Npm : 011401434
Akuntansi Keperilakuan merupakan bagian dari akuntansi dan ilmu sosial. Akuntansi
Keperilakuan banyak mencoba membahas tentang bagaimana perilaku manusia dapat
mempengaruhi data-data akuntansi dan pengambilan keputusan bisnis, serta sebaliknya,
bagaimana informasi akuntansi berpengaruh terhadap pengambilan keputusan bisnis dan
perilaku manusia.
Akuntansi Konvensional
Sistem informasi yang baru dapat juga menimbulkan hubungan kerja yang
baru diantara karyawan yang ada, perubahan pekerjaan, bahkan mungkin
perubahan struktur organisasi. Dukungan manajemen puncak merupakan suatu
faktor penting yang menent penting yang menentukan efektukan efektivitas
penerimaan sistem informasi dalam organisasi.
Riset akuntansi keperilakuan merupakan suatu bidang baru yang secara luas
berhubungan dengan perilaku individu, kelompok, dan organisasi bisnis, terutama yang
berhubungan dengan proses informasi akuntansi dan audit. Studi terhadap perilaku akuntan
atau perilaku dari non akuntan telah banyak dipengaruhi oleh fungsi akuntan dan laporan
(Hofstede dan Kinerd, 1970). Riset akuntansi keperilakuan meliputi masalah yang
berhubungan dengan:
Pada bulan Juni 1951, Controllership Foundation of America mensponsori suatu riset untuk
menyelidiki dampak anggaran terhadap manusia. Sejumlah penjelasan dan kesimpulan dari
hasil riset mengenai perangkap keperilakuan pada anggaran dan pembuatan anggaran dalam
banyak pemikiran masih bersifat sementara, dan oleh karena itu masih perlu disempurnakan.
Paradigma riset perilaku yang dilakukan oleh Steadry (1960) dalam disertasinya telah
menggali pengaruh anggaran motivasional dengan menggunakan suatu eksperimen analog.
Selanjutnya disusul oleh karya Benston (1963) serta Churcil dan Cooper (1965) yang
memfokuskan pada akuntansi manajerial dan pengaruh fungsi akuntansi pada perilaku. Riset-
riset ini berlanjut pada tahun 1970-an dengan satu rangkaian studi oleh Mock (1969-1973),
Barefield (1972), Magee dan Dickhout (1978), Benbasat dan Dexter (1979). Fokus dari studi-
studi tersebut adalah pada akuntansi manajerial, namun penekanannya mengalami pergeseran
dari pengaruh fungsi akuntansi ke perilaku terhadap pemrosesan informasi oleh pembuat
keputusan. Studi yang mempengaruhi bidang ini dilakukan oleh Ashton (1974) dan Libby
(1975), yang membantu membentuk suatu standar dalam desain eksperimental dan validitas
internal untuk pertimbangan riset yang diikuti.
Mulai dari tahun 1960 sampai 1980-an, jumlah artikel mengenai akuntansi keperilakuan
semakin meningkat. Artikel pertama menggambarkan mengenai akuntansi keperilakuan,
sementara artikel selanjutnya membahas mengenai teori dan konsep ilmu pengetahuan
keperilakuan dalam kaitannya dengan akuntansi serta implikasinya bagi prinsip-prinsip
akuntansi dan praktisnya. Pertumbuhan studi akuntansi keperilakuan mulai muncul dan
berkembang, terutama diprakarsai oleh akademisi profesi akuntan. Penggabungan aspek-
aspek perilaku pada akuntansi menunjukkan adanya pertumbuhan minat akan bidang riset ini.
Berbagai variabel perilaku yang terus dipelajari oleh para akuntan terkait dengan akuntansi
dapat dilihat pada gambar dibawah ini,
Landasan Teori dan Pendekatan Akuntansi Keperilakuan
Hidayati (2002) menjelaskan bahwa sebagai bagian dari ilmu keperilakuan (behavior
science), teori-teori akuntansi keperilakuan dikembangkan dari riset empiris atas perilaku
manusia dalam organisasi. Dengan demikian, peranan riset dalam pengembangan ilmu itu
sendiri tidak diragukan lagi.
Pada awal perkembangannya, desain riset dalam bidang akuntansi manajemen masih
sangat sederhana, yaitu hanya memfokuskan pada masalah-masalah perhitungan harga pokok
produk. Seiring dengan perkembangan teknologi produksi, permasalahan riset diperluas
dengan diangkatnya topic mengenai penyusunan anggaran, akuntansi pertanggungjawaban,
dan masalah harga transfer. Meskipun demikian, berbagai riset tersebut masih bersifat
normatif.
Pada tahun 1952 C. Argyris menerbitkan risetnya pada tahun 1952, desain riset akuntansi
manajemen mengalami perkembangan yang signifikan dengan dimulainya usaha untuk
menghubungkan desain system pengendalian manajemen suatu organisasi dengan perilaku
manusia. Sejak saat itu, desain riset lebih bersifat deskriptif dan diharapkan lebih bisa
menggambarkan kondisi nyata yang dihadapi oleh para pelaku organisasi.
Pengukuran Laba
Konsep Laba
Laba adalah kenaikan asset dalam satu periode akibat kegiatan produktif yg
dapatdibagi atau di didistribusi kepada kreditor,pemerintah, pemegang saham (dalambentuk
bunga, pajak, dan deviden) tanpa mempengaruhi keutuhan ekuitas pemegangsaham semula.
Laba merupakan hal yang penting dan mendasar dari laporan keuangan dan memiliki banyak
kegunaan di berbagai konteks.
a) Laba akuntansi yang didasarkan pada transaksi actual yang dilakukan oleh perusahaan
( terutama laba yang muncul dari penjualan barang atau jasa dikurangi biaya-biaya
yang di butuhkan untuk berhasil melakukan penjualan tersebut )
b) Laba akuntansi didasarkan pada postulate periode dan mengacu pada kinerja
keuangan dari perusahaan selama satu periode tertentu.
c) Laba akuntansi didasarkan pada prinsip laba dan membutuhkan definisi, pengukuran,
dan pengakuan pendapatan.
d) Laba akuntansi meminta adanya pengukuran beban-beban dari segi biaya historisnya
terhadap perusahaan yang menunjukan ketaatan yang tinggi pada prinsip biaya.
e) Laba akuntansi meminta penghasilan yg realisasi di perusahaan tersebut dihubungkan
dengan biaya-biaya relevan yang terkait.
berguna sebagai penentu bagi praktik-praktik dan pola pikir para pengambil
keputusan.
Laba akuntansi didasarkan pada transaksi-transaksi actual dan factual.
Dengan mengandalkan prinsip realisasi untuk pengakuan pendapatan,laba akuntansi
memenuhi kriteria dan konservatisme.
Berguna untuk tujuan pengendalian.
tidak mampu mengakui kenaikan nilai yang belum terealisasi dari aktiva yang
dimiliki dalam satu periode tertentu akibat penerapan biaya historis dan prinsip-
prinsip realisasi.
Adanya ketergantungan laba akuntansi pada prinsip biaya historis menjadikan
komparabilitas menjadi sulit untuk dilakukan.
Adanya ketergantungan laba akuntansi pada prinsip realisasi ,prinsip biaya historis
dan konservatisme yang dapat menghasilkan data yang menyesatkan dan tidak relevan
bagi penggunanya.
SFAC 1 mengatakan bahwa laba untuk membantu mereka menetapkan prospekarus kas
bersih perusahaan, tetapi mereka sering menggunakan laba untuk membantu mereka
mengevaluasi daya menghasilkan laba. Harapan akan laba masa depan dipandang harus
digunakan oleh banyak investor sebagai faktor utama untuk meramal distribusi deviden masa
depan.
Pengukuran Laba
Pengukuran laba adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengukur dan
memasukkan setiap unsur laporan keuangan dalam neraca dan laporan laba rugi, alasan yang
mendasar mengapa pengukuran laba memimbulkan masalah bagi akuntan adalah karena tidak
adanya definisi yang tepat mengenai laba, faktor penting lainnya adalah karena perlu
dibuatnya keputusan-keputusan diseratai berbagai hal dalam usaha untk mencapai
pengukuran tersebut. Dengan demikian penelitian yang sungguh-sungguh diarahkan kepada
penetapan laba itu, tiga pendekatan yang banyak dikenal pada pengukuran laba adalah seperti
yang dikemukakan oleh Donald E. Kieso, Jerry J. Weygandt dan Terry D. Warfield yang
diterjemahkan oleh Emil Salim (2002:153) menyatakan bahwa:
Laba berasal dari transaksi pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian. Transaksi
ini diikhtisarkan dalam laporan laba rugi. Metode pengukuran laba ini dikenal ini sebagai
pendekatan transaksi karena berfokus pada aktivitas yang berhubungan dengan laba yang
terjadi selama periode akuntansi. Prepared by Ridwan Iskandar Sudayat, SE.
Laba diukur dengan cara konvensional, yaitu laba diukur dan diakui pada saat terjadinya
transaksi (transaksieksternal) yang diakumulasi pada saat periode.
Studi empiris menyatakan bahwa laba persaham atau proyeksi laba per saham
yangdilaporkan ada mempunyai dampak langsungpada harga pasar saham biasa. Menurut
RayBall dan Phillip Brown harga sekuritas bergerakdalam arah yang sama dengan laba
akuntansi.Korelasi antara harga dan laba tidak sempurna.Aspek kunci dari research dalam
dampak akuntansi pada pasar modal adalah menentukan kandungan informasi angka laba.
Laba akuntansi Vs. Laba ekonomi Laba Akuntansi ( Accounting Income), digunakan dalam
menyajikan laporan keuangan secara objektif dan andal. Laba Ekonomi (Economic
Income),digunakan investor untuk menilai suatu investasi. Laba Ekonomi menggunakan
metode bunga Laba multi person. Hampir semua anlisis laba akuntansi dalam kaitan dengan
laba ekonomi dilakukan dalam konteks kepastian. Dengan kata lain,semua fakta situasi
diasumsikan diketahui semua orang. Pada realita, banyak perbedaan tingkat bunga yang
digunakan.
3. Konsep laba pada tingkat sintatik
Pada tingkat sintaksis konsep income dihubungkan dengan konvensi (kebiasaan) dan
aturan logis serta konsisten dengan mendasarkan pada premis dan konsep yang telah
berkembang dari praktik akuntansi yang ada. Terdapat dua pendekatan pengukuran laba
(income measurement) pada tingkat sintaksis, yaitu: Pendekatan Transaksi dan Pendekatan
Aktiva.
Konsep laba pada tingkat pragmatik berkaitan dengan dampak dan informasi laba rugi
pemakainya. Apakah informasi bermanfaat atau apakah informasi laba nyatanya digunakan.
Kalau memang digunakan, untuk kepentingan apa informasi laba digunakan sehingga angka
laba benar-benar harus disediakan.
Kekuatan dari pendekatan kontraktual adalah bahwa hal itu tidak menuntut interprestasi
semantik dari laba akuntansi. Pendukung pendekatan ini menyatakan bahwa masyarakat
setuju untuk bermain dengan aturan apapun yang dipilih tanpa memperhatikan apakah itu
masuk akal atau tidak. Posisi ini dipandang ekstrim oleh beberapa pihak. Teori laba
pragmatik tidak dapat sah dalam jangka panjang tanpa konsep laba dunia nyata
danpembuktian dari implikasi perilakunya.
Laba merupakan selisih antara pendapatan dan biaya secara akrual. Pengertian seperti ini
akan mempermudah dalam pengukuran dan pelaporan laba secaa obyektif, dan bermakna
sebagai pengukur kembali atas investasi dari pada sekedar perubahan kas. Berdasarkan
pengertian dan cara pengukuran laba akuntansi diharapkan dapat dapat digunakan sebagai :
pengukur efisiensi, pengukur kinerja entitas dan manajemen, dasar penentu pajak, sarana
alokasi sumber ekonomi, penentuan tarif jasa publik, optimalisasi kontrak utang piutang,
basis kompensasi, motivator dan dasar pembagian deviden.
Income Smoothing
Perataan laba mempunyai tujuan untuk mengurangi variabilitas atas laba yang
dilaporkan guna mengurangi resiko pasar atas saham perusahaan, yang pada akhirnya dapat
meningkatkan harga pasar perusahaan.
Menurut Foster dalam penelitian Dwimulyani dan Abraham, tujuan perataan laba adalah
sebagai berikut :
Memberikan informasi yang relevan dalam melakukan prediksi terhadap laba di masa
yang akan datang.
Memprediksi citra perusahaan dimata pihak luar bahwa perusahaan tersebut memiliki
resiko yang rendah.
Meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemajuan manajemen.
Meningkatkan kompensasi bagi pihak manajemen.
Meningkatkan kepuasan relasi bisnis.
Intentional atau smoothing ialah keputusan atau pilihan yang dibuat untuk mengatur fluktuasi
earnings pada level yang diinginkan.
b. Natural Smoothing
Natural smoothing adalah income generating process yang natural, bukan dari hasil tindakan
yang diambil manajemen.
Faktor yang diasumsikan menyebabkan manajer melakukan perataan laba menurut buku
Accounting Theory selanjutnya Scott, mengemukakan beberapa terjadinya motivasi
manajemen laba, yaitu:
Bonus Purposes : Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan
bertindak secara oportunistik untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan laba
saat ini (Healy, 1985 dalam Rahmawati dkk, (2006).
Political Motivation :Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan
pada perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan karena
adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih
ketat.
Taxation Motivation : Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang
paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan untuk penghematan pajak
pendapatan.
Pergantian CEO : CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan pendapatan
untuk meningkatkan bonus mereka. Dan jika kinerja perusahaan buruk, mereka akan
memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.
Initial Public Offering (IPO) : Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar,
dan menyebabkan manajer perusahaan yang akan go public melakukan manajemen laba
dengan harapan dapat menaikkan harga saham perusahaan.
Berbagai teknik yang dilakukan dalam perataan laba diantaranya ialah (Sugiarto,
2003:
2. Perataan melalui alokasi untuk beberapa periode tertentu. Manajer mempunyai wewenang
untuk mengalokasikan pendapatan atau beban untuk periode tertentu. Misalnya: jika
penjualan meningkat maka manajemen dapat membebankan biaya riset dan pengembangan
serta amortisasi goodwill pada periode itu untuk menstabilkan laba.
Sasaran dalam melakukan perataan laba dapat difokuskan pada aktivitas yang
umumnya dilakukan oleh pihak manajemen untuk mempengaruhi aliran dana atau informasi.
Artinya untuk menciptakan laporan keuangan yang diinginkan, manajemen dapat
memasukkan informasi yang seharusnya dilaporkan pada periode yang telah lalu atau yang
akan datang ke dalam laporan periode saat ini atau sebaliknya.Beberapa unsur dalam laporan
keuangan yang sering kali dijadikan sasaran untuk melakukan perataan laba, antara lain.
1. Unsur Waktu
Perataan laba yang melalui periode waktu tertentu dapat dilakukan dengan tiga cara :
Sumber :
http://akuntansikeperilakuan.blogspot.co.id/2009/07/pengantar-akuntansi-
keperilakuan_9945.html
https://kurniawanbudi04.wordpress.com/2013/01/11/konsep-laba-dalam-pelaporan-keuangan/
https://www.scribd.com/upload-document?
archive_doc=315278327&escape=false&metadata=%7B%22context%22%3A
%22archive_view_restricted%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C%22action
%22%3Afalse%2C%22logged_in%22%3Atrue%2C%22platform%22%3A%22web%22%7D