Alamat: jln. Samudera no. 24 Jayapura 99115 kode pos 16 telp (0967) 524568. Email: smagab@yahoo.co.id
1. NELAYAN
Angin bertiup lembut menyejuk, cuaca terang cemerlang kena sinar Sang Rembulan.
Bintang bertaburan di langit laksana permata yang berserakkan dalam permadani biru.
Di sana di laut lepas, di tengah samudera raya, melancarlah dengan tenangnya sebuah
biduk nelayan yang sedang mengadu untung, mencari rejeki. Sungguh benar mereka
sedang mengadu untung, karena mereka mencari nafkah jauh di tengah segara yang
penuh mara bahaya. Bila laut mengamuk, topan mengganas, ditingkah dengan halilintar
menyambar sambung-menyambung, maka segenap jiwa raganya diserahkan kepada
Tuhan semesta alam. Mereka tak kenal jemu, pantang surut, haram baginya pulang
dengan membawa tangan hampa.
Dari : Rangkaian Mutiara
Latar waktu dan tempat cerpen Nelayan adalah ...
a. siang hari di samudera raya b. malam hari di langit biru
c. siang hari di tengah laut d. malam hari di laut lepas
e. pagi hari di laut lepas
2. Aminudin sangat kecewa setelah mengetahui bahwa gadis itu bukanlah Mariamin.
Agar ayahnya tidak malu dan kecewa, Aminudin menerima gadis itu sebagai isterinya.
Aminudin berkirim surat kepada Mariamin bahwa ia sudah menikah dengan gadis
pilihan ayahnya. Aminudin menjelaskan duduk perkaranya. Sebelum surat itu selesai
dibacanya, Mariamin sudah pingsan. Ia lalu jatuh sakit. Ayah Aminudin merasa bersalah
dan minta maaf kepada Mariamin dan ibunya. Ia berjanji akan tetap bersahabat dengan
keluarga Sutan Baringin.
Setelah satu tahun Aminudin menikah, Mariamin pun terpaksa menikah dengan
seorang kerani bernama Kasibun dari Padangsidempuan. Hidupnya sangat
menyedihkan karena tabiat suaminya sangat kasar, suka menyiksa dan dihinggapi
penyakit kotor. Oleh karena itu, ia tidak mau melayani suaminya, Kasibun.
Mariamin pun disiksa oleh suaminya. Akhirnya Mariamin bercerai dengan Kasibun
dan pulang ke kampungnya. Karena terlalu banyak menanggung derita, ia
meninggal dunia. Disadur dari Azab dan Sengsara
3. Maria yang bungsu, bersekolah di HIS dan Tuti guru di HIS di Petojo. Kedua gadis ini
mempunyai sifat yang sangat berlawanan. Maria wanita yang periang hidup penuh
kegembiraan. Sebaliknya Tuti wanita pemikir yang giat bergerak dalam perkumpulan
kaum putri. Ia tak pernah jemu memperjuangkan kaumnya. Pidatonya dalam rapat
selalu berapi-api, membangkitkan semangat kaum wanita untuk mengangkat derajat
mereka dengan kesadaran sendiri.
Hubungan Maria dengan Yusuf berpengaruh kepada Tuti. Diam-diam diperhatikan
gerak-geriknya Yusuf dan Maria. Namun lamaran Supomo ditolaknya karena ia tak
dapat menyerahkan dirinya kepada orang yang tidak dicintainya.Maria jatuh sakit. Ia
dirawat di Pacet. Selama itu Tuti dan Yusuf tinggal di Pacet dan setiap hari menjenguk
Maria bersama-sama. Diam-diam Tuti juga mengagumi Yusuf.
Penyakit Maria tidak dapat ditolong. Pada kunjungan Yusuf dan Tuti terakhir Maria
berkata dengan mereka. Digenggamnya tangan kedua orang yang dikasihinya itu,
kakaknya dan kekasihnya. Dia berpesan,”Alangkah bahagianya saya rasanya di akhirat
nanti kalau saya tahu, bahwa kakandaku berdua hidup rukun dan berkasih-kasihan
seperti kelihatan kepada saya dalam beberapa hari ini.”
Sinopsis novel di atas bertema ....
a. Cinta segitiga orang remaja
b. Pesan terakhir seorang adik pada kakaknya
c. Perjuangan hak asasi kaum wanita
d. Watak dan perilaku seorang anak remaja
e. Hak seorang wanita yang terinjak-injak
7. Pada waktu itu Kusno berusia 14 tahun, baru tamat sekolah rakyat. Sekarang hendak
melamar pekerjaan. Dan, dengan celana baru rasanya baginya segala pekerjaan terbuka.
Ia akan membuktikan kepada ayahnya bahwa ia adalah anak yang tahu membalas guna.
Pendek kata, keluarga Kusno pada hari itu bergirang hati seperti belum pernah
sebelumnya. Dan, kabarkabar tentang Pearl Harbour tidak bergema sedikit pun dalam
hati orang-orang sederhana itu.
Kalimat pertanyaan yang sesuai dengan penggalan novel tersebut adalah ...
a. Mengapa Kusno menurunkan martabatnya dalam mencari pekerjaan?
b. Apakah harapan Kusno setelah memperoleh pekerjaan di kantor?
c. Gambaran apakah yang terlintas di benak hati Kusno setamat SR?
d. Siapa yang membantu Kusno mencari pekerjaan?
e. Bagaimana keadaan Kusno pada wkatu itu?
11. Unsur intrinsik yang terdapat dalam penggalan cerpen di atas adalah...
a. Setting b. alur
c. penokohan d. Gaya e. amanat
Maafkanlah sayang
Segala salahku
Kini tinggal kenangan
Semua telah hilang
Reff:
Biarkan daku sendiri
Walau kusadari kini
Semua hanya duka lara (chrisye – adjie soetama)
Sajak Kita
Bagian rumpang puisi di atas dapat diisi dengan kalimat yang menekankan rima, yaitu
dengan kalimat…..
a. Akankah hari ini kita indah
b. Pasti hati menjadi gundah
c. Mungkinkah harus marah
d. Hadapi dengan warna merah
e. Haruskah menambah darah
38. Sabda Alam (cipt. Chrisye/ Junaedi S
Kicau burung bernyanyi
Tanda buana membuka hari
Dan embun pun memudar
Menyongsong fajar
Sejenak kuterlena
Akan kehidupan yang fana
Nikmat alam semesta
Nusa indah nirmala
Reff
Serasa pagi tersenyum mesra
Bertiup bayu membangkit sukma
Adakah esok kau senyum jua
Memberi hangatnya sejuta rasa
Berikut ini tidak sesuai dengan makna yang tersirat dalam larik-larik lagu di atas, yaitu...
A. alam menghangatkan suasana jiwa
B. alam damai jiwa pun damai
C. suasana alam adalah suara Tuhan
D. nikmat alam membuat terlena
E. alam damai adalah keniscayaan
40. ”Terima kasih Ignasha!”.... Aku tahu bahwa kau tidak akan menjadi Yudas. Terima kasih.
Kau memang tahu bahwa tanpa kau keluargaku akan mati kelaparan. Aku seorang diri,
kecuali keluarga kalian, aku tidak punya sanak famili, begitu juga istriku. Siapakah yang
akan memberinya sesuap.....”
”Cukup sudah soal itu. Masuklah sebentar lagi kita sampai di stasiun.”
”Pergilah kau, aku akan cuci muka. Aku mau berterus terang, tapi sehabis kita bercakap-
cakap tadi, aku benar-benar menangis seperti anak kecil. Mukaku serasa bengkak. Tapi
jangan sekali-kali kau ceritakan hal itu kepada istriku.” (M.A. Sholokov – ”Kontraspion”)
Berikut ini tidak terkait dengan nilai-nilai seperti yang ditunjukkan dalam dialog drama
di atas, yaitu...
A. kasih sayang
B. harapan ada kedamaian
C. kecurigaan pudarnya nota kesepahaman
D. hak asasi manusia
E. sosial
42. Sekali-sekali muncul pula teori Freud, seperti tentang salah cakap yang bukan tidak
berarti (hal.27). Berkata Surono – Memang aku membuka dompet tadi di pasar, waktu
kami sedang ..... waktu aku sedang membeli sawo. Hal 46: Harli – Mendengar omongan
tentang rulet ini, aku rasanya di Monte Negro. Sumarno. – Monte Carlo, maksudmu
Harli. – O, ya, Monte Carlo. Mengapa pula sampai aku ke Monte Negro? Miharti. – Karena
engkau takut mendengar percakapan tentang rulet itu. Kau orang Neger menakutkan?
Harli. – (heran) Tidak kusangka engkau sepintar itu mendalami jiwa orang, Miharti.
Memang itulah pikiranku , waktu menyebut Monte Negro itu. Perasaan takut. Teori
Freud ini sudah bisa kita lihat dalam ”Dokter Bisma”, dalam mana diceritakan bahwa
dokter Bisma suka sekali main dengan kotak-kota kecil semasa kecilnya dan kemudian
sesudah jadi dokter juga mencintai pasien-pasien yang telah disembuhkannya seperti ia
mencintai kotak-kotak permainannya itu. Alasan ini saya rasa agak jauh dicari-cari.
44. Tak ada angin, tetapi selendang perempuan itu bagai melambai. 2. Tak ada orang lain,
tetapi bibir perempuan itu bagai tersenyum. 3. Dan dengan langkah yang bagai tak
menjejak tanah, perempuan itu masuk ke halaman masjid. 4. Begitu mata memandang
yang tampak indahnya birunya langit malam. 5. Dari situlah kiranya sumber senyuman.
45. Salju
Ke manakah pergi
Mencari matahari
Ketika salju turun
Pohon kehilangan daun
Ke manakah jalan
Mencari kehidupan
Ketika tubuh kuyup
Dan pintu tertutup
Ke manakah lari
Mencari api
Ketika bara hati
Padam tak berarti
Ke manakah pergi
Selain mencuci diri (Wing Karjo)
”Bu Suci! Waskito kambuh, Bu! Dia mengamuk! Dia mau membakar kelas!” Dengan
sekali gerak, guru-guru lelaki dan aku berlarian menuju kelasku. Aku ketinggalan,
kehilangan nafas sempat bertanya kepada murid si pembawa berita:
”Mengapa begitu? Apa yang menyebabkan dia marah? Kalian bertengkar?”
”Tidak, Bu!” bantah anak itu keras. ”Dia tidak mau keluar istirahat. Wahyudi dan
beberapa kawan mau menemaninya, juga tidak keluar. Tadinya saya ikut-ikut, tapi
hanya sebentar terus keluar. Tidak tahu lagi apa yang terjadi! Saya kembali dari kamar
kecil, dari jauh terdengar Waskito berteriak-teriak seperti dulu! Betul sama, Bu!
Katanya: aku benci! Aku benci kalian semua! Saya masuk kelas, Waskito menodongkan
gunting! Entah dari mana! Begitu tiba-tiba, saya berbalik, lari ke kantor!
Aku desak kerumunan murid yang menonton di pintu. Kulihat Kepala Sekolah maju
sambil membentak dan menghardik para penonton. Waskito berdiri di muka kelas,
membelakangi deretan bangku-bangku. Memang dia memegang gunting, tetapi tidak
terbuka. Suara Kepala Sekolah menggelegar:
”Berikan gunting itu, Waskito!”
Suara sedemikian kasar kukhawatirkan justru akan membikin muridku mata gelap.
Sekali pandang aku mengetahui bahwa Waskito kaget oleh kedatangan Kepala Sekolah.
Tanpa berpikir panjang kumanfaatkan kejutan tersebut. Tiga atau empat langkah aku
bergegas mendahului Kepala Sekolah, gunting itu kurebut dengan kedua tanganku.
(Pertemuan Dua Hati – N.H. Dini)
50. Kalimat yang menggambarkan latar tempat pada kutipan cerpen tersebut adalah …
a. Saya sudah hafal aktivitas yang dia maksud, sekaligus rute perjalanan yang
menanti kami.
b. Terakhir kami berjalan ke sana, kaki Keenan sempat luka karena tersobek duri,
tetapi entah mengapa ia selalu memilih jalur yang sama.
c. Jalan itu menurun dan curam, berbatu-batu besar, dan banyak dahan berduri di
pinggir kiri-kanan.
d. Sejak sebelum kami berjalan kaki, saya sudah mengamati pagi pertama tahun
2008 ini.