Semangat mengkobar didirimu Ada baris persepsi ketika cahaya itu hadir
Kau ajari anak didikmu Cahaya yang menjadikan dunia gelap
Agar terbebas dari kebodohan seketika
Terhindar dari kesengsaraan Cahaya yang diyakini kalangan beriman
Cahaya yang lahir dari firman
Kau tak pernah meminta imbalan
Kau tak pernah mengeluh Bagi yang masih mampu merengkuh
Meskipun tulang dan badanmu mulai nafasnya
rapuh. Ia hanya terlihat pada jasad yang kaku
Dan tak pernah kau hiraukan Iring-iringan yang tembaga
Diseduh tangis yang sedu sedan
Hanya satu dan satu tujuanmu Lalu senyap, bersemayam di atas gundukan
Yaitu membuat Indonesia merdeka dan yang menusuk tengkuk
sejahtera Begitu sederhana.
Kau bebaskan Indonesia
Dari tangan penjajah Di langgar-langgar, di masjid-masjid
Di madrasah-madrasah, di pesantren-
Kau jadikan Indonesia pesantren
Menjadi merdeka Keniscayaan ini menemukan alurnya
Terima kasih Ki Hajar Dewantara kembali
Kau pahlawan kami Alam barzah, Mungkar & Nakir, padang
Pahlawan pendidikan mahsyar,
Merdeka . . . .Merdeka . . . . Mizan, Shirat, syurga, neraka
Teriak bangsa Indonesia . . . . Tetap sederhana.
Tak ada yang bisa kami berikan Maha Agung Engkau Paduka,
Selain frasa ‘terima kasih’ yang kami Zat Yang Awal Kekal Ada.
ucapkan
Dari lisan dengan kesungguhan Solo, 22 Januari 2009.