Para akuntan dan manajer professional menyadari kebutuhan akan tambahan informasi
ekonomi yang dihasilkan sistem akuntansi. Oleh karena itu informasi ditambah tidak hanya
melaporkan data-data keuangan tetapi data-data non keuangan yang terkait dalam proses
keperilakuan dari berbagai pihak yang terkait dengan informasi yang dihasilkan oleh system.
Ruang lingkup akuntansi keperilakuan sungguh luas, antara lain: 1) aplikasi dari konsep
ilmu keprilakuan terhadap desain dan konstruksi sistem akuntansi. 2) studi reaksi manusia
terhadap format dan isi laporan akuntansi, 3) cara dimana informasi diproses untuk membantu
prilaku para pemakai data, dan 5) pengembangan strategi guna memotifasi dan memengaruhi
prilaku, cita-cita, serta tujuan dari orang yang mnjalankan organisasi. Secara umum, lingkup
system akuntansi.
Sangatlah banyak keuntungan ekonomi dan keuntungan manusia yang didapat dari pengenalan
aspek keperilakuan dalam akuntansi. Riset menunjukkan bahwa jika seorang Manager yang sadar
terhadap aspek keperilakuan dari akuntansi akan memanggil orang-orang yang terlibat guna
menyelidiki lebih lanjut bagaimana mereka memandang inovasi tersebut, apakah menguntungkan atau
sebaliknya, dan apakah mereka takut dengan inovasi itu.
Seorang akuntan keperilakuan pasti ingin mengetahui penyebab dari sikap dan perilaku yang
sepertinya akan diulang di masa mendatang. Jika yang terulang adalah perilaku yang tidak diinginkan
maka dapat disimpulkan terdapat proses penyusunan anggaran yang tidak efesien. Oleh karena itu
akuntan keperilakuan akan mendukung strategi untuk mengubah keadaan perilaku untuk membuatnya
sesuai dengan fungsi organisasi yang diinginkan.
Untuk itu dapat disimpulkan tujuan dari akuntan keperilakuan adalah mengukur dan
mengevaluasi faktor-faktor keperilakuan yang relevan dan mengomunikasikan hasilnya guna
pengambilan keputusan internal dan eksternal.
Pengambilan keputusan dengan menggunakan laporan akuntansi dapat menjadi lebih baik jika
laporan tersebut banyak mengandung informasi yang relevan. Akuntan mengakui adanya fakta ini
melalui prinsip akuntansi yang dikenal dengan pengungkapan penuh (full disclosure).
Bentuk lanjut dari gambaran ekonomi suatu perusahaan secara logis memerlukan aplikasi dari
prinsip pengungkapan penuh. Untuk itu diperlukan suatu masukan informasi keperilakuan guna
melengkapi data keuangan dan data lain yang dilaporkan. Sejak meningkatnya pengakuan terhadap
beberapa aspek perilaku dan sosial dari akuntansi belakangan ini, terdapat suau kecenderungan untuk
memandang bagian akuntansi yang lebih substansial secara lebih luas. Menurut pandangan para akuntan
perusahaan dan masyarakat akademis mulai mengambangkan perspektif mereka sendiri dalam
mendekati beberapa pengertian yang mendalam mengenai pemahaman atas perilaku manusia pada
organisasi.
alasan atau sebab perilakunya (Luthans, 1998 serta Steers, 1988). Teori ini dikembangkan oleh
Fritz Heider yang mengargumentasikan bahwa perilaku seseorang itu ditentukan oleh
kombinasi antara kekuatan internal (internal forces) yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam
diri seseorang misalnya kemampuan atau usaha dan eksternal forces yaitu faktor-faktor yang
b) Expectancy Theory. Teori ini sebenarnya telah mulai dikembangkan sejak tahun 1930an.
Dalam expectancy theory motivasi individu ditentukan oleh expentancies dan valences.
misalnya bekerja lebih keras) akan menimbulkan hasil tertentu (seperti misalnya kenaikan
gaji). Valences berarti nilai yang diberikan individu atas outcome (hasil) atau rewards yang
c) Goal Theory. Teori ini mula-mula dikembangkan oleh Edwin A. Locke (1968). Teori ini
mengemukakan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh dua cognitions yaitu values dan
intentions (atau tujuan). Yang dimaksud dengan values adalah apa yang dihargai seseorang
Pada awal perkembangannya, desain riset dalam bidang akuntansi manajemen masih sangat
sederhana, yaitu hanya memfokuskan pada masalah-masalah perhitungan harga pokok produk. Seiring
dengan perkembangan teknologi produksi, permasalahan riset diperluas dengan diangkatnya topic
mengenai penyusunan anggaran, akuntansi pertanggungjawaban, dan masalah harga transfer. Meskipun
demikian, berbagai riset tersebut masih bersifat normatif.
Pada tahun 1952 C. Argyris menerbitkan risetnya pada tahun 1952, desain riset akuntansi
manajemen mengalami perkembangan yang signifikan dengan dimulainya usaha untuk
menghubungkan desain system pengendalian manajemen suatu organisasi dengan perilaku manusia.
Sejak saat itu, desain riset lebih bersifat deskriptif dan diharapkan lebih bisa menggambarkan kondisi
nyata yang dihadapi oleh para pelaku organisasi.