Akuntansi sumber daya manusia bukanlah merupakan suatu isu baru dalam bidang
ekonomi. Para ekonom mempertimbangkan modal manusia sebagai suatu faktor produksi, dan
mereka mengeksplorasi dengan cara yang berbeda dari pengukuran investasi dalam pendidikan,
kesehatan dan bidang-bidang lain. Para akuntan telah memperkenalkan niali dari aktiva-aktiva
manusia lebih kurang selama 70 tahun.
Riset dalam akuntansi sumber daya manusia yang benar dimulai pada tahun 1960an oleh
Rensis Likert. Likert mempertahankan perencanaan jangka panjang dengan tekanan yang kuat
pada variabel-variabel kualitatif sumberdaya manusia, menghasilkan manfaat-manfaat yang lebih
besar pada jangka panjang.
Ada dua alasan untuk memasukkan riset sumber daya manusia dalam akuntansi.
Pertama, orang-orang merupakan sumber daya yang berharga bagi perusahaan sepanjang mereka
memberikan jasa yang dapat diukur. Perusahaan tidak perlu memiliki seseorang untuk
mempertimbangkan sumberdaya. Kedua, nilai dari seseorang sebagai sumber daya bergantung
pada bagaimana ia dipekerjakan. Jadi, gaya manajemen juga akan memengaruhi nilai sumber
daya manusia.
Keterbatasan riset akuntansi dalam bidang sistem informasi akuntansi adalah kesulitan
untuk membuat generalisasi, meskipun berdasarkan pada studi sistem akuntansi yang lebih awal.
Hal ini jelas bahwa desain sistem memengaruhi penggunaan informasi. Informasi akan
mendorong penggunaan keunggulan teknologi saat ini, seperti data imaging, networks, akses
data dinamik melalui sistem pengoperasion, menyarankan pertimbangan peluang untuk riset
akuntansi dalam bidang sistem akuntansi. Riset ini akan lebih berhasil jika fokusnya pada
domain spesifik variabel-variabel yang unik terhadap sistem akuntansi dan kontek keputusan
akuntansi seperti standar profesi dan analisis pengecualian.
8.Riset Perpajakan
Riset akuntansi dalam bidang perpajakan telah memfokuskan diri pada tax compliance
dengan melakukan pengujian variabel psikologi dan lingkungan. Bermacam-macam variabel
yang diuji, sering dengan hasil campuran menyarankan bahwa perilaku tax compliance adalah
hasil yang kompleks. Alma (1991) menyebutkan pengujian teori alternatif dari perilaku tax
compliance yang memberikan kegagalan ekspektasi teori utilitas untuk penjelasan secara lengkap
terhadap keputusan compliance. Riset akuntansi dalam bidang perpajakan saat ini telah
membentuk bermacam-macam perilaku pengetahuan dari riset akuntansi dalam bidang
pengauditan.
Interdependensi hubungan antara autoritas perpajakan dan kontribusi wajib pajak pada
kompleksitas perilaku digambarkan Colins dan Plumlee (1991). Pada bagian lain, dengan
mendasarkan pada teori agensi, riset menemukan bahwa subjek memilih sendiri kontrak
pekerjaan menurut faktor yang sesuai dengan kompensasi yang diharapkan. Wajib pajak dapat
secara efektif memengaruhi kemungkinan audit melalui keputusan pelaporannya. Potensi lain
untuk riset akuntansi dalam bidang perpajakan dan pengauditan merupakan studi perilaku yang
jarang dilakukan. Pengauditan oleh kantor pajak jarang dilakukan untuk wajib pajak seperti
kesalahan pelaporan keuangan bagi auditor. Konsekuensinya, banyak literatur psikologi
mempunyai implikasi terhadap perilaku berdasarkan pada kejadian umum yang tidak dapat
diaplikasikan dalam konteks pengauditan dan perpajakan (Ashton, 1991). Oleh karenanya,
dengan pengecualian bahwa berbagai literatur psikologi tersebut tidak ditujukan untuk riset
akuntansi khusus pada bidang perpajakan atau pengauditan (Nelson, 1992).