Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Cita-cita ataupun Visi dan Misi dari ajaran Agama Hindu adalah seperti ucap sastra
“Moksartham jagadhitaya ca iti dharmah artinya; “Tujuan Dharma adalah untuk mendapatkan
Moksa dan Jagadhita”. Kemudian “Atmanam moksartham jagadhitaya ca” artinya; “Tujuan
Atman (roh) adalah untuk mencapai Jagadhita dan Moksa”. Dalam mewujudkan masyarakat
kerta jagadhita yang sejahtera disebutkan pada hakekatnya hampir semua masyarakat ingin
mewujudkan Jagadhita (sejahtera), Kerta (aman) dan Trepti (tertib) yang meliputi
kesejahteraan lahiriah dan adyatmika yaitu kesejahteraan batiniah.

Keberadaan manusia pada hakekatnya, terwujud sebagai manusia bersifat sosial dan
manusia yang berbudaya. Menurut kodrat alam, manusia di mana – mana dan pada zaman
apapun juga selalu hidup bersama. Berbagai kondisi obyektif dan perjalanan historis
mengakibatkan manusia berusaha mengembangkan sistem sosial dan sistem budayanya secara
khas. Manusia sebagai individu mempunyai kehidupan jiwa yang menyendiri, namun manusia
sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dari masyarakat
Dalam masyarakat, tentu setiap manusia selaku anggota dalam suatu masyarakat harus
memiliki suatu tujuan hidup, agar nantinya dapat tercipta suatu keharmonisan, kerukunan, serta
kesejahteraan antarsesama umat manusia. Dalam mencapai tujuan hidup, tentunya setiap
manusia harus memiliki pedoman-pedoman yang dapat mengarahkannya secara benar dalam
mencapai tujuan hidupnya. Salah satu yang dapat dijadikan pedoman dalam mewujudkan
tujuan hidup adalah agama, sebab setiap agama di dalam ajarannya tentu mempunyai suatu
tujuan dalam kehidupan bagi setiap umatnya. Tidak terkecuali dengan agama Hindu. Agama
Hindu dalam ajarannya juga memiliki tujuan hidup bagi umat-umatnya seperti halnya agama-
agama lainnya, yaitu “Moksartham Jagadhita ya ca iti Dharma”, yang artinya bahwa agama
(dharma) bertujuan untuk mencapai kebahagiaan rohani dan kesejahteraan hidup jasmani atau
kebahagiaan secara lahir dan bathin (Moksa).
Jika dihubungkan dengan masyarakat, tujuan hidup bagi setiap umat Hindu sesuai dengan
ajaran agamanya adalah mewujudkan masyarakat yang jagadhita, yaitu suatu masyarakat yang
sejahtera, tentram, damai, serta berbudi pekerti luhur. Sudah pasti, dalam mewujudkan
masyarakat jagadhita tersebut memerlukan suatu tahapan-tahapan agar nantinya tujuan dari
agama Hindu itu sendiri dapat tercapai.
Dalam mencapai kehidupan yang harmonis, pemimpin memiliki peran strategis. Membawa
masyarakat sampai ke pintu kesejahteraan (kebahagiaan) dan keharmonisan, sesungguhnya
bagian dari yadnya seorang pemimpin. Karena itu menjadi pemimpin mutlak membahagiaan
rakyatnya, sesuai makna raja (pemimpin) itu sendiri. Dalam sastra agama disebutkan, raja
(pemimpin) berasal dari kata rajintah yang artinya membahagiakan rakyat. Pun, kepercayaan
dalam menjalankan yadnya itu hendaknya digunakan sebaik-baiknya. Untuk mencapai
kehidupan yang demikian itu, sejatinya diperlukan kerja sama semua pihak. Visi dan misi untuk
mencapai kehidupan masyarakat yang jagadhita, perlu diusung bersama.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka kami sebagai penulis
menemukan beberapa permasalahan yang kiranya perlu untuk dibahas dan dikaji dalam paper
ini. Adapun permasalahan tersebut sebagai berikut :
1. Apakah pengertian dari masyarakat kerta jagadhita ?
2. Bagaimana caranya mencapai masyarakat kerta jagadhita ?
3. Apa peranan umat Hindu dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera ?
4. Apa tanggung jawab umat Hindu dalam mewujudkan HAM dan Demokrasi ?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Tujuan Umum Penulisan

Tujuan umum penulisan paper ini adalah untuk mendapatkan pandangan dan informasi
bagaimana sesungguhnya masyarakat kerta jagadhita tersebut, peranan beserta tanggung
jawabnya demi Negara Indonesia sesuai dengan ajaran agama Hindu. Dan bilamana
permasalahan tersebut telah dipahami, maka seharusnya masyarakat mampu mewujudkan dan
mempertahankan manfaat dari masyarakat kerta jagadhita tersebut.

Tujuan Khusus Penulisan :

Tujuan khusus penulisan paper ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengertian masyarakat kerta jagadhita


2. Untuk mengetahui cara yang diamalkan dalam mencapai masyarakat kerta
jagadhita
3. Untuk mengetahui apa – apa saja dan seberapa besarkah peranan umat Hindu
dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera
4. Untuk mengetahui apa tanggung jawab umat Hindu dalam mewujudkan HAM
dan Demokrasi.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Masyarakat Kerta Jagadhita


Masyarakat secara umum adalah sekelompok orang yang bergaul, berkomunikasi dan
berinteraksi satu dengan yang lain, dengan berbagai unsur yang ada di dalamnya, dengan
identitas bersama. Masyarakat menurut pandangan agama hindu adalah berangkat dari
konsepsi kula (keluarga), gotra atau mahagotra (himpunan keluarga besar atau yang lebih
besar) yang berkembang meliputi suatu wilayah desa hingga terbentuknya suatu tatanan hidup
bersama.
Masyarakat kerta jagaditha adalah masyarakat yang sejahtera. Pada hakekatnya hampir
semua masyarakat ingin mewujudkan masyarakat yang Kerta (aman) dan Jagadhita
(sejahtera). Jagadhita dimaksudkan disini meliputi wahya yaitu kesejahteraan lahiriah dan
adyatmika yaitu kesejahteraan batiniah. Kerta yang dimaksudkan disini yaitu merujuk pada
ketentraman dan kebrlimpahan sebagaimana halnya di kahyangan atau di sorga.
Peran umat hindu untuk mewujudkan masyarakat kerta jagadhita melalui bekerja tekun,
giat membenahi diri dan membangun diri. peran membangun diri yang dimaksudkan yaitu
suatu proses yang menunjukkan adanya suatu kegiatan guna mencapai kondisi yang lebih
tinggi jika dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Adapun bidang-bidang dalam
membangun diri tersebut antara lain: pembangunan dibidang fisik akan mewujudkan
kesejahteraan ekonomi dan peralatan hidup, pembangunan dibidang rohani akan mewujudkan
kesucian dan ketenangan pikiran, pembangunan dibidang mental akan mewujudkan
ketentraman dan kenyamanan perasaan, dan pembangunan dibidang perilaku akan
mewujudkan ketertiban dan kedisiplinan, baik individu maupun dalam kehidupan
bermasyarakat khususnya di desa adat.

2.2 CARA MENCAPAI MASYARAKAT KERTA JAGADHITA


Masyarakat kerta Jagadhita dapat dicapai melalui beberapa cara, yang dapat secara
langsung dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut teori agama hindu terdapat 2 cara
untuk mencapai masyarakat kerta jagadhita, 2 cara itu sebagi berikut:

a. Tri Hita Karana ini terdiri dari kata Tri yang artinya tiga, Hita artinya kesejahteraan dan
Karana artinya yang menyebabkan, jadi Tri Hita Karana adalah tiga penyebab
kesejahteraan.
Bagian – Bagian dari Tri Hita Karana:
1) Parhyangan
Parhyangan adalah hubungan antara manusia dengan Tuhan. Tuhan memberikan
alam semesta beserta isinya kepada manusia. oleh sebab itu manusia patut
mensyukurinya dengan cara melakukan sembahyang, bersembah kepada Beliau.
Dengan cara itu kita dapat merasakan sebuah ketenangan, kedamaian lahir bathin,
sehingga kelak akan terciptanya suatu kesejahteraan.

2) Pawongan
Pawongan adalah hubungan manusia dengan manusia, dimana sebagai manusia kita
tidak bisa hidup sendiri karena manusia saling membutuhkan satu sama lainnya.
Oleh karena itu, sebagai manusia harus saling menghormati, mengargai dan
menjunjung tinggi kerukunan antar manusia. Dengan itu dapat menciptakan suatu
hubungan yang harmonis, dimana kelak nantinya akan menciptakan suatu
kesejahteraan.
3) Palemahan
Palemahan adalah hubungan antara manusia dengan lingkungan. Manusia yang
memiliki akal pikiran seharusnya memperhatikan lingkungan dimana mereka
berada, karena jika lingkungan tersebut rusak, suatu kenyamanan untuk tinggal dan
menetap di ruang lingkup tersebut akan terganggu, otomatis jika kita melestarikan
dan menjaga suatu kenyaman maka akan terwujud kesejahteraan dalam hidup.

Dari ketiga bagian diatas, jika salah satunya tidak diamalkan maka kesejahteraan di
dunia ini tidak akan terwujud. Walaupun ketiga bagian diatas memiliki makna yang berbeda,
tetapi tujuan dan manfaatnya akan kita rasakan. Oleh karena itu, pentingnya kita mengamalkan
ajaran Tri Hita Karana dalam kehidupan beragama ini untuk menciptakan kehidupan sejahtera
lahir dan batin. Selain itu juga agama Hindu mengajarkan bahwa dalam kesejahteraan
menyangkut kehidupan material dan spiritual berdasarkan Tri Warga.

b. Tri Warga berasal dari kata tri dan warga. Tri berarti tiga, dan warga berarti bagian.
Jadi Tri warga adalah tiga bagian ajaran rohani untuk mencapai moksa dan jagadhita.
Bagian – bagian Tri Warga:
- Dharma
Dharma berarti ajaran-ajaran kerohanian dan budi pekerti dari agama hindu itu
sendiri.
- Artha
Artha dapat diartikan sebagai harta yaitu seperti benda atau sarana yang dapat
memuaskan naluri.
- Kama
Kama merupakan hawa nafsu, dan keinginan manusia.
Sloka mengenai ajaran Tri Warga:
Dharmathakamamoksanam

Sariram sadhanam

(Brahma purana,228.45)
Artinya:
Tubuh adalah sarana untuk mendapatkan Dharma (kerohanian dan kesusilaan),artha
(sarana hidup duniawi dan harta benda),kama (naluri,nafsu,dan keingginan) dan moksa
(kelepasan roh dari penderitaan duniawi serta kehidupan abadi di akherat).
2.3 PERANAN UMAT HINDU DALAM MEWUJUDKAN MASYARAKAT
INDONESIA YANG SEJAHTERA
Pengertian tentang masyarakat sebgai sebuah komunitas dalam pandangan hindu
adalah berangkat dari konsepsi kula (keluarga), gotra atau mahagotra (himpunan keluarga besar
atau yang lebih besar )yang berkembang melingkupi suatu wilayah desa sehingga terbentuknya
suatu tatanan hidup bersama, baik yang disebut kula dresta, desa dresta atau loka drestra, dan
sastra drestra. Setiap kula atau gotra pada dasarnya merupakan unit kecil dari system tatanan
dharma- dharma dalam sebuah kesatuan kosmos yang bertujuan mewujudkan kreta (pakertan),
yakni kesejahteraan warganya. Dari kerta (kreta ini dikembangkan menjadi keraman atau desa
pekraman seperti dikenal pada masyarakat di bali.
Konsepsi kerta (kreta) yang di pahamkan dalam konteks keraman ini secara ideal (dan
utopis) merujuk kepada ketentraman dan keberlimpahan sebagai mana halnya di khayangan
atau sorga; ketentraman dan keberlimpahan itu adalah sepatutnya dihadirkan di bumi bagi
segenap umat manusia. Hal ini di sebutkan dalam Atharva Veda, sebagai berikut :
“Jnana bibhrati bahudha vivacasam,
nanadharmanam pritivi yathaukasan.
Shasram dhara dravinasya me duham,
Dhruveva dheur anapasphuranti”
(Atharva Veda XII.1.45)
“Bumi yang memikul beban, bagaikan sebuah keluarga, sebuah orang berbicara dengan bahasa
berbeda-beda dan yang memeluk kepercayaan (agama) yang berbeda- beda pula, semoga ia
melimpahkan kekayaan kepada kita, tumbuhkan penghargaan diantara Anda seperti sapi betina
(kepada anak-anaknya)”
“ Samani prapa saha vo-annabhagah,
Samane yoktre saha vo-yunajmi.
Samyanco-agnim saparnyata.
Ana nabhim iva-abitah.”
(Atharva veda III.30.6)
“Engkau mengambil makanan dan air mu ditempat yang sama. Aku menyatakan Anda semua
dengan suatu ikatan saling pengertian.
Sembahlah Tuhan Yang Maha Esa dengan kebulatan hati ( musyawarah ) dan tujulah
kehidupan yang bersatu seperti sebuah as roda yang di kelilingi oleh jari-jarinya”.
“Jyayavantas Cittino ma vi yausta,
Sam radhayantah sadhuras caran-tah.
Anyo anyasmai algu vadanta eta.
Sadhrician vahsammanasaskraomi”
(Atharva Veda III.30.5)
“ Wahai uamat manusia, dengan berjalan kearah depan anda seharusnya tidak saling
bertentangan, karena anda adalah para pengikut tujuan yang sama, yang hormat kepada orang
tua, yang memiliki pemikiran-pemikiran yang mulia dan ikut serta di dalam pikiran yang sama.
Aku mempersatukan anda dan memberkahimu dengan pemikiran-pemikiran yang mulia”.
“ Ajyesthaso akanisthasa ete,sam
Bhrataro vav rdhuh saubhagaya”
(Rg Veda V.60.5)
“Pada Dewa Marut bertingkah laku seperti sesama saudara dan mereka membeci orang yang
membedakan tinggi dan rendah, majulah diaku menuju kemakmuran”.

“Sagdhis ca me saptitas ca me”


(Yayur Veda XVIII 9 )
“Hendaknya terdapat tempat makan umum, untuk makan dan minum”.

“Indram vardhanto apturah


krnavanto visvam aryanam
Apaghnanto Aravnah”
(Rg Veda IX.63.5)
“Semoga semua dari Anda menjadi giat dan bijak. Buatlah seluruh masyarakat menjadi mulia
dan hancurkanlah orang-orang kikir”.

Dari kutipan di atas dapat di pahami bahwa setiap manusia Hindu yang merupakan
bagian dari anggota keluarga, mahagotra, dan desa pakaraman secara teologis telah dibekali
sebuah kesadaran social-ekonomi cultural untuk berperan mengkondisikan dan membangun
sebuah masyarakat yang kerta-raharja (civil society) atau masyarakat madani/ sejahtera. Upaya
ini tidak sekedar tergantug kepada pimpinan Negara, akan tetapi bertumpu kepada setiap
individu. Hal ini selaras dengan konsep Hindu yang memandang bahwa setiap manusia Hindu
adalah seorang pemimpin; pertam-tama adalah memimpin mengendalikan indra-indranya ke
hal yang positif, sehingga ia jiga akan dapat memimpin keluarga dan masyarakat demi
terciptanya kesejahteraan bersama. Mewujudkan kesejahteraan pada prinsipnya sebuah
dharma-agama sekaligus dharma-Negara dan dharma-kemasyarakatan.
2.4 TANGGUNG JAWAB UMAT HINDU DALAM MEWUJUDKAN HAM DAN
DEMOKRASI
Masyarakat adalah kumpulan orang-orang yang selalu bergaul satu dengan yang lain
sehingga terjadi kontak dan interaksi. Sebagai kelompok yang tetap eksis masyarakat
mempunyai identitas bersama, masyarakat Hindu mempunyai ciri-ciri sendiri yang khas.
Agama Hindu mengajarkan bahwa kesejahteraan adalah yang menyangkut kehidupan material
dan spiritual berdasar atas dharma artha dan kama yang disebut tri warga, untuk mewujudkan
kesejahteraan harus dilaksanakan pembangunan masyarakat.

Bentuk-bentuk peran serta umat Hindu di antaranya peran serta dalam pemikiran,
penggalangan dana, penyediaan tenaga dan peran serta dalam penggalian sumber-sumber
kekayaan. Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar atau hak-hak pokok yang dibawa sejak lahir
sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Hak-hak asasi manusia diperjuangkan dalam
kurun waktu panjang, dan telah masuk dalam pasal-pasal Undang-undang Dasar Republik
Indonesia. Tanggung jawab umat Hindu dalam mewujudkan hak asasi manusia dan demokrasi
dilaksanakan dengan memenuhi kewajiban untuk mengamalkan Undang-undang Dasar 1945
karena dalam pasal-pasalnya sudah masuk hak-hak asasi manusia dan sendi-sendi demokrasi.

Sarana untuk mewujudkan jagadhita itu adalah melalui bekerja tekun dan giat
membenahi diri dan membangun diri meliputi pembangun dibidang fisik, pembangunan
dibidang rohani, mental dan perilaku. Pembangunan dibidang fisik akan mewujudkan
kesejahteraan ekonomi dan peralatan hidup, pembangunan dibidang rohani akan mewujudkan
kesucian dan ketenangan pikiran, pembangunan dibidang mental akan mewujudkan
ketentraman dan kenyamanan perasaan, dan pembangunan dibidang perilaku akan
mewujudkan ketertiban dan kedisiplinan, baik individu maupun dalam kehidupan
bermasyarakat khususnya di desa adat . maka dari itu adalah mutlak perlu diciptakan suatu:
trepti ring tata parhyangan (tata tertib dalam tata prahyangan), trepti ring tata pawongan (tata
tertib dalam perilaku manusianya) dan trepti ring palemahan ( tertib dalam pemakain tanah
desa dan sesuai dengan aturan yang berlaku) di desa adat yang bersangkutan, sehingga
terwujud suatu kondisi masyarakat desa adat yang kerta, raharja dan jagadhita
Untuk mewujudkan kesejahteraan harus ada pembangunan, yaitu suatu proses yang
menunjukkan adanya suatu kegiatan guna mencapai kondisi yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Ada keselarasan antara tujuan pembangunan
dengan tujuan agama Hindu, yaitu untuk mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan
kebahagiaan di akhirat.

Tanggung jawab dalam mewujudkan HAM dan Demokrasi bagi sebuah kehidupan
masyarakat dalam pandangan Veda, pada dasarnya tidak dapat di pisahkan dharma-karma.
Dalam pemahaman tentang dharma-karma baik dalam konteks dharma-agama, dharma-
negara,dharma-kemasyarakatan, maka makna ham akan di pahami sebagai salah satu kesatuan
dengan KAM (Kewajiban Asasi Manusia ). Selanjutnya, dengan memahami makna HAM dan
KAM sebagai salah satu kesatuan juga berarti memahami konsepsi HAR( Hak Asasi Ruh) dan
KAR (Kewajiban Asasi Ruh ) yang terlahirkan sebagai manusia. Seperti telah disinggung
dalam pembicaraan di atas, pandangan filsafat manusia Hindu lebih berat tendensinya kepada
paham seperti ritualisme bahwa jiwa- atman lebih tinggi dari badan materi.

Dalam kaitan ini, Mahatma Gandhi mengatakan : “Sumber dari seluruh hak yang sejati
ialah kewajiban. Asal saja kita semua melaksanakan kewajiban sendiri (Suadharma), tidak
terlalu susah mengejar hak”. Pandangan Mahatma Gandhi ini pada dasarnya bersumber dari
Bhagawadgita, sebagai berikut :
“Tasmad asaktah satatam,
Karyam karma samacara,
Asakto hy acara karma,
Param apnoti purusah.”
“oleh karena itu, laksanakanlah segala kerja kewajibanmu tanpa terikat pada hasil (sebagai
hak). Sebab kerja yang bebas dari keterikatan bila melakukanya, maka orang itu akan mencapai
(tujuan) yang tertinggi ”.
Dalam bahasa yang lain, Svami Vivankananda mengatakan: “ Tiap-tiap kewajiban
adalah suci, dan mengabdikan diri kepada suatu kewajiban adalah suatu bentuk pemujaaan
terhadap Tuhan yang tertinggi ”. Dengan demikian sudah sangat jelas bagi masyarakat Hindu,
bahwa mewujudkan HAM tidak dapat di lakukan tanpa KAM. Dengan kata lain bahwa
pemahan dan pelaksanan KAM secara otomatis telah mengandung HAM sekalipun tidak
tampak dalam bentuk benda materi yang nyata.
Selanjutnya pustaka suci Bhagawadgita II 40-41-45, menjelaskan sebagai berikut :
“Dijalan ini tak ada usaha yang sia-sia, dan tak ada rintangan yang tidak teratasi bahkan
walaupun sedikit dari dharma ini sudah cukup untuk membebaskan dari kekuatan yang
mengerikan”.
Tak ada langkah yang sia-sia karena dan setiap usaha yang dilakukan dalam penuh
perjuangan akan meninggalkan nilai yang akan di perhitungkan sebagai jasa.
“Dalam hal ini, wahai Kurunandana (Arjuan), yang pikirannya sudah bulat, pemahamannya
menyatu; sedangkan yang pikirannya masih ragu-ragu, pemahamannya bercabang dan tak ada
habis-habisnya”.
Disisni dengan jelas diharapkan untuk dapat mengkonsentrasikan pikiran dalam
mencapai keberhasilan, karena kegiatan apapun yang di kerjakan tanpa konsentrasi, tak akan
memberikan keberhasilan. Pada dasarnya, pikiran manusia senang tiasa mengembara kemana-
mana terutama mengingatkan dirinya pada objek-objek kenikmatan material, sehingga untuk
dapat melakukannya semacam ini di perlukan usaha keras yang di sertai semangant yang
tunjung pamadam.
Kegiatan dari triguna (tiga sifat alam) adalah msalah pokok dari kitab weda, tetapi
engkau hendaknya membebaskan darimu dari padanya, wahai arjuna ; bebaskan pula dirimu
dari dualitas(pasangan yang saling bertentangan) dan mantapkan pikiranmu dalam kemurnian,
jangan memperdulikan tentang masalah duniawi dan berkonsentrasi pada sang diri”.
Pelaksanaan upacara ritualitas diperlukan untuk memelihara kehidupan duniawi
sebagai hasil dari triguna mendapatkan hasil kesempurnaan yang lebih tinggi,kita harus
mengarahkan perhatian kita pada realitas tertinggi .
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masyarakat kerta jagaditha adalah masyarakat yang sejahtera. Pada hakekatnya hampir
semua masyarakat ingin mewujudkan masyarakat yang Kerta (aman) dan Jagadhita
(sejahtera). Peran umat hindu untuk mewujudkan masyarakat kerta jagadhita melalui bekerja
tekun, giat membenahi diri dan membangun diri. Ada 2 cara didalam ajaran agama hindu untuk
mewujudkan masyarakat kerta jagadhita yaitu dengan melaksanakan Tri Hita Karana dan Tri
Warga. Tri Hita Karana adalah tiga penyebab kesejahteraan. Tri warga adalah tiga bagian
ajaran rohani untuk mencapai moksa dan jagadhita. Dalam mewujudkan masyarakat kerta
jagadhita juga dipengaruhi oleh tanggung jawab umat hindu dalam mewujudkan HAM dan
demokrasi dalam bangsa dan negara.

3.2 Saran
Melalui pemaparan isi paper ini, para pempaca diharapkan dapat menambah wawasan
tentang pengertian dan cara mewujudkan masyarakat kerta jagadhita di kehidupan nyata.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen Agama Hindu Unud. 2015. Pendidikan Agama Hindu di Perguruan Tinggi.
Denpasar: Udayana University Press.

Alukta. 2014. http://hindualukta.blogspot.com/2015/11/pengertian-jagadhita.html. (diakses


tanggal 20 November 2015)

http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2004/6/23/bd1.htm (diakses pada tanggal 20


November 2016)

Anda mungkin juga menyukai