Anda di halaman 1dari 22

PENERAPAN AKUNTABILITAS, PENGENDALIAN DAN PSAK 45 PADA

PELAPORAN KEUANGAN GEREJA

(Studi Kasus pada GKJW Telang)

Oleh

Melisa Fiorentina br Lingga

170221100019

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

FAKULTAS EKONOMI

2020
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Akuntabilitas publik yaitu kewajiban pihak pemegang amanah untuk memberikan
pertanggung jawaban, menyajikan dan melaporkan dan kegiatan tersebut merupakan tanggung
jawabnya kepada pihak yang memberikan amanah (Mardiasmo 2002). Pemberi amanah tersebut
seperti umat, donatur dan sebagainya dan memiliki hak untuk menerima pertanggung jawaban
dari penggunaan dana tersebut. Akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan organisasi yaitu hal
yang dituntut oleh stakeholder. Akuntabilitas adalah salah satu hal dalam pelaksanaan Good
Governance. Akuntabilitas menjadi indikator penilaian terhadap kinerja organisasi. Pengelolaan
yang transparan maka sebuah organisasi tersebut mendapatkan kepercayaan dari pihak eksternal
dan eksternal. Gereja termasuk dalam organisasi nirlaba yang tujuannya tidak untuk mencari
keuntungan. Sumber penerimaan gereja berasal dari persembahan, sumbangan dan persepuluhan
jemaat. Persembahan dari jemaat yang diterima gereja dengan jumlah yang besar karena
sebagian dari jemaat memberikan persembahan dengan jumlah yang besar. Jadi, pemimpin
gereja diharapkan jujur dalam hal pengelolaan keuangan gereja. Pelaporan keuangan dalam
sebuah gereja sangat perlu dilakukan untuk dapat menilai bagaimana tanggung jawab bendahara
tersebut terhadap pengelolaan keuangan gereja untuk mendapatkan rasa percaya untuk anggota
ataupun jemaat.
Menurut Halim dan Kusufi (2012:443) entitas sering diartikan sebagai satuan
organisasi. Entitas dan akuntansi memiliki keterkaitan yang erat, hal ini karena dalam dalam
salah satu asumsi dasar akuntansi terdapat asusmsi entitas akuntansi. Setiap tempat ibadah pasti
memiliki transaksi keuangan, jadi tempat ibadah harus dimaknai sebagai entitas atau organisasi.
Entitas Nirlaba merupakan entitas yang tidak mengutamakan kepentingan pemimpin dan
pekerjanya. IAI menjelaskan bahwa entitas nirlaba mendapatkan sumber dana dari donatur tetap
dan sukarela dna donatur tersebut tidak mengharapkan kembali dana yang didonasikan. PSAK
45 mengatur tentang Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba yang di harapkan pelaporan keuangan
menjadi laporan keuangan yang relevansi, daya banding dan dapat dijadikan bentuk
pertanggungjawaban. Dalam PSAK 45 isi dari laporan keuangan entitas nirlaba adalah laporan
aktivitas, laporan posisi keuangan, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.
Menurut Romney dan Steinbart (2015 :11) akuntansi merupakan sistem Informasi yaitu
mengumpulkan, mencatat, menyimpan dan memproses akuntansi untuk menghasilkan informasi
bagi pembuat keputusan. Dalam Gereja Kristen laporan keuangan di laporkan secara periodik
dalam bentuk Laporan pertanggungjawaban atas penggunaan kas gereja. Menurut Mulyadi (2016
: 129) pengendalian internal memilik empat tujuan umum yaitu
1. Menjaga aset organisasi
2. Mengecek ketelitian dan keandalan akuntansi
3. Mendorong efisiensi
4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen
Berdasarkan dari hasil penelitian Eva Novita Sari (2018) ,dengan judul Akuntanbilitas
Keuangan dalam Organsasi Keagamaan pada Gereja GKJ Temon. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui akuntabilitas keuangan yang dilakukan Mabid dan Komisi Gereja GKJ
Temon. Hasil penelitiannya adalah dalam Gereja GKJ Temon laporan pelaksanaan program
yang dibuat dalam gereja belum disertai dengan laporan keuangan secara rinci hal ini
dikarenakan dalam laporan keuangan sesuai dengan format atau standar yang di tentukan oleh
gereja. Dalam Gereja GKJ Temon pelaporan keuangan tidak disusun dengan PSAK 45.
Gkjw yaitu gereja yang mandiri, gereja yang mengatur diri sendiri, membiayai diri
sendiri dan mengembangkan diri sendiri berdasarkan dari Alkitab, Standar dari Majelis Agung
dan Majelis Daerah. Maka untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab pengurus maka
diperlukan pengendalian internal dalam gereja. GKJW Jemaat Bangkalan Wilayah Telang
memiliki dua bendahara yang masing masing bendahara memiliki tugas yang berbeda. GKJW
Jemaat Bangkalan Wilayah Telang merupakan salah satu entitas Nirlaba sebagai lembaga
keagamaan yang belum menerapkan PSAK 45. Karena dalam GKJW Jemaat Bangkalan Wilayah
Telang membuat Laporan Keuangan dengan hanya mencantumkan pengeluaran dan pemasukan
tiap periodenya. Hal yang melatarbelakangi GKJW Jemaat Bangkalan Wilayah Telang tidak
menerapkan PSAK 45 adalah karena sudah ada ketentuan dari Majelis Agung tentang laporan
keuangan Gereja.
Penggunaan keuangan harus rinci dan jelas agar dapat dipertanggung jawabkan. Dalam
penggunaan keuangan Praktik akuntanbilitas pada GKJW Bangkalan Jemaat Telang masih
belum membuat laporan keuangan dengan PSAK 45 yang relevan, daya banding dan dapat di
jadikan sebagai bentuk pertanggung jawaban. Atas pejelasan diatas permasalahan ini menarik
bagi penulis untuk diteliti bagaimana Laporan Keuangan GKJW Bangkalan Jemaat Telang
mereapkan PSAK 45. Dan meneliti bagaiamana pemisahan Fungsi dalam antara dua bendahara
dalam Gkjw Bangkalan Jemaat Wilayah Telang.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang disampaiakan dalam latar belakang, maka penulis merumuskan pokok
masalah yang akan dibahas yaitu apakah prinsip pengendalian internal sudah sesuai dengan
COSO dan bagaimana penerapan PSAK 45 di Gkjw Bangkalan Jemaat Telang.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana akuntabilitas
dan transparannya pengelolaan keuangan gereja, untuk mengetahui bagaimana peran
pengendalian internal dan penerapan PSAK 45 dalam Gkjw Bangkalan Jemaat Telang.

D. Manfaat Penelitian
Peneliti mengharapkan penelitian ini bermanfaat bagi:
1. Bagi Universitas Trunojoyo Madura
Penulis berharap bahwa penelitian ini dapat menjadi bahan baca, acuan dan kepustakaan
untuk Universitas, sehingga dapat memberikan masukan untuk pihak yang mendalami
topik yang sama.
2. Bagi Gkjw Bangkalan Jemaat Telang
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan kepada organisasi
keagamaan GKJW dalam praktik akuntabilitas keuangan yang dijalankan dan penerapan
PSAK 45.
3. Bagi penulis
Pada penelitian ini penulis dapat menerapkan teori akuntansi yang dipelajari penulis.

E. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini ada tiga bab, dengan sistematika penulisan yaitu:
BAB 1 : Pendahuluan
Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB 2 :Landasan Teori
Bab ini yang diuraikan adalah penjelasan teori pendukung yang berkaitan dengan
topik penelitian yang digunakan sebagai acuan peneliti.
BAB 3 :Metodologi Penelitian
Bab ini yang diuraikan adalah jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian,
subjek penelitian dan sumber data.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Akuntabilitas
1. Pengertian Akuntabilitas
Menurut Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (2000) akuntabilitas didefenisikan sebagai suatu perwujudan kewajiban
untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi
organisasi dalam mencapai tujuan sasaran yang telah ditetapkan melalui suatu media
pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik.

Menurut J.B Ghartey dalam LAN dan BPKP (2000), akuntabilitas ditujukan untuk
mencari jawaban terhadap pertanyaan yang berhubungan dengan pelayanan apa, kepada
siapa, milik siapa, yang mana dan bagaimana. Pertanyaan yang memerlukan jawaban
tersebut antara lain:
a. Apa yang dipertanggungjawabkan?
b. Mengapa pertanggungjawaban harus diserahkan?
c. Kepada pertanggungjawaban diserahkan?
d. Siapa yang bertanggung jawab dalam kegiatan dalam masyarakat?

2. Jenis – jenis Akuntabilitas


Menurut Mardiasmo (2006 : 5) akuntabilitas publik terdiri atas dua macam yaitu
a. Akuntabilitas vertikal
b. Akuntabilitas horizontal
Menurut LAN dan BPKP (2000) akuntabilitas dibagi menjadi beberapa bagian yang
meliputi:
a. Akuntabilitas keuangan
Merupakan pertanggungjawaban mengenai integritas keuangan, pengungkapan, dan
ketaatan terhadap peraturang perundangan.
b. Akuntabilitas Manfaat
Memberi perhatian kepada hasil dari kegiatan pemerintah.
c. Akuntabilitas Prosedural
Pertanggungjawaban mengenai apakah suatu prosedur penetapan dan pelaksanaan suatu
kebijakan telah mempertimbangkan masalah moralitas, etika, kepastian hukum dan
ketaatan.

3. Akuntabilitas di organisasi keagamaan


Pola pertanggungjawaban pada organisasi keagamaan masih sederhana. Pada organisasi
keagamaan, pola pertanggungjawaban organisasi keagamaan dapat dibedakan menjadi
dua yaitu salah satunya pertanggungjawaban horizontal. Pertanggungjawaban horizontal
adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat las khususnya pennguna/penerima
layanan organisasi keagamaan yang bersangkutan(Halim:459).

4. Dimensi Akuntabilitas Pada Organisasi Gereja

Berdasarkan penelitian Randa (2015) praktik akuntabilitas dalam organisasi keagaaman


yaitu sebagai berikut:
a. Dimensi Spritual
Dimensi akuntabilitas spiritual, praktik akuntabilitasnnya dilakukan sepenuhnya
oleh umat. Umat wajib melaksanakan kegiatan rohani serta kerelaan untuk
melayani Tuhan Yesus dengan tulus dan sepenuh hati.
b. Dimensi Kepemimpinan
Untuk organisasi keagamaan khususnya gereja model kepemimpinannya yaitu
mengutamakan pelayanan pada Tuhan yang merupakan perwujudan dari model
kepemimpinan gereja kepada Yesus sebagai tokoh utama dalam Gereja.
c. Dimensi Keuangan
Pada organisasi keagamaan yaitu gereja cenderung melakukan praktik
akuntabilitas dan transparan. Banyak dari penelitian sebelumnya menyebutkan
bahwa organisasi gereja bersifat tertutup.

B. Pengendalian internal
a. Pengertian pengendalian Internal
Menurut Mulyadi (16 :2001) pengendalian internal adalah yang meliputi struktur
organisasi , metode dan ukuran – ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan
organisasi, mengecek ketelitian, dan kendala dalam data akuntansi, mendorong efisiensi
dan mendukung dipenuhinya kebijakan manajemen.
Pengendalian internal menurut Tuanakotta yaitu pengendalian internal adalah
proses, kebijakan, dan prosedur yang dirancang manajemen untuk memastikan pelaporan
keuangan yang andal dan pembuatan laporan keuangan sesuai dengan standar akuntans
yang berlaku.

b. Unsur – unsur pengendalian internal


Ada 4 unsur pokok dalam sistem pengendalian intern menurut Mulyadi
(2001) yaitu
1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional
secara tegas
Struktur organisasi merupakn rerangka pembagian tugas
tanggung jawab kepada unit – unit organisasi yang dibentuk untuk
melaksanakan kegiatan perusahaan. Dalam pembagian
tanggungjawab berdasarkan kepada prinsip berikut:
1) Harus dipisahkan fungsi operasi dan penyimpanan dari
fungsi akuntansi
2) Suatu fungsi yang tidak boleh diberi tanggungjawab penuh
untuk melaksanakan semua tahap suatu transaksi.
2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan
perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, pendapatan dan
biaya
Pencatatan akuntansi menggunakan formulir berguna
sebagai dokumen yang dipakai untuk membuat laporan
keuangan. Prosedur pencatatan yang baik akan menjamin
catatan akuntansi dengan tingkat ketelitian dan
keandalannya yang tinggi.
3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap
unit organisasi
Ada banyak cara yang digunakan untuk menciptakan praktik yang
sehat yaitu
1) Penggunaan formulir atau dokumen bernomor urut cetak
yang pemakaiannya harus dipertanggungjawabkan oleh
pihak yang berwenang.
2) Pemeriksaan mendadak yang dilakukan tanpa adanya
pemberitahuan sebelumnya
3) Perputaran jabatan dilakukan untuk menjaga independensi
pejabat dalam melaksanakan tugasnya sehingga dapat
menghindari persekongkolan.
4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggungjawabnya.
Mutu karyawan yaitu unsur sistem pengendalian internal yang
paling penting.

c. Prinsip pengendalan internal


- Pemisahan fungsi
- Prosedur pemberian wewenang
- Prosedur dokumentasi
- Catatan akuntansi
- Pengawaan fisik
- Pemeriksaan intern secara bebas
d. Sistem pengendalian Internal GKJW Bangkalan Jemaat Telang
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan:
1) Adanya pembagian tugas pada bendahara yaitu bendahara satu dan
bendahara dua
2) Prosedur pencatatan transaksi contoh: penerimaan persembahan
3) Pemberian no urut pada setiap dokumen
4) Adanya dokumentasi transaksi yang baik sebagai bukti transaksi
5) Adanya Rencana Anggaran

C. SAK Entitas Nirlaba


IAI telah menyediakan dan membuat peraturan untuk organisasi Nirlaba yaitu PSAK
45, yang mengatur dan memberi prosedur dalam membuat laporan keuangan entitas
nirlaba. Entitas nirlaba merupakan entitas yang berdiri tidak untuk mencari
keuntungan atau laba. Entitas nirlaba pada umumnya memiliki dana dari donatur atau
melalui kontribusi dari anggota organisasi tersebut. Ruang lingkup PSAK 45 pada
laporan keuangan yang disajikan organisasi nirlaba yang memenuhi karakteristik
sebagai berikut
 Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapkan
pembayaran kembali ataupun manfaat ekonomi
 Menghasilkan barang dan jasa tanpa tujuan memupuk laba
Tujuan suatu entitas membuat laporan keuangan adalah untuk mencerminkan
bagaimana kondisi keuangan organisasi dan hasil dari usaha entitas pada suatu
periode. Laporan keuangan merupakan sebuah media yang penting untuk menilai
bagaimana pencapaian entitas tersebut.

D. Organisasi Keagamaan
1. Pengertian Organisasi Keagamaan
Menurut Halim dan Kusufi (2012:443) entitas sering diartikan sebagai satuan
organisasi. Entitas dan akuntansi memiliki keterkaitan yang erat, hal ini karena dalam
dalam salah satu asumsi dasar akuntansi terdapat asusmsi entitas akuntansi. Setiap
tempat ibadah pasti memiliki transaksi keuangan, jadi tempat ibadah harus dimaknai
sebagai entitas atau organisasi. Organisasi tempat ibadah juga disebut oleh Bastian
(2007) dengan organisasi keagamaan. Secara etimologis, organisasi keagamaan dapat
diartikan sebagai organisasi yang fokus gerakannya pada ibadah, yang meyangkut
permasalahan kewajiban dengan Tuhan terkait agama atau kepercayaan tertentu.
Menurut IAI organisasi nirlaba adalah organisasi yang memperoleh sumber daya
yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas operasinya. Organisasi nirlaba
memperoleh atau mendapatkan dananya dari pemberi dana atau donatur yang tidak
mengaharapkan pembayaran kembali.
Berdasarkan kedua pengertian tersebut organisasi keagaamaan adalah organisasi
yang yang fokus geraknya pada ibadah dan tiap tempat ibadah melakukan transaksi
berkaitan erat dengan akuntansi. Organisasi nirlaba memperoleh dananya dari
pemberi dana atau donatur yang akan bekerja sama untuk memperoleh tujuan.

2. Tujuan Organisasi Keagamaan


Berdasarkan PSAK 45 tujuan dari organisasi nirlaba adalah untuk mengatur
pelaporan keuangan entitas nirlaba dan diharapkan laporan keuangan entitas
nirlaba dapat lebih mudah dipahami, memiliki relevansi dan memiliki daya
banding yang tinggi. Setiap organisasi memiliki tujuan khusus yang akan dicapai.
Menurut Bastian (2007) tujuan utama organisasi peribadatan yaitu untuk
memberikan pelayanan dan menyelengarakan seluruh aktivitas yang dibutuhkan
maupun yang telah menjadi ritual ibadah rutin dalam organisasi yang berkaitan.
Walaupun tujuan organisasi keagamaan untuk pelayanan umat bukan berarti
organisasi keagamaan tidak memiliki suatu tujuan keuangan. Tujuan keuangan
bertujuan untuk mendukung terlaksananya ibadah dan pelayanan yang memadai
untuk memenuhi standar sesuai dengan aturan dalam suatu gereja. Tujuan lainnya
yaitu untuk tujuan sosial bagi masyarakat. Kebanyakan pengurus gereja belum
menyadari pentingnya tata kelola keuangan yang baik. Menurut Halim dan Kusufi
(2012) menyatakan salah satu usaha untuk untuk menciptakan tata kelola yang
baik adalah mencipatakan akuntabilitas yang baik dengan melaksanakan praktik
akuntansi. Praktik akuntansi sangat perlu dilakukan dalam organisasi keagamaan
untuk pengeloaan keuangan gereja.

3. Manajemen Organisasi Keagamaan


Menurut Halim dan Kusufi (2012) manajemen keuangan didefenisikan sebagai
perorganisasian kekayaan yang ada pada suatu organisasi untuk mencapai tujuan dari
organisasi tersebut. Defenisi yang lain terkait manajemen keuangan adalah kegiatan
untuk memperoleh dan menggunakan dana dengan tujuan memaksimalkan nilai
organisasi. Dalam konsep peribadatan manajemen kuangan organisasi peribadatan
adalah suatu usaha yang dilakukan pengelola tempat peribadatan menggunakan dana
umat sesuai dengan ketentuan ajaran dalam agama dan bagaimana cara memperoleh
dana dari umat dengan cara yang dibenarkan dalam ajaran agama.
Menurut Halim dan Kusufi (2012:447) berdasarkan pengertian tersebut maka
manajemen keuangan terdapat dua fungsi yaitu
1) Fungsi mendapatkan dana
Yaitu bagaimana cara mengelola pengelolaan organisasi keagamaan dalam
mendapatkan dana yang sesuai dengan ajaran dan tidak membebani umat.
2) Fungsi menggunakan dana
Yaitu bagaimana menggunakan dengan baik dan efektif dan berkaitan juga
dengan bagaimana mempertanggung jawabkan dana yang digunakan.

E. Gereja
i. Pengertian Gereja
Pengertian gereja ada dua yaitu pengertian fisik dan pengertian rohani. Maksud dari
pengertian rohani yaitu gereja diartikan sebagai perkumpulan umat manusia yang
percaya pada Yesus dan beriman pada Yesus Kristus. Sedangkan, menurut pengertian
fisik maka gereja dapat diartikan sebagai bangunan dimana umat kristiani beribadah
digereja dan melakukan kegiatan kerohanian di gereja. Ada dua sisi yang dipakai
untuk memahami gereja (Sukoco,2006:22) yaitu
 Sisi ilahi
Dalam sisi Ilahi gereja diyakini sebagai buah penyelamatan Allah. Allah
mengasihi gereja dan mengkuduskannya untuk menjadi milik kepunyaan-Nya.
Allah memperdulikan, memelihara gereja dan menerima segala sesuatu yang
dipersembahkan oleh orang-orang yang percaya kepada-Nya didalam.

 Sisi Manusiawi
Dalam sisi manusiawi, gereja sebagai suatu kehidupan bersama religius yang
diciptakan dan dijalani oleh manusia untuk menjawab penyelamatan Allah.

ii. Sistem Pemerintahan Gereja


Menurut Sukoco (2016:29) yang dimaksud sistem pemerintahan gereja adalah cara
cara yang dipakai untuk mendasari pengorganisasian atau pemerintahan gereja.
Sistem pemerintahan di GKJW
Menurut Sukoco (2006:31) Gereja – gereja Jawa menganut sistem pemerintahan
presbiterial , dimana masing – masing gereja dipimpin oleh majelis gereja. Terdapat
dua ciri dalam pokok dalam sistem pemerintahan presbiterial ,yaitu (Sukoco
2006:33):
 Setiap gereja Jawa adalah gereja Allah yang mandiri, yang memiliki
kewenangan dan mampu mengatur diri sendiri, mengembangkan diri sendiri,
dan membiayai diri sendiri yang dipimpin oleh majelis gereja yang terdiri atas
penatua (presnyteros), pendeta dan diaken.
 Setiap Gereja Jawa wajib berjalan bersama dan meningkatkan diri dengan
Gereja Jawa lainnya, yang diwujudkan dalam:
a. Persidangan, baik persidangan klasis, maupun persidangan sinode
untuk membicarakan persoalan – persoalan yang menjadi kebutuhan
bersama.
b. Visitasi, yaitu kunjungan gerejawi, baik oleh visiator klasis maupun
visitator sinode untuk saling mengingatkan dan menguatkan agar
gereja, klasis dan sinode senantiasa melaksanakan tanggung jawabnya.

F. Teori Stewardship
Menurut Sudana (2011) teori stewardship adalah teori yang dibentuk atas dasar asumsi
tentang sdat manusia yang hakikatnya adalah dapat dipercaya, dapat bertindak dengan
tanggungjawab, berintegritas dan kejujuran pada sesamanya. Dengan teori ini
diaplikasikan kedalam bagian gereja maka pihak yang dapat dipercaya adalah pihak
manajemen gereja berlaku sebaik mungkin untuk kepentingan publik. Teori stewardship
dalam Gkjw Bangkalan Jemaat Telang ini mendukung hubungan kepercayaan antara
pihak pengelola keuangan gereja dengan jemaat.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah Kualitatif. Metode penelitian
kualitatif yaitu suatu cara yang digunakan untuk menjawab masalah penelitian yang
berkaitan dengan data berupa narasi yang sumbernya dari wawancara, pengamatan dan
dokumen. Menurut Sugiyono penelitian kualitatif adalah jenis – jenis metode penelitian
dikelompokkan berdasarkan, tujuan, dan tingkah kealamiahannya objek yang di teliti.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1) Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Bulan Maret 2020 sampai Mei 2020

C. Subjek dan Objek Penelitian


1) Subjek Penelitian
Penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Komisi Gkjw Bangkalan
Jemaat Telang.
2) Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah Pertanggungjawaban
keuangan dana gereja pada setiap kegiatan dan Komisi GKJW Bangkalan Jemaat
Telang dan pengendalian internalnya

D. Data yang Dibutuhkan


1.1 Gambaran Umum GKJW Bangkalan Jemaat Telang
a) Sejarah GKJW Bangkalan JemaatTelang
b) Struktur Majelis GKJW Bangkalan Jemaat Telang
c) Sitem Pemerintahan GKJW Bangkalan Jemaat Telang
d) 13 komisi GKJW Bangkalan Jemaat Telang
2.1 Praktik pertanggungjawaban keuangan dana gereja dan bagaimana transparansi
penggunaan dana gereja setiap Kegiatan dan Komisi GKJW Bangkalan Jemaat Telang .
3.1 Laporan pertanggungjawaban keuangan dari tiap kegiatan dan Komisi GKJW Bangkalan
Jemaat Telang.
4.1 Laporan keuangan GKJW Bangkalan Jemaat Telang.
5.1 Pengendalian internal dalam GKJW Bangkalan Jemaat Telang

E. Metode Pengumpulan Data


a) Wawancara
Metode wawancara dilakukan dengan tanya jawab sambil tatap muka antara
pewawancara dan narasumber dengan menggunakan pedoman wawancara. Dalam
penelitian ini wawancara dilakukan dengan Pendeta, Bendahara dan Majelis tiap
kegiatan.
b) Dokumentasi
Dokumentasi yaitu pengumpulan data untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang
dengan media tertulis dan dokumen yang lain yang ditulis oleh subjek yang bersngkutan.
Data dokumentasi yang diperoleh yaitu dari arsip – arsip gereja seperti laporan keuangan
setiap Kegiatan.
F. Desain Penelitian
Pada tabel dibawah ini merupakan desain penelitian yang dibuat oleh peneliti. Desain
penelitian adalah proses yang diperlukan untuk pelaksanaan penelitian yang membantu
peneliti dalam pengumpulan data. Berikut adalah tabel desain yang dilakukan.
Tabel penelitian

Pertanyaan Sumber data dan Aspek Praktis Alasan


metode pengumpulan

Bagaimana kah praktik Dari internal gereja: Melakukan Pendeta,


pertanggungjawaban Wawancara : wawancara Bendahara(Pengurus
pada GKJW Bangkalan 1.Pendeta langsung kepada
gereja), Ketua 13
Jemaat Telang 2.Bendahara Pengurus Gereja
komisi di GKJW
? 3.Ketua ketigabelas karena peneliti rajin
Bangkalan Jemaat
komsi pada GKJW beribadah ke GKJW
Telang
Bangkalan Jemaat Bangkalan Jemaat merupakan orang
Telang Telang penting dalam
praktik
Dokumentasi : Wawancara : pertanggungjawaban
1.Laporan keuangan kurang lebih 3 jam keuangan di GKJW
GKJW Bangkalan Wawancara Bangkalan Jemaat
Jemaat Telang dilakukan dengan Telang
tatap muka
langsung dan
direkam.

Analisis dokumen
yaitu informasi
tambahan dan
memverifikasi data
yang diperoleh dari
wawancara.

G. Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah data primer dan sekunder sebagai berikut:
a. Data Primer
Yaitu data yang langsung diperoleh langsung dari lapangan melalui subjek
bersangkutan dari hasil wawancara yang telah dilakukan.
b. Data sekunder
Yaitu data yang diperoleh tidak langsung atau diperoleh dari pihak lain seperti:
1.Gambaran umum Gereja GKJW Bangkalan Jemaat Telang
2.Laporan keuangan GKJW Bangkalan Jemaat Telang
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Daftar Responden
Untuk mengetahui bagaimana praktk akuntansi, pengendalian internal yang dijalankan pada
organisasi gereja GKJW Bangkalan Jemaat Telang, responden nya yaitu Pendeta, Bendahara I
dan salah satu Ketua komisi. Responden yang diambil adalah orang yang ikut ambil bagian
dalam penggunaan dan yang bertanggung jawab pada laporan keuangan gereja.
Berikut adalah daftar responden yang diwawancarai peneliti.

No Tanggal Nama Waktu Keterangan


wawancara
1 30 April 2020 Pdt.Teguh 28 Menit Pendeta
Piliand
2 05 Mei 2020 Nanik 10 Menit 20 Bendahara I
detik
3 05 Mei 2020 Grece Evi 10 Menit 45 KPPM
detik
Sumber : Data olahan

B. Hasil Analisis Data


Berikut ini adalah transkip wawancara pada GKJW Bangkalan Jemaat Telang
Traanskip Wawancara
Hal penting terkait wawancara:
1. Menanyakan indentitas responden dan menanyakan ketersediaan responden dalam
wawancara
2. Menanyakan pada narasumber apakah di izinkan merekam wawancara
3. Memberitahu pada narasumber mengenai hak narasumber untuk meminta tidak merekam
terkait informasi tertentu dalam wawancara
4. Menanyakan pada narasumber apakah ada dokumen yang mendukung wawancara
Transkip wawancara
Tanggal : 30 April 2020
Waktu : 11.00 WIB
Narasumber : Pendeta Teguh Piliand
Jabatan : Pendeta
1. Bisakah bapak memberitahu saya bagaimana gambaran umum GKJW Bangkalan wilayah
Telang (majelis,sejarah,kegiatan)
Kondisi Jemaat Bangkalan memiliki 3 tempat pelayanan yaitu wilayah Bangkalan, Batu
poron, Perumnas Kamal dan gereja Gkjw ada dua yaitu di Telang dan di Bangkalan.
Untuk membantu pelayanan pendeta, pendeta dibantu oleh 13 penatua dan diaken. Kami
tergabung dalam majelis begitu kira – kira
2. Bagaimana proses pemilihan pengurus gereja?
Iya, mungkin saya sedikit berbicara agak luas di Gkjw karena inikan saya baru masuk di
Gkjw jemaat Bangkalan, sesuai dengan tata dan pranata gereja kami ada beberapa yang
bisa di sesuaikan konteks jemaat yang ada. Nah karena saya baru dan belum mengikuti
proses pemilihan di Bangkalan jadi secara umum para pelayan – pelayan atau yang
disebut sebagai penatua dan diaken itu dipilih oleh warga jemaat melalui pemungutan
suara. Jadi nanti memang kita menggunakan sistem demokrasi, nah ada beberapa gereja/
jemaat yang sejak awal sudah dipilih artinya yang menentukan siapa sebagai penatua dan
siapa sebagai diaken itu sudah dari warga jemaat. Tetapi ada juga beberapa gereja yang
ditentukan nanti pelayan jemaat harian yang sudah terbentuk lebih awal. Gitu tapi jadi ini
tidak mengurangi esensi pemilihan, artinya ini hanya kembali pada teknis nya saja yang
terpenting esensi nya bahwa para pelayan-pelayan itu kita mengimani bahwa Tuhan
melalui warga jemaat
3. Apakah dalam kepengurusan GKJW Bangkalan Jemaat Telang memiliki
penilaian/evaluasi tentang tanggungjawab pengurus?
Jadi dalam satu kurun waktu akan mengadakan evaluasi. Dalam GKJW ada 12 komisi
jadi ada dua belas pembagian tugas pelayanan secara khusus.
4. Apakah ada rapat khusus dalam GKJW?dibagi/ jenis
Ya kalau rapat khusus itu ada tentunya. Ada rapat khusus untuk pelayan harian majelis
jemaat atau pelayan harian atau yang bekerja setiap hari itu diadakan dua minggu sekali
rapatnya. Kemudian ada juga namanya rapat komisi yang dilaksanakan tiap komisi itu
diadakan satu tahun dua kali. Kemudian ada lagi namanya sidang pleno majelis jemaat tu
melibatkan seluruh majelis jemaat dan dilaksanakan seyogianya tiga bulan sekali atau
satu tahun ada empat kali. Nah itu rapat – rapat yang ada di GKJW Jemaat Bangkalan
dan juga tidak menutup kemungkinan mendesak dibutuhkan ada pertemuan maka kami
akan melaksanakan itu
5. Ada berapa bendahara? Bagaimana pemisahan tugasnya
Jumlah nya ada dua orang, itu kami bagi bendahara satu dan bendahara dua karena ada
beberapa hal pos keuangan sehingga tidak rancu dan tidak membingungkan jika satu
orang, maka kami mwngupayakan untuk membagi tugas dan dibagi dua orang.
Pemisahan tugasnya itu sesuai dengan pos keuangan yang kami punya jadi ada beberapa
pos yang bendahara satu memegang khusus untuk legiatan rutin gereja disebut dalam
program kerja tahunan itu kami namakan anggaran rutin dan untuk bendahara dua ini
memegang keuangan yang sifatnya tidak rutin artinya itu berkaitan dengan keuangan
jangka panjang atau yang tidak mendesak
6. Bagaimana LPJ Bendahara?
Untuk laporan itu memang dilaporkan dalam rapat harian majelis jemaat atau rapat yang
dua kali seminggu tadi jadi kita tau bagaimana perkembangan keuangan gereja yang ada.
Disamping itu juga ada nanti di laporkan dalam sidang pleno kepada seluruh majelis
jemaat dan juga dimasukkan didalam warta jemaat tiap minggu untuk laporan mingguan
kas kemudian nanti secara khusus rekapitulasi selama tiga bulan dilaporkan dalam sidang
pleno
7. Bagaimana rencana program pelaksanaan tiap komisi ?
Untuk perencanaan program setiap komisi, nah tadi kembali saya ingat kan saya
sampaikan bahwa ada dua kali rapat untuk komisi. Rapat yang pertama itu untuk evaluasi
kegiatan dan rapat yang kedua itu untuk perencanaan program tahun yang akan datang.
Itu yang kedua biasanya dilaksanakan menjelang akhir tahun seperti september atau
oktober itu masing –masing komisi duduk bersama kemudian untuk menyusun rencana
kegiatan termasuk anggaran didalamnya untuk tahun kerja berikutnya sekarang 2020
nanti bulan sepetember oktober mereka akan rapat untuk program kerja tahunan 2021. Ya
anggarannya sudah muncul karena tadi ada dasarnya yaitu program kerja tahunan
sebelumnya. Jadi ada patokan angka kemudian kita melihat situasi kondisi mungkin ada
kenaikan mungkin ada pengurangan itu kita acuannya dari anggaran tahun sebelumnya.
Laporan pertanggung jawaban komisi biasanya dilaporkan dalam sidang pleno. Jadikan
tiap tahun kita sudah punya program kerja tahunan, ada program kerjanya dan ada
anggarannya. Nah kemudian dalam tahun berjalan kegiatan kan juga sudah
jalan,anggaran juga sudah dikeluarkan. Nah anggaran atau rencana anggaran itu
bagaiamana evaluasinya apakah semua terpakai ataukah ada pengembalian ataukah
kurang dan seteruhnya. Nah itu nanti dilaporkan dalam sidang pleno. Jadi evaluasi
kegiatannya juga bisa dilaksanakan dalam tiga bulan sekali itu, masing –masing komisi
itu melaporkan kegiatannya dalam waktu tiga bulan
8. Apakah setiap terlaksana nya suatu kegiatan pihak gereja akan meminta pelaporan
keuangan dan laporan pertanggungjawabannya?
Oo pasti itu jadi tentu setelah diawal mereka mengajukan mengingatkan programnya,
bendahara akan acc mengetahui ketua pelayan majelis harian jemaat. Dalam hal ini
pendeta kemudian kegiatan dilaksanakan dan nanti pasti ada laporan juga disertai dengan
kwitansi atau apa yang mendukung laporan mereka. Yang memeriksa pertama kali
adalah bendahara karena bendaharalah yang mengeluarkan uangnya. Kemudian dari
bendahara kami ada komisi khusus namanya Komisi Pengawasan Perbendaharan
Jemaat(KP2J) itu yang akan memeriksa yang tertulis dan bukti bukti fisiknya sama atau
tidak dan seterusnya. Berarti bisa dikatakan bahwa komisi ini merupakan tim verifikasi
gereja

9. Apakah dalam pelaporan dan pertanggung jawaban memiliki standar yang digunakan
GKJW?
Ya saya lagi lagi ngomongnya agak umum ya karena di Bangkalan saya baru adaptasi
dan baru tahu, jadi secara umum gKJW itu punya formulir – formulir baik untuk
pengajuannya, juga untuk pertanggung jawabannya. Nah dari formulir itulah kemudian
yang menjadi bahan pemeriksaan baik bendahara ataupun KP2J
10. Bagaimana pengendalian terhadap pelaporan keungan dalam pengeluaran dan
penerimaan kas?
Ya Gkjw melakukan pengendalian internal nya yaitu pengawasan nya sudah dilakukan
dengan tim verifikasi kemudian tadi untuk pelaporannya masing – masing komisi juga
menyerahkan bukti fisik untuk pelaporan pertanggung jawabannya. Pemisahan fungsi
bendahara juga di pisahkan. Lalu prosedur akuntansinya sudah juga
11. Bagaimana kah pengelolaan harta gereja?
Pengelolaan harta gereja saya agak luas dulu ya beberapa jemaat ada aset selain yang ada
digereja misalnya ada tanah yang dikelola atau mungkin ada hewan ternak yang
dipeliharan kepada jemaat dan seterusnya. Nah untuk yang dibangkalan ini setau saya
aset yang seperti itu belum ada, artinya aset yang kami miliki itu ada digereja itu beserta
juga keuangannya. Jadi kalau di GKJW itu memahami bahwa aset gereja itu ada dua
benda mati dan benda hidup. Benda mati itu termasuk barang – barang, uang dst. Benda
hidup itu manusianya yang ada didalam gereja itu juga bagian aset dari gereja
12. Apakah selama ini GKJW Telang transparan dalam pelaporan keuangannya?
Menurut saya sejauh pengamatan saya selama beberapa bulan saya di Bangkalan itu
sangat transparan. Karena itu setiap keluar masuknya keuangan dan sekecil apapun itu
pasti ada laporannya dan juga pasti mengetahui ketua pelayan majelis harian jemaat yaitu
Pendeta
Transkip wawancara
Tanggal : 05 Mei 2020
Waktu : 16.00 WIB
Narasumber : Grece Evi
Jabatan: Majelis/Komisi

1. Bisakah Bapak/Ibu menceritakan apa peran dan tugas ibu sebagai KPPM
(Komisi Pembinaan Pemuda dan Mahasiswa.
Tugas saya yaitu saya sebagai ketua, jadi disini saya membina pemuda dan
mahasiswa. Baik pembinaan secara iman ataupun kreativitasnya.
Memfasilitasi pemuda dan mahasiswa untuk berkumpul beribadah.
2. Apa saja kegiatan yang dilaksanakan oleh komisi
Melakukan kunjungan ke wilayah lain, melakukan kegiatan olahraga yaitu
GKJW Bangkalan Cup, melakukan kegiatan antar lintas agama yaitu
kunjungan panti asuhan, bagi bagi takjil untuk ramadhan. Untuk pembinaan
lebih dalam yaitu ibadah kreatif berupa camp dan untuk kegiatan rutin yaitu
ibadah pemuda tiap minggu.
3. Apakah setiap terlaksana nya suatu kegiatan pihak gereja akan meminta
pelaporan keuangan dan laporan pertanggungjawabannya?
Ya, jadi kalo dikami kebetulan kalo di pemuda tiap komisi diberi anggaran
yang namanya rancangan anggaran dan penyusunan anggaran tahunan.
Anggaran yang kita ajukan itu yang akan di acc, setiap komisi akan diberikan
anggaran sesuai budget yang di berikan gereja. Anggaran yang kami
keluarkan setelah kegiatan tersebut terlaksana.
4. Bagaimana kah alur pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan tiap
program kerja?
- Siapa yang membuat laporan keuangan dan laporan pertanggung
jawaban?
Saya, ketua komisi
- Siapa yang memeriksa dan menerima laporan tersebut
- Bagaimana kah proses pelaporan dan pertanggung jawabannya
- Kapan laporan tersebut diserahkan/dibuat
Dalam rapat pleno majelis diperiksa bendahara dan diperiksa
bendahara dan di catat oleh sekertaris
Evaluasi : sejauh ini sudah terlaksana atau tidak terlaksana.
5. Apakah ada acuan/ standar dalam membuat laporan keuangan dan laporan
pertanggung jawaban
- Dari majelis agung, jadi kalau dalam GKJW ada dua struktur besar
yaitu Majelis agung dan Majelis Daerah. Acuan kita adalah Free
budget yang dari MA, kita menyetor berapa karena GKJW mandiri.
Jadi kalo dirasa budget tahun sebelumnya terlalu tinggi bisa
dikurangin. Jika kegiatan A tidak efektif itu akan di pangkas atau di
upgrade. Kemudian tiap komis mengacu pada Majelis Daerah seperti
kita bagian dari Surabaya Timur

6. Apakah pihak GKJW memberitahukan pada pihak eksternal tentang


penerimaan kas(jemaat atau yang lain) maksud saya adalah agar terciptanya
transparansi dalam GKJW apakah diberitahu?
Ya tentu, di laprkan tiap minggu dalam warta jemaat dan dirapat juga kami
saling mengoreksi

Transkip wawancara
Tanggal
Waktu
Narasumber
Jabatan : Bendahara
1. Apakah laporan keuangan GKJW mengikuti PSAK 45?
Tidak, karena Gkjw sendiri sudah memiliki standarnya dari Majelis Daerah yaitu model
A dan model B. Nanti saya berikan filenya dan ini selalu diserahkan dalam sidang jemaat
Daerah yang akan terus dlaporkan kesana. Untuk menjadi bahan masukan
2. Apa sajakah tugas dan peran ibu sebagai bendahara satu
Saya memegang kas gereja. Bendahara satunya akan memegang uang dagangan, uang
pembangunan.
3. Bagaimana sumber penerimaan kas pada GKJW dan kepada siapa dilaporkan
Tentunya dari persembahan, yaitu seperti oersembahan mingguan, persembahan bulanan.
Kalo khusus ke saya persembahan bulanan, persembahan keluarga, persembahan
perpuluhan , syukur pribadi itu masuk ke kas jemaat. Kemudian untuk pembukuannya
setiap minggu di buat dalam warta jemaat yang diterbitkan tiap minggu untuk
mewartakan pada jemaat di gereja. Kemudian setiap dua minggu sekali dilaporkan dalam
rapat PHMJ dan setiap bulan dilaporkan ke KP2J.
4. Apakah GKJW memiliki rencana anggaran pertahun dan pernahkah GKJW Mengalami
penerimaan kas yang kurang dari anggaran?
Pernah, ada rancangan anggaran untuk tahun depan dan setiap tahunnya ada. Dan tiap
tahun membuat anggaran tiap tahun untuk kedepannya.
5. Bagaimana LPJ Bendahara?
Dilaporkan dalam warta jemaat tiap minggu
6. Apakah pihak GKJW memberitahukan pada pihak eksternal tentang penerimaan
kas(jemaat atau yang lain) maksud saya adalah agar terciptanya transparansi dalam
GKJW apakah diberitahu?
Ya tentu, di laporkan tiap minggu dalam warta jemaat.

C. Pembahasan
Dari jawaban Bapak Pendeta, Bendahara dan Ketua Komisi maka dapat disimpilkan
bahwa Gereja GKJW Bangkalan Jemaat Telang belum membuat laporan keuanganmenurut
PSAK 45 untuk organisasi nirlaba. GKJW Bangkalan Jemaat Telang membuat laporan
keuangannya berdasarkan dari model yang diberikan oleh Majelis Agung. Jadi ada dua
Model dalam membuat laporan keuangan dalam GKJW Bangkalan Jemaat Telang yaitu
Model A dan Model B. GKJW Bangkalan Jemaat Telang memiliki 2 bendahara dan kedua
bendahara tersebut memiliki tugas yang berbeda. Bendahara satu memegang uang kas seperti
persembahan dan bendahara dua memiliki tugas untuk memegang uang dagangan dan uang
pembangunan. Dalam GKJW Bangkalan Jemaat Telang setiap komisi memiliki rencana
anggaran tiap tahunnya dan dasar dari anggarannya tersebut diambil dari anggaran tahun
sebelumnya apakah akan meningkat atau menurun. Dalam setiap terlaksananya suatu
kegiatan tiap komisi dalam GKJW Bangkalan Jemaat Telang alur pelaporannya yaitu yang
membuat laporannya adalah Ketua Komisi, dilaporkan dalam rapat pleno majelis yang
diperiksa oleh bendahara dan dicatat oleh sekertaris. Dalam rapat tersebut ada evaluasi
kegiatan yaitu apakah kegiatan tersebut tdak terlaksana ataupun terlaksana. Dalam GKJW
Bangkalan Jemaat Telang ada juga Tim Verifikasi yang disebut sebagai Komisi Pengawasan
Perbendaharan Jemaat(KP2J) itu yang akan memeriksa yang tertulis dan bukti bukti fisiknya
sama atau tidak dan seterusnya. Dalam GKJW Bangkalan Jemaat Telang melakukan
pengendalian internal nya yaitu pengawasan nya sudah dilakukan dengan tim verifikasi
yaituKP2J kemudian untuk pelaporannya masing – masing komisi juga menyerahkan bukti
fisik untuk pelaporan pertanggung jawabannya. Pemisahan fungsi bendahara juga di
pisahkan dan prosedur akuntansinya sudah dibuat sehingga pengendalian internalnya sudah
dilakukan dalam GKJW Bangkalan Jemaat Telang.

Anda mungkin juga menyukai