Oleh
170221100019
FAKULTAS EKONOMI
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Akuntabilitas publik yaitu kewajiban pihak pemegang amanah untuk memberikan
pertanggung jawaban, menyajikan dan melaporkan dan kegiatan tersebut merupakan tanggung
jawabnya kepada pihak yang memberikan amanah (Mardiasmo 2002). Pemberi amanah tersebut
seperti umat, donatur dan sebagainya dan memiliki hak untuk menerima pertanggung jawaban
dari penggunaan dana tersebut. Akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan organisasi yaitu hal
yang dituntut oleh stakeholder. Akuntabilitas adalah salah satu hal dalam pelaksanaan Good
Governance. Akuntabilitas menjadi indikator penilaian terhadap kinerja organisasi. Pengelolaan
yang transparan maka sebuah organisasi tersebut mendapatkan kepercayaan dari pihak eksternal
dan eksternal. Gereja termasuk dalam organisasi nirlaba yang tujuannya tidak untuk mencari
keuntungan. Sumber penerimaan gereja berasal dari persembahan, sumbangan dan persepuluhan
jemaat. Persembahan dari jemaat yang diterima gereja dengan jumlah yang besar karena
sebagian dari jemaat memberikan persembahan dengan jumlah yang besar. Jadi, pemimpin
gereja diharapkan jujur dalam hal pengelolaan keuangan gereja. Pelaporan keuangan dalam
sebuah gereja sangat perlu dilakukan untuk dapat menilai bagaimana tanggung jawab bendahara
tersebut terhadap pengelolaan keuangan gereja untuk mendapatkan rasa percaya untuk anggota
ataupun jemaat.
Menurut Halim dan Kusufi (2012:443) entitas sering diartikan sebagai satuan
organisasi. Entitas dan akuntansi memiliki keterkaitan yang erat, hal ini karena dalam dalam
salah satu asumsi dasar akuntansi terdapat asusmsi entitas akuntansi. Setiap tempat ibadah pasti
memiliki transaksi keuangan, jadi tempat ibadah harus dimaknai sebagai entitas atau organisasi.
Entitas Nirlaba merupakan entitas yang tidak mengutamakan kepentingan pemimpin dan
pekerjanya. IAI menjelaskan bahwa entitas nirlaba mendapatkan sumber dana dari donatur tetap
dan sukarela dna donatur tersebut tidak mengharapkan kembali dana yang didonasikan. PSAK
45 mengatur tentang Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba yang di harapkan pelaporan keuangan
menjadi laporan keuangan yang relevansi, daya banding dan dapat dijadikan bentuk
pertanggungjawaban. Dalam PSAK 45 isi dari laporan keuangan entitas nirlaba adalah laporan
aktivitas, laporan posisi keuangan, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.
Menurut Romney dan Steinbart (2015 :11) akuntansi merupakan sistem Informasi yaitu
mengumpulkan, mencatat, menyimpan dan memproses akuntansi untuk menghasilkan informasi
bagi pembuat keputusan. Dalam Gereja Kristen laporan keuangan di laporkan secara periodik
dalam bentuk Laporan pertanggungjawaban atas penggunaan kas gereja. Menurut Mulyadi (2016
: 129) pengendalian internal memilik empat tujuan umum yaitu
1. Menjaga aset organisasi
2. Mengecek ketelitian dan keandalan akuntansi
3. Mendorong efisiensi
4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen
Berdasarkan dari hasil penelitian Eva Novita Sari (2018) ,dengan judul Akuntanbilitas
Keuangan dalam Organsasi Keagamaan pada Gereja GKJ Temon. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui akuntabilitas keuangan yang dilakukan Mabid dan Komisi Gereja GKJ
Temon. Hasil penelitiannya adalah dalam Gereja GKJ Temon laporan pelaksanaan program
yang dibuat dalam gereja belum disertai dengan laporan keuangan secara rinci hal ini
dikarenakan dalam laporan keuangan sesuai dengan format atau standar yang di tentukan oleh
gereja. Dalam Gereja GKJ Temon pelaporan keuangan tidak disusun dengan PSAK 45.
Gkjw yaitu gereja yang mandiri, gereja yang mengatur diri sendiri, membiayai diri
sendiri dan mengembangkan diri sendiri berdasarkan dari Alkitab, Standar dari Majelis Agung
dan Majelis Daerah. Maka untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab pengurus maka
diperlukan pengendalian internal dalam gereja. GKJW Jemaat Bangkalan Wilayah Telang
memiliki dua bendahara yang masing masing bendahara memiliki tugas yang berbeda. GKJW
Jemaat Bangkalan Wilayah Telang merupakan salah satu entitas Nirlaba sebagai lembaga
keagamaan yang belum menerapkan PSAK 45. Karena dalam GKJW Jemaat Bangkalan Wilayah
Telang membuat Laporan Keuangan dengan hanya mencantumkan pengeluaran dan pemasukan
tiap periodenya. Hal yang melatarbelakangi GKJW Jemaat Bangkalan Wilayah Telang tidak
menerapkan PSAK 45 adalah karena sudah ada ketentuan dari Majelis Agung tentang laporan
keuangan Gereja.
Penggunaan keuangan harus rinci dan jelas agar dapat dipertanggung jawabkan. Dalam
penggunaan keuangan Praktik akuntanbilitas pada GKJW Bangkalan Jemaat Telang masih
belum membuat laporan keuangan dengan PSAK 45 yang relevan, daya banding dan dapat di
jadikan sebagai bentuk pertanggung jawaban. Atas pejelasan diatas permasalahan ini menarik
bagi penulis untuk diteliti bagaimana Laporan Keuangan GKJW Bangkalan Jemaat Telang
mereapkan PSAK 45. Dan meneliti bagaiamana pemisahan Fungsi dalam antara dua bendahara
dalam Gkjw Bangkalan Jemaat Wilayah Telang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang disampaiakan dalam latar belakang, maka penulis merumuskan pokok
masalah yang akan dibahas yaitu apakah prinsip pengendalian internal sudah sesuai dengan
COSO dan bagaimana penerapan PSAK 45 di Gkjw Bangkalan Jemaat Telang.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana akuntabilitas
dan transparannya pengelolaan keuangan gereja, untuk mengetahui bagaimana peran
pengendalian internal dan penerapan PSAK 45 dalam Gkjw Bangkalan Jemaat Telang.
D. Manfaat Penelitian
Peneliti mengharapkan penelitian ini bermanfaat bagi:
1. Bagi Universitas Trunojoyo Madura
Penulis berharap bahwa penelitian ini dapat menjadi bahan baca, acuan dan kepustakaan
untuk Universitas, sehingga dapat memberikan masukan untuk pihak yang mendalami
topik yang sama.
2. Bagi Gkjw Bangkalan Jemaat Telang
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan kepada organisasi
keagamaan GKJW dalam praktik akuntabilitas keuangan yang dijalankan dan penerapan
PSAK 45.
3. Bagi penulis
Pada penelitian ini penulis dapat menerapkan teori akuntansi yang dipelajari penulis.
E. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini ada tiga bab, dengan sistematika penulisan yaitu:
BAB 1 : Pendahuluan
Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB 2 :Landasan Teori
Bab ini yang diuraikan adalah penjelasan teori pendukung yang berkaitan dengan
topik penelitian yang digunakan sebagai acuan peneliti.
BAB 3 :Metodologi Penelitian
Bab ini yang diuraikan adalah jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian,
subjek penelitian dan sumber data.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Akuntabilitas
1. Pengertian Akuntabilitas
Menurut Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (2000) akuntabilitas didefenisikan sebagai suatu perwujudan kewajiban
untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi
organisasi dalam mencapai tujuan sasaran yang telah ditetapkan melalui suatu media
pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik.
Menurut J.B Ghartey dalam LAN dan BPKP (2000), akuntabilitas ditujukan untuk
mencari jawaban terhadap pertanyaan yang berhubungan dengan pelayanan apa, kepada
siapa, milik siapa, yang mana dan bagaimana. Pertanyaan yang memerlukan jawaban
tersebut antara lain:
a. Apa yang dipertanggungjawabkan?
b. Mengapa pertanggungjawaban harus diserahkan?
c. Kepada pertanggungjawaban diserahkan?
d. Siapa yang bertanggung jawab dalam kegiatan dalam masyarakat?
B. Pengendalian internal
a. Pengertian pengendalian Internal
Menurut Mulyadi (16 :2001) pengendalian internal adalah yang meliputi struktur
organisasi , metode dan ukuran – ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan
organisasi, mengecek ketelitian, dan kendala dalam data akuntansi, mendorong efisiensi
dan mendukung dipenuhinya kebijakan manajemen.
Pengendalian internal menurut Tuanakotta yaitu pengendalian internal adalah
proses, kebijakan, dan prosedur yang dirancang manajemen untuk memastikan pelaporan
keuangan yang andal dan pembuatan laporan keuangan sesuai dengan standar akuntans
yang berlaku.
D. Organisasi Keagamaan
1. Pengertian Organisasi Keagamaan
Menurut Halim dan Kusufi (2012:443) entitas sering diartikan sebagai satuan
organisasi. Entitas dan akuntansi memiliki keterkaitan yang erat, hal ini karena dalam
dalam salah satu asumsi dasar akuntansi terdapat asusmsi entitas akuntansi. Setiap
tempat ibadah pasti memiliki transaksi keuangan, jadi tempat ibadah harus dimaknai
sebagai entitas atau organisasi. Organisasi tempat ibadah juga disebut oleh Bastian
(2007) dengan organisasi keagamaan. Secara etimologis, organisasi keagamaan dapat
diartikan sebagai organisasi yang fokus gerakannya pada ibadah, yang meyangkut
permasalahan kewajiban dengan Tuhan terkait agama atau kepercayaan tertentu.
Menurut IAI organisasi nirlaba adalah organisasi yang memperoleh sumber daya
yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas operasinya. Organisasi nirlaba
memperoleh atau mendapatkan dananya dari pemberi dana atau donatur yang tidak
mengaharapkan pembayaran kembali.
Berdasarkan kedua pengertian tersebut organisasi keagaamaan adalah organisasi
yang yang fokus geraknya pada ibadah dan tiap tempat ibadah melakukan transaksi
berkaitan erat dengan akuntansi. Organisasi nirlaba memperoleh dananya dari
pemberi dana atau donatur yang akan bekerja sama untuk memperoleh tujuan.
E. Gereja
i. Pengertian Gereja
Pengertian gereja ada dua yaitu pengertian fisik dan pengertian rohani. Maksud dari
pengertian rohani yaitu gereja diartikan sebagai perkumpulan umat manusia yang
percaya pada Yesus dan beriman pada Yesus Kristus. Sedangkan, menurut pengertian
fisik maka gereja dapat diartikan sebagai bangunan dimana umat kristiani beribadah
digereja dan melakukan kegiatan kerohanian di gereja. Ada dua sisi yang dipakai
untuk memahami gereja (Sukoco,2006:22) yaitu
Sisi ilahi
Dalam sisi Ilahi gereja diyakini sebagai buah penyelamatan Allah. Allah
mengasihi gereja dan mengkuduskannya untuk menjadi milik kepunyaan-Nya.
Allah memperdulikan, memelihara gereja dan menerima segala sesuatu yang
dipersembahkan oleh orang-orang yang percaya kepada-Nya didalam.
Sisi Manusiawi
Dalam sisi manusiawi, gereja sebagai suatu kehidupan bersama religius yang
diciptakan dan dijalani oleh manusia untuk menjawab penyelamatan Allah.
F. Teori Stewardship
Menurut Sudana (2011) teori stewardship adalah teori yang dibentuk atas dasar asumsi
tentang sdat manusia yang hakikatnya adalah dapat dipercaya, dapat bertindak dengan
tanggungjawab, berintegritas dan kejujuran pada sesamanya. Dengan teori ini
diaplikasikan kedalam bagian gereja maka pihak yang dapat dipercaya adalah pihak
manajemen gereja berlaku sebaik mungkin untuk kepentingan publik. Teori stewardship
dalam Gkjw Bangkalan Jemaat Telang ini mendukung hubungan kepercayaan antara
pihak pengelola keuangan gereja dengan jemaat.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah Kualitatif. Metode penelitian
kualitatif yaitu suatu cara yang digunakan untuk menjawab masalah penelitian yang
berkaitan dengan data berupa narasi yang sumbernya dari wawancara, pengamatan dan
dokumen. Menurut Sugiyono penelitian kualitatif adalah jenis – jenis metode penelitian
dikelompokkan berdasarkan, tujuan, dan tingkah kealamiahannya objek yang di teliti.
1) Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Bulan Maret 2020 sampai Mei 2020
Analisis dokumen
yaitu informasi
tambahan dan
memverifikasi data
yang diperoleh dari
wawancara.
G. Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah data primer dan sekunder sebagai berikut:
a. Data Primer
Yaitu data yang langsung diperoleh langsung dari lapangan melalui subjek
bersangkutan dari hasil wawancara yang telah dilakukan.
b. Data sekunder
Yaitu data yang diperoleh tidak langsung atau diperoleh dari pihak lain seperti:
1.Gambaran umum Gereja GKJW Bangkalan Jemaat Telang
2.Laporan keuangan GKJW Bangkalan Jemaat Telang
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Daftar Responden
Untuk mengetahui bagaimana praktk akuntansi, pengendalian internal yang dijalankan pada
organisasi gereja GKJW Bangkalan Jemaat Telang, responden nya yaitu Pendeta, Bendahara I
dan salah satu Ketua komisi. Responden yang diambil adalah orang yang ikut ambil bagian
dalam penggunaan dan yang bertanggung jawab pada laporan keuangan gereja.
Berikut adalah daftar responden yang diwawancarai peneliti.
9. Apakah dalam pelaporan dan pertanggung jawaban memiliki standar yang digunakan
GKJW?
Ya saya lagi lagi ngomongnya agak umum ya karena di Bangkalan saya baru adaptasi
dan baru tahu, jadi secara umum gKJW itu punya formulir – formulir baik untuk
pengajuannya, juga untuk pertanggung jawabannya. Nah dari formulir itulah kemudian
yang menjadi bahan pemeriksaan baik bendahara ataupun KP2J
10. Bagaimana pengendalian terhadap pelaporan keungan dalam pengeluaran dan
penerimaan kas?
Ya Gkjw melakukan pengendalian internal nya yaitu pengawasan nya sudah dilakukan
dengan tim verifikasi kemudian tadi untuk pelaporannya masing – masing komisi juga
menyerahkan bukti fisik untuk pelaporan pertanggung jawabannya. Pemisahan fungsi
bendahara juga di pisahkan. Lalu prosedur akuntansinya sudah juga
11. Bagaimana kah pengelolaan harta gereja?
Pengelolaan harta gereja saya agak luas dulu ya beberapa jemaat ada aset selain yang ada
digereja misalnya ada tanah yang dikelola atau mungkin ada hewan ternak yang
dipeliharan kepada jemaat dan seterusnya. Nah untuk yang dibangkalan ini setau saya
aset yang seperti itu belum ada, artinya aset yang kami miliki itu ada digereja itu beserta
juga keuangannya. Jadi kalau di GKJW itu memahami bahwa aset gereja itu ada dua
benda mati dan benda hidup. Benda mati itu termasuk barang – barang, uang dst. Benda
hidup itu manusianya yang ada didalam gereja itu juga bagian aset dari gereja
12. Apakah selama ini GKJW Telang transparan dalam pelaporan keuangannya?
Menurut saya sejauh pengamatan saya selama beberapa bulan saya di Bangkalan itu
sangat transparan. Karena itu setiap keluar masuknya keuangan dan sekecil apapun itu
pasti ada laporannya dan juga pasti mengetahui ketua pelayan majelis harian jemaat yaitu
Pendeta
Transkip wawancara
Tanggal : 05 Mei 2020
Waktu : 16.00 WIB
Narasumber : Grece Evi
Jabatan: Majelis/Komisi
1. Bisakah Bapak/Ibu menceritakan apa peran dan tugas ibu sebagai KPPM
(Komisi Pembinaan Pemuda dan Mahasiswa.
Tugas saya yaitu saya sebagai ketua, jadi disini saya membina pemuda dan
mahasiswa. Baik pembinaan secara iman ataupun kreativitasnya.
Memfasilitasi pemuda dan mahasiswa untuk berkumpul beribadah.
2. Apa saja kegiatan yang dilaksanakan oleh komisi
Melakukan kunjungan ke wilayah lain, melakukan kegiatan olahraga yaitu
GKJW Bangkalan Cup, melakukan kegiatan antar lintas agama yaitu
kunjungan panti asuhan, bagi bagi takjil untuk ramadhan. Untuk pembinaan
lebih dalam yaitu ibadah kreatif berupa camp dan untuk kegiatan rutin yaitu
ibadah pemuda tiap minggu.
3. Apakah setiap terlaksana nya suatu kegiatan pihak gereja akan meminta
pelaporan keuangan dan laporan pertanggungjawabannya?
Ya, jadi kalo dikami kebetulan kalo di pemuda tiap komisi diberi anggaran
yang namanya rancangan anggaran dan penyusunan anggaran tahunan.
Anggaran yang kita ajukan itu yang akan di acc, setiap komisi akan diberikan
anggaran sesuai budget yang di berikan gereja. Anggaran yang kami
keluarkan setelah kegiatan tersebut terlaksana.
4. Bagaimana kah alur pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan tiap
program kerja?
- Siapa yang membuat laporan keuangan dan laporan pertanggung
jawaban?
Saya, ketua komisi
- Siapa yang memeriksa dan menerima laporan tersebut
- Bagaimana kah proses pelaporan dan pertanggung jawabannya
- Kapan laporan tersebut diserahkan/dibuat
Dalam rapat pleno majelis diperiksa bendahara dan diperiksa
bendahara dan di catat oleh sekertaris
Evaluasi : sejauh ini sudah terlaksana atau tidak terlaksana.
5. Apakah ada acuan/ standar dalam membuat laporan keuangan dan laporan
pertanggung jawaban
- Dari majelis agung, jadi kalau dalam GKJW ada dua struktur besar
yaitu Majelis agung dan Majelis Daerah. Acuan kita adalah Free
budget yang dari MA, kita menyetor berapa karena GKJW mandiri.
Jadi kalo dirasa budget tahun sebelumnya terlalu tinggi bisa
dikurangin. Jika kegiatan A tidak efektif itu akan di pangkas atau di
upgrade. Kemudian tiap komis mengacu pada Majelis Daerah seperti
kita bagian dari Surabaya Timur
Transkip wawancara
Tanggal
Waktu
Narasumber
Jabatan : Bendahara
1. Apakah laporan keuangan GKJW mengikuti PSAK 45?
Tidak, karena Gkjw sendiri sudah memiliki standarnya dari Majelis Daerah yaitu model
A dan model B. Nanti saya berikan filenya dan ini selalu diserahkan dalam sidang jemaat
Daerah yang akan terus dlaporkan kesana. Untuk menjadi bahan masukan
2. Apa sajakah tugas dan peran ibu sebagai bendahara satu
Saya memegang kas gereja. Bendahara satunya akan memegang uang dagangan, uang
pembangunan.
3. Bagaimana sumber penerimaan kas pada GKJW dan kepada siapa dilaporkan
Tentunya dari persembahan, yaitu seperti oersembahan mingguan, persembahan bulanan.
Kalo khusus ke saya persembahan bulanan, persembahan keluarga, persembahan
perpuluhan , syukur pribadi itu masuk ke kas jemaat. Kemudian untuk pembukuannya
setiap minggu di buat dalam warta jemaat yang diterbitkan tiap minggu untuk
mewartakan pada jemaat di gereja. Kemudian setiap dua minggu sekali dilaporkan dalam
rapat PHMJ dan setiap bulan dilaporkan ke KP2J.
4. Apakah GKJW memiliki rencana anggaran pertahun dan pernahkah GKJW Mengalami
penerimaan kas yang kurang dari anggaran?
Pernah, ada rancangan anggaran untuk tahun depan dan setiap tahunnya ada. Dan tiap
tahun membuat anggaran tiap tahun untuk kedepannya.
5. Bagaimana LPJ Bendahara?
Dilaporkan dalam warta jemaat tiap minggu
6. Apakah pihak GKJW memberitahukan pada pihak eksternal tentang penerimaan
kas(jemaat atau yang lain) maksud saya adalah agar terciptanya transparansi dalam
GKJW apakah diberitahu?
Ya tentu, di laporkan tiap minggu dalam warta jemaat.
C. Pembahasan
Dari jawaban Bapak Pendeta, Bendahara dan Ketua Komisi maka dapat disimpilkan
bahwa Gereja GKJW Bangkalan Jemaat Telang belum membuat laporan keuanganmenurut
PSAK 45 untuk organisasi nirlaba. GKJW Bangkalan Jemaat Telang membuat laporan
keuangannya berdasarkan dari model yang diberikan oleh Majelis Agung. Jadi ada dua
Model dalam membuat laporan keuangan dalam GKJW Bangkalan Jemaat Telang yaitu
Model A dan Model B. GKJW Bangkalan Jemaat Telang memiliki 2 bendahara dan kedua
bendahara tersebut memiliki tugas yang berbeda. Bendahara satu memegang uang kas seperti
persembahan dan bendahara dua memiliki tugas untuk memegang uang dagangan dan uang
pembangunan. Dalam GKJW Bangkalan Jemaat Telang setiap komisi memiliki rencana
anggaran tiap tahunnya dan dasar dari anggarannya tersebut diambil dari anggaran tahun
sebelumnya apakah akan meningkat atau menurun. Dalam setiap terlaksananya suatu
kegiatan tiap komisi dalam GKJW Bangkalan Jemaat Telang alur pelaporannya yaitu yang
membuat laporannya adalah Ketua Komisi, dilaporkan dalam rapat pleno majelis yang
diperiksa oleh bendahara dan dicatat oleh sekertaris. Dalam rapat tersebut ada evaluasi
kegiatan yaitu apakah kegiatan tersebut tdak terlaksana ataupun terlaksana. Dalam GKJW
Bangkalan Jemaat Telang ada juga Tim Verifikasi yang disebut sebagai Komisi Pengawasan
Perbendaharan Jemaat(KP2J) itu yang akan memeriksa yang tertulis dan bukti bukti fisiknya
sama atau tidak dan seterusnya. Dalam GKJW Bangkalan Jemaat Telang melakukan
pengendalian internal nya yaitu pengawasan nya sudah dilakukan dengan tim verifikasi
yaituKP2J kemudian untuk pelaporannya masing – masing komisi juga menyerahkan bukti
fisik untuk pelaporan pertanggung jawabannya. Pemisahan fungsi bendahara juga di
pisahkan dan prosedur akuntansinya sudah dibuat sehingga pengendalian internalnya sudah
dilakukan dalam GKJW Bangkalan Jemaat Telang.