Anda di halaman 1dari 5

NAMA : DEWI MELIA GULTOM

NIM : 4193321017
KELAS : FISIKA DIK A 2019
MATA KULIAH : FISIKA KUANTUM
DOSEN PENGAMPU: Dosen Pengampu : Dr. Dewi Wulandari, M.Si dan Dr. Eng.
Jubaidah, M.Si

TUGAS RUTIN
“PENURUNAN KONSEP PLANCK CAHAYA TERKUANTISASI”
PENURUNAN KONSEP PLANCK CAHAYA TERKUANTISASI
Awalnya para fisikawan mencari intensitas dari benda yang dipanaskan. Para fisikawan itu
adalah Stefan-Boltzmann dan Rayleigh-Jeins. Stefan boltzmann dan Rayleigh-Jeans tidak
dapat membuktikan bahwa cahaya dapat terkuantisasi.
Suatu permukaan benda pada suhu T > 0 K selalu memancarkan radiasi, biasa disebut radiasi
termal. Intensitas oleh Stefan dan Boltzmann sebagai:
𝐼𝑇 = 𝑒𝜎𝑇4
dengan 𝑒 adalah konstanta emisivitas permukaan (0 ≤ 𝑒 ≤ 1) dan 𝜎 disebut konstanta Stefan-
Boltzmann (𝜎 = 5,67 × 10−8𝐽𝑚−2𝑠−1𝐾−4). Benda hitam sempurna adalah benda dengan
permukaan yang mempunyai e=1.

Radiasi termal mempunyai spektrum malar atau kontinu. Untuk suhu yang lebih tinggi, selain
intnsitas radiasi bertambah juga intensitas maksimum terjadi pada panjang gelombang yang
lebih pendek. Pergeseran puncak spektrum tersebut dijelaskan oleh Wien secara empiris,
menurut persamaan atau hukum Pergeseran Wien:
𝜆𝑚𝑎𝑘𝑠𝑇 = 𝐶𝑊

Dengan 𝐶𝑊 = 2,9 × 10−3𝑚𝐾, dikenal sebagai konstanta Wien, 𝜆𝑚𝑎𝑘𝑠 adalah panjang
gelombang radiasi pada intensitas maksimum. Usaha untuk menerangkan kenyataan di atas
dengan fisika klasik telah dilakukan, tetapi tidak berhasil. Rayleigh dan Jeans memperoleh
persamaan:
2πckT
𝐼𝑇(𝜆) =
𝜆4
Atau

2πkT
𝐼𝑇 (𝑣) = 𝑣2
𝑐4
Dengan 𝑣 adalah frekuensi radiasi. Hasil perhitungan Rayleigh-Jeans tersebut selain tidak
sesuai dengan spektrum radiasi yang teramati, juga tidak sesuai dengan hukum Stefan-
Boltzmann, karena memberikan 𝐼𝑇 = 𝜔.
Pada tahun 1900, Max Planck mengusulkan sebuah gagasan (postulat) yang kemudian
dikenal sebagai Teori Kuantum Planck. Teori ini menyatakan bahwa osilator-osilator
berfrekuensi υ sebagai sumber radiasi, hanya bisa melepaskan tenaganya dalam kuantum
(paket-paket) tenaga sebesar 𝐸 = 𝑛ℎ𝑣. Ini berarti bahwa osilator berfrekuensi 𝑣 mempunyai
tenaga yang bersifat diskret (merupakan kelipatan dari ℎ𝑣 ), yakni
𝐸𝑣 = 𝑛ℎ𝑣
Dengan ℎ = 6.626 × 10−34𝐽. 𝑠, disebut tetapan Planck, dan n adalah bilangan bulat
(n=1,2,3,.....) Menggunakan teorinya tersebut, Planck kemudian menurunkan persamaan
spektrum radiasi termal, dan memperoleh hasil sebagai
2π𝑐2ℎ 1
𝐼𝑇(𝜆) =
𝜆5 𝑒ℎ𝑐⁄𝑘𝑇 − 1
Atau

𝐼𝑇(𝑣) = 2πh𝑣3
1
𝑐2 𝑒ℎ𝑐⁄𝑘𝑇 − 1
Spektrum radiasi termal Planck tepat sesuai dengan hasil eksperimen, bahwa mampu
menjelaskan hukum-hukum empiris Stefan-Boltzmann dan Pergeseran Wien. Planck
menggunakan teori termodinamika tentang spektrum radiasi benda hitam. Tetapi pada skala
sangat kecil cahaya tidak kontinu.
TR PERTEMUAN 4

Kelemahan teori radiasi benda hitam, efek fotolistrik, efek compton, spectrum sinar-x
sehingga mereka mengalami kegagalan

Menjelang akhir abad ke-19, banyak perkembangan yang terjadi di dunia fisik. Setelah
ditemukannya teori mekanika Newton, teori elektromagnetik Maxwell, dan termodinamika,
fisika berhasil menjelaskan berbagai macam fenomena yang terjadi di dunia. Ketiga teori
tersebut kemudian dikenal sebagai fisika klasik.
Seiring dengan berkembangnya berbagai peralatan untuk eksperimen, para fisikawan
menemukan bahwa ada fenomena-fenomena yang tidak dapat dijelaskan menggunakan teori
fisika klasik. Fenomena-fenomena ini baru dapat dijelaskan pada awal abad ke-20 yang
merupakan awal era fisika modern. Era fisika modern ditandai dengan penemuan teori fisika
yang mampu menjawab fenomena-fenomena yang sebelumnya tidak dapat dijelaskan oleh
teori fisika klasik.
A. Fenomena Radiasi Benda Hitam

Kegagalan fisika klasik bermula pada akhir abad ke-19 ketika para ilmuwan tidak mampu
menjelaskan fenomena radiasi benda hitam. Meskipun tidak ada benda yang benar-benar
hitam sempurna di dunia ini, secara teori benda hitam akan menyerap semua cahaya yang
datang tanpa memancarkan radiasi energi berupa panas seperti benda-benda lainnya. Namun
faktanya benda hitam tetap memancarkan energi dengan tingkat atau intensitas yang berbeda.
Intensitas ini dapat diprediksi dengan mengetahui suhunya menggunakan Hukum Rayleigh-
Jeans.
Hukum Rayleigh-Jeans ditemukan oleh Lord Rayleigh dan Sir James Jeans, dua ilmuwan asal
Inggris tahun 1900. Menurut hukum tersebut, semakin pendek suatu gelombang, seperti sinar
ultraviolet, maka intensitas radiasinya semakin tinggi menuju tak hingga.
Sayangnya, hasil eksperimen menunjukkan bahwa semakin pendek gelombangnya, intensitas
radiasinya justru menurun. Kegagalan Hukum Rayleigh-Jeans menjelaskan fenomena radiasi
benda hitam yang dikenal sebagai Bencana Ultraviolet atau Ultraviolet Catastrophe .

B. Teori Kuantum

Pada tahun 1900, seorang fisikawan asal Jerman, Max Planck muncul dengan gebrakan baru
yang menjadi awal munculnya fisika modern. Planck mampu menjelaskan permasalahan
bencana ultraviolet yang sebelumnya tidak dapat dijelaskan oleh ilmuwan-ilmuwan lainnya.
Menurut Planck, radiasi elektromagnetik yang dipancarkan suatu benda terbagi-bagi, atau
diskret ke dalam paket-paket energi yang disebut Kuantum. Besarnya energi ini didasarkan
pada besarnya frekuensi gelombang elektromagnetik.
Teori Planck ini mampu menjelaskan bencana ultraviolet. Hasil perhitungan dengan
persamaan Planck ini ternyata sama dengan hasil eksperimen sebelumnya. Mereka
menunjukkan grafik pengamatan benda hitam dengan pola yang sama.
Atas penemuannya ini, Max Planck mendapatkan penghargaan Nobel Fisika pada tahun
1918. Teori Planck kemudian lebih sebagai Teori Kuantum dan dikenalkan musik klasik
menuju
fisika modern. Teori Planck juga menginspirasi banyak ilmuwan terhadap berbagai
pandangan baru, salah satunya mengenai cahaya.

C. Pemahaman Klasik Cahaya Sebagai Gelombang

Isaac Newton mengatakan bahwa cahaya terdiri dari partikel-partikel yang sangat
kecil. Namun, berbagai eksperimen membuktikan bahwa cahaya juga merupakan
sebuah gelombang. Salah satu eksperimen yang membuktikan bahwa cahaya
merupakan eksperimen adalah celah ganda yang dilakukan oleh Thomas Young pada
tahun 1801. Muda menutup jendela di suatu ruangan gelap dan hanya membuka satu
celah kecil yang menjadi sumber cahaya tunggal. Di depan cahaya tersebut diletakkan
dua celah tipis yang berdekatan. Cahaya dari celah ganda tersebut kemudian diamati
melalui sebuah layar.
Menurut teori Newton, hanya akan ada dua titik terang yang terlihat di layar karena
partikel bergerak lurus melalui dua celah yang ada. Namun yang terbentuk di layar
adalah pola gelap terang. Pola gelap terang ini muncul karena adanya fenomena
interferensi yang dihasilkan oleh gelombang. Bagian gelap muncul ketika gelombang
cahaya dari kedua celah saling meniadakan, dan bagian terang muncul ketika
keduanya saling menguatkan. Berdasarkan Percobaan tersebut, Young menyimpulkan
bahwa cahaya adalah gelombang. Sayangnya, pemahaman klasik mengenai cahaya ini
menemukan masalah ketika dihadapkan pada peristiwa efek fotolistrik.

D. Efek Fotolistrik

Peristiwa efek fotolistrik pertama kali diamati oleh fisikawan asal Jerman, Heinrich
Hertz tahun 1887. Peristiwa ini berkaitan dengan suatu permukaan logam yang
disinari oleh cahaya. Hasil dari penyinaran ini nantinya akan melepaskan elektron
dari permukaan logam. Elektron yang lepas ini dapat diketahui karena muncul arus
listrik. Munculnya arus listrik karena cahaya ini kemudian disebut sebagai efek
fotolistrik.

Anda mungkin juga menyukai