Anda di halaman 1dari 3

Nama : Charlita Pratiwi

Nim : 2001020019
Kelas : 6C1 Akuntansi
MK : Akuntansi Keprilakuan

RANGKUMAN BAB 1 : PENGANTAR AKUNTANSI KEPERILAKUAN

1. Pendahuluan
Perkembangan akuntansi dari sistem buku berpasangan. Pada awalnya, pencatatan transaksi
perdagangan dilakukan dengan cara sederhana, yaitu dicatat pada batu, kulit kayu, dan sebagainya.

2. Akuntansi Keperilakuan
Akuntansi merupakan suatu sistem yang digunakan untuk memberikan informasi keuangan yang
digunakan para pemakainya dalam rangka proses pengambilan keputusan bisnis. Tujuan informasi
tersebut adalah untuk dapat mengalokasikan sumber daya dan mengoptimalkan pada aktivitas bisnis
dan ekonomi. Tetapi, dalam keputusan bisnis tersebut tidak lepas dari aspek keperilakuan manusia,
sehingga akuntansi bukanlah sesuatu yang statis, tetapi akan selalu berkembang sepanjang waktu
seiring dengan perkembangan lingkungan akuntansi, agar dapat memberikan informasi yang
dibutuhkan oleh penggunanya (Khomsiyah dan Indriantoro, 2000).
Aspek keperilakuan pada bidang akuntansi, baik dari pihak pelaksana dan penyusun laporan
keuangan adalah seseorang atau kumpulan yang mengoperasikan sistem informasi akuntansi dari
awal hingga akhir terwujudnya laporan keuangan, sehingga pihak pelaksana dan penyusun
memainkan peranan yang penting dalam memopang kegiatan atau operasi harian organisasi.

3. Akuntansi Konvensional
Dengan semakin majunya peradapan manusia menyebabkan pentingnya pencatatan,
pengihktisaran dan pelaporan sebagai bagian dari proses transaksi. Sehingga akuntansi sebagai hasil
dari proses transaksi telah mengalami metamorfosis yang panjang untuk menjadi bentuk yang
modern seperti saat ini.

4. Akuntansi Adalah Sistem.


Jackson (1986) mengemukakan beberapa alasan mengapa keterlibatan manajemen puncak dalam
pengembangan sistem informasi merupakan hal yang penting, yaitu :
a) Pengembangan sistem merupakan bagian yang terintegrasi dengan perencanaan perusahaan.
b) Manajemen puncak merupakan fokus utama dalam proyek pengembangan sistem.
c) Manajemen puncak menjamin penekanan tujuan perusahaan daripada aspek teknisnya.
d) Pemilihan sistem yang akan dikembangkan didasarkan pada kemungkinan manfaat yang akan
diperoleh dan manajemen puncak mampu untuk menginterprestasikan hal tersebut.
e) Keterlibatan manajemen puncak akan memberikan kegunaan dan pembuatan keputusan yang
lebih baik dalam pengembangan system

Untuk mengukur keterlibatan pemakai ini, Ives dan Olson (1984) mengemukakan enam
tingkatan keterlibatan pemakai dalam pengembangan sistem informasi, yaitu :
a) Tidak ada keterlibatan (no-involvement)
b) Keterlibatan simbolis (symbolic involvement)
c) Keterlibatan atas saran orang lain (involvement by advice)
d) Keterlibatan dengan pengendalian yang lemah (involvement by weak control)
e) Keterlibatan dengan melakukan (involvement by doing)
f) Keterlibatan dengan pengendalian yang kuat (involvement by strong control.

5. Akuntansi Adalah Informasi


Akuntansi dapat dipandang sebagai suatu informasi. Perusahaan harus berupaya untuk
mengoptimalkan peran informasi ini untuk mencapai tujuannya. Informasi yang diperlukan oleh
manajemen harus memiliki karakteristik seperti akurat dan tepat waktu. Tersedianya informasi
secara cepat, relevan, dan lengkap lebih dikarenakan adanya kebutuhan yang sangat dirasakan oleh
masing-masing unit bisnis untuk mendapatkan posisi keunggulan kompetitif. Agar proyek
pengembangan sistem informasi tidak sia-sia,

6. Akuntansi Sebagai Suatu Sistem Informasi


Akuntansi selalu dipandang sebagai suatu sistem informasi. Pandangan ini mengasumsikan
akutansi sebagai suatu proses yang menghubungkan sumber informasi atau transmitter (biasanya
akuntan), saluran komunikasi, dan sekumpulan penerima (pengguna eksternal). Dengan
menggunakan istilah dalam proses komunikasi, akuntansi dapat didefinisikan sebagai “proses
menyendikan sejumlah observasi ke dalam bahasa sistem akuntansi, memanimpulasi sinyal sistem
pelaporan, dan mengawasandikan (decoding) serta mentransmisikan hasilnya.

7. Perkembangan Sejarah Akuntansi Keperilakuan


Penelitian akuntansi keperilakuan dapat dikatakan dimulai tahun 1952 ketika Agryris dibiayai
oleh Controllership Foundation meneliti “The impact of Budgets om People”, yang kemudian
dilanjutkan ladi oleh Agryris di tahun 1953 dalam jurnal Harvard Business Review dengan judul
“Human Problems with Budgets”. Bahkan penelitian Agryris ini mendahului Maslow, McGregor
atau Likert yang dianggap sebagai pionir penelitia bidang keperilakuan dalam bisnis.
Namun, istilah akuntansi keperilakuan itu sendiri baru muncul pada tahun 1967 dalam artikel
Journal of Accounting Research oleh Becker yang mereview tulisan Coo (1967). Becker lebih lanjut
mengatakan bahwa perbedaan penelitian akuntansi keperilakuan dengan bidang lain adalah
penelitian akuntansi mengaplikasi teori dan metodologi dari ilmu keperilakuan untuk memeriksa
persinggungan antara informasi dan proses akuntansi dengan perilaku manusia (termasuk perilaku
organisasi).
Pada bulan Juni 1951, Controllership Foundation of America mensponsori suatu riset untuk
menyelidiki dampak anggaran terhadap manusia.
Mulai dari tahun 1960 sampai 1980-an, jumlah artikel mengenai akuntansi keperilakuan semakin
meningkat. Artikel pertama menggambarkan mengenai akuntansi keperilakuan, sementara artikel
selanjutnya membahas mengenai teori dan konsep ilmu pengetahuan keperilakuan dalam kaitannya
dengan akuntansi serta implikasinya bagi prinsip-prinsip akuntansi dan praktisnya.
Jurnal yang secara khusus memuat mengenai akuntansi keperilauan masih belum ada sampai
dengan tahun 1976 ketika munculnya jurnal baru dengan judul “Accounting, Organization, and
Society”.
Jurnal yang secara khusus memuat mengenai penelitian akuntansi keperilakuan baru lahir pada
tahun 1989. Jurnal ini di beri nama Behavioral Reseach in Accounting (di kenal dengan sebutan
BRIA).
Penelitian akuntansi keperilakuan di Indonesia sudah semakin berkembang, menjelang pergantia
abad ke 20 menuju ke abad ke 21, semakin banyak jurnal akuntansi yang muncul dan terakreditasi
yang memungkinkan banyaknya publikasi penelitian akuntansi keperilakuan. Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia (JRAI) yang diterbitkan oleh IAI Kompartemen Akuntan Pendidik pertama
kali terbit pada tahun 1998 telah didomonasi oleh penelitian akuntansi keperilakuan. Jurnal ini
dipandang sebagai salah satu jurnal akuntansi yang bermutu dipandang dari pengelolanya dari IAI
Kompartemen Akuntan Pendidik, Pereviewnya mayoritas doktor akuntansi dari penjuru nusantara,
dan penerbitannya rutin.

8. Landasan Teori Dan Pendekatan Akuntansi Keperilakuan


Hudayati (2002) menjelaskan bahwa sebagai bagian dari ilmu keperilakuan (behavior science),
teori-teori akuntansi keperilakuan dikembangkan dari riset empiris atas perilaku manusia dalam
organisasi. Dengan demikian, peranan riset dalam pengembangan ilmu itu sendiri tidak diragukan
lagi.
a) Dari Pendekatan Normatif ke Deskriptif
Pada tahun 1952 Argyris menerbitkan risetnya pada tahun 1952, desain riset akuntansi
manajemen mengalami perkembangan yang signifikan dengan dimulainya usaha untuk
menghubungkan desain system pengendalian manajemen suatu organisasi dengan perilaku
manusia. Sejak saat itu, desain riset lebih bersifat deskriptif dan diharapkan lebih bisa
menggambarkan kondisi nyata yang dihadapi oleh para pelaku organisasi. Dari penelitian
Argyris yang berjudul ’’The Impact of Budget on People”, mulai saat itu tumbuhlah
kesadaran untuk mengintegrasikan ilmu akuntansi dan ilmu-ilmu keperilakuan terutama
ilmu psikologi dalam penelitian akuntansi.
b) Dari Pendekatan Universal ke Pendekatan Kontijensi.
Riset keperilakuan pada awalnya dirancang dengan pendekatan universal (universalistic
approach), seperti riset Argyris (1952), Hopwood (1972), dan Otley (1978).
Secara ringkas, berbagai variabel kontinjensi yang mempengaruhi desain sistem
pengendalian manajemen tersebut adalah sebagai berikut:
 Ketidakpastian (uncertainty) seperti tugas, rutinitas, repetisi, dan faktorfaktor eksternal
lainnya.
 Teknologi dan saling ketergantungan (technology and interdependence) seperti proses
produksi, produk masal, dan lainnya.
 Industri, perusahaan, dan unit variabel seperti kendala masuk ke dalam industri, rasio
konsentrasi, dan ukuran perusahaan.
 Strategi kompetitif (competitive strategy) seperti penggunaan biaya rendah atau
keunikan.
 Faktor-faktor yang dapat diamati (observability factor) seperti desentralisasi, sentralisasi,
budaya organisasi dan lainnya

Penelitian yang tergolong awal menggunakan teori kontijensi adalah Bruns dan Waterhouse
(1975) yang menemukan bahwa pengendalian melalui anggaran tergantung pada bermacam-
macam aspek seperti tingkat desentralisasi dan sentralisasi dan sampai sejauh mana kegiatan-
kegiatan yang ada terstruktur. Merchant (1981) menemukan bahwa terdapat hubungan kontijensi
antar aspek-aspek perusahaan (ukuran perusahaan, jenis produk dan desain organisasi) dengan
penggunaan informasi akuntansi). Penelitian Chenhall dan Morris (1986), meneliti tentang
hubungan antara variabel kontinjensi ketidakpastian lingkungan dan ketergantungan organisasi
terhadap hubungan antara struktur organisasi dan persepsi atas manfaat sistem akuntansi.

Anda mungkin juga menyukai