Anda di halaman 1dari 10

CONTOH-CONTOH PUISI ODE BESERTA PENGARANGNYA

Pengertian Ode
Ode ialah sebuah puisi lirik menyimpang semangat pujaan dalam irama agung dan subjek serius.
Ode bersumber dari kata Yunani yang artinya nyanyian, karena puisi tersebut umumnya
dinyanyikan dalam suara grup vokal sambil menari dalam komidi bangsawan Yunani Kuno. Puisi
ode diciptakan pengarang dengan irama panjang lebar, bahasa yang sopan, tulus, imajinatif dan
sastrawan. Objek pujaan dalam ode umumnya pahlawan atau aktor besar suatu bangsa.

Ciri Ciri Ode


Berikut ini terdapat beberapa ciri ciri dari ode, yakni sebagai berikut:
 Berbunyi anggun
 Irama dan tekniknya resmi
 Mendiskusikan mengenai sesuatu yang agung
 Berupa memuji

Contoh Puisi Ode Lengkap Dalam Bahasa Indonesia


Berikut ini ada beberapa contoh puisi ode yakni sebagai berikut:

Teratai

Dalam kebun di tanah airku


Tumbuh sekuntum bunga teratai;
Tersembunyi kembang indah permai,
Tidak terlihat orang yang lalu.

Akarnya tumbuh di hati dunia,


Daun berseri Laksmi mengarang;
Biarpun ia diabaikan orang,
Seroja kembang gemilang mulia.

Teruslah, O Teratai Bahagia


Berseri di kebun Indonesia,

Biar sedikit penjaga taman.


Biarpun engkau tidak dilihat,
Biarpun engkau tidak diminat,
Engkau turut menjaga Zaman

Karya : Sanusi Pane

1
Ode I
Karya: Toto Sudarto Bahtiar

Kutanya, kalau sekarang aku berangkat


Kuberi pacarku peluk penghabisan yang berat
Aku besok bisa mati. Kemudian diam-diam
Aku mengendap di balik sendat kemerdekaan dan malam

Malam begini beku, di manakah tempat terindah


Buat hatiku yang terulur padamu megap dan megah
O, tanah
Tanahku yang baru terjaga

Malam begini sepi, di manakah tempat terbaik


Buat peluru pistol di balik baju cabik
O, tanah di mana mesra terpendam rindu
Kemerdekaan yang mengembara ke mana saja

Ingin aku menyanyi kecil, tahu betapa tersandarnya


Engkau pada pilar derita, megap nafasku di gang tua
Menuju kubu musuh di kota sana
Aku tak sempat hitung langkahku bagi jarak

Mungkin pacarku ‘kan berpaling


Dari wajahku yang terpaku pada dinding
Tapi jam tua, betapa pelan detiknya kudengar juga
Di tengah malam yang dingin beku

Teringat betapa pernyataan sangat tebalnya


Coretan-coretan merah pada tembok tua
Betapa lemahnya jari untuk memetik bedil
Membesarkan hatimu yang baru terjaga

Kalau sekarang aku harus pergi, aku hanya tahu


Kawan-kawanku akan terus maju
Tak berpaling dari kenangan pada dinding
O, tanah, di mana tempat yang terbaik buat hati dan jiwaku

2
Ode II
Karya: Toto Sudarto Bahtiar

dengar, pada hari ini ialah hari hati yang memanggil


dan derap langkah yang berat maju ke satu tempat
dengar, hari ini ialah hari hati yang memanggil
dan kegairahan hidup yang harus jadi dekat
berhenti menangis, air mata kali ini hanya buat si tua renta
atau menangis sedikit saja
buat sumpah yang tergores pada dinding-dinding
yang sudah jadi kuning dan jiwa-jiwa yang sudah mati

atau buat apa saja yang dicintai dan gagal


atau buat apa saja
yang sampai kepadamu waktu kau tak merenung
dan menampak jalan yang masih panjang

dengar, hari ini ialah hari hatiku yang memanggil


mata-mata yang berat mengandung suasana
membersit tanya pada omong-omong orang lalu
mengenangkan segenap janji yang dengan diri kita menyatu

dengar, o, tanah dimana segala cinta merekamkan dirinya


tempat terbaik buat dia
ialah hatimu yang kian merah memagutnya
kala dia terbaring di makam senyap pangkuanmu

3
Generasi Sekarang
Karya: Asmara Hadi

Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa

Menciptakan kemegahan baru


Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia

4
Puisi untuk Guru
Karya: Muhammad Yanuar

Engkau bagaikan cahaya


Yang menerangi jiwa
Dari segala gelap dunia
Engkau adalah setetes embun
Yang menyejukkan hati
Hati yang ditikam kebodohan
Sungguh mulia tugasmu guru
Tugas yang sangat besar
Guru engkau adalah pahlawanku
Yang tidak mengharapkan balasan
Segala yang engkau lakukan
Engkau lakukan dengan ikhlas
Guru jasamu takkan kulupa
Guru ingin kuucapkan
Terima kasih atas jasamu

5
Jalanmu

telah hilang nafasmu bersama


denyut-denyut keikhlasan yang abadi
turut pergi ketulusan-ketulusan yang
mengulur tanpa sebuah pretensi
peluh menitik dalam ketiadaan kisi-kisi matahari
sosokmu berdiri bersama kasih kerap
memberi sayang dalam derap
Ia bawa serta putihmu yang cemerlang
dalam dekap subuh yang telah berlalu menjelang

Bekasi, 13 April 2016


Ditulis oleh @tarianlangit

6
Diponegoro
Pengarang : Chairil Anwar

Di masa pembangunan ini…


Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api..
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali….
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati…
MAJU…
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu….
Sekali berarti
Sudah itu mati….
MAJU…
Bagimu Negeri
Menyediakan api….
Punah di atas menghamba…
Binasa di atas ditindas…
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai…
Jika hidup harus merasai…
Maju…
Serbu…
Serang…
Terjang…

7
Ibu Kartini
Karya: Fatkhan T. Haqque

Ibu Kartini bunga bangsa


Harum mewangi sepanjang massa
Meski kini engkau tiada
Harum muliamu tetap terbawa
Tetap abadi hingga masa kini
Meski engkau tak hidup kembali
Serasa hati kau masi ada
Masih bicara masih berkata
Jasamu takkan kulupa

8
Ode Untuk Ibu
Oleh : Aay Rivai

Tak ada yang menenangkanku kecuali dekapmu


Tak ada yang menyembuhkanku kecuali belaianmu
Tak ada yang memapahku kecuali kata-katamu
Yang meyakinkan langkahku pun hanya do’amu

Kasihmu memancar takkan redup menuntun jalanku


Kau adalah dimana segala aliran rinduku bermuara
Apalah artinya hartaku bila tak kunikmati denganmu
Dibalik cayaha wajah itu terkadang ku tau sembunyi lara

Kau adalah tujuan hidupku


Kebahagiaanmu adalah jalan lain pintu kebahagiaanku
Aku sangat berdosa kalau-kalau kau mengisyaratkan duka
Bahkan aku lebih memilih memakan bangkai
Ketimbang melihat air matamu keluar dari peraduannya
Hanya karena kelakuanku

Ibu.. kekuatan yang paling meraja setelah kuasa Tuhan


Adalah sajak-sajak do’amu
Ibu.. atas segala kemarahanmu
Jangankan aku.. ataupun teman bajinganku
Bahkan Umar Bin Khattab pun gentar

Iyaa.. aku tau itu


Terima kasih atas do’amu yang selalu kau kenakan
Sebagai perisai seluruh tubuhku
Maaf atas segala kealpaan lisanku mataku tanganku kakiku
Maaf.. dan kuharapkan selalu ridho mu

Untuk Ibuku dan semua Ibu di dunia.

9
Ode Milik Hujan

Kitabkan kalimat cinta pada setiap rintiknya


Luruhkan kata pujangga pada segulungan derasnya
Akar menggeliatkan basah sebagian dari kekasihnya
Daun daun berdansa menceritakan lembut sentuhannya
Kitabkan kalimat cinta pada setiap rintiknya
Luruhkan kata pujangga pada segulungan derasnya
Akar menggeliatkan basah sebagian dari kekasihnya
Daun daun berdansa menceritakan lembut sentuhannya
Ujarnya berhati hati
Kepada atap rumbia dan seng berlobang
Jangan takut pada kuyupmu
Kami datang untuk memelukmu
Ujarnya berkeras hati
Kitabkan kalimat cinta pada setiap rintiknya
Luruhkan kata pujangga pada segulungan derasnya
Akar menggeliatkan basah sebagian dari kekasihnya
Daun daun berdansa menceritakan lembut sentuhannya
Ujarnya berhati hati
Kepada atap rumbia dan seng berlobang
Jangan takut pada kuyupmu
Kami datang untuk memelukmu
Ujarnya berkeras hati
Kepada atap baja dan besi mati
Bukalah sedikit rasa pongahmu
Jangan hindari kami yang selalu mencintai
Hujan menuliskan nada
Bagi para pelantun dan pelamun
Menjadi serenada tak terhitung
Mewariskan jejak keindahan pada setiap detak jantung
Hujan menyanyikan bunyi serupa mimpi
Melagukan irama gamelan tanah pasundan
Menarikan gemulai tari serimpi
Menyusuri bunga rampai bernampan kenangan

Bogor, 29 Juni 2017


Karya : Mim Yudiarto

10

Anda mungkin juga menyukai