Disusun oleh
2193111006
2020
i
DAFTAR ISI
1. DAFTAR ISI.............................................................................................................i
2. BAB 1 PENDAHULUAN :
a. Latar belakang................................................................................................1
b. Rumusan masalah..........................................................................................1
c. Tujuan............................................................................................................1
3. BAB II PEMBAHASAN :
1. Pengertian Puisi.............................................................................................2
2. Puisi andaikan kita tersesat di hutan..............................................................3
3. Puisi mantra di dapur ibu...............................................................................4
4. Puisi titik........................................................................................................5
5. Puisi ombak.....................................................................................................6
6. Puisi kamus tawa............................................................................................8
7. Puisi laut.........................................................................................................9
8. Puisi rumah duka............................................................................................10
9. Puisi ruang.....................................................................................................11
10. Puisi tanyakan pada bau malam.....................................................................12
11. Puisi asterik....................................................................................................13
12. Puisi migrasi...................................................................................................14
13. Puisi sidik jari................................................................................................16
14. Puisi Nisha.....................................................................................................16
15. Puisi dalam selarik puisi................................................................................18
16. Puisi jawaban rindu........................................................................................19
17. Puisi terminal rindu........................................................................................20
18. Puisi tungku hutan..........................................................................................21
19. Puisi kembang dingin.....................................................................................21
20. Puisi godaan musim.......................................................................................22
21. Puisi cita-cita..................................................................................................23
22. Puisi aku dan waktu.......................................................................................24
ii
4. BAB III PENUTUP :
Kesimpulan..........................................................................................................25
iii
BAB I
Pendahuluan
Pendidikan merupakan sesuatu hal yang penting dalam kehidupan kita, dalam pendidikan
kita akan mengetahui tentang kehidupan daan perkembangan ilmu pengetahuan serta alam
sekitarnya. Membaca adalah suatu metode dalam pendidikan, dalam menyampaikan ilmu
pengetahuan. Kita juga bisa menambah pengetahuan kita dengan cara membaca puisi. Puisi
adalah salah satu karya sastra yang dituliskan oleh seseorang.
Pada kesempatan ini, saya sebagai penulis akan memparafrasekan beberapa puisi.
Semoga parafrase puisi ini berguna dan dapat menambah ilmu pengetahuan kita.
Rumusan Masalah
Tujuan
1
BAB II
A. Pengertian Puisi
Pengertian puisi merupakan suatu karya sastra yang berasal dari ungkapan atau curahan
hati penyair. Karya sastra ini dibuat berdasarkan ungkapan perasaan penyair. Puisi
terbagi menjadi dua yaitu puisi lama dan puisi baru.
Karya sastra puisi memiliki dua versi, yakni puisi lama dan puisi baru. Ciri-ciri puisi lama
berbeda dengan puisi baru. Berikut ini ciri-ciri puisi lama:
Karya sastra puisi juga memiliki versi baru. Nah, pengertian puisi baru ini merupakan orde baru
bagi penyair dengan sesuatu yang lebih bebas. Nah, berikut ini merupakan ciri-ciri puisi baru:
2
B. Puisi dan Parafrase Puisi
Parafrase Puisi
Ketika kita membelah sebatang pohon damar
Namun bukan untuk meniru Nabi Nuh yang akan mengarungi lautan
Maka kita ayunkan sebuah kapak yang paling besar hingga pohon itu pengar
Inilah pintu masuk ke dalam perut hutan
Kita pun masuk kesana, namun hanya kita berdua
Maka kudengar kau membaca doa-doa
Ntah sampai berapa batang pohon lagi yang ada di depan kita
Terlihat beberapa tandan buah yang berwarna merah darah
Di dalam perut hutan hutan yang beraroma malam
3
Kita berharap untuk bisa Kembali saja ke tubir mimpi
Atau bisa menjadi dua bocah ingusan
Hanya dengan mainan dan semesta sendiri
Parafrase Puisi
Wahai peri bumbu bermata beribu, oi keluarlah wahai engkau!
Hanya demi sengatan lada dan aroma ketumbar
Kau pun menjerang waktu sampai beku
Dan akupun mengaduk serbuk yang harum tumbuhan ruku-ruku
Kemudian menambahkan sejumput pala dan sengkih dari perjalananmu
Selembar kayumanis pun dibenamkn di dalam rindu
Lalu kita masak ikan yang garing asam pedas
Biar menanak segala yang bergegas
Kuah santan itupun menggelegak
4
Lidah kecil inipun sudah bengkak
3. Puisi “Titik”
a. Judul : Titik
b. Penulis : Didik Wahyu
c. Penerbit : Koran Kompas
d. Waktu Terbit : 2019
Titik
Di balik tubuhnya kita tidak melihat
Kuda perangnya
Gajahnya yang berjalan serong
Dan merobek pertahanan lawan
Dan si menteri yang piawai memainkan
Segala jenis pedang
Di balik tubuhnya kita tidak melihat
Lagi undak-undakan
Atau orang-orang yang melantur
Suara tawa dan tangis buatan
Dalam jagat buatannya sendiri
Jagat yang menurut pengakuannya
Sendiri hanya terdiri dari
Air, air, dan air
Di balik tubuhnya kita tidak melihat
Gaya lenggok sang pangeran
Dan tepuk tangan yang mengiringi
Setiap kedatangan atau kepergiannya
Juga ratap tangis para perempuan
Yang lelakinya gugur di petak pertempuran
Di balik tubuhnya kita selalu belajar
Tak peduli berapa banyak
Pertempuran pernah memberinya pesta
Akan tiba waktunya bagi si Raja
Untuk istirah
Parafrase Puisi
Di balik tubuhny ayang kita lihat itu
Kuda yang menjadi perangnya itu
5
Dan juga gajahnya yang berjalan seorang diri
Dia terlihat merobek pertahanan lawan
Dan juga si Menteri yang cukup piawai memainkan
Segala jenis pedang
Di balik tubuhnya yang tak dapat melihat itu
Yang lagi undak-undakan
Ataupun orang-orang yang melantur
Suara tawa dan tangis buatan
Di dalam jagat raya buatannya sendiri
Jagat raya yang menurut pada pangkuannya
Sendiri hanya terdiri dari
Air, air dan air
Dan dibalik tubuhnya kita tidak melihat
Dengan lenggok sang pangeran
Dan tepuk tangan yang masih mengiringi
Setiap kali kedatangan atau kepergiannya
Juga ratap tangis perempuan-perempuan
Yang lelakinya telah gugur di petak pertempuran
Di balik tubuhnya kita selalu belajar
Tak peduli berapa banyak lagi
Pertempuran yang pernah memberinya pesta
Akan tiba waktunya nanti bagi si Raja
Untuk istirahat
4. Puisi “Ombak”
a. Judul : Ombak
b. Penulis : Didik Wahyudi
c. Penerbit : Koran Kompas
d. Waktu Terbit : 2019
6
Ombak
Parafrase Puisi
Tidak apa-apa jika selama ini ia bergulung
Tampak dari kejauhan di tengah laut yang luas
Terlihat perahu-perahu kecil yang terapung-apung
Di atasnya
Bergerak perlahan mengarah ke tepian
7
Berkah pun menyertainya
Tidak masalah sama sekali
Selama ini mengombak di kejauhan
Burung-burung terlihat bermain di atasnya
Ikan-ikan pun berenang bebas
Di bawah dan juga di dalam dulinya
Terdapat sebuah lanskap yang menggoda
Dan juru foto menangkapnya
Tidak masalah jika selama ini ia belum tiba
Dan mencium benteng terluar
Tampak sebuah Menara pengintai yang menjulang tinggi
Merayapi dinding-tinding yang kokoh
Terlihat seakan menyapu pasar dan alun-alun
Kamar tempat pangeran dan putri tertidur
Sampai suatu saat nanti ia Kembali surut
Dan kau harus menjauh dan menjauh
Membangun Kembali istanamu
8
Prasangka baik, serta
Sedikit air mata
(2019)
Parafrase Puisi
Bagai tawa adalah kuda
Yang menarik kereta duka lara
Pergi yang hanya untuk sementara
Tawa adalah doa yang tak sengaja
Ia mengundang rasa syukur,
Prasangka baik serta sedikit air mata
6. Puisi “Laut”
a. Judul : Laut
b. Penulis : Ook Nugraha
c. Penerbit : Koran Kompas
d. Waktu Terbit : 2019
Puisi “Laut”
9
memecahnya jadi ribuan alamat
kabur. Ke utara, ke selatan
membentur rawan karang
waktu, menjemput hilang. Kita
buat sesaat yang purba
kekal dalam ini debur
ketiadaan.
Parafrase Puisi
Rumah Duka
10
Kosong ruang mewarta tiada lagi
‘Antara kita jurang tinggal’
Si mati ini menyapa kita
Ia mungkin mau bicara
Lagi sekali, sudah itu pejam
Simpan inti kisah jauh di dalam
Mari beri ia tabik mesra
Duka yang tak punya lidah
Satukan dalam kumandang
Madah malam yang sumarah
Parafrase Puisi
Kematian seakan menatap kita
Seakan ia ingin berbicara
Sekali lagi, ia sudah terbaring
Dan memandang kea rah langit yang tampak pucat
Kita mungkin merasa iba melihatnya
Menyapa tapi tak sampai
Ruang kosong tanpa suaravlagi
‘Antara kita hanya ada jurang’
Orang mati ini menyapa kita
Seakan ia ingin berbicara
Masih dalam keadaan terpejam
Menyimpan inti kisah yang jauh di dalam
Mari memberi dia salam hangat
Duka yang juga tak punya lidah
Menyatukan dalam suatu suara
Selamat malam kepada keadaan
8. Puisi “Ruang”
a. Judul : Ruang
b. Penulis : Ook Nugraha
c. Penerbit : Koran Kompas
d. Waktu Terbit : 2019
Ruang
11
Aku tahu jauh dari nyaman
Kuharap tapi kau jadi terbiasa
Jendelanya sempit menyapa langit
Sejumlah nama dan kenangan usang
Teronggak begitu saja di sudut
Yang sudah jarang didatangi
Pintunya tak terkunci sejak mula
Sesiapa pun jadi leluasa keluar dan masuk
Merdeka menaruh atau mencuri entah apa
Barangkali sepasang kasut, dan kisah butut
Aku mohon maaf, sebab abai merancang hiasan
Padahal kau teramat suka gambar dan berbunga
Tentulah enam dindingnya jadi lengang terasa
Sebab bayang waktu diam tak berpangkal
Parafrase puisi
Di dalam sajak pendek ini
Telah kusiapkan ruang untukmu
Aku tahu jauh dari kata nyaman
Namun ku harap kau akan terbiasa
Jendelanya sempit menyapa langit
Sejumlah nama dan kenangan hampa
Tegeletak begitu saja di sudut
Di tempat yang sudah jarang didatangi
Pintunya sudah tak terkunci sejak semula
Siapapun jadi leluasa keluar dan masuk
Bebas menaruh dan mencuri apa saja
Barangkali ada sepasang sepatu dan kisah lama
Aku mohon maaf sebab lalai merancang hiasan
Padahal kau sangat suka gambar dan berbunga
Enam dinding yang tentunya terasa sepi
Karena bayang bayang waktu tak akan bermula
12
Tanyakan Pada Bau Bulan
Para pembatik tulis diam, nafas menuju langit-langit
Perempuan-perempuan masa silam melukis peta nasib
Bau malam, lilin batik menelusuri sela kaki yang bersimpuh
Mereka tidak menanti senja, justru melahirkan waktu
Di sebelahnya, lima belas lelaki tua berotot memainkan cap
Kain hasil tenunan, lurik-lurik kecil ditimpa calon warna
Aku bayangkan, kakekku mendapat isteri di tempat seperti ini
Perjumpaan-perjumpaan lembut, senyum-senyum tipis, bisikan nyaris bisu
Para tamu yang cerewet dan sok tahu menekan tombol pemotret
Bilang kagum, tapi ketika di tempat pamer menawar kain juga
Harga-harga masih diperdebatkan, padahal rindu tidak memerlukan itu
Banyumas, 2019
Parfrase Puisi
Para orang-orang yang sedang membatik, bernafas menuju langit-langit
Ada peremuan-perempuan tua melukis peta nasib
Di Susana malam, lilin batik menulusuri sela-sela kaki yang bersimpuh
Mereka tidak menanti senja, tetapi melahirkan waktu
Di sebelahnya, ada lima belas laki-laki tua yang berotot memainkan cap
Dan kain hadil tenunan, terdapat lurik-luroik kecil yang ditimpa calon warna
Aku bayangkan jikalau kakekku mendapat istri di tmpat seperti ini
Perjumpaan yang lembut, tersenyum tipis, dengan bisikan yang nyaris bisu
Ada tamu yang cerewet dan sok tau menekan tombol pemotret
Bilang kagum, tetapi ketika di tempat dia pamer menawarkan kain
Harga-harganya masih diperdebatkan, padahal rindu tidak memerlukan itu
Parafrase Puisi
Asterik menjadi bintang
Ketika ia kehilangan tanda
Yang menyalakan pagi dan buta
Kabut pun turun berebut dengan embun
Ibu pun menyapu halaman seakan menyapa
Dengan segenggam doa yang salah tujuan
Dengan gembira kuas yang berlumur dengan tinta
Kesalaham yang tak salah berubah menjadi masalah
Senyummu bagai garis kesepian wajah
Bertemu di punggung yang penuh dengan suratan
Geliat tubuhmu yang terlihat seakan roboh
Menghadapi siang yang yang benderang
Andai peluh ini bisa mengeluh
Kulit yang terbakar demi mencari nafkah
14
Cerobong uap yang berkarat digerus garam
menciptakan bunyi “Zeeeeenggg” yang ngilu
Para nona memandang senja dengan topi bundar
yang hampir lepas tertiup angin
Sedangkan dia memejamkan mata seolah
bunyi mesin kapal yang brisik memperdengarkan
lagu kesedihan
Sambil memandang ke belakang
Seolah rumah serta tirai beludru tebal di kamarnya
masih menggantung pada kusen jendela yang bersarang
Parafrase Cerpen
Sidik Jari
Parafrase Puisi
Tubuh ini terasa telah menjadi butiran arang
Akibat peristiwa kebaran yang terjadi bertahun-tahun silam
Ada yang masih utuh dan ada juga yang sudah musnah
Berapa sidik jari
Yang sudsh tertinggal di tubuhku
Kerat-kerat daging dan bau dari keringatku
Itu adalah ampas dari keramaian
Nisha
16
pohon-pohon menidurkan sebentar
saja kebohongan dalam dirinya. Ia setegar
bahu perantau yang kasab, berkilau dan
ingin mengobati hari yang robek oleh
aroma anyir kehidupan dini hari.
Tapi dia lemah. Meski gunung-gunung
dan pohon sekuat dan secerah matanya.
Dia tetap sepi, jika ada yang hilang
dari kasihnya, dadanya akan berdarah
dan airmatanya akan menenggelamkan
seluruh jagat rimba.
Kepada Mowgli, diserahkan sepenuh dirinya.
Dia akan mampu merenangi hidup dan tak
patah dihantam buruk cuaca. Kekuatannya,
bagai kokoh gading gajah dan begitu kuat
seperti karang nun jauh. Doa dari segala
gemeretak dada. Layar kembang puak rimba.
Parafrase Puisi
Jika boleh disebut ibu hutan
Rumput liar yang ada di tanah basah
Yaitu tempat pepohonan tidur sebentar saja
Kebohongan yang ada dalam dirinya
Ia memiliki bahu setegar bahu perantau yang tidak halus, berkilau
dan seakan ingin mengobati hari yang robek
dikarenakan aroma amis kehidupan pagi buta
17
tapi dia lemah
meskipun gunung dan pepohonan sekuat dan secerah matanya
dia tetap merasa sepi
jika ada yang hilang dari kekasihnya
dadanya akan berdarah dan airmatanya menenggelamkan seluruh bumi yang dipenuhi hutan
yang lebat
kepada Mowgli, dia menyerahkan diri sepenuhnya
dia akan mampu merenangi hidup
dan tak akan menyerah walaupun dihantam cuaca yang buruk
kekuatannya kokoh bagai gading gajah dan begitu kuat seperti karang yang jauh disana
dengan doadari segalakertak dada
layer yang kempang oleh kelompok rimba
18
Parafrase Puisi
Di dalam selarik puisi kulantun rindu
Pada tanah yang telah membesarkan ragaku
Dendang ibu dan bunyi suara daun bambu
Yang telah mengajarkanku untuk menikmati alam alam yang indah
Dalam sebaris puisi aku menemukan kenangan
Pada masa lalu yang menggetarkan urat nadi
Rasanya seperti pelukan ibu yang membawaku pulang untuk menuliskan kasih saying yang tiada
berbalas
Di dalam sebaris puisi aku menemukan kenangan
Pada masa lalu yang menggetarkan nadi
Sebagaimana pelukan ibu yang membawaku pulang
Untuk menuliskan kasih sayayang yang tak mampu untuk dibalas
Di dalam selarik puisi aku menukan diriku
Serta kenangan yang seakan menarik diamuk rasakecewa dan rindu pun lengah menghadirkan
duka
Di dalam sebaris puisi aku menemukan segalanya
Jawaban Rindu
Parafrase Puisi
19
Seseorang yang sedang merindu yang mengatakan bahwa seakan-akan dia bisa berbicara dengan
rindu
Dia mengatakan bahwa dia sedang merindu
Ternyata orang yang dia rindu terlihat baik-baik saja tanpa dirinya
Orang yang dia rindu sedang Bahagia dengan orang lain dan itu membuat hatinya terluka, rindu
yang tak berbalas.
Terminal Rindu
Parafrase Puisi
Akupun turun dari terminal, dan aku melihat dengan perasaan yang sesak
Badanku terasa Lelah sekali, saat itu terdapat keramain orang
Keramaian yang terlihat tanpa celah
Karena rasa rindu telah membutku bersedih, ketika melihat ibu mengambil getah pohon
20
Di tanah tanah berwarna yang dimana di tanah itu terdapatr pohon yang memiliki tangkai
Itu membuatku teringat akan kenangan dulu yang serasa ingin terulang karena sampai
sekarang,
Kenangan itu masih tetap membekas.
17. Puisi “ Tungku Hutan”
a. Judul : Tungku Hutan
b. Pengarang : Ebi Langkung
c. Penerbit : Koran Kompas
d. Waktu Terbit : 2019
Tungku hutan
lubang api lubang sepi
api menjilat yang tinggi
sepi mengusap yang sirna kembali
bara menyala batin kembara
sila dan tapa duduk meliuk
memandang ke dalam
melihat yang luruh debu berguguran
dari pohon sunyi
dada burung tersesat
mencari tenang sedang ranting dan
daun hijau mulai mengasap
Parafrase Puisi
Ada sebuah lubang api yang terlihat sepi
Tampak terlihat juga api yang menjulang tinggi
Seakan sepi mengusap yang telah hilang Kembali
Bagai bara yang menyala perasaan yang pergi tanpa tujuan
Yang menyapa dan mempersilahkan untuk duduk seperti penari
Yang memandang kea rah dalam dan melihat debu yang jatuh berguguran
Dari pohon yang terlihat sunyi
Terlihat seekor burung yang sedang mencari dahan yang tenang dan hijau untuk dia
tempati
Tapi yang ada hanyalah pohon-pohon yang telah terbakar dan mengeluarkan asap
21
d. Waktu terbit : 2019
Kembang dingin
kembang dingin di lantai hening
langit malam merendah
ke makam-makam
udara berembun
melepas biji-biji rindu
di atas batu
kepada ingatan yang dibaringkan
miring bersidekap mencium tanah
dalam pasrah kegelapan
adakah yang jatuh memekar putihmu
putih sepi dari doaku di atas nisan
memelukmu dalam ketiadaan
Parafrase Puisi
Di tengan cuaca yang dingin dan di tempat yang hening
Dan langit di tengah malam mengarah ke makam-makam
Udara menjadi berembun melampiaskan rasa rindu di atas batu nisan
Dengan kepala yang yang diletakkan di atas tanah kuburan dengan hati yang pasrah di
tengah kegelapan malam
Dalam hati bertanya,apakah doa-doanya yang disampaikan di atas batu nisan dengan
memeluk kuburan di dengarkan oleh seseorang yang dia kasihi yang telah meninggal.
Godaan Musim
di tepi musim, pawang hujan
mengutuk kemarau.
ia meratap parau,
“aku rindu langit
yang mengandung mendung
22
dan angin mendesau.”
Parafrase Puisi
saat itu, di tengah musim kemarau
seorang pawang hujan meramal jika musim hujan akan tiba
dia mengatakan “aku merindukan langit yang mengandung mendung dan angin
mendesau”
20. Puisi “ Cita-Cita”
a. Judul : cita-cita
b. Pengarang : Joko Pinorbo
c. Penerbit : Koran Kompas
d. Waktu Terbit : 2018
Cita-cita
seorang anak menjual kayu bakar
di pasar
ranting-ranting mungil
yang dipanen dari hutan jati kecil
di seberang kali
meski ia mengerti
orang-orang memasak sayur dan opor
dengan nyala kompor
ia selalu berdoa
yang dinukil dari pelajaran
agama, biologi dan fisika:
“tuhan yang kuasa,
lekaskanlah minyak dan gas bumi
menguap dari sini
dan berganti musim reboisasi”
anak yang ahli memanjat itu
terus memanjatkan doa
setiap hari
Parafrase Puisi
Kisah ini adalah kisah seorang anak penjual kayu bakar di pasar
Dia mangumpulkan ranting-ranting kecil yang dia dapatkan dari hutan jati yang berada di
sebrang kali
23
Meskipun dia sudah tau jika orang-orang pada masa sekarang telah menggunakan
kompor untuk memasak makanan seperti sayur dan opor
Ia selalu berdoa dari yang didapatnya darinpelajaran gama, bilogi danfisika di sekolah
“Tuhan yang kuasa, lekaskanlah minyak dan gas bumi menguap dari sini dan berganti
musim reboisasi”
Anak yang lihai memanjat pohon itupun terus menghaturkan doa yang sama setiap hari
kepada Tuhan.
Parafrase Puisi
Aku selalu mengelak dari waktu
Aku selalu mengasah pedang dan waktu yang seakan menantang
Seolah berekata “bunuhlah diriku!”
Waktu memang tak pernag berkhianat tetapi aku selalu kalah
Waktu selalu merebut senjataku dan berkata “ini aku yang akan membunuhmu!”
Aku dan waktu saling bertatapan dengan tajam
Saling berusaha menjadi tegar, dan waktu pun menunjukkan bahwa aku telah mati
di arah putaran jam.
Kesimpulan
24
Puisi merupakan suatu karya sastra yang berasal dari ungkapan atau curahan hati penyair.
Karya sastra ini dibuat berdasarkan ungkapan perasaan penyair. Puisi terbagi menjadi dua yaitu
puisi lama dan puisi baru. Beberapa puisi tidak bis akita ketahui maknanya dengan membaca
hanya sekali saja. Puisi akan lebih bis akita ketahui isinya dengan membacanya lebih dari sekali.
Banyak tema dalam membuat puisi, ada yang tentamg percintaan, persahabatan, kerinduan,
kebencian dan lain sebagainya. Dalam pembuatan puisi kita dituntut menjadi kreatif agar dapat
menhasilkan karya semenarik mungki9n sehingga membuat pembaca menjadi terkesan setelah
membaca kasrya yang telah kita buat.
25
26