Anda di halaman 1dari 5

CARA MEYAKINI TUHAN DALAM AGAMA HINDU

Oleh
PUTU EKA SURA ADNYANA
Teologi Smt I Sore

Tujuan agama ialah : mencapai kebahagiaan duniawi dan kebahagiaan rokhani. Untuk
mencapai tujuan itu dapat ditempuh tiga jalan yang disebut Tri Marga. Diantara ketiga jalan itu
maka Bhakti Marga atau Bhakti Yoga yaitu sujud bhakti kepada Tuhan adalah jalan yang
termudah. Bhakti Marga tidak memerlukan kebijaksanaan yang tinggi atau jnana. Oleh sebab itu
sebagian besar umat manusia dapat melakukannya.
Untuk menimbulkan rasa bhakti kepada Tuhan yang berwujud suksma maka perlu yakin
dahulu dengan adaNya. Keyakinan akan adanya Tuhan disebut Widhi Sraddha. Widhi artinya
Tuhan dan sraddha berarti keyakinan. Orang tidak mungkin akan dapat sujud bhakti kepada
Tuhan apabila ia tidak percaya akan adaNya. Oleh karena itu terlebih dahulu perlu adanya
sraddha atau keyakinan. Yajur Weda XIX.30 mengatakan :
Sraddhaya satyam apnoti
Dengan sraddha orang akan mencapai Tuhan
Sraddham satye prajapatih
Tuhan menetapkan, dengan sraddha menuju satya.

Banyak fakta-fakta yang menyebabkan timbulnya keyakinan di dalam diri manusia


terhadap adanya Tuhan. Keyakinan terhadap Tuhan itu timbul pada diri manusia melalui tiga
cara yaitu :
1. Bagi kebanyakan orang keyakinan itu timbul berdasarkan agama pramana yaitu berdasarkan
ceritra-ceritra atau ucapan-ucapan dari orang yang dapat dipercaya seperti para Maha Rsi.
Dalam hal keyakinan itu timbul berdasarkan kesaksian yaitu kesaksian orang yang
wajar dapat dipercaya yang dinyatakan dalam kata-katanya dan kesaksian wedha. Oleh
karena wedha itu adalah wahyu Tuhan maka kesaksian wedhalah yang sempurna, sedangkan
kesaksian manusia tidaklah demikian. Kesaksian manusia itu dianggap benar apabila yang
menyaksikan adalah yang dapat dipercaya, seperti para Maha Rsi.
Adapun kesaksian dapat kita perhatikan kutipan dibawah ini :

1
2

a. Janmadhyasya yatah : (Brahma Sutra I.2)


(Tuhan ialah) dari mana mula (asal) semua ini.
b. Sastroyonitwat (Brahma Sutra I.3)
Hanya kitab suci cara yang baik untuk mengenal Tuhan
c. Aham sarwasya prabhawo
mattah sarwam prawartate
iti matwa bhayante mam
budha bhawasamamwitah
(Bhagawad Gita X.8)
Aku adalah asal dari semua
dari aku makhluk muncul,
mengetahui ini, orang bijaksana menyembah Aku,
dengan penuh rasa penyatuan diri

Sa paryagao chukram akayam


awranam asnawiram suddham
apapa widdham kawir manisi
paribhuh, swayambur yatha
tathyato rtham wyadadhao
Chaswati bhyah samabhyah
(Isa Upanisad 8)
Hendaknya diketahui bahwa Ia Maha Kuasa,
Tak bertubuh, tak teraba, tak berurat nadi,
Suci, tak terkena oleh penderitaan,
Maha tahu, ahli pikir, Maha besar, ada tanpa
diadakan, pemberi rahmat atas segala keinginan
sejak jaman dahulu kala

Sarwam idam khalu Brahman (Chandogya Upanisad 3.14.1).


Segala yang ada ini tidak lain dari pada Brahman.
3

Dari kutipan-kutipan sloka tersebut dapatlah kita ketahui siapa atau apakah Tuhan itu.
Berdasarkan kutipan tersebut pada dasarnya menerangkan bahwa Tuhan adalah Yang Maha
Kuasa yang menjadi asal mula dari segala sesuatu.

2. Terdapat juga beberapa orang yang yakin akan adanya Tuhan berdasarkan anumana
pramana yaitu dengan penyimpulan dari sesuatu perhitungan yang logis.
Misalnya : kita ketahui bahwa segala yang ada, ada yang mengadakan seperti adanya meja
dibuat oleh tukang kayu, adanya rumah dibuat oleh tukang rumah, ada arloji
dibuat oleh pabriknya dan sebagainya.
Kemudian adanya jutaan matahari, planit, bintang, bulan, gunung, laut, hutan, bumi,
binatang, tumbuh tumbuhan yang beraneka ragam.
Siapakah gerangan yang mengadakannya ? Ialah Yang Maha pencipta yang merupakan asal
mula dari segala yang ada. Ia yang tanpa permulaan tanpa tengah dan tanpa akhir. (Tan
paadi, ta pamadhya, tan paanta). Demikian pula di dunia ini ada tata tertib sehingga tampak
adanya suatu rencana yang berdasarkan pemikiran dan tujuan tertentu. Misalnya : ahli ilmu
hayat menyatakan bahwa maksud bunga berwarna indah tidak lain dari pada untuk menarik
kumbang, supaya kumbang datang bertengger diatas bunga untuk mengisap madu. Madu
adalah upah kumbang karena jasanya dalam memindahkan tepung sari bunga jantan yang
melekat pada bulu kaki kumbang itu kedalam putik sari bunga betina sehingga timbul
perkawinan bunga, pembuahan dan pembiakan. Begitu pula mengenai siklus kehidupan
makhluk di dunia ini. Peredaran bumi, bulan, planit, bintang yang terhitung banyaknya
sebagai isi cakrawala ini namun satu dengan lainnya tidak bertubrukan dan betapa luasnya
ruang angkasa itu.
Dari hal tersebut akan timbul kekaguman dalam hati kita mengenangkan kebenaran dan
keanehan di alam ini yang seolah-olah ada kekuatan yang maha bijaksana dan cerdas yang
mengadakan dan mengatur alam semesta ini. Apakah kiranya kekuatan itu ? Ada yang
menyebut hukum alam, namun ada juga yang menyebut hukum kebijaksanaan Tuhan.
Dengan anumana atau dengan penyimpulan berdasarkan gejala-gejala keanehan alam ini
orang dapat percaya akan adanya Tuhan. Makin banyak orang menemui dan mengalami
keanehan alam berdasarkan pengalaman biasa maupun keanehan yang timbul karena
4

penyelidikan ilmu pengetahuan, maka kuat keyakinan orang akan adanya Tuhan Yang Maha
Kuasa.
3. Ada pula orang-orang yang mengenal Tuhan dengan pratyaksa pramana yaitu dengan
langsung merasakan atau mengalami adaNya. Bagaikan menjumpai manusia gaib yang tiada
berbeda tetapi dirasakan adaNya dengan pengalaman-pengalaman gaib yang mengherankan.
Kepada mereka itu, Tuhan melimpahkan ajaran suci untuk membimbing umat manusia
mencapai kesempurnaan lahir bathin. Hanya orang beriman yang alat wahyu atau wahyu atau
intuisinya tajam karena amal kebajikan dan kesucian rohaninya dapat bermuka-muka dengan
Tuhan dengan pengalaman gaib. Para Rsi atau Nabi adalah orang suci yang dapat mengalami
dan merasakan adanya Tuhan. Tuhan membuka tabir kebesaran dan keagunganNya
dihadapan beliau. Bagi beliau Tuhan tidak menjadi obyek keyakinan lagi melainkan
pengalaman. Ia tidak menjadi obyek agama atau anumana, tetapi pratyaksa. Di dalam Arjuna
Wiwaha diterangkan bahwa dengan kesucian bathin seseorang dapat menjalani wujud
Tuhan :
(1) Sasiwimbha haneng ghata mesi banyu
Ndan asing suci nirmala mesi wulan
Iwa mangkana rakwa kiteng kadadin
Nidanggembeki yoga kiteng sakala
(Arjuna Wiwaha.11.1).
Artinya :
Bagaikan bulan didalam tempayan berisi air,
Di dalam air yang suci jernih terdapatlah bulan,
Demikianlah konon Dikau pada makhluk
Pada orang yang melakukan Yoga, engkau
menampakkan diri.
(2) Katemuan ta marika si tan katemu
Kahidep ta marika si tan kahidep
Kawenang ta marika si tan kawenang
Paramartha siwa twa nirwarana
(Arjuna Wiwaha 11.2).
Artinya :
5

Dijumpai Paduka oleh mereka (Yogi yang berjiwa suci) yang tidak terjumpai
oleh umat biasa. Terasa Paduka (oleh mereka para Yogi) yang tidak dirasakan
oleh umat biasa. Terdapat paduka (oleh para Yogi) yang tidak dapat dicapai
oleh umat biasa. Yang bersifat Maha Mulia (Siwatma) dan tak terbayangkan
(Nirwarana), dijadikan tujuan tertinggi (Paramartha).

Sebagian besar umat biasa yakin berdasarkan agama atau sabda pramana, sebagian lain
berdasarkan anumana pramana dan sebagian kecil saja yang yakin berdasarkan pratyaksa
pramana. Atau dapat juga berdasarkan ketiga cara tersebut baik karena agama/sabda pramana,
karena anumana maupun juga secara pratyaksa.

Anda mungkin juga menyukai