Anda di halaman 1dari 3

Contoh Puisi Epik Biar siuman dewi-nyanyi

Ki Hajar Dewantara Gambuh asmara lurus lampai


Lemah ramping melidah api
Halus harum mengasap keramat
Mari menari dara asmara
Kau telusuri kehidupan bangsa Indonesia Biar terdengar swara swarna
Kau cari celah kekalahan Indonesia Barangkali mati di pantai hati
Yang telah membuat Indonesia sengsara Gelombang kenang membanting diri
Yaitu kebodohan
Karya Amir Hamzah
Waktu yang terus berputar. .
Kau berantas kebodohan dengan Contoh Puisi Dramatik
berbekal
Sekarung ilmu, seperti keikhlasan
Keikhlasan yang selalu ada dihatimu ALUR KEMATIAN

Semangat mengkobar didirimu Ada baris persepsi ketika cahaya itu hadir
Kau ajari anak didikmu Cahaya yang menjadikan dunia gelap
Agar terbebas dari kebodohan seketika
Terhindar dari kesengsaraan Cahaya yang diyakini kalangan beriman
Cahaya yang lahir dari firman
Kau tak pernah meminta imbalan
Kau tak pernah mengeluh Bagi yang masih mampu merengkuh
Meskipun tulang dan badanmu mulai nafasnya
rapuh. Ia hanya terlihat pada jasad yang kaku
Dan tak pernah kau hiraukan Iring-iringan yang tembaga
Diseduh tangis yang sedu sedan
Hanya satu dan satu tujuanmu Lalu senyap, bersemayam di atas gundukan
Yaitu membuat Indonesia merdeka dan yang menusuk tengkuk
sejahtera Begitu sederhana.
Kau bebaskan Indonesia
Dari tangan penjajah Di langgar-langgar, di masjid-masjid
Di madrasah-madrasah, di pesantren-
Kau jadikan Indonesia pesantren
Menjadi merdeka Keniscayaan ini menemukan alurnya
Terima kasih Ki Hajar Dewantara kembali
Kau pahlawan kami Alam barzah, Mungkar & Nakir, padang
Pahlawan pendidikan mahsyar,
Merdeka . . . .Merdeka . . . . Mizan, Shirat, syurga, neraka
Teriak bangsa Indonesia . . . . Tetap sederhana.

Contoh Puisi Lirik Hanya bibir tak berhias dzikir


Hanya kepala yang pongah tengadah
Barangkali Hanya hati yang tak hati-hati
Mewarnai alur dengan ketakutan dan
Engkau yang lena dalam hatiku kengerian
Akasa swarga nipis-nipis Hingga ia tak lagi sederhana
Yang besar terangkum dunia
Kecil terlindung alis Contoh Puisi Didaktik
Kujunjung di atas hulu
Kupuji di pucuk lidah Jangan Tanggung Jangan Kepalang
Kupangku di lengan lagu Karya: Sutan Takdir Alisyahbana
Kudaduhkan di selendang dendang
Bangkit gunung Jangan tanggung jangan kepalang
Buka mata-mutiara-mu bercipta mencipta
Sentuh kecapi firdusi bekerja memuja
Dengan jarimu menirus halus berangan mengawan,
berperang berjuang. yang sudah dijahit oleh penjahit resmi
mengapa bimbang berhati walang Mata rakyat sudah dicabut
berhenti tertegun langkah tertahan Rakyat meraba-raba di dalam kasak-kusuk
takut percuma segala kerja Mata pemerintah juga diancam bencana
sangsi berharga apa dipuja? Mata pemerintah memakai kacamata hitam
wahai teman Terasing di belakang meja kekuasaan
merata buih ditepi pasir Mata pemerintah yang sejati
tetapi gelombang mengulang sudah diganti mata-mata
gairah menggulung menuju teluk Barisan mata-mata mahal biayanya
selara tua gugur ke tanah Banyak makannya
pucuk muda tertawa mengorak sela, Sukar diaturnya
keranda muram diusung ke makam, Sedangkan laporannya
jejaka muda bersumpah baka, mirip pandangan mata kuda kereta
cinta gairah hati remaja. yang dibatasi tudung mata
lenyapkan sangsi,lenyapkan ngeri, Dalam pandangan yang kabur,
indah gelombang mengejar pantai, semua orang marah-marah
indah pucuk menjelma rupa, Rakyat marah, pemerinta marah,
indah jejaka memuja cinta, semua marah lantara tidak punya mata
benar, indah segala hidup, Semua mata sudah disabotir
menyerah tenaga menurut hasrat, Mata yang bebas beredar hanyalah mata-
tiada tanggung tiada kepalang. mata

Contoh Puisi Satirik


Sajak Mata-mata Contoh Puisi Romance

Karya W.S Rendra Priangan Si Jelita

Ada suara bising di bawah tanah Karya: Ramadhan K H


Ada suara gaduh di atas tanah
Ada ucapan-ucapan kacau di antara rumah- Seruling berkawan pantun
rumah Tangiskan derita orang priangan
Ada tangis tak menentu di tengah sawah Selendang merah, merah darah
Dan, lho, ini di belakang saya Menurun di Cikapundung
ada tentara marah-marah
Apa saja yang terjadi ? Aku tak tahu Bandung, dasar di danau
Aku melihat kilatan-kilatan api berkobar Lari bertumpuk di bukit-bukit
Aku melihat isyarat-isyarat
Semua tidak jelas maknanya Seruling menyendiri di tepi-tepi
Raut wajah yang sengsara, tak bisa bicara, Tangiskan keris hilang di sumur
menggangu pemandanganku. Melati putih, putih hati
Apa saja yang terjadi ? Aku tak tahu Hilang kekasih dikata gugur
Pendengaran dan penglihatan
menyesakkan perasaan, Bandung, dasar di danau
membuat keresahan – Derita memantul di kulit-kulit
Ini terjadi karena apa-apa yang terjadi
terjadi tanpa kutahu telah terjadi
Aku tak tahu. Kamu tak tahu
Tak ada yang tahu
Betapa kita akan tahu
kalau koran-koran ditekan sensor,
dan mimbar-mimbar yang bebas telah
dikontrol
Koran-koran adalah penerusan mata kita
Kini sudah diganti mata yang resmi
Kita tidak lagi melihat kenyataan yang
beragam
Kita hanya diberi gambara model keadaan
Contoh Puisi Elegi Contoh Puisi Hymne

Derai-Derai Cemara¹ Adaku Tiada¹


Karya: Chairil Anwar Karya: Candra Malik

cemara menderai sampai jauh Allah, aku kesepian.


terasa hari akan jadi malam Dalam sendiriku, yang ada Engkau saja,
ada beberapa dahan di tingkap merapuh Di mana aku, tak perlu lagi ditanya.
dipukul angin yang terpendam Di mana Engkau, tak usah lagi dijawab

aku orangnya bisa tahan Sepiku Sendiri-Mu, Sepi-Mu sendiriku.


sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan Allah, aku sunyi.
yang bukan dasar perhitungan lagi Dalam diamku, tiada ucapan selain Nama-
Mu.
hidup hanyalah menunda kekalahan Tak ada yang sentuh heningku, jangkau
tambah terasing dari cinta sekolah rendah Sepi-Mu.
dan tahu, ada yang tetap tak diucapkan Aku dalam selaput Rahasia Dikau.
sebelum pada akhirnya kita menyerah
Allah, aku sedih.
1949 Dalam pedihku, perpisahan kuratapi.
Dalam perihku, perjumpaan kudambai.
¹Chairil Anwar, “Derai-Derai Duka ini abadi, luka ini semakin jadi.
Cemara,” Kakilangit (Horison), April 2016,
hlm 9. Kurindu rindu-Mu, kucinta Cinta-Mu.

Allah, aku binasa.


Contoh Puisi Ode Daku tiada ada selain sirna.
Diriku lenyap, Diri-Mu senyap.
Puisi Untuk Para Pahlawan Musnah sudah segala wajah.

Tak ada yang bisa kami berikan Maha Agung Engkau Paduka,
Selain frasa ‘terima kasih’ yang kami Zat Yang Awal Kekal Ada.
ucapkan
Dari lisan dengan kesungguhan Solo, 22 Januari 2009.

Tak ada yang bisa kami lakukan


Selain memperingati jasa-jasa kalian
Dan berupaya dengan segenap kemampuan
Untuk menjaga kemerdekaan
Dan menghargai segala bentuk pejuangan
Yang kalian persembahkan
Dengan penuh rasa kesungguhan
Untuk negeri kita yang tercinta

Tak ada yang bisa kami lakukan lagi selain


itu
Terima kasih kami ucapkan untuk kalian
Para pahlawan yang telah berpulang kepada
Tuhan
Yang telah memberikan segala kemampuan
Demi terwujudnya kemerdekaan
Negara ini dari penjajahan
Sekali lagi, kami ucapkan terima kasih
Untuk kalian para pahlawan sekalian

Anda mungkin juga menyukai