi para teorist organisasi
Buku Daniel Katz dan Robert Kahn berjudul The Social Psychology of
(Robbins, 1979; Luthans, 1995). Buku itu memberikan deskripsi manfaat dari perspektif
sistem terbuka untuk melihat hubungan organisasi dengan lingkungan dan perlunya
organisasi beradaptasi terhadap perubahan lingkungan jika ingin survive. Pada akhir
Theorist Tipe 4
Pendekatan saat ini terhadap teori organisasi memfokuskan pada sifat politis dari
organisasi. Pendekatan ini awalnya dirintis oleh James March dan Herbert Simon, tetapi
March, Simon (Cognitive Limits to Rationality) dan Pfeffer Organisasi sebagai Arena
Politik
March dan Simon menantang teori klasik tentang pengambilan keputusan rational
atau optimum decision. Mereka menyatakan bahwa hampir sebagian besar pengambil
13
keputusan memilih alternative satisfactory didalam pengambilan keputusan dan bukan
maksimum utility. Jadi teori ini mengakui adanya batasan rasionalitas pengambil
keputusan dan mengakui juga adanya tujuan yang saling bertentangan (conflicting goals).
Sementara itu, Jeffrey Pfeffer mengembangkan teori March dan Simon untuk
menciptakan model teori organisasi yang mengakomodasi koalisi kekuatan, konflik yang
melekat terhadap tujuan, dan keputusan desain organisasi yang menyenangkan self
interest yang berkuasa. Dia berkesimpulan bahwa pengendalian dalam organisasi bukan
merupakan tujuan akhir seperti tujuan rasional yaitu output produksi yang efisien.
Organisasi terdiri dari koalisi berbagai kelompok dan individu yang memiliki demand
yang berbeda. Desain organisasi mencerminkan power struggles dari koalisi yang
berbeda ini.
dari berbagai aspek. Disamping aspek-aspek tinjauan periodisasi seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, Tabel 2 berikut ini merupakan periodisasi yang dipandang dari
dijelaskan berdasar isu sentral yang muncul, namun isu-isu tersebut dapat difragmet lagi
menjadi sub isu yang membedakan isu satu dengan lainnya. Misalnya saja, dekade 1910s
(classical school) memiliki kesamaan tema sentral dengan dekade 1930s (classical school
revisited), juga antara dekade 1920s (human relation) dengan dekade 1940s (group
dynamics). Perbedaannya terletak pada sub tema masing-masing dekade dan bukan pada
tema sentral.
14
Tabel 2.
Periodisasi evolusi teori organisasi berdasar dekade
Dekade Gagasan
Menekankan pembagian tenaga kerja dan pentingnya mesin untuk
Sebelum 1900
menfasilitasi tenaga kerja
Menjelaskan manajemen sebagai science engan tenaga kerja memiliki
1910s (Scientific tanggung jawab sepesifik yang berbeda, mendorong seleksi secara
Management) ilmiah, pelatihan dan pengembangan tenaga kerja serta kesamaan divisi
kerja antara tenaga kerja dan manajemen.
Mengelompokkan pekerjaan manajemen menjadi perencanaan,
organisasi, koordinasi aktivitas, komando tenaga kerja, dan pengendali
1910s (classical school)
kinerja. Basic prinsipnya disebut sebagai spesialisasi kerja, satuan
perintah, rantai komando dan koordinator aktivitas.
Menfokuskan pada pentingnya sikap dan feeling tenaga kerja,peran
1920s (human relation)
informal dan norma-norma yang dipengaruhi kinerja.
1930s (classical school
Penekanan kembali prinsip-prinsip klasik
revisited).
Mendorong partisipasi individu dalam pengambilan keputusan,
1940s (group dynamics)
diakuinya pengaruh kerja kelompok terhadap kinerja.
Menekankan pesanan, sistem, rationalitas, keseragaman adn konsistensi
1940s (Bureaucracy) dalam manajemen, menodorong keseuaian perlakuan bagi semua
tenaga kerja oleh manajemen.
Menekankan pada pentingnya kelompokm yang memiliki pemimpin
1950s (Leadership)
dalam tugas sosial, gagasan teori X dan Y.
Menyarankan bahwa kepuasan individu akn tercipta ketika mereka
1960s (Decision Theory)
membuat suatu keputusan
Kesesuain teknologi dankelompok kerja dalam memahami sistem
1960s (Sociotechnical school)
kerja.
1960s (environment and Menjelaskan keberadaan sturktur mekanistik dan organis dan efektifitas
technology system) keduanya dalam lingkungan dan teknologi tertentu.
Organisasi direpresentasikan sebagai sistem yang terbuka dengan
1970s (teori sistem) transformasi input,ouput dan feedback, sistem bekerja dalam
keseimbangan.
Menekankan keseuaian (fit) antara proses organisasi dengan
1980s (Contingency Theory) karakteristik situasi, disebut sebagai kesesuian struktur organisasi
dengan berbagai variabel kontinjensi
Sumber: Wetheim, 2004.
akuntansi keperilakuan tidak dapat terlepas dari evlousi teori organisasi yang akhirnya
15
yang terjadi dalam perilaku organisasi akan diikuti oleh perkembangan dinamika
dapat ditunjukkan bahwa muara evolusi hingga sekarang masih berkonsentrasi pada
desain kontinjensi. Hal yang sama juga terjadi dalam akuntansi keperilakuan, dimana
teori kontinjensi telah ‘menjamah’ akuntansi hingga overhandle terhadap teori yang lain
seperti agency theori. Meskipun demikian, keberadaan teori kontinjensi dalam wilayah
akuntansi perilaku seperti muncul tanpa akar dan bagai ‘siluman’. Padahal, akar utama
teori tersebut adalah desain sistem, yang dalam perspektif perilaku organisasi dikatakan
sebagai desain sistem organisasi, dan dalam akuntansi keprilakuan dikatakan sebagai
memiliki akar yang sama, namun keduanya memiliki tujuan yang berbeda. Perilaku
akuntansi keperilakuan bertujuan how to explain and predict of human behavior in all
Galbraith (dalam Kennis, 1979) menyatakan bahwa tidak ada desain organisasi
yang terbaik bagi suatu organisasi, kecuali kesesuaian desain tersebut dengan
kontinjensi, model terbaik bagi organisasi tergantung pada kesesuaian organiasi tersebut
16
dengan sifat-sifat lingkungan dimana organisasi tersebut berada. Teori kontinjensi
merupakan sebuah hipotesa bahwa organisasi yang memiliki desain internal yang sesuai
lingkungan yang dihadapi organisasi, semakin beragam pula struktur dan desain
organisasi yang dibutuhkan. Lebih lanjut, semakin beragam tingkat kesulitan dalam
koordinasi aktivitas sub unit, semakin banyak pula kebutuhan-kebutuhan dalam aplikasi
koordinasi.
kontinjensi telah memberikan hasil yang beragam dalam mencari format hubungan desain
faktor seperti desain metodologi, penggunaan alat analisis dan pendekatan teori.
Berikut ini hasil-hasil riset dibidang sistem kontrol akuntansi berbasis kinerja
yang dilakukan oleh para peneliti terdahulu yang memberikan hasil-hasil riset yang
17
berbeda. Eksplorasi hasil riset empiris ini merupakan suatu cara untuk menarik
kinerja atau terhadap variabel lainnya, misalnya tekanan kerja (Binberg, Shield dan
Young, 1990; Kren, Liao, 1988; Merchant, 1989; Shield, 1998; Young, 1988; Shields,
hubungan langsung antara sistem kontrol sebagai variabel independent dengan kinerja
dengan kinerja tersebut. Model yang demikian dikenal dengan desain direct effect.
Sedikit sekali penelitian yang menguji hubungan antara sistem kontrol dengan kinerja
melalui variabel lain yang berfungsi sebagai variabel mediasi. Dengan kata lain, masih
jarang sekali penelitian yang menguji hubungan antara sistem kontrol dengan kinerja
dengan menggunakan model tidak langsung yang dikenal dengan desain indirect effect
Riset yang dilakukan oleh Chong V.K. (1996), Chong V.K et al (2001), Chong
V.K. and Chong KM, (2004) menunjukkan bahwa variabel kontekstual dapat disetting
melalui dua cara, sebagai moderating atau mediating variables. Hasil-hasil riset mereka
seperti Bimberg, I., Shield M., & Young (1990); Young (1995), Merchant (1981) yang
18
(budget participation, operational control, management control system, etc) dengan
kinerja.
studi-studi tersebut hanya melibatkan satu variabel sistem kontrol. Dalam praktik
menunjukkan bahwa sebuah unit bisnis memiliki lebih dari satu komponen sistem kontrol
sebagai sebuah kesatuan sistem. Oleh karena itu sangat penting dalam studi lanjutan
komponen tersebut berikteraksi dengan variabel lain dalam meningkatkan kinerja unit
bisnis.
satu variabel dependen, seperti tekanan kerja, kinerja dan konflik peran. Sementara itu
sangat jarang sekali penelitian terdahulu yang melibatkan lebih dari satu variabel
dependen, sebagai sebuah akibat dari penerapan sistem kontrol yang ada. Dalam
penelitian sekarang ini, perlu diupayakan sebuah desain penelitian yang tidak hanya
melibatkan satu variabel dependen. Mengingat sistem kontrol dianggap sebagai sebuah
sistem dalam unit bisnis, maka keterkaitan antara sistem kontrol yang satu dengan yang
lainnya perlu diuji dan dapat dinyatakan sebagai sebuah hubungan antara variabel
independen dan dependen. Oleh karena itu desain penelitian selanjutnya tidak saja
melibatkan berbagai variabel dari luar sistem kontrol sebagai variabel dependen, tetapi
juga diperlukan keterlibatan variabel sistem kontrol yang lainnya. Misalnya saja,
19
partisipasi standar setting dapat mempengaruhi secara langsung terhadap kinerja, tetapi
mengingat adanya hubungan yang signifikan antara partisipasi standar setting dengan
standar keketatan dan antara variabel standar keketatan dengan kinerja (Merchant, 1985;
Shilds, Deng, dan Kato, 2000), maka model pengujian alternatif perlu didesain dengan
interaksi/moderating). Model ini memiliki implikasi yang berbeda dengan model indirect
effect (mediasi). Model indirect effect mampu menjawab berbagai persoalan yang
muncul sebagai akibat implikasi riset. Bollen (1989) menyatakan model indirect effect
hubungan yang positif. Namun hubungan yang negatif justru dapat terjadi ketika
dikaitkan secara tidak langsung. Hal ini dikarenakan partisipasi kegiatan kesejahteraan
Sementara itu dari aspek metodologi diketahui, bahwa metode pendekatan diduga
mempunyai pengaruh kuat terhadap perbedaan hasil-hasil studi kontinjensi. Drazin dan
Van De Ven (1985) mengelompokkan berbagai pendekatan uji yang dilakukan para
peneliti terdahulu dengan 3 kelompok pendekatan: Seleksi, Interaksi dan Sistem. Dalam
perusahaan tanpa melibatkan variabel kontekstual dalam desain statistik. Persamaan yang
hanya dalam desain pemilihan sampel berdasarkan judgement atau purposive sampling
20
dengan kriteria memisahkan antara sampel perusahaan yang memiliki setting
yang tidak memiliki karakteristik demikian. Dalam pendekatan interaksi, peneliti menguji
residual analysis atau moderating model, dan melibatkan variabel kontekstual dalam
metode residual analysis, adalah hanya ada satu variabel kontekstual yang terlibat dalam
analisis. Jika peneliti mengharapkan lebih dari satu variabel kontekstual, maka peneliti
harus melakukan lebih dari satu pengujian sesuai jumlah variabel kontekstual yang
terlibat. Model pengujian yang demikian dapat memberikan hasil riset yang bias. Dalam
pendekatan sistem, memungkinkan bagi peneliti untuk menguji hubungan fit sistem
model ANOVA dengan pengukuran fit dari metode Eucleudiance Distance Measure.
pendekatan sistem. Perlu dipikirtakn dan dicermati arah riset ke depan dengan
V. Kesimpulan
21
mengakses berbagai disiplin ilmu dan teori, namun tampaknya teori kontinjensi memberi
pengaruh yang dominan dalam disiplin ilmu dan riset-riset akuntansi keperilakuan.
fenomena hubungan antar variabel dalam riset. Investigas atas riset-riset terdahulu
menunjukkan bahwa perbedaan hasil-hasil riset tersebut disebabkan oleh setting riset
dalam hal pemahaman logis atas konstruksi hubungan antar variabel dan aspek
metodologi.
terutama berkaitan dengan psikologi periluku manusia. Namun fakta dan fenomena sosial
kadang memberi pengaruh yang tak terduga dari konstruksi hubungan antar variabel yang
hasil yang berbeda karena aspek kelebihan dan keterbatasan metode statistik yang
digunakan.
Arah riset ke depan di bidang akuntansi keperilkuan yang berbasis kontinjensi perlu
dipertimbangkan kedua faktor penting tersebut di atas. Arah riset ke depan setidaknya
hasil riset. Ketepatan metodologi yang digunakan pada akhirnya akan mengacu pada
22
References:
Gsoreserach, 2004
http://www.gsoresearch.com/behavioralaccounting/behavioralaccounting.htm
Kennis (1979)
Effects of Budgetary goal characteristics on managements attitudes and
Performances. The Accounting Review, 1979, 54, 707-721.
23
Luthans, Fred, (1995), Organizational Behavior, International edition, Mc.Graw-Hill
Book Co.
Merchant, K (1981)
The design of Corporate budgeting systems : influences on managerial behavior
and performance , The Accounting Review, pp. 56, 813, 829
24
25